Yudi Kornelis
Abstrak
Fast fashion yakni sebuah mode yang diproduksi secara cepat, murah dan massal;
serta sering kali mengambil konsep desain dari pertunjukkan adibusana merek lain
terutama merek high-end. Beberapa tahun terakhir, fast fashion menjadi suatu tren
bisnis yang dilakukan oleh beberapa perusahaan karena sangat menguntungkan.
Disisi lain, eksistensi fast fashion memberikan kerugian bagi perusahaan merek high-
end dimana aksi perusahaan fast fashion dilakukan tanpa izin dan merupakan suatu
pelanggaran atas hak kekayaan intelektual. Diketahui belum ada regulasi yang secara
spesifik yang mengatur dan menyebutkan perlindungan desain fashion secara tegas.
Dalam hal ini, penulis mengkaji beberapa hal. Pertama, perkembangan fast fashion di
Indonesia. Kedua, menganalisis peraturan perundang-undangan yang mengakomodir
proteksi karya desain fashion. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa perkembangan industri fast fashion baik secara global dan Indonesia
cukup signifikan. Selain diketahui pangsa pasar yang luas di Indonesia, terdapat
banyak perusahaan fast fashion yang membuka gerainya di Indonesia. Dengan
besarnya potensi pendapatan yang mungkin diterima dan diketahui banyak kasus
plagiarisme oleh perusahaan fast fashion di luar Indonesia, maka perlu untuk
diketahui regulasi akan kekayaan intelektual di Indonesia sendiri. Di Indonesia,
terdapat 3 regulasi kekayaan intelektual yang dapat digunakan dan mengakomodir
perlindungan secara hukum yakni hak cipta, merek dan desain industri.
Abstract
Fast fashion is a fashion that is produced quickly, cheaply and in bulk; and often take
design concepts from couture shows of other brands, especially high-end brands. In
recent years, fast fashion has become a business trend carried out by several
companies because it is very profitable. On the other hand, the existence of fast
fashion provides a loss for high-end brand companies where the fast fashion
company's actions are carried out without permission and are a violation of intellectual
property rights. It is known that there is no specific regulation that regulates and
explicitly mentions the protection of fashion design. In this case, the author examines
several things. First, the development of fast fashion in Indonesia. Second, analyze
the laws and regulations that accommodate the protection of fashion design works.
The research method used is normative juridical research with a statutory approach.
From the results of the study, it is known that the development of the fast fashion
industry both globally and in Indonesia is quite significant. Apart from being known for
its wide market share in Indonesia, there are many fast fashion companies that have
opened their outlets in Indonesia. With the large potential income that may be
received and there are many cases of plagiarism by fast fashion companies outside
Indonesia, it is necessary to know the regulation of intellectual property in Indonesia
itself. In Indonesia, there are 3 intellectual property regulations that can be used and
accommodate legal protection, namely copyright, trademark and industrial design.
262
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
PENDAHULUAN
Bisnis kreatif di era ini berkembang GDP (Gross Domestic Product) global
dengan sangat pesat,1 hal ini terjadi atau diperkirakan sebesar USD
akibat proses digitalisasi dan 1.000.000.000.000 (satu triliun dollar
penyebaran informasi yang semakin amerika serikat).4 Angka-angka tersebut
cepat melalui sarana teknologi informasi didapatkan atas kontribusi dari banyak
yang canggih.2 Hal ini dapat dilihat dari pihak di dalam industri bisnis fashion.
kehadiran social media di kehidupan Terdapat 3 (tiga) pihak sebagai aspek
kita seperti Instagram, Youtube, utama yang mendukung peningkatan
Snapchat, Twitter dan Tiktok yang industri ini yakni: (1) Peran majalah
menjadi platform penunjang mode seperti Vogue, Elle, Cosmopolitan
berkembangnya bisnis kreatif. Berbicara dan Harper’s Bazaar; (2) pertunjukan
mengenai sektor bisnis kreatif, diketahui adibusana seperti Jakarta Fashion
terdapat berbagai jenis industri di Week, New York Fashion Week, Paris
dalamnya. Salah satunya adalah Fashion Week, Arab Fashion Week dan
industri fashion. Menurut Collins, Berlin Premium; serta (3) eksistensi
Industri fashion memiliki definisi yakni: merek-merek terkenal dan High-End
“the industry that deals with the world of seperti Celine, Gucci, Prada, Armani
fashion”3 yang berarti, industri yang dan merek karya desainer ternama
berhubungan dengan dunia fashion. lainnya.5
Dunia fashion yang dimaksud disini Progresivitas pertumbuhan dan
mencakup segala hal yang perkembangan bisnis mode ini juga
berhubungan dengan manufaktur didukung oleh adanya tren fast fashion.
