Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BAKRIE
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah ini dan makalah ini dapat
selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada
sunnahnya.
Makalah ini di susun dengan tujuan untuk menambah wawasan dan adapun
metode yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan
pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis yang berkompeten dengan
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumber pemikiran
khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa penyusun mohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari
keseluruhan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kebaikan untuk
kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
Nomor 24/KPPU-1/2009........................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur materil dan
unsur yang kurang adil terhadap pihak yang ekonomi atau sosialnya lebih
lemah dengan dalih pemeliharaan persaingan yang sehat. Terjadinya hal yang
B. Rumusan Masalah
1
3. Siapa saja pelaku pelanggaran kartel tersebut?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
kompetisi. Dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha dari dua pihak
pilihan produk yang bervariatif dengan harga pasar serta dengan kualitas
tinggi.1
itu adanya berbagai macam persaingan misalnya ada persaingan yang sehat
dan persaingan yang tidak sehat. Tentu saja, perilaku anti persaingan seperti
persaingan usaha tidak sehat itu tidak dikehendaki, karena mengakibatkan in-
3
mengakibatkan keadilan ekonomi dalam masyarakat pun terganggu dan
konsumen memperoleh manfaat dari persaingan usaha yang sehat itu, yaitu
produk. Sebaliknya, apabila terjadi persaingan usaha yang tidak sehat antara
pelaku usaha tentu berakibat negatif tidak saja bagi pelaku usaha dan
nasional.2 Perilaku persaingan yang tidak sehat seperti yang disebut di atas,
dapat dilihat dari perilaku kartel minyak goreng yang dilakukan 20 produsen
setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai
produktif dengan produksi minyak Per H.a. yang paling tinggi dari seluruh
tanaman penghasil minyak nabati lainnya.4 Selain itu kelapa sawit merupakan
2
Hermansyah, 2008, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, hlm. 9-10.
3
Iyung Pahan, 2008, Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir,
Jakarta, Penebar Swadaya, hlm. 1.
4
Ibid., hlm. 2.
4
komoditas yang sangat potensial karena memiliki banyak produk turunan
Minyak goreng merupakan salah satu bahan dasar yang dihasilkan dari
pengolahan kelapa sawit. Dari minyak kelapa sawit (dalam bahasa Inggris
biasa disebut sebagai Crude Palm Oil (CPO) dihasilkan minyak goreng yang
Melambungnya harga CPO dari kisaran harga US$ 1.300/ton pada minggu I
harga minyak goreng sawit dipasar domestik ketika itu dari kisaran harga
Rp.7.000,- /kg pada bulan Februari 2007 menjadi Rp. 12.900,-/kg pada bulan
Maret 2008. Hal ini dapat dijelaskan karena 80% biaya produksi pengolahan
minyak goreng sawit merupakan biaya input (bahan baku) CPO. Namun
demikian, ketika terjadi penurunan harga di pasar input (CPO), harga minyak
proporsional.
ataupun praktek persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku
dilakukan oleh para pelaku usaha minyak goreng tersebut. Terbukti para
5
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga yang
minyak goreng dan telah melanggar ketentuan Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 11
dalam Putusan KPPU Nomor 24/KPPU- 1/2009 tentang kartel minyak goreng.
setiap kesepakatan atau kolusi atau konspirasi yang dilakukan oleh para
pelaku usaha. Pemakaian istilah kartel juga dibagi dalam kartel yang utama
dan kartel lainnya. Kartel yang utama terdiri dari kartel mengenai penetapan
konsumen.5
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada pasal 11 tidak mengartikan
kartel secara langsung akan tetapi hanya menyebutkan larangan kartel saja
produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
sehat”.6
5
Ibid., hlm. 12.
6
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
6
Meskipun tidak ada definisi yang tegas tentang kartel di dalam
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dari Pasal 11 dapat dikonstruksikan bahwa
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
sehat.7 Kriteria kartel adalah ukuran, tolak ukur atau unsur- unsur yang harus
dipenuhi untuk menjadi dasar suatu perbuatan masuk kedalam kategori kartel.
pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya
1. Pelaku Usaha
2. Perjanjian
7
6. Barang dan atau Jasa
para pelaku usaha di Indonesia asal kartel tersebut tidak menimbulkan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Kartel yang dilarang adalah
Sepanjang kartel itu tidak mengakibatkan hal- hal tersebut maka kartel
diperbolehkan.
