Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

PENGUASAAN PASAR

“Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Hukum
Persaingan Usaha pada Program Magister Pascasarjana (S2) Universitas
Hasanuddin Makassar”

Dosen Pengampu : Dr. Oky Deviany Burhamzah, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Muh. Caesar Fachreza Harla

B012202025

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan bimbingan-Nya Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
segala kemampuan yang ada.

Makalah ini merupakan tugas, untuk memenuhi tugas individu pada mata
kuliah Hukum Persaingan Usaha pada jenjang Magister (S2) Universitas Hasanuddin
Makassar. Makalah ini ditulis dengan kalimat yang efektif dan sederhana sehingga
diharapkan dapat memudahkan para pembaca.

Dalam makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan, untuk itu dengan senang hati saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca atau saran dosen demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berperan aktif dalam penyelesaian makalah ini. Dengan harapan agar
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa dan pribadi saya
yang menyusun makalah ini.

Makassar, 25 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4

A. Penguasaan Pasar dan Ruang Lingkupnya ....................................................... 4


B. Dampak Kegiatan Penguasaan Pasar ............................................................... 9
C. Contoh Kasus Penguasaan Pasar .................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat
perekonomian negara tersebut. Apabila membahas tentang perekonomian suatu
negara, maka tidak lepas dari berbicara mengenai dunia usaha. Dalam Pasal 33
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan
bahwa sistem ekonomi yang dianut Negara Indonesia berdasarkan atas ekonomi
kerakyatan atau demokrasi ekonomi yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagai bentuk tujuan dari
pembangunan ekonomi.

Setiap aktivitas bisnis dapat terjadi persaingan (competition) di antara


pelaku usaha. Persaingan dalam dunia usaha adalah cara yang efektif untuk
mencapai pendayagunaan sumber daya secara optimal. Persaingan ini dapat
berimplikasi positif dan juga dapat menjadi negatif jika dilakukan dengan
perilaku negatif.1 Pesatnya perkembangan dunia usaha tanpa adanya suatu
aturan yang tegas, dapat mengakibatkan timbulnya persaingan usaha tidak sehat
bahkan juga dapat menimbulkan praktik monopoli oleh pelaku dalam dunia
usaha tersebut.

Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,


tindakan atau perbuatan termasuk perjanjian yang dilarang dilakukan oleh satu
atau lebih pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya dimana
pelanggaran atas kaedah tersebut dapat dikenakan sanksi, baik yang bersifat
administratif maupun sanksi pidana. Namun, persaingan usaha yang sehat akan
berakibat positif bagi para pengusaha yang saling bersaing atau berkompetisi

1
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 1

1
karena dapat menimbulkan upaya-upaya peningkatan efisiensi, produktivitas,
dan kualitas produk yang dihasilkan.2

Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di Indonesia,


maka diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-Undang ini
memiliki tujuan terciptanya iklim berbisnis yang sehat dan jujur sehingga dapat
terus menerus mendorong daya saing yang kuat diantara para pelaku usaha.

Penguasaan pasar atau dengan kata lain menjadi penguasa di pasar


merupakan keinginan dari hampir semua pelaku usaha, karena memiliki
korelasi positif dengan tingkat keuntungan yang mungkin bisa diperoleh oleh
pelaku usaha. Untuk memperoleh penguasaan pasar ini, pelaku usaha
kadangkala melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum.
Pada Bab IV Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat beberapa kegiatan yang
dilarang, diantaranya adalah penguasaan pasar. Kegiatan Penguasaan Pasar
yang dilarang pada Pasal 19 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yaitu:

“Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :

a) menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan


kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.
b) menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;
atau

2
Abdul R. Saliman, et.al, Esensi Hukum Bisnis Indonesia Teori dan Contoh Kasus,
Jakarta, Kencana, 2004, hlm. 170.

2
c) membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada
pasar bersangkutan; atau
d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Penguasaan Pasar dan bagaimana ruang
lingkupnya dalam Persaingan Usaha di Indonesia sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 tahun 1999.
2. Bagaimana dampak kegiatan Penguasaan Pasar dalam Persaingan Usaha di
Indonesia.
C. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah yang ada, maka penulisan makalah
ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui Penguasaan Pasar dan ruang lingkupnya dalam
Persaingan Usaha di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak kegiatan Penguasaan Pasar dalam Persaingan
Usaha di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penguasaan Pasar dan Ruang Lingkupnya

Penguasaan pasar atau disebut juga dengan Kartel, perlu diketahui


terlebih dahulu bahwa, dalam pasar oligopoli hanya ada beberapa
perusahaan.Untuk mengurangi persaingan dan menaikkan laba, Mereka bisa
mencoba untuk berkolusi atau membuat kesepakatan harga dan tingkat output.
Kolusi adalah kesepakatan perusahaan-perusahaan untuk membagi pasar atau
menetapkan harga pasar agar dapat memaksimalkan laba ekonomi. UU Anti
Monopoli No.5 tahun 1999 menyebutkan pengertian monopoli yaitu suatu
bentuk penguasaan pasar atas produksi atau pemasaran barang dan penggunaan
jasa tertentu oleh suatu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha.

