cipta.3
1
Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI No.
M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dalam surat No. 24/M/PAN/1/2000 istilah Hak Kekayaan Intelektual (tanpa
“Atas”), telah resmi digunakan, Hak Kekayaan Intelektual disingkat “H.K.I”, atau “HaKI”
untuk sekedar kemudahan penyebutan.
2
Paris Convention for the Protection of Industrial Property merupakan suatu
perjanjian internasional mengenai perlindungan terhadap hak kekayaan perindustrian yang
diadakan di paris pada tanggal 20 Maret 1883. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah,
Hak Kekayaan Intelektual, Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya
Abadi, Jakarta , 1997, hal. 12
3
Konvensi Berne diadakan karena kebutuhan akan perlindungan hak cipta yang
terstandardisasi dan seragam yang dapat berlaku secara internasional. Sebelumnya, pada
tahun 1866 di Swiss didirikan organisasi internasional Berne Copyright Union yang
mengadministrasikan dan melindungi berbagai ciptaan manusia yang mencipta di bidang
sastra (literary) dan seni (artistic). Pendirian Bern Copyright Union ini kemudian diikuti
dengan dilaksanakannya Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic
Works (Konvensi Berne) pada tahun 1886 yang menetapkan mengenai aturan hak cipta di
negara-negara berdaulat. Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, edisi ke-2, cetakan ke-3,
Alumni, Bandung, 2009, hlm. 52
1
2
anggota WTO;
diterima luas;
HKI.
4
H.S. Kartadjoemena, GATT WTO dan Hasil Uruguay Round, UI Press, Jakarta ,
1997, hlm. 17
5
Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, Alumni,
Bandung , 2010. hlm. 149
6
Eddy Darmian, Hukum Hak Cipta, Op.cit, hlm. 4
Terciptanya kesepakan TRIPs tersebut tidak terlepas dari adanya
dibidang HKI.7
Intelektual (HKI) merupakan hak kekayaan yang timbul atau lahir atas
HKI merupakan suatu sistem yang saat ini melekat pada tata
kehidupan modern dan merupakan suatu konsep yang baru bagi negara-
7
Agus Sardjono, Op.cit., hlm. 150.
8
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Graha Ilmu,
Yogyakarta , 2009, hlm.6
9
Bambang Koeswoyo, “Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) di Indonesia”, Makalah pada penelitian Teknis Yustisial Peningkatan
Pengetahuan Hukum bagi Hakim Tinggi se-Indonesia yang diselenggarakan Mahkamah
Agung RI, Semarang, 20-24 Juni 1995, 206.
negara berkembang termasuk Indonesia.10 Menurut Abdulkadir Muhammad
b. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat
sementara.
intelektual mereka dengan memberikan hak hak khusus baik yang bersifat
10
Achmad Zen Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni, Bandung ,
2005, hlm. 1
11
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum…, Op.cit., hlm. 1
12
Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hlm. 15-16.
13
Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta , 1990,
hlm. 45
14
Tomi Suryo Utomo, Op.cit., hlm.1
or more, especially, for the protection of economic investment in creative
effort.”15
Definisi HKI dari Jill McKeough dan Andrew Stewart tidak jauh
berbeda dengan definisi HKI yang dikemukakan oleh United Nations
Conference On Trade and Development (UNCTAD) dan Intrenational
Centre for Trade and Sustainable Development (ICTSD). Yang mana,
menurut kedua lembaga tersebut HKI merupakan “ Hasil-hasil usaha
manusia kreatif yang dilindungi oleh hukum.”16
15
Jill McKeough dan Andrew Stewart, Intellectual Property Rights in Australia,
Butterworths, Australia , 1997, hlm.2, dalam Sabriando Leonal, “Implementasi Hak
Kekayaa Intelektual Dalam Hubungannya Dengan Praktik Persaingan Usaha Bidang
Merek”, Tesis¸ Magister Universitas Indonesia , 2011, hlm. 55
16
Tomi Suryo Utomo, Op.cit., hlm. 9.
17
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.cit., hlm. 21.
