Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

REGULASI USAHA

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kewirausahaan yang dibina oleh Ibu Ika
Purwanti, S.Pd., MM.

Dosen Pengampu :

Ika Purwanti, S.Pd., MM.

Nama Kelompok 13 :

1. Rodhotul Evita Nurlaili (2001012033/Manajemen)


2. Erna Pramidya Wardhani (2001012005/Manajemen)
3. Alfina Nur Kholizah (2001012065/Manajemen)
4. Nova Wahyu Maghfiroh (2001012023/Manajemen)
5. Marcylia Ayu Farahiyah (2001021189/Akuntansi )
6. Sari Puspitaning Tyas (2001012083/Manajemen)
7. Vius Illa Nizar (2001012048/Manajemen)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN LAMONGAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karenanya dengan rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Adapun judul makalah kami yaitu
“REGULASI USAHA”. Ada pun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kewirausahaan pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Institut Teknologi Dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari pembaca dan besar harapan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lamongan, 24 November 2022

Kelompok 13

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Pengertian Regulasi Usaha...........................................................................................2


B. Peran Penting Regulasi Dalam Bisnis/Usaha...............................................................3
C. Jenis Regulasi Usaha/Bisnis.........................................................................................3
D. Regulasi Perlindungan Konsumen................................................................................5
E. Regulasi Perlindungan Merek.......................................................................................6
F. Regulasi Larangan Praktik Monopoli Bisnis...............................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu Negara atau pemerintah tentunya aturan-aturan atau regulasi yang
akan diberlakukan dan harus dilakukan oleh perusahaan, perusahaan yang beras maupun
perusahaan start up. Dalam hal ini merupakan suatu hal yang harus dipatuhi agar tidak
melakukan penyimpangan atau masalah-masalah dalam berbisnis.
Regulasi adalah sesuatu yang tidak bebas nilai karena di dalam proses
pembuatannya pasti terdapat tarik menarik kepentingan yang kuat antara kepentingan
publik, pemilik modal dan pemerintah. Isu yang kontroversial dalam kebijakan
pemerintah khususnya berkaitan dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran adalah masalah digitalisasi penyiaran. Undang-Undang sebagai produk hukum
tidak berada di “ruang hampa”. Ia merupakan hasil dari proses politik dan ekonomi
sehingga karakternya diwarnai konfigurasi kekuatan politik dan ekonomi yang
melahirkannya. (Masduki, 2007:49).
Regulasi ini juga merupakan etika yang harus dilakukan dalam suatu bisnis
diperusahaan karenanya regulasi ini akan berguna bagi kelangsungan suatu usaha dan
juga pelaku usaha dan juga regulasi ini merupakan cara pengendalian pelaku usaha dan
komsimen dalam hal berbisnis. Untuk itu regulasi sangat perlu bagi kelangsunga bisni
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Regulasi Usaha?
2. Apa Peran Penting Regulasi Dalam Bisnis/Usaha?
3. Apa Saja Jenis Regulasi Usaha/Bisnis?
4. Apa Regulasi Perlindungan Konsumen?
5. Apa Regulasi Perlindungan Merek?
6. Apa Regulasi Larangan Praktik Monopoli Bisnis?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Regulasi Usaha.
2. Untuk Mengetahui Peran Penting Regulasi Dalam Bisnis/Usaha.
3. Untuk Mengetahui Jenis Regulasi Usaha/Bisnis.
4. Untuk Mengetahui Regulasi Perlindungan Konsumen.
5. Untuk Mengetahui Regulasi Perlindungan Merek.
6. Untuk Mengetahui Regulasi Larangan Praktik Monopoli Bisnis.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Regulasi Usaha.