pakaian mulai dari proses desain, Menurut the Vou, fast fashion memiliki
produksi, distribusi dan komersialisasi. definisi yakni: “An all-encapsulating term
Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis used to describe a business model
mode atau industri fashion semakin based on copying and replicating high-
berkembang. Hal ini diketahui dari end fashion designs.”6 Yang artinya
tingginya pendapatan penjualan global adalah “Fast fashion merupakan istilah
untuk industri yang satu ini yang dimana yang merangkum semua yang
menghasilkan sebesar lebih dari USD digunakan untuk menggambarkan
180.000.000.000 (seratus delapan puluh model bisnis yang melakukan proses
miliar dolar amerika serikat) setiap penyalinan dan mereplikasi desain
tahunnya, dan secara persentase yakni mode kelas atas.” Proses penyalinan
sekitar 4% (empat persen) dari total dan replikasi tersebut dilakukan oleh
ribuan karyawan yang dipekerjakan oleh
1
pelaku usaha untuk menemukan dan
Kantor Komunikasi Publik. (2014). Bisnis Digital
Di Era Ekonomi Kreatif Punya Potensi Untuk
menyalin desain terbaru yang dikenakan
Berkembang Pesat,
4
https://www.unpad.ac.id/2014/05/bisnis-digital-di- Deny Andreas Krismawan. (2021). Fast Fashion
era-ekonomi-kreatif-punya-potensi-untuk- Dalam Konteks Hak Kekayaan Intelektual (Urgensi
berkembang-pesat/. Diakses 02 Februari 2022. Perlindungan Hukum Karya Desain Fashion Sebagai
2
Wawan Setiawan. (2017). Era Digital Dan Bagian Ekonomi Kreatif), Jurnal Legislasi Indonesia
Tantangannya, in Seminar Nasional Pendidikan 18(2), 282–95.
5
2017. Ibid.
3 6
Collins. (n.d). Collins Dictionary. Katherine Saxon. (2021). Complete Fast Fashion
https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english Guide – Definitions, Problems, Examples, Solutions.
/fashion-industry. Diakses 01 Februari 2022. The Vou.
263
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
oleh selebriti di media sosial atau oleh keinginan konsumen, lahirlah konsep
model di atas catwalk atau red carpet.7 'fast fashion' ini.9
Fast Fashion sendiri juga dapat berarti
suatu mode yang diproduksi secara
cepat, murah, dan massal serta bentuk
produknya yang mengambil konsep
desain dari pertunjukan adibusana
merek lain dan diaplikasikan menjadi
model baju siap pakai yang siap
dipasarkan dan bertujuan mengikuti tren
terkini. Dari pengertian tersebut, dapat
diketahui beberapa unsur Fast Fashion
Gambar 1. Ilustrasi – Gucci (High
yakni: (1) Sebuah mode; (2) Produksi
End-kiri) dan Mango (Fast Fashion-
cepat, murah dan massal; dan (3)
kanan)10
mengambil konsep desain merek
lain/merek kelas atas saat pertunjukkan
Produksi pakaian dengan konsep
adibusana. Di masa lalu, retailer fast
fast fashion ini diketahui telah membuat
fashion hanya membuat perkiraan
para desainer dirugikan karena desain
desain mode atau 'tiruan'. Namun,
yang mereka rancang ‘digunakan’
kemajuan teknologi dan platform media
dengan tanpa izin dan diproduksi ulang
sosial tidak hanya meningkatkan e-
oleh perusahaan lain. Hal tersebut
commerce global, tetapi juga
cukup menyedihkan karena disamping
meningkatkan jumlah pemalsuan dan
perusahaan tersebut tidak hormat
tiruan oleh fast fashion. Saat ini, retailer
dengan desainer, diketahui juga industri
fast fashion tidak hanya membuat
fast fashion ini sejatinya telah
desain serupa, tetapi juga menawarkan
mendapatkan kesuksesan yang besar
replika jahitan-untuk-jahitan yang tepat.8
dengan dibuktikan oleh sale growth
Lahirnya konsep fast fashion ini
yang berkelanjutan.11 Potensi besar
adalah karena konsumen saat ini
yang dimiliki industri fashion dengan
menginginkan mode terbaru yang sama,
penjualan yang besar, merupakan suatu
tetapi tidak mau membayar harga yang
perkembangan dalam dunia ekonomi
mahal. Dengan keinginan untuk
