Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH WORLD TRADE ORGANIZATION DAN KASUS

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Bisnis Internasional
Dosen Pengampu Adil Ridho Fadillah., S.E., M.Si., Ak., C.A

Disusun Oleh :
Dea Mediana 193403011
Muhammad Fajar Sidik 193403113
Sri Rahmi Nuraini 193403117
Muhammad Enrico 193403120
Sindi Pitasari 193403131
Indriyani Susanti 193403136
Dewangga Fajar Satria 193403149

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul World Trade Organization
Dan Kasus Perdagangan Internasional tepat waktu.
Makalah World Trade Organization Dan Kasus Perdagangan Internasional
disusun guna memenuhi tugas Bapak Adil Ridho Fadillah., S.E., M.Si., Ak., C.A pada
mata kuliah Bisnis Internasional di Universitas Siliwangi. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang World Trade
Organization Dan Kasus Perdagangan Internasional.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Adil Ridho
Fadillah., S.E., M.Si., Ak., C.A selaku dosen mata kuliah Bisnis Internasional. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Tasikmalaya, 02 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
2.1 Sejarah singkat World Trade Organization ......................................................... 6
2.2 Tujuan dan Fungsi WTO ..................................................................................... 8
2.3 Prinsip-prinsip WTO ........................................................................................... 9
2.4 Perangkat Hukum WTO .................................................................................... 11
2.5 Kasus Perdagangan Internasional ...................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17
3.1 Simpulan ............................................................................................................ 17
3.2 Saran .................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Trade Organization (WTO) saat ini merupakan satu–satunya organisasi
internasional yang secara khusus mengurus masalah perdagangan antarnegara di dunia.
Organisasi ini secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995, sebagai hasil dari
Putaran Uruguay (1986-1994) yang menyepakati Agreement Establishing the World
Trade Organization. WTO dibentuk sebagai penerus dan penyempurna General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1947. WTO sebagai sebuah organisasi
perdagangan internasional diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan negara
di dunia dalam sektor perdagangan melalui ketentuan-ketentuan yang telah disetujui
bersama oleh negara-negara anggota. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur
melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional
sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota.
Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang mengikat
pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan di
negaranya masing-masing. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan
utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan
importir dalam kegiatan perdagangan. Pemerintah Indonesia merupakan salah satu
negara pendiri Word Trade Organization (WTO) dan telah meratifikasi Persetujuan
Pembentukan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.

Perdagangan Internasional adalah salah satu cara yang diperlukan bagi suatu
negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Dengan didukung kemajuan
teknologi dan aksesbilitas transportasi yang semakin maju dewasa ini, membuat
perpindahan barang atau jasa oleh setiap negara di dunia menjadi lebih cepat dan
efisien. Arus informasi telah memungkinkan setiap negara lebih mengenal dan
memahami negara lain. Dalam bidang ekonomi, setiap bangsa akan lebih mudah

4
5

mengetahui dari mana barang-barang dapat diperoleh untuk memenuhi berbagai


kebutuhannya dan sebaliknya kemana memasarkan produk-produk unggulannya
(Astuti dan Fatmawati, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah singkat dan latar belakang dari World Trade Organization?
2. Apa saja tujuan dan fungsi dari World Trade Organization?
3. Apa saja prinsip-prinsip World Trade Organization?
4. Apa saja perangkat hukum dari World Trade Organization?
5. Apa saja kasus perdagangan internasional ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat dan latar belakang dari World Trade
Organization
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari World Trade Organization
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip World Trade Organization
4. Untuk mengetahui perangkat hukum dari World Trade Organization
5. Untuk mengetahui kasus perdagangan internasional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah singkat World Trade Organization


