OLEH
Kelompok 4
DARSIA
ARFAH AULIA
DARMAWAN BASWAN
Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu sebagai salah satu tugas mata kuliah
hukum persaingan usahadi semester lima ini dengan makalah yang berjudul Hukum
Persaingan Usaha.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan waktu yang kami miliki. Untuk itu segala
pendapat, kritik dan saran yang bersifat konstruktif diharap dapat membantu sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca yang
budiman.
Akhirnya semoga Allah SWT mencatat semua amal yang besar maupun yang kecil
dengan ridho dan pahala yang dapat dipetik melainkan buah amal yang ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, semoga Allah SWT menerima do’a dan harapan ini. Aamiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………................................ 9
B. Saran ………………………………………………………………….............................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Sebagai akibatnya pelaku usaha yang memiliki industri tersebut membentuk
kelompok dan dengan mudah memasuki pasar baru serta pada tahap selanjutnya akan
melakukan diversifikasi usaha dengan mengambil keuntungan dari kelebihan sumber
daya manusia dan alam serta keuangan yang berhasil dikumpulkan dari pasar yang ada.
Sehingga, pada tahap selanjutnya struktur pasar oligopolistik dan monopolistik
tidak dapat dihindarkan, akan tetapi bukan pula bahwa lahirnya direncanakan. Oleh
sebab itu pada negara-negara berkembang dan beberapa negara yang sedang
berkembang struktur pasar yang demikian perlu ditata atau diatur dengan baik, yang
pada dasarnya akan mengembalikan struktur pasar menjadi pasar yang lebih
kompetitif. Salah satu cara dengan menciptakan Undang-Undang Anti Monopoli
sebagaimana dalam Undang-Undang Anti Monopoli yang saat ini berlaku di Indonesaia,
yang dimaksudkan untuk membubarkan grup pelaku usaha yang telah menjadi
oligopoli atau trust akan tetapi hanya ditekankan untuk menjadi salah satu alat hukum
untuk mengendalikan perilaku grup pelaku usaha yang marugikan masyarakat
konsumen.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Kegiatan dalam Hukum Persaingan Usaha
2. Apa saja yang menjadi larangan bagi pelaku usaha dalam persaingan usaha ?
C. Manfaat pembahasan
1. Menjelaskan Kegiatan dalam Hukum Persaingan Usaha
2. Menjelaskan tentang kegiatan pelaku usaha yang dilarang dalam persaingan
usaha
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian dan Dilarangnya Kegiatan dalam Hukum Persaingan Usaha
Pembangunan pada bidang ekonomi harus mengarah pada terwujudnya
kesejahteraan rakyat yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Demokrasi di bidang ekonomi menghendaki
akan adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di
dalam proses produksi dan pemasaran barang dan/atau jasa, dalam iklim usaha yang
sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
bekerjanya ekonomi pasar yang wajar. Dengan demikian setiap orang yang berusaha di
Negara Republik Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan
wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku
usaha tertentu.
Untuk menjamin terciptanya persaingan yang sehat, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR RI) menerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya
berbisnis yang jujur dan sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan
meningkatkan daya saing diantara pelaku usaha.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat memiliki asas Demokrasi Ekonomi dengan
memperhatikan keseimbangan antara pelaku usaha dan kepentingan umum
sebagaimana termaktum pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang menyatakan
bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antar kepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum. Jadi, pasal ini mensyaratkan asas demokrasi ekonomi
yang juga menjadi dasar bagi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya di
Indonesia.
Menurut Asri Sitompul, asas Demokrasi Ekonomi merupakan situasi
perekonomian dimasa depan yang implementasinya akan tercermin pada
perekonomian dengan sistem pasar terbuka (Open Market) yaitu meniadakan segala
rintangan buatan baik dari penguasa maupun dari pelaku usaha dominan. Salah satu
ciri yang relevan dari perekonomian yang menganut sistem pasar bebas adalah adanya
kebebasan penuh untuk masuk dan keluar dari pasar yang bersangkutan.
Adapun tujuan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu untuk menjaga kepentingan
umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional dengan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, mewujudkan iklim usaha yang kondusif, mencegah
3
praktek monopoli, dan mengupayakan agar terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam
kegiatan usaha.
Dengan demikian, agar implementasi dan peraturan pelaksananya dapat
berjalan efektif sesuai asas dan tujuannya, serta untuk mengawasi pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat ini dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha yaitu
lembaga independen yang terlepas dari pengaruh pemerintah dan pihak lain, serta
berwenang melakukan pengawasan persaingan usaha, dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
Secara umum, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bertujuan untuk menjadikan persaingan
antar pelaku usaha menjadi sehat agar tercipta iklim persaingan antar pelaku usaha
tetap terjaga dan menghindari terjadinya eksploitasi terhadap konsumen oleh pelaku
usaha tertentu dan mendukung sistem ekonomi pasar yang dianut oleh suatu negara.