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang mengatur tentang Kartel
sehat.
persaingan usaha tidak sehat. Ini berarti pendekatan yang digunakan dalam kartel
perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu perjanjian
8
atau kegiatan tersebut menghambat atau mendukung persaingan.9 Sehingga
tersebut diperbolehkan, namun apabila yang terjadi malah sebaliknya maka kartel
pembuktian lebih lanjut atas dampak yang ditimbulkan dari perjanjian atau
kegiatan usaha tersebut. Pendekatan ini cenderung lebih tegas, karena akan
dilakukannya.
terkena indikasi pelanggaran Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11 UU No. 5 Tahun 1999
Fortune);
9
Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, www.kppu.go.id, diakses
tanggal 12 Januari 2016.
10
Putusan Perkara Nomor 24/KPPU-1/2009 tentang Kartel Minyak Goreng, hlm. 42.
9
g. Terlapor VII: PT Intibenua Perkasatama. (curah);
o. Terlapor XV: PT Smart, Tbk (PT Sinar Mas Agro Resources and
Fraiswell, Forvita);
Tahun 1999 berbunyi “Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau
jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan atau jasa tersebut.”
yaitu pasar geografis dan pasar produk. Penguraian mengenai hal-hal tersebut
10
Majelis Komisi berpendapat sebagai berikut:11
a) Pasar Produk.
Berkaitan dengan pasar produk ini dapat dilihat dari aspek sebagai berikut:
produk minyak goreng yang ada di pasar menjadi dua macam yaitu
kedua produk tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai komponen
yang sama.
11
Ibid., hlm. 33.
11
b) Pasar Geografis: dimana pasar geografis ini direlevansikan dengan
minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan ke dalam pasar produk
dan minyak goreng kemasan berada dalam satu pasar produk yang sama
karena pada pokoknya antara minyak goreng curah dan minyak goreng
kemasan adalah produk yang saling bersubstitusi, selain itu tidak terdapat
goreng kemasan terutama jika dilihat dari sisi kesamaan bahan baku utama
goreng curah dan kemasan, disamping itu minyak goreng curah dan
minyak goreng kemasan adalah dua produk yang sejenis dari kegunaannya,
lagi Majelis Komisi dalam menentukan pasar produk minyak goreng ini
suatu tes untuk menguji tingkat substabilitas antar minyak goreng curah
dan minyak goreng kemasan. Tes yang digunakan dalam menentukan hal
12
tersebut adalah Tes SSNIP (Small but Significant and Nontransitory
goreng curah, maka dapat disimpulkan bahwa minyak goreng kemasan dan
minyak goreng curah berada dalam satu pasar produk yang sama. Dari
hasil tes ini barulah dapat ditentukan apakah minyak goreng kemasan dan
minyak goreng curah berada dalam satu pasar produk yang sama atau
tidak.
Undang Nomor 5 Tahun 1999 dilakukan dengan cara membuktikan seluruh unsur
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana
dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
13
2. Unsur Pasal 513
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang
harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang
sama.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
sebagai berikut:
1) Pelaku usaha
2) Perjanjian
6) Pasar bersangkutan
13
Ibid., hlm. 63.
14
Ibid., hlm. 65.
14
barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
sebagai berikut:
1) Pelaku usaha
2) Perjanjian
perdagangan? Bisa ya, bisa juga tidak. Sebagai persekongkolan usaha, kartel tak
selalu memberikan dampak buruk, ada pula baiknya. Dengan kata lain, kartel
sebagai berikut.
15
2) Risiko pemutusan hubungan kerja dapat diminimalisir bahkan
dijamin jumlahnya.
16
F. Hubungan Kartel dengan KKPU
Diakui atau tidak praktik kartel ini masih terjadi hingga saat ini. Kasus
telekomunikasi terkait dengan penetapan tarif layanan telepon dan sms yang
praktik kartel.
menyatakan pelaku usaha melakukan praktik kartel, maka KPPU memiliki otoritas
aktivitas perdagangan mulai dari penentuan harga produk yang rasional, distribusi,
dan pasokan barang dari para pelaku usaha. Intinya, KPPU berperan dalam
17
kartel. Cara-cara ini adalah cara yang umumnya diguanakan oleh kelompok kartel
umumnya, dengan begitu maka kelompok kartel akan membentuk iklim usaha
yakni:
dapat bertukar visi dan gagasan satu sama lain. Jika jumlah
jika jumlah anggota kartelnya juga sedikit. Hal ini guna jika
18
Hambatan masuk pasar adalah cara yang terkait dengan penetapan harga
biaya masuk pasar. Target dari cara ini adalah menghambat para pengusaha
atau perusahaan baru yang bergerak di bidang yang sama agar tidak bersaing
baru, untuk itu kartel dapat menghindari persaingan dan tetap menguasai pasar.