Regulasi adalah aturan yang dibuat otoritas untuk mengawasi segala hal agar berjalan
tertib dan lancar. Contohnya saat ingin membuat Surat Izin Mengemudi (SIM), tentu
harus mematuhi regulasi agar SIM bisa diperoleh.
Pengertian Regulasi Menurut Para Ahli :
1. Rosenbloom (2009)
Dikutip dari buku Handbook of Regulation and Administrative Law, regulasi
adalah suatu ruang lingkup proses. Di dalamnya ada struktur yang dikeluarkan
tiga lembaga negara. Ketiganya adalah eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam
perspektif administrasi publik. Hal ini juga meliputi penyusunan peraturan,
implementasi atau penegakan, serta ajudikasi.
2. Kyla Malcolm (2009)
Ahli ekonomi ini berpendapat, regulasi adalah ruang lingkup yang fokus kepada
proses pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pengertian regulasi masih
dalam perspektif administrasi publik. Regulasi melibatkan tiga area regulasi yang
saling terhubung satu sama lain. Ketiganya adalah struktur kelembagaan dan
legalitas (legal and institutional structures), penegakan (enforcement), dan
kegiatan supervisi (supervisory activities).
Regulasi bisnis pada bidang ekonomi adalah suatu aturan yang mengendalikan
perilaku di dalam berbisnis baik itu dalam bentuk batasan hukum oleh pemerintah,
peraturan asosiasi perdagangan, regulasi industri, serta lain sebagainya. Secara lebih
definitif Regulasi Bisnis (Regulasi Usaha) ini bisa atau dapat diartikan sebagai aturan
maupun etika yang wajib untuk dipatuhi dan dihormati oleh para pelaku bisnis di dalam
suatu wilayah pada saat menjalankan operasional bisnisnya. Aturan tersebut kemudian
ditetapkan oleh pihak berwenang, bisa dalam skala kota/kabupaten, provinsi sampai pada
tingkat negara. Tujuan dibuatnya regulasi atau aturan adalah untuk mengendalikan
manusia atau masyarakat dengan batasan-batasan tertentu. Regulasi diberlakukan pada
berbagai lembaga masyarakat, baik untuk keperluan masyarakat umum maupun untuk
bisnis. Fungsi regulasi bisnis adalah untuk menertibkan perilaku para pengusaha dan
konsumen dalam batasan-batasan tertentu. Regulasi bisnis tersebut bersifat mengikat dan
mengendalikan perilaku masyarakat dalam ruang lingkup bisnis.

v
B. Peran Penting Regulasi Dalam Bisnis/Usaha.
1. Untuk mencegah terjadinya kecurangan dan permainan pasar pada aktivitas
perdagngan bisnis di suatu wilayah.
2. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen untuk membeli dan menikmati
produk dari produsen serta menjamin keselamatan konsumen dalam penggunaan
pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang konsumen konsumsi atau gunakan.
3. Pada bidang praktek larangan monopoli regulasi berperan menjaga kepentingan
umum dan meningkatkan efisisensi ekonomi nasional, mewujudkan suasana bisnis
yang kondusif dengan adana aturan persaingan usaha yang sehat.
C. Jenis Regulasi Usaha/Bisnis.
1. Regulasi Bisnis di Bidang Merek.
Merek pada sebuah bisnis ini merupakan suatu penanda supaya memudahkan
didalam mengingatnya. Didalam merek tersebut terdapat unsur huruf, angka, gambar,
serta juga warna. Merek juga menjadi pembeda antara bisnis dengan bisnis lainnya.
2. Regulasi Bisnis Perlindungan Konsumen.
Regulasi ini tercantum di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1993 tentang
perlindungan konsumen.
3. Regulasi Larangan Praktik Monopoli Bisnis.
Praktik monopoli bisnis ini merupakan kegiatan pemusatan kekuatan ekonomi
yang dilakukan oleh pelaku bisnis sehingga menguasai produksi serta juga pemasaran
barang atau jasa tertentu. Hal tersebut kemudian akan menimbulkan persaingan bisnis
yang tidak sehat serta tentu akan merugikan kepentingan masyarakat secara umum. Di
dalam pelaksanaan perdagangan di Indonesia, para pengusaha kemudian wajib
memakai asas demokrasi ekonomi. Dengan begitu maka nantinya akan tercipta
keseimbangan serta juga kestabilan antara kepentingan pengusaha dan juga
kepentingan masyarakat umum.
Beberapa hal yang dilarang di dalam regulasi ialah seperti berikut ini :
a) Pengusaha tidak boleh memonopoli produksi serta juga pemasaran suatu
barang atau jasa.
b) Pengusaha dapat dinyatakan melakukan praktik monopoli apabila barang atau
jasa yang dijual itu tidak memiliki subtitusi atau juga memberikan dampak
buruk bagi pengusaha lainnya oleh karna tidak dapat bersaing.

vi
c) Pelaku usaha, baik perorangan atau pun organisasi juga hanya boleh maksimal
menguasai 50% pangsa pasar untuk satu jenis barang atau pun jasa yang
dijual-beli.