namun disisi lain merupakan tantangan
membeli replika dan barang-barang
di bidang hukum karena diketahui belum
dengan standar yang lebih rendah,
diperolehnya proteksi hukum yang
retailer fashion melihat peluang tersebut
maksimal dari tindakan piracy atau
di pasar. Dalam upaya menyesuaikan
penggunaan desain oleh pihak lain
tanpa izin yang dilakukan oleh pelaku
usaha fast fashion. Dengan semakin
7 9
Cheng. (2021). Definition Of Fast Fashion, Venus Edology. (n.d). Find out How This Unique Business
Zine. Practice Has Benefited Consumers and Taken the
8
James Donoian & Wallach Margarita. (2018). Fast Fashion Industry by Storm.,
Fashion and IP Regulation: Will Fast Fashion Kill the https://www.edology.com/blog/fashion-media/rise-
Golden Goose?, of-fast-fashion/. Diakses 02 Januari 2022.
10
https://www.lexology.com/library/detail.aspx?g=2b1 Julie Zerbo. (2015). How the High Street Gets
efd99-6f50-486f-aec2-fa9569bc9102. Diakses 01 Away with Fashion Robbery?. Dazed.
11
Januari 2022. Op.Cit.
264
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
265
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
normatif.13 Dalam penelitian ini, penulis intelektual merupakan hal yang penting.
menggunakan pendekatan peraturan Dalam literatur sistem hukum anglo-
perundang-undangan. Data yang saxon, HKI dikenal dengan istilah
penulis gunakan adalah data sekunder Intellectual Property Rights (IPR). Sri
yang diperoleh dengan teknik studi Redjeki Hartono mengemukakan,
kepustakaan, yang dimana penulis bahwa KI pada hakikatnya adalah suatu
melakukan penelusuran kepustakaan hak dengan sifat khusus dan istimewa
sesuai dengan bahan hukum yang yang diberikan oleh Negara
berkaitan dengan objek penelitian ini, berdasarkan ketentuan peraturan
yang terdiri atas bahan hukum primer perundang-undangan dan sesuai
berupa peraturan perundangan- dengan prosedur dan syarat-syarat
undangan; dan, bahan hukum sekunder yang berlaku. Selaras dengan definisi
berupa jurnal, buku dan publikasi. Data- yang disampaikan oleh Sri Rejeki
data yang telah diperoleh di atas Hartono, OK Saidin mendefinisikan HKI
kemudian diolah dengan pendekatan sebagai hak kebendaan, hak atas
kualitatif yang didukung dengan analisis sesuatu benda yang lahir dari hasil kerja
peraturan perundang-undangan. otak dan rasio manusia. Sependapat
dengan dua ahli sebelumnya, Rachmadi
Hasil Penelitian dan Pembahasan Usman mendefinisikan KI sebagai “hak
Fast Fashion yakni sebuah mode kepemilikan terhadap karya–karya yang
yang diproduksi secara cepat, murah lahir atau muncul atas kemampuan
dan massal; dan mengambil konsep intelektualitas manusia dalam hal ilmu
desain merek lain dan/atau merek kelas pengetahuan dan teknologi (IPTEK)”.14
atas/high end saat merek tersebut Dari definisi yang dikemukakan
melakukan pertunjukkan adibusana. oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan
Fast Fashion merupakan bagian dari bahwa kekayaan intelektual pada
industri fashion. Ciri-ciri fast fashion hakikatnya merupakan hak eksklusif
yakni: (1) Produk fast fashion memiliki yang diberikan secara yuridis oleh
banyak model dan selalu mengikuti Negara kepada seseorang atau
trend terbaru. (2) Model fashion selalu sekelompok orang atas hasil
berganti dalam waktu yang sangat intelektualnya.15 Dalam hal ini, hasil
singkat; (3) Diproduksi pada negara intelektual yang dimaksud merupakan
Asia dan negara berkembang, dimana benda tidak berwujud yang dihasilkan
pekerja digaji dengan sangat murah oleh proses daya pikir, daya cipta dan
tanpa ada jaminan keselamatan kerja rasio manusia yang diungkapkan ke
dan upah yang layak, salah satunya di
Indonesia; (4) Menggunakan bahan
baku yang low quality, murah dan tidak 14
Putri Andini and Khusuf Komarhana, (n.d).