Jika dalam suatu pasar kartel diinvasi oleh perusahaan- perusahaan baru, maka
perusahaan lama yang tergabung dalam kartel tidak dapat beroperasi maksimal
dan kartel akan bubar. Untuk itu hambatan masuk adalah upaya efektif untuk
dibayar lebih tinggi dari perusahaan lama. Selain itu juga dapat berupa
terwujudnya perjanjian harga dalam organisasi kartel. Cara yang paling efektif
dari metode penjualan ini adalah dalam suatu pelelangan, yaitu di mana pihak
penjual membuka harga melalui pengadaan lelang dan para anggota kartel
mereka. Para anggota kartel juga akan menyepakati dan menentukan pihak
Dalam pasar yang demikian, jika ada anggota kartel yang menyalahi aturan
atau mengingkari perjanjian, maka akan sangat mudah diketahui oleh anggota
mengingkari perjanjian, maka akan sangat mudah diketahui oleh anggota kartel
lainnya.
19
4. Adanya Sarana Kerjasama (Facilitating Devices)
(implisit maupun eksplisit), serta pengiriman pola harga dasar. Kegiatan ini
mudah dilakukan bila para pelaku usaha sudah tergabung dalam satu organisasi
yang sama. Dengan adanya organisasi, maka para pelaku usaha akan bisa
hingga konsumsi.
Artinya adalah satu atau lebih penawar setuju untuk menahan diri
dengan tidak ikut serta dalam pelelangan (tender). Jika mereka sudah terlanjur
ikut dalam proses pelelangan, maka yang dilakukan adalah menarik penawaran
tentang siapa yang akan memenangkan tender. Pemenang yang telah disepakati
mereka akan menawarkan harga yang lebih tinggi. Ada pula pemenang yang
penawar yang kana memenangkan tender kan menjadi lebih rendah dari
20
penawar tetap terjadi persaingan sungguhan.
Adalah sebuah pola yang sengaja diciptakan antara satu peawar setuju
untuk kembali sebagai penawar yang paling rendah. Dalam hal ini, penawar
tender lain yang sudah dirancang untuk kalah, secara bersama- sama akan
saja.
anggota agar mendapatkan gilirannya memenangkan tender. Selain itu juga ada
perjanjian diantara para penawar itu untuk mengantisipasi penawar yang kalah
Adalah pola penawaran tender yang terdiri dari beberapa cara untuk
membagi-bagi zona pasar yang akan menjadi target. Dengan metode ini para
anggota kartel bisanya membagi suatu wilayah yang akan menjadi target pasar
sosiologis (kelompok masyarakat). Dengan cara ini, para anggota kartel akan
lebih efektif mengetahui, jika ada penawaran di suatu wilayah tertentu, maka
tersebut.
21
anggota kartel beroperasi, khususnya bidang-bidang usaha yang memiliki
karakteristik uni atau berbeda dari bidang usaha pada umumnya. Namun hal ini
beli, karena adanya kesamaan harga yang ditetapkan oleh para penjual yang
membuat pelanggan lebih yakin pada apa yang mereka beli, larena konsumen
akan memiliki kesempatan untuk memilih atas produk yang ditawarkan. Untuk
beroperasi.
pasar. Pola-pola kartel yang ada, terutama dalam hal persekongkolan tender, akan
terbentuknya kartel. Ada empat alasan mengapa kondisi pasar juga berperan dalam
22
penipuan haruslah mendapatkan hukuman dari anggota kartel lainnya.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
harus dilakukan oleh pelaku usaha, perbuatan tersebut harus berangkat dari
tidak tertulis, perbuatan tersebut dilakukan dengan cara bekerja sama dengan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang mereka miliki, barang
dan atau jasa yang diproduksi oleh para pelaku usaha harus ada dan dijadikan
sehat.
B. Saran
24
Undang-Undang tersebut tidak menjelaskan pengertian kartel, akan tetapi
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli,
Jakarta,
RajaGrafindo Persada.
Fuady, Munir, 2003, Hukum Anti Monopoli; Menyongsong Era Persaingan Sehat,
Hasim Purba, Tinjauan Yuridis Terhadap Holding Company, Cartel, Trust dan
Concern, http://library.usu.ac.id/download/fh/perda-hasim1.pdf,
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/bonumcommune/article/view/1755/1487
26