Tujuan dibuatnya larangan praktik monopoli bisnis ialah sebagai berikut :

a) Guna menjaga kepentingan masyarakat umum serta juga meningkatkan


efisiensi ekonomi nasional.
b) Guna menciptakan iklim usaha yang kondusif yakni dengan membuat aturan
persaingan bisnis yang sehat.
c) Guna mencegah terjadinya praktik monopoli serta juga persaingan bisnis yang
tidak sehat.
d) Guna menciptakan efektivitas dan juga efisiensi di dalam menjalankan usaha.
4. Regulasi hukum dagang.
Hukum dagang ini merupakan hukum yang mengatur segala aktivitas
perdagangan bisnis pada satu wilayah. Di Indonesia hukum dagang diatur di dalam
KUHD. Yang menjadi subjek hukum dagang dengan berdasarkan KUHD pasal 2
sampai 5 ialah pedagang yang dengan istilah perusahaan baik itu perorangan maupun
juga badan hukum.
Kemudian objek hukum dagang sama dengan objek hukum perdata yakni
segala benda atau pun hak yang dapat atau bisa dimiliki oleh subjek umum. Adapun
perbedaannya ialah objek dagang itu harus dapat atau bisa diperdagangkan atau
diusahakan terlebih dahulu di dalam mencari keuntungan.
5. Regulasi Transaksi Online.
Saat ini perkembangan teknologi informasi kemudian menjadikan berbagai
bisnis daring itu menjadi semakin menjamur. Hal tersebut berakibat pada persaingan
yang semakin ketat. Oleh karena hal itu pemerintah yang merupakan pemegang
kekuasaan juga telah atau sudah mengeluarkan aturan tentang transaksi online di
dalam bisnis yang memanfaatkan jaringan internet ini.
Seperti misalnya pada keamanan data privasi pengguna, kemudian
penggunaan dompet digital serta juga transaksi rekening bersama yang juga banyak
digunakan oleh para marketplace atau juga online shop di Indonesia. Aturan-aturan
seperti itu yang kemudian dinilai penting guna melindungi konsumen serta produsen
dari kejahatan cybercrime yang juga kian marak belakangan ini.

vii
D. Regulasi Perlindungan Konsumen.
Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman bagi para
konsumen dalam melengkapi kebutuhan hidup. Kebutuhan perlindungan konsumen juga
harus bersifat tidak berat sebelah dan harus adil. Sebagai landasan penetapan hukum, asas
perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 2 UUPK 8/1999, dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Asas Manfaat
Konsumen maupun pelaku usaha atau produsen berhak memperoleh manfaat yang
diberikan. Tidak boleh bersifat salah satu dari kedua belah pihak, sehingga tidak
ada salah satu pihak yang merasakan manfaat ataupun kerugian.
b. Asas Keadilan
Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil dengan perolehan hak
dan kewajiban secara seimbang atau merata.
c. Asas Keseimbangan
Sebuah keseimbangan antara hak dan kewajiban para produsen dan konsumen
dengan mengacu pada peraturan hukum perlindungan konsumen.
d. Asas Keamanan dan Keselamatan
Sebuah jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk
yang dikonsumsi/dipakainya dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan
mengganggu keselamatan jiwa dan harta bendanya.
e. Asas Kepastian Hukum
Sebuah pemberian kepastian hukum bagi produsen maupun konsumen dalam
mematuhi dan menjalankan peraturan hukum dengan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya. Hal ini dilakukan tanpa membebankan tanggung jawab kepada
salah satu pihak, serta negara menjamin kepastian hukum.

Penjelasan UU Perlindungan Konsumen :

Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa perlindungan konsumen diperuntukan


untuk pemberian kepastian, keamanan serta keseimbangan hukum antara produsen dan
konsumen. Tujuan dibuatnya perlindungan konsumen dapat dijelaskan dalam dalam Pasal
3 UUPK 8/1999, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.

viii
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
ekses negatif pemakaian dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Regulasi perlindungan konsumen diatur berdasarkan UUD 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21
ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33. Adapun peraturan turunannya adalah beberapa peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:

 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


 PP No. 58 tahun 2004 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen
 SE Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2011 tentang
Penanganan Pengaduan Konsumen
 SE Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 795/DJPDN/SE/12/2005 tentang
Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen

Selain itu, pemerintah juga telah memiliki lembaga seperti Badan Perlindungan
Konsumen Nasional (BPKN) atau lembaga nirlaba seperti Yayasan Layanan Konsumen
Indonesia untuk mengadvokasi keluhan konsumen terkait layanan atau produk tertentu.