tahan lama. Pencatatan Hak Cipta Atas Karya Tulis Universitas
Berbicara mengenai industri ini, Internasional Batam.
fashion sebagai bagian dari industri https://opac.library.uib.ac.id/index.php?author=%22P
utri+Andini%22&search=Search. Diakses 01 Januari
kreatif kehadiran hukum hak kekayaan
2021.
15
Hari Sutra Disemadi & Hanifah Ghafila
13
Kornelius Benuf & Muhamad Azhar. (2020). Romadona.. (2021). Kajian Hukum Hak Pencipta
Metodologi penelitian hukum sebagai instrumen Terhadap Desain Grafis Gratis Yang Dipergunakan
mengurai permasalahan hukum kontemporer. Gema Kedalam Produk Penjualan Di Indonesia. Jurnal
Keadilan, 7(1), 20-33. Meta-Yuridis, 4(2).
266
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
267
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
memiliki pangsa pasar yang luas.21 manusia dan industri fashion, akhir-akhir
Hingga saat ini, telah banyak ini fenomena fast-fashion dan
perusahaan fast fashion yang membuka sengketanya menjadi isu yang perlu
banyak gerai di berbagai tempat di diperhatikan. Beberapa gugatan pernah
Indonesia diantaranya perusahaan yang dilayangkan kepada perusahaan
tersebut yakni: (1) H&M yang memiliki fast fashion pemilik merek Forever 21
35 (tiga puluh lima) toko;22 (2) Zara yang oleh desainer dan perusahaan merek
memiliki 13 (tiga belas) toko;23 dan (3) high-end seperti Anna Sui, Diane von
Uniqlo yang memiliki 46 (empat puluh Furstenberg, dan Gucci, yang dimana
enam) toko.24 Dari data ini dapat mereka memberikan tuduhan bahwa
diketahui bahwa adanya penerimaan perusahaan fast-fashion tersebut
masyarakat Indonesia akan fast fashion menyalin karya aslinya.25 Berikut ini
yang dapat dilihat dari jumlah toko yang adalah beberapa contoh karya asli dari
cukup banyak dibuka oleh perusahaan desainer dan perusahaan merek high-
fast fashion di Indonesia. Selain itu end yang disandingkan dengan karya
diketahui bahwa fast fashion mengalami Forever21.
perkembangan baik secara global
maupun di Indonesia.
2. Perlindungan Kekayaan
Intelektual atas Eksistensi Tren
Fast Fashion ditinjau dari
Hukum Positif Indonesia
21
Amiko Ajeng Oktadwianti. (2018). Aspek
Pembentuk Negative Emotion: Studi Pada Fast
Fashion Di Indonesia, Indonesia Banking School.
22
H&M. (2019). H&M Launches Shop Online In
Indonesia, https://about.hm.com/news/general-news-
2019/h-m-launches-shop-online-in-
25
indonesia.html#:~:text=Thefirst H%26M store Elizabeth Vulaj. (2020). Will Fast Fashion Go Out
in,online shopping in 49 markets. Diakses 15 of Style Soon? How Couture Designers, Celebrities,
Fabruari 2022. and Luxury Brands Fighting Back May Change The
23
Boxme. (2019). How ZARA Successfully Enters Future Legal Landscape for Mass Affordable
The Indonesian Market, https://blog.boxme.asia/how- Retailer, Santa Clara High Technology Law Journal
brand-zara-successfully-enters-the-indonesian- 36(2), 199.
26
market/#:~:text=While in Indonesia%2C Zara has 13 Lauren Alexis Fisher. (2017). Gucci Sues Forever
stores. Diaskes 12 Desember 2021. 21 Over Knockoff Stripe Designs,
24
Uniqlo. (n.d). Pencari Lokasi Toko, https://www.harpersbazaar.com/fashion/designers/a1
https://map.uniqlo.com/id/id/. Diakses 15 Februari 1654021/gucci-sues-forever-21/. Diakses 13 Januari
2022. 2022.