Latar belakang berdirinya The World Trade Organization (WTO) tidak terlepas
dari peristiwa sejarah yaitu Perang Dunia II (PD II). Pada waktu berlangsungnya PD
II, Negara sekutu khususnya Amerika Serikat dan Inggris memprakarsai pembentukan
organisasi ekonomi internasional untuk mengisi kebijakan-kebijakan ekonomi
internasional.
Tujuan pertama dari prakarsa tersebut mengeluarkan kebijakan The Reciprocal
Trade Agreement yakni undang-undang yang mensyaratkan kewajiban resiprositas
(timbal balik) untuk pengurangan-pengurangan tarif dalam perdagangan. The
Reciprocal Trade Agreement act memberikan kebijakan kepada Presiden untuk
melakukan negosiasi penurunan tariff.
Tujuan kedua memberikan kerangka hukum untuk mencegah konflik seperti
pada saat peristiwa PD I dan PD II. Pada saat PD II seluruh negara menggunakan sistem
ekonomi proteksionistis sehingga mengakibatkan terhambatnya hubungan ekonomi
internasional. Terhambatnya hubungan ekonomi internasional menyebabkan dampak
kemorosotan dan resesi ekonomi di dunia. Upaya untuk menata hubungan ekonomi
internasional menjelang PD II berakhir dilakukan melalui diselenggarakan konferensi
di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat menghasilkan beberapa lembaga
yakni the International Bank Recontruction and Development (IBRD) dan the
International Monetary Found (IMF). Konferensi ini, meskipun ditujukan khususnya
untuk persoalan-persoalan moneter, menyadari perlunya insiatif-inisiatif pengaturan
mengenai perdagangan barang-barang. Hal ini akan dilakukan melalui pembentukan
the International Trade Organization (ITO).
Pada tahun 1945 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan, salah satu
program kerja yang dilakukan adalah menyelenggarakan konferensi-konferensi pada

6
7

tahun 1946 dan 1947. Konferensi ini diselenggarakan bertujuan untuk merancang suatu
Piagam Organisasi Perdagangan Internasional ITO. Piagam ini berhasil disahkan pada
tahun 1948 di Havana. Maka Piagam ini dinamakan Piagam Havana yang memerlukan
ratifikasi dari negara sebagai pelaku utama ekonomi dunia.
Sementara Piagam Havana belum berlaku, guna mengisi kekosongan hukum
perdagangan internasional, negara-negara merundingkan aturan-aturan perdagangan
internasional yang kemudian diwadahi oleh the General Agrement On Tariffs And
Trade (GATT) 1947 sebagai Umbrella of Law. Pada pertemuan-pertemuan itu telah
dirundingkan pembentukan GATT. Pada mulanya GATT 1947 merupakan suatu
persetujuan multilateral yang mensyaratkan pengurangan secara timbal balik tarif yang
berada dibawah naungan ITO. Dasar pemikiran pembentukan GATT 1947 adalah
kesepakatan yang memuat hasil-hasil negosiasi negara-negara dalam hal tarif dan
mengenai klausul-klausul perlindungan guna mengatur komitmen tarif. Kesepakatan-
kesepakatan tambahan yang dibuat GATT berada dibawah Piagam ITO. Namun ITO
dibubarkan, kemudian GATT dinyatakan sebagai ‘organisasi” internasional yag
diberlakukan “Protocol of Provisional Application” dan menerapkan GATT sebagai
perjanjian internasional yang mengikat. GATT 1947 sebenarnya tidak sah secara
organisasi karena tidak mempunyai anggaran dasar yang memuat struktur organisasi
dan tidak ada ketentuan-ketentuan yang mengatur hukum formil sebagai suatu
organisasi.
Sejalan dengan tipologi ilmu ekonomi, WTO menetapkan pertanian dalam
sektor primer karena pertanian menyangkut masalah pangan khususnya menghasilkan
beras yang sangat berpengaruh bagi hajat hidup orang banyak. Di satu sisi secara logika
kebutuhan manusia pangan merupakan kebutuhan primer yang sangat mendasar untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sejak tahun 1995 Indonesia telah menjadi anggota WTO yang ditandai dengan
ratifikasi Indonesia atas Persetujuan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7
Tahun1994 tentang pengesahan Agreement Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Melalui hal
8

ini, maka secara sah semua persetujuan WTO merupakan menjadi bagian dalam
legislasi nasional.
Di Indonesia dan di negara berkembang yang pada umumnya Negara-negara
yang ekonominya masih miskin, pembangunan pertanian tak sesederhana yang diduga.
Permasalahan yang paling krusial adalah bahwa pasar dan politik sama-sama
meminggirkan (undervalue) sektor pertanian dan sektor-sektor lain dengan basis
sumber daya alam. Kebijakan ekonomi politik sering tidak bersahabat dengan sektor
yang amat strategis, merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai hajat
hidup sebagian besar penduduk, menyerap lebih separuh total tenaga kerja dan bahkan
menjadi katub pengaman pada krisis ekonomi Indonesia.
2.2 Tujuan dan Fungsi WTO
Sebagai suatu organisasi internasional yang memegang peranan penting dalam
mengatur masalah perdagangan dunia, WTO didirikan untuk menciptakan
kesejahteraan negara anggota melalui perdagangan internasional yang bebas dan adil.
Hal tersebut diharapkan dapat dicapai melalui serangkaian aturan yang disepakati
dalam perjanjian perdagangan multilateral yang adil dan transparan serta menjaga
keseimbangan kepentingan semua negara anggota baik negara maju maupun negara
berkembang. Tujuan mencapai kesejahteraan bersama tersebut dituangkan lebih lanjut
dalam undang-undang pendirian WTO yang isinya menegaskan secara spesifik tujuan,
fungsi dan struktur WTO.
Tujuan pendirian WTO ditegaskan dalam undang-undang pendirian WTO yaitu
mendorong arus perdagangan antar negara melalui pengurangan tarif dan hambatan
dalam perdagangan serta membatasi perlakuan diskriminasi dalam hubungan
perdagangan intenasional. Dalam mencapai tujuan tersebut, WTO memberikan
kerangka kelembagaan sebagai pedoman dalam melaksanakan hubungan perdagangan
internasional antar anggotanya.
Selanjutnya tujuan pembentukan WTO tersebut direfleksikan ke dalam 5 fungsi
WTO yang tercantum dalam Article III WTO, yaitu:
9