E. Regulasi Perlindungan Merek.


Berdasarkan Pasal 1 UU No.14 Th 1997 jo UU No.15 Th 2001 yang dimaksud
dengan :
1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam dunia perdagangan barang atau jasa.
2. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atu beberapa orang secara bersama-sama atau badan hokum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenisnya.
3. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenisnya.

ix
4. Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan barang atau jasa sejenisnya .
5. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada sseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakan
merek tersebut,baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang atau jasa yang
didaftarkan.

Perlindungan hanya diberikan kepada merek terdaftar saja, karena Menurut Pasal 3 UU
no 19 Th. 1992 jo UU No.14 Th. 1997 jo UU No 15 Th. 2001, hak atas merek adalah hak
yang diberikan Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Umum Merek untuk
jangka waktu tertentu menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum atau
menggunakannya. Oleh karena itu bagi merek yang belum terdaftar, tidak diberikan
perlindungan hukum.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimungkinkan sekali orang
atau badan hukum menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melakukan
pelanggaran merek demi memperoleh keuntungan. Seperti salah satu contohnya adalah
pemalsuan merek. Tindakan pemalsuan merek dilakukan oleh pihak-pihak yang beritikat
tidak baik guna memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dalam persaingan yang
tidak sehat dan tidak jujur menggunakan merek terdaftar milik fihak lain. Berdasarkan
Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001, ada beberapa klasifikasi mengenai pemalsuan
merek yaitu :

a. Menggunakan merek yang sama secara keseluruhan


b. Menggunakan merek yang sama pada pokoknya.
c. Menggunakan tanda yang sama.
d. Menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis.

Disamping keempat klasifikasi di atas, ada klasifikasi lain yang merupakan pemalsuan
merek yaitu memperdagangkan barang atau jasa dengan merek palsu. Jadi pemalsuan
merek dan memperdagangkan barang atau jasa merek palsu, pada hakekatnya merugikan
fihak lain, yaitu pemilik hak atas merek.

Landasan Hukum Bidang Merk :

x
 UUD NO. 15 Tahun 2001 Tentang Merek
 UUD NO.23 TH 1993 Tentang Cara Permintaan Pendaftaran Merek
 PP NO.7 TAHUN 2005 Tentang Komisi Banding Merek
 PP NO.24 TH 1993 Tentang Kelas Jasa dan Barang
 PP NO.51 TH 2007 Tentang Indikasi Geografis
F. Regulasi Larangan Praktik Monopoli Bisnis.
PP 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat memiliki dasar hukum dan latar belakang yaitu Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja berasaskan keseimbangan antara Pelaku Usaha dan kepentingan umum
dengan tujuan antara lain untuk terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
usaha:
Sanksi Administratif Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam PP 44 tahun 2021 tentang
Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diantaranya
adalah:
a. Sanksi administratif yang dijatuhkan sesuai dengan tingkatan pelanggaran dan
memperhitungkan dampak yang terjadi atas pelarrggaran yang dilakukan oleh
pelaku Usaha;
b. Sanksi aidministratif yang dijatuhkan tidak menyebabkan berhentinya kegiatan
usaha namun efektif untuk mencegah terjadinya pelanggaran serupa atau
pelanggaran lainnya yang akan dilakukan oleh Pelaku Usaha. Dengan
keberlangsungan usaha maka kegiatan ekonorni akan tetap dijalankan yang
memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat melalui lapangan kerja,
ketersediaan barang atau jasa, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
c. Sanksi administratif yang dijatuhkan harus disertai dengan alasan yang jelas yaitu
pertimbangan yang rinci, konkret, dan berdasarkan data yang valid dan terukur.