268
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
H
KI
di
In
du
Ha M
stri De
k ere
Fa sai
Gambar 3 Karya Anna Sui (Desainer - Ci k n
shi
Kiri) dan Forever21 (Fast Fashion - ptaHKI di on In
Kanan) Gambar 4. Industri Fashion
(Sumber: Olahan Pribadi, du2022)
Selain itu, ada juga kasus serupa stri
yang dimana gugatan dilayangkan
terhadap perusahaan fast fashion Hak Cipta (Copyright)
seperti Target oleh perusahaan merek Secara yuridis, berdasarkan
high-end yakni Burberry,28 Burberry Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
menyatakan bahwa Target menyalin the Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
brand’s signature check print milik Cipta (UU HC), hak cipta adalah:“hak
eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
27 29
Clutter Magazine. (2016). Good Artists Copy, Dan DeBaun. (2018). Burberry Sues Target for
Great Brands Steal, Allegedly Counterfeiting Its Check Pattern,
https://www.cluttermagazine.com/news/2016/08/goo https://www.bizjournals.com/twincities/news/2018/0
d-artists-copy-great-brands-steal. Diakses 11 Januari 5/09/british-fashion-brand-sues-target-for-
2022. allegedly.html. Diakses 11 Januari 2022.
28 30
Vulaj. (2020). Loc.Cit. Vulaj. (2020). Op.Cit.
269
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam desain yang sudah berwujud suatu
bentuk nyata tanpa mengurangi pakaian tak mendapatkan perlindungan
pembatasan sesuai dengan ketentuan dari hak cipta. Namun, perlindungan hak
peraturan perundang-undangan.” Hak cipta terhadap produk fashion dapat
cipta atau dikenal juga sebagai melingkupi perlindungan terhadap
copyright adalah jenis hak kekayaan gambar, motif atau corak yang terdapat
intelektual yang melindungi ciptaan dalam desain produk busana tersebut.
yang berupa karya tulis, karya seni dan Dengan kata lain hak cipta hanya
lain sebagainya. Pengaturan atas hak memberikan perlindungan terhadap
cipta di Indonesia diatur dalam UU HC. desain yang bersifat ‘ornamental’ yang
UU HC mengatur bahwa suatu karya diaplikasikan pada sebuah produk
atau ciptaan yang dapat dilindungi busana atau pakaian. Oleh karena itu.
dalam undang-undang ini adalah hak cipta tak memberikan perlindungan
meliputi sebagaimana disebutkan dalam terhadap produk fashion dalam bentuk
Pasal 40 ayat (1) UU HC yang berbunyi: sebagai barang fungsional dan
“Ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta, diproduksi secara massal untuk tujuan
meliputi ciptaan dalam bidang ilmu industri.31 Artinya hanya desainnya dan
pengetahuan, seni dan sastra yang gambar yang berada di pakaian saja
terdiri atas: a. Buku, pamflet, yang diproteksi, namun tidak sampai
perwajahan karya tulis yang diterbitkan, pada bentuk nyata dari produk fashion
dan semua hasil karya tulis lainnya; b. tersebut misalnya potongan, bentuk dan
Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan dimensi produk.
sejenis lainnya; c. Alat peraga yang Terlepas dari bagian apa saja
dibuat untuk kepentingan pendidikan yang dilindungi oleh UUHC, perlu
dan ilmu pengetahuan; d. Lagu dan/atau diketahui bahwa untuk dapat dilindungi
musik dengan atau tanpa teks; e. suatu ciptaan maka hal yang dilakukan
Drama, drama musikal, tari, koreografi, adalah melakukan pengumuman32
pewayangan, dan pantomim; f. Karya misalnya dengan mengadakan
seni rupa dalam segala bentuk seperti launching di media sosial atau
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pertunjukan adibusana. Hak cipta
pahat, patung, atau kolase; g. Karya diketahui tidak wajib dicatatkan, hal ini
seni terapan; h. Karya arsitektur; i. Peta; dikarenakan hak cipta sendiri muncul
j. Karya seni batik atau seni motif lain; secara deklaratif yakni sejak
k. Karya fotografi; l. Potret; m. Karya diumumkan.
sinematografi; n.Terjemahan, tafsir,
saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan
karya lain dari hasil transformasi”.