Secara teoritis, penguasaan pasar oleh sebuah perusahaan atau


kelompok perusahaan adalah perilaku monopolisasi, yaitu tindakan atau upaya
perusahaan atau kelompok perusahaan untuk mempertahankan atau
meningkatkan posisi monopoli atau posisi dominan di suatu pasar
bersangkutan. Posisi monopoli atau posisi dominan yang dimiliki perusahaan
atau kelompok perusahaan memberikan kekuatan kepada perusahaan untuk
mengendalikan atau mengontrol elemen-elemen strategis di pasar
bersangkutan. Elemen-elemen strategis di pasar bersangkutan diantaranya
adalah harga, jumlah output, tingkat pelayanan, kualitas, dan distribusi.

Dalam UU No. 5 Tahun 1995 Pasal 1 angka 10, pasar bersangkutan


didefinisikan sebagai pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama atau
sejenis atau substitusi dari barang dan jasa tersebut. Sejalan dengan pengertian
di atas dan dari sudut pandang ekonomi, ada dua dimensi pokok yang lazim

4
dipertimbangkan dalam menentukan pengertian pasar bersangkutan, yakni (a)
produk (barang atau jasa) yang dimaksud, dan (b) wilayah geografis.

Pasar berdasarkan cakupan geografis terkait dengan jangkauan dan/atau


daerah pemasaran, sementara pasar berdasarkan produk terkait dengan
kesamaan atau kesejenisan dan/atau tingkat substitusinya.

Pasar bersangkutan adalah sebuah konsep yang dilakukan untuk


mendefinisikan tentang ukuran pasar dari sebuah produk. Ukuran pasar ini
menjadi penting, karena dapat mengidentifikasi seberapa besar penguasaan
produk tertentu dalam pasar tersebut oleh suatu pelaku usaha. Dalam pasar
bersangkutan yang cakupannya terlalu sempit, maka sangat mungkin pelaku
usaha yang menguasai produk tertentu dinilai menjadi pemegang posisi
dominan, dan apabila cakupan pasar bersangkutan terlalu luas maka pelaku
usaha tidak akan dinilai sebagai pemegang posisi dominan.

Salah satu esensi penting bagi terselenggaranya pasar bebas tersebut


adalah persaingan para pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Dalam hal ini persaingan usaha merupakan sebuah proses di mana para pelaku
usaha dipaksa menjadi perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-
pilihan produk dan jasa dalam harga yang lebih rendah. Persaingan hanya bila
ada dua pelaku usaha atau lebih yang menawarkan produk dan jasa kepada para
pelanggan dalam sebuah pasar. Untuk merebut hati konsumen, para pelaku
usaha berusaha menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik dari segi
harga, kualitas dan pelayanan. Kombinasi ketiga faktor tersebut untuk
memenangkan persaingan merebut hati para konsumen dapat diperoleh melalui
inovasi, penerapan teknologi yang tepat, serta kemampuan manajerial untuk
mengarahkan sumber daya perusahaan dalam memenangkan persaingan. Jika
tidak, pelaku usaha akan tersingkir secara alami dari arena pasar.

5
Ketika perusahaan atau kelompok perusahaan memiliki posisi monopoli
atau posisi dominan, maka perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan
dan mengendalikan harga di pasar serta membatasi/menghilangkan pesaing
nyata (exclude competitor). Kekuatan ini disebut sebagai kekuatan monopoli
(monopoly power). Strategi-strategi perusahaan yang merupakan perwujudan
dari kekuatan monopoli sebagai upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan posisi monopoli disebut sebagai praktek monopoli. Dengan
demikian, praktek monopoli dan penguasaan pasar adalah suatu perilaku yang
bermuara pada hal yang sama, yaitu upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan posisi monopoli dan/atau posisi dominan.

Pasal 19 merupakan bagian dari Bab IV UU No. 5/1999 mengenai


Kegiatan Yang Dilarang dan secara khusus mengatur mengenai Penguasaan
Pasar. Adapun bunyi dari Pasal 19 yakni:

“Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

a) menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan


kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau
b) menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu;
atau
c) membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada
pasar bersangkutan; atau
d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.”