18
Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai
kategori. Salah satu diantara kategori tersebut adalah pengelompokan benda kedalam
klasifikasi benda berwujud (materil) dan benda tak berwujud (immaterial) selengkapnya
lihat pasal 503 KUHPerdata. Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum
Kebendaaan Nasional, Alumni, Bandung , 1997, hlm. 34
tak berwujud. suatu hak kebendaan memberikan kekuasaan langsung
merupakan tiap barang dan tiap hak yang dapat menjadi objek dari hak
(tongilable good) adalah benda materiil yang ada wujudnya, karena dapat
dengan hak (intangible good) adalah benda immateriil yang ada, tidak ada
wujudnya karena tidak dapat dilihat dan diraba, seperti hak kekayaan
intelektual.20
sebagai hak benda dalam sistem hukum perdata kedalam skema berikut :21
Hukum
Harta Kekayaan Hukum Hukum
SISTEM
Materiil Imateriil
HUKUM
PERDATA Hukum Keluarga
Hukum Hak, Seperti Hak
Kekayaan Intelektual (HKI)
Hukum Waris beserta hak turunannya
19
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta , 2011, hlm. 77
20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994, hlm. 75
21
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organitation (WTO)-TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Jakarta ,
2010, dalam OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights), Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2004, hlm. 300
7
prinsip yakni:22
a. Prinsip Ekonomi
bersangkutan.
b. Prinsip Keadilan.
c. Prinsip Kebudayaan.
manusia.
d. Prinsip Sosial.
22
Elsi Kartika Sari, Et.al., Op.cit.,hlm. 113
8
menjadi 2 bagian, yaitu hak cipta (copyrights), dan hak kekayaan Industrial
sebagai berikut:25
a. Hak Cipta (copyrights) yang terdiri dari hak cipta dan hak-hak berkaitan
dengan hak cipta yang biasa disebut hak kaitan (neighbouring rights).
berikut:26
1) Paten (Paten);
23
Hak Kekayaan ndustrial (Industrial Property Rights) adalah hak yang megatur
segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama mengatur perlindungan hukum. Ibid.
24
Ibid.
25
OK. Saidin, Op.cit., hlm. 10-12.
26
Elsi Kartika Sari, Loc.cit
9
Circuit)
dalam:
a. Hak Cipta (Undang-Undang No. 228 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta)
Dagang)
Industri)
1557. King Philip dan Queen Mary memberikan peghargaan Royal Charter
27
Penghargaan Royal Charter tersebut berupa hak monopoli yang diberikan
menyelenggarakan sistem registrasi dan percetakan karya tulis. Penerbitan karya tulis
berupa buku hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang menerima penghargaan ini atau
penerbit-penerbit lain yang terdapat sebagai anggota dari perusahaan penerima
penghargaan tersebut (Stationers Company). Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Op.cit.,
hlm. 48.
10
Royal Charter ini hak pengarang sama sekali diabaikan dan memberikan
kekuasaan penuh kepada penerbit. Pada tahun 1710 lahirlah gagasan bahwa
Indonesia pertama kali mengenal hak cipta pada tahun 1912, yaitu
pada masa Hindia Belanda. Berdasarkan Pasal 131 dan 163 I.S., hukum
28
Statute of Anne merupakan Undang-Undang hak cipta pertama di dunia yang
mengatur tentang hak eksklusif pengarang yang memiliki hak dan kebebasan untuk
mencetak karya tulisnya. Dan Statute of Anne berpengaruh besar dalam perkembangan
perlindungan hak cipta. Eddy Damian, ibid., hlm. 50
29
Asas Konkordansi Adalah asas yang melandasi untuk diberlakukannya hukum
eropa/belanda pada masa itu untuk diberlakukan kepada bangsa pribumi/Indonesia. Viva
Hukum, “ Pengertian Asas Konkordansi”, Artikel, diakses tanggal 17 Oktober 2016 dari
http://vivahukum.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-asas-konkordansi.html
30
Auteurswet adalah suatu Undang-undang Belanda yang diberlakukan di
Indonesia pada tahun 1912 berdasarkan asas konkordansi (St 1912 No 600 Undang-undang
23 September 1912). Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya Di
dalam Pembangunan, Akademika Pressindo, Jakarta , 2014 hlm. 1
31
Sanusi Bintang, Op.cit.., hlm. 17
32
Sophar Maru Hutagalung, Op.cit., hlm. 97
11
kurang menitik beratkan pada keseimbangan yang adil antara hak pencipta
untuk mengawasi penyebaran karyanya dan kepentingan umum, sehingga
dirasa kurang mendorong peningkatan kemajuan ilmu dan seni guna
memepercepat pertumbuhan kecerdasan bangsa.33
adalah istilah hak pengarang, maka seolah-olah yang diatur hanyalah hak-
hak dari pengarang saja, sedangkan cangkupan hak cipta jauh lebih luas dari
33
Rachmadi Usman, Op.cit., hlm. 57
34
Stephan Fishmen, “The Copy Right Handbook : How to Protect and Use Written
Works”, dalam Eddy Damian, ibid., hlm. 111.