Apabila melihat bunyi pasal
tersebut, diketahui bahwa di huruf (f)
disebutkan “karya seni rupa dalam
31
Krismawan, “Fast Fashion Dalam Konteks Hak
Kekayaan Intelektual (Urgensi Perlindungan Hukum
segala bentuk” merupakan ciptaan yang
Karya Desain Fashion Sebagai Bagian Ekonomi
dapat dilindungi, hal ini dapat Kreatif).”
mengakomodir perlindungan fashion 32
Siti Hatikasari, “Esensi Perlindungan Hukum
dalam bentuk karya seni rupa yakni Dalam Sistem First To Announce Atas Karya Cipta,”
desain pakaian. Sayangnya, bentuk Supremasi Hukum : Jurnal Penelitian Hukum 27, no.
2 (2018): 130.
270
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
271
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
dan setelah memperoleh sertifikat.36 desain dari produk Louis Vuitton (LV)
Merek merupakan tanda yang dengan bentuk yang serupa. Kemudian
dicantumkan pada suatu barang atau yang masuk dalam kategori tindakan
produk.37 Jika suatu barang hasil yang masuk perlindungan merek adalah
produksi suatu perusahaan tidak jika suatu produsen pakaian
memiliki kekuatan pembeda dianggap memproduksi busana dengan
sebagai tidak cukup mempunyai menggunakan merek produk Versace
kekuatan pembedaan dan karenanya tanpa izin. Sementara itu, perlindungan
bukan merupakan merek. Hukum merek terhadap produk desain fashion
menyatakan merek sebagai sesuatu memiliki fungsi untuk:38
yang menjadi milik eksklusif pihak a. Membantu melindungi
tertentu, dan melarang pihak lain untuk identitas suatu brand dengan
memanfaatkannya kecuali dengan izin cara menghindarkan
dari pemilik merek. Merek dagang juga kesamaan dengan brand lain
dapat diartikan sebagai simbol yang yang beredar di pasar;
digunakan untuk membedakan suatu b. Mencegah produk palsu yang
produk barang dan/atau jasa yang menggunakan merek tanpa
dimiliki suatu perusahaan dari seijin pemilik merek;
perusahaan kompetitornya. Pada c. Memberikan kewenangan
umumnya istilah ini disebut sebagai kepada penegak hukum untuk
“brand”. Berkaitan dengan industri melakukan tindakan terhadap
fashion, merek atau brand pada suatu pemalsuan produk tanpa
produk adalah identitas dari produk mendapatkan izin dari pihak
busana tersebut. Sebagai contoh desain pemegang merek.
fashion berupa tas memiliki merek
dagang “Hermes” atau “Armani”. Untuk memperoleh perlindungan
Perlindungan yang diberikan oleh hak merek maka merek harus didaftarkan
merek dalam industri fashion adalah dan memperoleh sertifikat mereknya.39
perlindungan terhadap logo atau Setelah hal tersebut dilaksanakan maka
identitas dari produk tersebut. untuk melindungi produk fashion maka
Sedangkan untuk desain dari produk pemegang merek dapat melakukan
fashion itu sendiri tidak mendapatkan pencantuman merek pada produk.
perlindungan dari peraturan di bidang
merek. Sebagai contoh pembajakan
terhadap desain yang tidak
mendapatkan perlindungan dari merek
yaitu, suatu produk yang dibuat oleh
peritel besar di industri fast fashion
membuat tas yang menggunakan
36
Zaenal Arifin and Muhammad Iqbal. (2020).
Perlindungan Hukum Terhadap Merek Yang
Terdaftar, Jurnal Ius Constituendum 5(1), 56.
37 38
Nopiana & Hari Sutra Disemadi. (2021). Op.Cit.
39
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Syahriyah Semaun. (2016). Perlindungan Hukum
Merek: Suatu Kajian Komparatif Antara Jepang Dan Terhadap Merek Perdagangan Barang Dan Jasa,
Indonesia. Widya Yuridika: Jurnal Hukum 4(2). Jurnal Hukum Diktum 14(2), 110.
272
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
273
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
274
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
275
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
276
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
277
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 1 Maret 2022)
278