Menciptakan iklim usaha yang sehat, kondusif, dan kompetitif di Indonesia tidaklah
mudah. Mungkin diantara hambatan yang akan dihadapi adalah dengan mengubah
paradigma dan perilaku pembuat kebijakan (pemerintah sebagai regulator/pengawas),
pelaku usaha (pelaku ekonomi atau produsen), dan masyarakat (konsumen) mengenai
style dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Dengan kata lain, dalam rangka penegakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
berorientasi pada terciptanya iklim usaha yang sehat, kondusif, dan kompetitif itu,
maka komitmen dan tekad yang kuat dan konsisten merupakan salah satu persyaratan
mutlak yang harus ada di antara semua pihak baik pembuat kebijakan maupun para
penegak hukum di Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Pengadilan Negeri, dan
Mahkamah Agung, bahkan para pengacara, pelaku usaha, dan masyarakat harus juga
ikut berperan aktif dalam mewujudkannya. Tidaklah mungkin apabila penegakan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat itu hanya dibebankan kepada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, tanpa didukung oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan, para
penegak hukum, pelaku usaha, dan masyarakat.
Batang Tubuh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tersusun atas 11 Bab, kemudian
dituangkan dalam 53 Pasal dan 26 Bagian, serta mengandung 6 (enam) bagian
pengaturan, yaitu: perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, posisi dominan,
komisi pengawas persaingan usaha, penegakan hukum, dan ketentuan lain-lain. Lebih
lanjut, dari 6 (enam) bagian pengaturan tersebut terdapat 3 (tiga) bagian pengaturan
4
yang dilarang dalam persaingan usaha, diantaranya yaitu perjanjian yang dilarang,
kegiatan yang dilarang, dan posisi dominan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat membagi dalam 2 (dua) pengaturan substansi yaitu
Perjanjian yang Dilarang dan Kegiatan yang Dilarang. Kegiatan yang Dilarang adalah
tindakan atau perbuatan hukum “sepihak” yang dilakukan oleh satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha tanpa adanya keterkaitan hubungan (hukum) secara langsung
dengan pelaku usaha lainnya. Pada dasarnya “kegiatan” adalah suatu aktivitas, usaha,
atau pekerjaan. Dalam Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa activity atau kegiatan
adalah “an occupation or pursuit in which person is active”. Dengan demikian dapat
dirumuskan bahwa “kegiatan” adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh satu atau
lebih pelaku usaha yang berkaitan dengan proses dalam menjalankan kegiatan
usahanya.
Kegiatan-kegiatan tertentu yang dilarang dan berdampak tidak baik untuk
persaingan pasar terdiri dari monopoli, monopsoni, penguasaan pasar dan
persekongkolan .
B. Kegiatan pelaku usaha yang dilarang dalam persaingan usaha
Bentuk Kegiatan yang dilarang dalam praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut:
1. Monooli
Kegiatan monopoli, berdasarkan pasal 1 angka 1 adalah penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Kegiatan monopoli di atur dalam pasal 17 Undang-Undang Antimonopoli.
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat, dengan ketentuan sebagai berikut:
2. Monopsoni
5
Kegiatan monopsoni, adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha yang menguasi pangsa pasar yang besar yang
bertindak sebagai pembeli tunggal sementara itu pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha yang bertindak sebagai penjual jumlahnya banyak. Akibatnya
pembeli tunggal yang menggontrol dan menentukkan bahkan mengendalikan
tingkat harga yang diinginkan. Di atur dalam pasal 18 Undang-Undang
Antimonopoli.
Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat, dengan ketentuan apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu.
3. Penguasaan pasar
Penguasaan pasar, adalah pelaku usaha yang mempunyai market power yaitu
pelaku usaha yang dapat menguasai pasar, sehingga dapat menentukan harga
barang dan jasa di pasar bersangkutan.kriteria penguasaan pasar tersebut tidak
harus 100%, satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha telah menguasai
lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis produk tertentu sudah dapat dikatakan
mempunyai market power.Penguasaan pasar di atur dalam pasal 19, pasal 20,
pasal 21 Undang-undang Antimonopoli. Wujud penguasaan pasar dapat terjadi
dalam bentuk penjualan barang dan jasa dengan cara :
a. Jual rugi (predatory princing) dengan maksud untuk mematikan pesaingnya.
b. Melalui praktik penetapan biaya produksi secara curang serta biaya lainnya
yang menjadi komponen harga barang.
c. Melakukan perang harga maupun persaingan harga
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri
maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan.
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu.
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan.
d. Melakukan praktek monopoli terhadap pelaku usaha tertentu.
6
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan
cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan
maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar
bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Undang-Undang Anti Monopoli dirancang untuk mengoreksi tindakan-tindakan dari
kelompok pelaku ekonomi yang menguasai pasar. Karena dengan posisi dominan maka
mereka dapat menggunakan kekuatannya untuk berbagai macam kepentingan yang
menguntungkan pelaku usaha. Sehingga dengan lahirnya Undang-Undang Anti
Monopoli maka ada koridor-koridor hukum yang mengatur ketika terjadi persaingan
usaha tidak sehat antara pelaku-pelaku usaha.
Bentuk Kegiatan yang dilarang dalam praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut:
1. Monopoli
2. Monopsoni
3. Penguasaan pasar
4. persekongkolan
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah referensi bacaan yang berguna bagi kita
semua mahasiswa khususnya di Prodi PAI Jurusan Tarbiyah dan Keguruan.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/18173/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y#:~:text=Kegiatan-kegiatan%20tertentu%20yang
%20dilarang,%2C%20dan%20persekongkolan%20(conspiracy).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/18173/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y#:~:text=Kegiatan-kegiatan%20tertentu%20yang
%20dilarang,%2C%20dan%20persekongkolan%20(conspiracy).
https://rendratopan.com/2020/08/03/kegiatan-yang-dilarang-dalam-praktik-monopoli-dan-
persaingan-usaha-tidak-sehat/#monopoli