35
Istilah Hak cipta diperkenalkan oleh ahli bahasa Soetan Moh. Syah yang
disampaikan dalam makalah dalam Kongres Kebudayaan Indonesia. J.C.T Simorangkir,
Hak Cipta Lanjutan, Djambatan, Jakarta , 1973, hlm. 21-24.
36
Agus Sardjono, Hak Cipta Dalam Design Grafis, Yellow Dot Publisng, Jakarta ,
2008, hlm. 16
12
37
Sejak dibuatya Undang-Undang Nomor. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta,
Indonesia telah merevisi sebanyak 4 (empat) kali perubahan, yang pertama dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982, kedua dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1997 Tentang Hak Cipta, ketiga
dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan yang terakhir yaitu
dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
38
Rachmadi Usman, Op.cit., hlm.58-59
13
a. Pemidanaan
2) Merubah jenis tindak pidana hak cipta dari tindak pidana aduan
cipta
39
Ibid.
40
Ibid., hlm. 60-63
14
musik, rekaman video, karya rekaman suara atau bunyi, karya seni
a. Penyempurnaan
Penyempurnaan mencakup ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan
terhadap ciptaan yang tidak diketahui penciptanya, pengecualian
peanggaran terhadap hak cipta, jangka waktu perlindungan hak cipta,
hak dan wewenang menggugat, dan ketentuan mengenai Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
b. Penambahan
Perubahan disini meliputi ketentuan mengenai penyewaan ciptaan
(rental rights) bagi pemengang hak cipta atas rekaman video, film dan
program komputer, hak yang berkaitan dengan hak cipta (neighbouring
rights) dan mengatur lisensi hak cipta.
tentang Hak Cipta. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
41
Sanusi Bintang, Op.cit., hlm. 17-19
42
Rachmadi Usman, Op.cit., hlm. 66-67
15
telekomunikasi.
e. Terdapat batas waktu proses perkara perdata dibidang hak cipta dan hak
teknoogi.
Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta belum dapat menekean angka
Definisi dari hak cipta menurut pasal 1 UUHC terbaru ini, dapat
kita lihat bahwa undang-undang ini memberikan definisi dari hak cipta yang
45
Abdul R. Saliman, Op.cit., hlm. 155
17
sedikit berbeda untuk beberapa hal. Selain itu, dalam dalam bagian definisi
juga diatur lebih bayak hal seperti adanya definisi atau fiksasi, fonogram,
penggadaan, royalti, Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), pembajakan,
penggunaan secara komersial, ganti rugi dan sebagainya.46
“hak pengarang (hak cipta) yaitu hak tunggal dari pengarang, atau
hak dari yang mendapatkan hak tersebut, atas hasil ciptaannya
dalam lapngan kesusastraan, pengetahuan dan seni, untuk
mengumukan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-
pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.”47
Hak Cipta yang dimaksud dengan hak cipta adalah “Hak eksklusif pencipta
yang diberikan oleh negara atas kreativitas pencipta yang berupa hak untuk
46
Ibid., hlm. 157
47
Pasal 1 Auteurswet tahun 1912, dalam, Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Seminar Hak Cipta, Binacipta, Bandung , 1976, hlm. 44
48
Patricia Loughlan, Intelectual Property , Creative and Marketing Rights, LBC
Information Service, Australia , 1998, hlm. 3
18
Jika kita merujuk pada definisi hak cipta menurut pasal 1 angka 1
UUHC, hak cipta merupakan hak eksklusif49. dalam hak eksklusif terdapat 2
(dua) macam hak yaitu hak moral dan hak ekonomi. hak moral meliputi hak
atau Rights of Paternity) dan hak untuk melarang orang lain merusak dan
Rights).50
Subjek dari hak cipta itu sendiri ialah pencipta dan pemegang hak
cipta. Yang di maksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang
yang secara bersama-sama melahirkan suatu ciptaan. Selanjutnya dapat pula
diterangkan bahwa yang menciptakan suatu ciptaan menjadi pemilik
pertama dari hak cipta atas ciptaan tersebut.51
Hak Cipta defiinsi dari pencipta tertuang dalam pasal 1 angka 2 yang
khas.”
49
Hak eksklusif (exclusive rights) ialah hak yang semata-mata diperuntukan bagi
penciptanya, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa
izin pencipta atau yang menerima hak itu. Eddy Damian, Op.cit., hlm. 35.
50
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta , 2011,
hlm. 49
51
Edy Damian, Op.cit, hlm. 124
19
cipta dari karya ciptanya itu sendiri, namun tidak semua pemegang hak cipta
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta antara pencipta dan pemegang hak
cipta memiliki definisi yang berbeda. Definisi dari pemegang hak cipta itu
cipta yang merupakan pemilik hak cipta, sedangkan yang menjadi pemegang
hak cipta tidak harus sebagai penciptanya, tetapi bias pihak lain yang
menerima hak tersebut dari oencipta secara sah, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut dari hak tersebut dari pencipta atau pemegang hak
cipta.