Ruang lingkup larangan kegiatan yang diatur dalam Pasal 19 ini


mencakup kegiatan- kegiatan yang dilakukan secara sendiri oleh pelaku usaha
maupun kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dengan pelaku usaha

6
lain. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengarah pada terjadinya monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat sehingga dapat terkena larangan
ketentuan Pasal 19 UU No. 5/1999.

Adapun keterkaitan dengan pasal lain, diantaranya:

a. Pasal 11 UU No.5/1999 tentang Kartel


“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat”
b. Pasal 15 huruf 1 UU No. 5/1999 tentang Perjanjian Tertutup
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain
yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau
jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan/atau
jasa tersebut kepada pihak tertentu dan/atau pada tempat tertentu.”
Pasal 19 mengenai penguasaan pasar ini telah memberikan batasan
terhadap perilaku perusahaan yang melanggar UU No. 5 1999, yaitu: menolak
dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha
yang sama pada pasar bersangkutan; atau menghalangi konsumen atau
pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau membatasi peredaran dan/atau
penjualan barang dan/atau jasa pada pasar bersangkutan; atau melakukan
praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

Penguasaan pangsa pasar menunjukkan proporsi kemampuan pelaku


usaha terhadap keseluruhan penjualan di pasar yang juga diisi pelaku usaha
pesaing. Tingkat pangsa pasar ditunjukan dalam angka persentase dan dapat
dipakai untuk menentukan pedoman atau menentukan standar keberhasilan
pemasaran suatu perusahaan dalam membandingkan kedudukannya dengan
pesaing-pesaingnya dalam pasar bersangkutan.

7
Sampai sejauh mana suatu kemampuan suatu perusahaan menguasai
persentase dalam pasar (market share) dapat dikatakan merupakan penguasaan
pasar dapat dilihat dari beberapa unsur berikut, yaitu:

1) Pangsa pasar yang dominan sehingga menimbulkan dugaan munculnya


kekuatan sebagai monopolis. UU No. 5 1999 Pasal 25 ayat (2)
memberikan definisi yang jelas mengenai posisi dominan berdasarkan
pada pangsa pasar, yaitu: apabila Pelaku usaha memiliki posisi dominan
sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila: a). satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai 50% (lima puluh persen) atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau b). dua atau tiga
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh
lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
2) Kemampuan untuk memperpanjang penguasaan pasar yang dilakukan
dengan menetapkan harga di atas harga rata-rata pasar untuk jangka
waktu yang relatife lama dan penetapan harga tersebut tidak terganggu
dengan munculnya pesaing baru ke pasar bersangkutan.

Kegiatan penguasaan pasar sangat erat kaitannya dengan pemilikan


posisi dominan dan pangsa pasar yang signifikan (di atas 50%) di pasar
bersangkutan. Penguasaan pasar akan sulit dicapai apabila pelaku usaha, baik
secara sendiri atau bersama-sama tidak memiliki posisi pangsa pasar dengan
nilai persentase yang tinggi di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, sulit untuk
dibayangkan pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama yang
mempunyai pangsa pasar hanya 10% (sepuluh persen) dapat mempengaruhi
pembentuan harga, atau produksi atau aspek lainnya di pasar bersangkutan.
Namun di sisi lain, satu pelaku usaha yang memiliki pangsa pasar 50% (lima
puluh persen) di dalam pasar duapoli (hanya ada dua penjual) juga belum tentu
secara individual mampu menguasai pasar bersangkutan.

8
B. Dampak Kegiatan Penguasaan Pasar

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, secara konseptual kegiatan


penguasaan pasar adalah kegiatan monopolisasi, yaitu upaya untuk
mempertahankan atau meningkatkan posisi monopoli atau posisi dominan di
suatu pasar bersangkutan. Dengan demikian dampak dari kegiatan penguasaan
pasar secara umum terlihat dari peningkatan posisi pelaku usaha di pasar.

Secara khusus, beberapa dampak terhadap persaingan usaha yang bisa


diakibatkan oleh pelanggaran Pasal 19 UU No. 5 1999, antara lain meliputi dan
tidak hanya terbatas pada hal-hal tersebut :

a. Adanya pelaku usaha pesaing yang akan tersingkir atau tersingkir dari
pasar bersangkutan; atau
b. Adanya pelaku usaha pesaing yang tereduksi perannya (proporsinya
menjadi semakin kecil) dalam pasar bersangkutan; atau
c. Ada satu atau sekelompok pelaku usaha yang dapat memaksakan
kehendaknya di pasar bersangkutan; atau
d. Terciptanya hambatan persaingan berupa hambatan untuk masuk ke
pasar bersangkutan atau hambatan untuk mengembangkan pasar di
pasar bersangkutan; atau
e. Berkurangnya persaingan usaha yang sehat di pasar bersangkutan; atau
f. Berkurangnya pilihan konsumen.