Besaran Denda Sanksi Administratif Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Persaingan
Usaha Tidak Sehat dalam PP 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, ditetapkan bahwa tindakan administratif berupa sanksi denda yang dapat

xi
dikenakan oleh Komisi adalah sebesar paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). Demi kepastian hukum dalam pelaksanaannya, Peraturan Pemerintah ini
menetapkan batas maksimum besaran sanksi denda yang dapat dikenakan oleh Komisi,
terkait pelanggaran yang dilakukan terhadap Undang-Undang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. PP 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan aturan
turunan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 118 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa Monopoli
adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan
jasa tertentu oleh satu Pelaku Usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Peraturan
Pemerintah Nomor 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat ditetapkan Presiden Joko Widodo di Jakarta pada tanggal 2
Februari 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diundangkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly di Jakarta pada tanggal 2
Februari 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditempatkan pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 54. Penjelasan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 44 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6656. Agar setiap orang mengetahuinya.

Dasar hukum UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat adalah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 21 Ayat (1), Pasal 27 Ayat (2), dan
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memiliki aturan-aturan
pelaksanaan yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No. 57/2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan


Usaha dan Pengambilan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan
Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan
Ketentuan Pasal 28 ayat 3.

2. Peraturan Pemerintah No. 57/2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan


Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan

xii
Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Melaksanakan
ketentuan Pasal 29 Ayat 2.

3. Keputusan Presiden No. 75/1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. Melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat 1.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1999 oleh
Presiden BJ. Habibie. UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1999 oleh
Mensesneg Akbar Tandjung. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditempatkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33. Penjelasan Atas UU 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditempatkan
dalam Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3817. Agar setiap orang
mengetahuinya.
Pertimbangan UU 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat adalah :

a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya


kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang


sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan
pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien
sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar
yang wajar;

c. bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi
persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan
kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari
kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh negara Republik Indonesia terhadap
perjanjian-perjanjian internasional;

xiii
d. bahwa untuk mewujudkan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c, atas usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat perlu disusun Undang-
Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Regulasi bisnis pada bidang ekonomi adalah suatu aturan yang mengendalikan
perilaku di dalam berbisnis baik itu dalam bentuk batasan hukum oleh pemerintah,
peraturan asosiasi perdagangan, regulasi industri, serta lain sebagainya. Peran penting
regulasi usaha yaitu untuk mencegah terjadinya kecurangan dan permainan pasar pada
aktivitas perdagangan bisnis. Jenis – jenis regulasi dalam bisnis antara lain regulasi bisnis
dibidang merk, regulasi bidang perlindungan konsumen, regulasi larangan praktik
monopoli bisnis, regulasi hukum dagang, regulasi transaksi online. Reguasi di bidang
perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman dengan hukum
perlindungan konsumen. Regulasi larangan praktik monopoli bisnis adalah aturan tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat adanya regulasi ini
untuk menciptakan keseimbangan antara pelaku usaha dengan tujuan efektivitas dan
efisiensi dalam kegiatan usaha.

B. SARAN

Kami sadar bahwa dalam penulisan ini kami masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon jika diberikan
saran agar kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah kami
bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan bagi kita semua.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hashmicro.com/id/blog/pengertian-regulasi/ (diakses pada 27 November


2022 pukul 13.00 WIB).

https://www.pelajaran.co.id/pengertian-regulasi-bisnis-fungsi-dan-jenis-jenis-regulasi-
bisnis/ (diakses pada 27 November 2022 pukul 13.00 WIB).

https://pendidikanku.org/2021/03/regulasi-bisnis-adalah.html (diakses pada 27


November 2022 pukul 13.00 WIB).

https://www.ekrut.com/media/regulasi-adalah (diakses pada 27 November 2022 pukul


13.00 WIB).

https://sarjanaekonomi.co.id/regulasi-bisnis/ (diakses pada 09 Desember 2022 pukul


11.00 WIB).

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-5-1999-larangan-praktek-monopoli-
persaingan-usaha-tidak-sehat (diakses pada 09 Desember 2022 pukul 11.00
WIB).

https://media.neliti.com/media/publications/240363-perlindungan-hukum-terhadap-
merek-terdaf-3c929252.pdf (diakses pada 09 Desember 2022 pukul 11.00 WIB).

https://www.jogloabang.com/ekbis/pp-44-2021-pelaksanaan-larangan-praktek-
monopoli-persaingan-usaha-tidak-sehat (diakses pada 09 Desember 2022 pukul
11.00 WIB).

https://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/9218#:~:text=Konsumen%20adalah
%20setiap%20orang%20yang,lain%20dan%20tidak%20unuk
%20diperdagangkan (diakses pada 09 Desember 2022 pukul 11.00 WIB).

xv

Anda mungkin juga menyukai