Hak pencipta atau hak pemegang hak cipta dibagi menjadi hak
ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta
atas suatu ciptaan dimiliki oleh pemegang hak cipta (pencipta sendiri atau
pihak lain yang menerima hak itu). Hak ini mencakup segala manfaat
52
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
Tentang Hak Cipta”, Pasal 8
20
tentang hak cipta menjelaskan pencipta atau pemegang hak cipta memiliki
a. Penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. Penerjemahan Ciptaan;
d. Pengadaptasian, Pengaransemenan, atau pentransformasin Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau Salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. Penyewaan Ciptaan.
melekat secara alamiah sebagai suatu kekayaan si pencipta yang mana hal
berikut :
(1) Everyone has the right freely to practicipate in the cultural life of the
community, to enjoy the art and to share in scientific advancement
and its benefits.
53
Julien Hofman, Introducing Copyrights, A Plain Language Guide to Copyrights
st
in the 21 Century, Commanwealth of Learning, 2009, hlm. 40.
21
(2) Everyone has the right to the protection of the moral and material
interest resulting for many scientific, literary or artistic production
of which he is the author.
kepada pencipta atas ekspresi kreatifnya. Dalam pasal 5 ayat (1) hak moral
tersebut merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri si Pencipta
untuk :
reputasinya.
54
Tyas Ika Merdekawati, “Implementasi Pemungutan Royalti Lagu atau Musik
untuk kepentingan komersil”, Tesis, Universitas Diponogoro, Semarang , 2009, hlm. 70
55
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta , 2011,
hlm. 108-109
22
pihak lain. Hak moral baru dapat dipindahkan dengan ketentuan si pencipta
meninggal dunia dan mewasiatkan hak moral tersebut kepada pihak lainnya.
Untuk melindungi hak moral pencipta dalam pasal 7 ayat (1) dan (2)
memiliki Informasi manajemen hak cipta dan informasi elektronik hak cipta
sesuai dengan penrnyataan dari Jill McKeough dan Andrew Stewart yang
menyatakan bahwa:56
dasar perlindungan hak cipta adalah konsep bahwa pengarang (atau artis,
5. Hak Terkait.
56
Jill McKeough dan Andrew Stewart, Op.cit., hlm. 119
57
Ketiga kelompok pemegang hak cipta yang dimaksud adalah, (1). Artis-Artis
(Performing Artist) yang dapat terdiri dari penyanyi, Aktor, Musisi, Penari, dan pelaku
pertunjukan Karya sastra seni (2). Produser Rekaman (Producers of Phonongram) (3).
Lembaga-lembaga Penyiaran (Boardcasting Organization). Otto Hasibuan, Hak Cipta di
Indonesia , Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting
Society, Alumni, Jakarta , 2008, hlm. 28
24
dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan.
berdekatan dengan ciptaan aslinya. dengan kata lain hak terkait tidak akan
timbul bila tidak ada izin dari pencipta asli untuk menggunakan ciptannya59
yaitu :60
a. Kelompok I
pengetahuan.
6) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
7) Karya arsitektur
8) Peta, dan
(tujuh puluh tahun) setelah pencipta meninggal dunia, atau jika pencipta/pemegang
hak cipta terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih setelah pemegang hak paling terakhir
meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 januari tahun berikutnya. Apabila hak
cipta atas ciptaan dimiliki oleh badan hukum masa berlakunya ialah 50 (lima
b. Kelompok II
1) Karya Fotografi.
2) Potret.
3) Karya sinetografi.
4) Permainan Video.
5) Program Komputer
budaya tradisional.
9) Kompilasi ciptaan atau data baik format yang dapat dibaca dengan
yang asli.
26
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman, kecuali untuk karya
cipta terapan yang memiliki masa berlaku 25 (dua puluh lima) tahun sejak
tersebut.
c. Kelompok III
bentuk karya dari ekspresi budaya tradisional. Karya cipta ini dipegang atau di
miliki oleh Negara. Masa berlaku jenis ciptaan ini tanpa batas waktu.
d. Kelompok IV
yang tidak diketahui penciptanya, yang dipegang oleh negara. Masa berlaku
jenis ciptaan ini ialah selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman.
e. Kelompok V
ciptaan ini selama 50 (lima puluh) sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
tersebut maka pencipta akan memperoleh keuntungan berupa sebagai alat bukti
memberikan alat bukti yang kuat akan tetapi pencatatan hak cipta sebagai cara
27
untuk menciptakan hak kebendaan.61 Adapun cara untuk mencatatkan hak cipta
dengan cara mengisi formulir yang disediakan dalam bahasa Indonesia dan
Formulir pencatatan dibubuhi materai 6000 (pada lembar pertama) dan ditanda
1) Buku dan karya tulis lainnya : 2 (dua) buah yang telah dijilid dengan edisi
terbaik. Apabila buku tersebut berisi foto seseorang harus disertai surat
pernyataan tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya.