Dalam pasal 19 diatur perbuatan yang dilarang mengenai penguasaan


pasar. Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat, yakni:

1. Menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan


kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan

9
2. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu
3. Membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa pada
pasar bersangkutan
4. Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
C. Contoh Kasus Penguasaan Pasar
Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Pasal 19
yang telah ditangani dan diputus oleh KPPU.

Kasus Menolak dan/atau Menghalangi Pelaku Usaha Tertentu untuk


Melakukan Kegiatan Usaha yang Sama pada Pasar Bersangkutan (Pasal
19 huruf (a))

Dalam rangka pelaksanaan program geser kompetitor dan


mempertahankan kedudukan batu baterai merk X di pasar bersangkutan, PT A,
selaku distributor batu baterai merk X, melakukan perjanjian dengan para
grosir/semi grosir tradisional dimana dalam salah satu ketentuannya
menyebutkan bahwa grosir/semi grosir yang menjual batu baterai merk X tidak
boleh menjual batu baterai merk Y, yang merupakan pesaing batu baterai merk
X. Bagi grosir/semi grosir yang mengikuti program ini, PT A akan memberikan
tambahan diskon sebesar 2%. Akibatnya, banyak grosir/semi grosir yang
tertarik dengan program ini, sehingga batu baterai merk Y mengalami
penurunan penjualan yang cukup signifikan. Bentuk perjanjian ini telah
menagakibatkan terhambatnya penjualan/peredaran batu baterai merk Y di
pasar distribusi batu baterai di level grosir/semigrosir tradisional. Contoh kasus
ini melanggar Pasal 19 huruf (a).

Kasus Menghalangi Konsumen atau Pelanggan Pelaku Usaha Pesaingnya


untuk Tidak Melakukan Hubungan Usaha dengan Pelaku Usaha Pesaing
(Pasal 19 huruf (b))

10
Sebuah perusahaan operator terminal peti kemas PT X menghalangi
konsumennya untuk tidak menggunakan terminal peti kemas milik pesaingnya
PT Y. Penghalangan dilakukan melalui tindakan pengiriman surat oleh PT X
kepada perusahaan kapal selaku konsumen layanan peti kemas untuk tidak
melakukan bongkar muat di terminal milik pesaingnya (PT Y). Bila dilanggar
maka konsumen tersebut diancam tidak diperbolehkan menggunakan terminal
peti kemas yang dikelola PT X. Perusahaan operator terminal peti kemas PT X
merupakan perusahaan terbesar pada pasar jasa layanan peti kemas di
pelabuhan bersangkutan. Contoh kasus ini bertentangan dengan Pasal 19 huruf
(b).

11
BAB III

KESIMPULAN

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


penguasaan pasar dalam UU No. 5/1999 merupakan penguasaan dalam arti
negatif pada saat pelaku usaha menguasai pasar maka akan melakukan
tindakan-tindakan anti persaingan yang bertujuan agar dapat tetap menjadi
penguasa pasar dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Adapun
beberapa dampak terhadap persaingan usaha yang bisa diakibatkan oleh
pelanggaran Pasal 19 UU No. 5 1999, antara lain meliputi dan tidak hanya
terbatas pada hal-hal tersebut :

a. Adanya pelaku usaha pesaing yang akan tersingkir atau tersingkir dari
pasar bersangkutan; atau
b. Adanya pelaku usaha pesaing yang tereduksi perannya (proporsinya
menjadi semakin kecil) dalam pasar bersangkutan; atau
c. Ada satu atau sekelompok pelaku usaha yang dapat memaksakan
kehendaknya di pasar bersangkutan; atau
d. Terciptanya hambatan persaingan berupa hambatan untuk masuk ke
pasar bersangkutan atau hambatan untuk mengembangkan pasar di
pasar bersangkutan; atau
e. Berkurangnya persaingan usaha yang sehat di pasar bersangkutan; atau
f. Berkurangnya pilihan konsumen.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Kamal, R. (2010). Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.
Saliman, A. R. (2004). Esensi Hukum Bisnis Indonesia Teori dan Contoh Kasus.
Jakarta: Kencana.
Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan


Persaingan Usaha Tidak Sehat.

13

Anda mungkin juga menyukai