61
Hak kebendaan atas suatu benda pada umumnya terjadi pada saat pencatatan
dilakukan, selama pencatatan belum dilakukan, hak tersebut hanya mempunyai arti
terhadap para pihak pribadi dan umum dianggap belum “mengetahui” perubahaan status
hukum atas hak yang dimaksudkan. Pengakuan dari masyarakat baru terjadi pada asaat hak
tesebut
62
Tim Visi Yustistia, op.cit., hlm. 23
28
8) Seni Lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, dan gambar: masing-
9) Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan, dan kolase:
13) Terjemahan : 2 (dua) buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak
cipta.
Pemohon wajib melampirkan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti
d. Melampirkan bukti badan hukum bila pemohon adalah badan hukum. Apabila
dilampirkan salinan resmi akta pendirian badan hukum tersebut atau foto
a. Buku dan karya tulis lainnya : 2 (dua) buah yang telah dijilid dengan edisi
terbaik. Apabila buku tersebut berisi foto seseorang harus disertai surat
pernyataan tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya.
rekamannya.
6) Seni Lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, dan gambar:
7) Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan, dan kolase:
rekamannya.
11) Terjemahan : 2 (dua) buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak
cipta.
Pemohon wajib melampirkan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau
kewarganegaraan.
Apabila pemohon adalah suatu badan hukum, pada surat permohonannya harus
dilampirkan salinan resmi akta pendirian badan hukum tersebut atau foto
kopinya yang dilegalisasi notaris sebagai bukti bahwa pemohon benr sebagai
pemohonan tersebut harus dilampirkan surat kuasa. Kuasa tersebut harus warga
Indonesia.
lainnya perihal hak cipta merupakan penerimaan negara bukan pajak yang
Jika kita merujuk pada UUHC, Ketentuan mengenai pencatatan hak cipta
diatur secara khusus dalam pasal 66 sampai pasal 73 UUHC. Adapun langkah-
pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasanya kepada
menteri.
31
d. Bagi permohonan yang diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus
produk hak terkait yang dimohonkan tersebut secara esensial sama atau tidak
sama dengan ciptaan yang tercatat dalam daftar umum ciptaan atau objek
dilindungi hak cipta, melanggar hak eksklusif pemegang hak cipta, seperti hak
karya turunan tanpa izin pemegang hak cipta.63 Pada prinsipnya yang dilindungi
dalam hak cipta ialah ekspresi ide yang tertuang dalam bentuk materiil yang dapat
dilihat, dibaca, atau didengar. Oleh karena itu, setiap pelanggaran hak cipta selalu
dikaitkan secara langsung dengan peniruan materiil ataupun ide dari sebuah ciptaan
yang telah ada. Mengumumkan atau memperbanyak ekpresi ide orang lain, atau
63
Tim Visi Yustisia, op.cit., hlm. 34
32
mengambil bagian tertentu yang substansial merupakan pelanggaran hak cipta yang
golongan yakni:
cipta.
Cipta terdapat beberapa perubahan yakni memiliki ancaman pidana yang semakin
lama, dan juga ancaman denda yang semakin besar. sehingga hal tersebut dapat
memberikan efek jera bagi para pelaku, ataupun dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi setiap pelaku yang akan melakukan pelanggaran hak cipta.
4. Pasal 9 (1) huruf a, b, e, dan g (hak ekonomi) < 4 Thn < Rp.1 M
64
Elytas Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia, Analisa Teori dan Praktik ,
Citra Aditya, Bandung , 2012, hlm.198
33
10. Pasal 23 (2) huruf c dan d (hak ekonomi) < 4 Thn < Rp. 1 M
11. Pasal 23 (2) huruf c dan d (pembajakan) < 10 Thn < Rp. 4 M
13. Pasal 24 (2) huruf a, b, dan d (hak ekonomi) < 4 Thn < Rp. 1 M
14. Pasal 24 (2) huruf a, b, dan d (pembajakan) < 10 Thn < Rp. 4 M
15. Pasal 25 (2) huruf a, b, c, dan d (hak ekonomi) < 4 Thn < Rp. 1 M