a. WTO berfungsi sebagai lembaga yang memberikan fasilitasi implementasi,


administrasi dan pelaksanaan dari perjanjian WTO serta memberikan kerangka
kerja untuk implementasi, administrasi dan pelaksanaan dari perjanjian
plurilateral
b. WTO berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan forum untuk melakukan
perundingan di antara anggotanya terkait isu yang diatur dalam perjanjian WTO
termasuk menyediakan forum dan kerangka kerja untuk implementasi hasil-hasil
perundingan yang telah dicapai.
c. WTO bertindak sebagai selaku administrator dari aturan penyelesaian sengketa
(Dispute Settlement Understanding). Dalam pelaksanaannya penyelesaian
sengketa dalam WTO menjadi tanggung jawab Dispute Settlement Body.
d. WTO berfungsi selaku administrator mekanisme pengujian kebijakan
perdagangan yang secara regular melakukan peninjauan terhadap ketentuan
perdagangan dari masing-masing negara anggota.
e. WTO bekerja sama dengan organisasi-organisasi internasional lainnya seperti
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia (World Bank). Dengan
kerjasama tersebut diharapkan terjadi sinkronisasi dan konsistensi dalam
pembuatan kebijakan ekonomi global.
2.3 Prinsip-prinsip WTO
Salah satu hal yang penting dari WTO itu sendiri adalah prinsip-prinsip yang
terdapat dalam organisasi perdagangan ini. Setidaknya terdapat lima prinsip utama
dalam WTO yang kesemuannya wajib dipatuhi oleh setiap anggota dan bersifat
mengikat secara hukum serta setiap keputusan WTO bersifat irreversible atau tidak
dapat ditarik lagi, selain sifat dari keanggotan dari WTO dalam pengambilan keputusan
yang bersifat irreversible terdapat sebuah keunikan sekaligus sebagai sebuah
penegasan kepada anggota ketika masuk dalam lingkaran dari Organisasi Perdagangan
Dunia ini adalah sifat keanggotaannya yang berifat Single Under Taking yang artinya
10

bahwa Negara-negara yang menjadi anggota dari organisasi ini harus menerima
seluruh ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi ini. Adapun kelima prinsip tersebut
adalah:
a. Prinsip tanpa Diskriminasi atau Most-Favoured-Nation (MFN)
Prinsip ini terdapat dalam pasal I GATT. Prinsip ini berarti suatu kebijakan
perdaganganharus dilaksanakan atas dasar nondiskriminatif. Semua Negara anggota
terikat untuk memberikan kepada Negara-negara lainnya perlakuan yang sama
dalam pelaksanaan dan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya-
biaya lainnya.
b. Prinsip National Treatment
Prinsip terdapat dalam pasal III GATT. Menurut prinsip ini, produk dari suatu
Negara yang diimpor ke dalam suatu Negara harus diperlakukan sama seperti halnya
produk dalam negeri. Prinsip ini sifatnya berlaku luas. Prinsip ini juga berlaku
terhadap macam pajak dan pungutan-pungutan lainnya. Ia berlaku pula terhadap
perundang-undangan, pengaturan, dan persyaratan-persyaratan (hukum) yang
mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi atau penggunaan
produk-produk dipasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan perlindungan
terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya ataukebijakan administrative
atau legislative.
c. Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif
Ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan
rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor
dalam bentuk apapun (misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi
penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk
impor atau ekspor), pada umumnya dilarang (pasal IX). Hal itu disebabkan praktek
tersebut mengganggu prektek perdagangan yang normal.
d. Prinsip perlindungan melalui Tarif
Pada prinsipnya GATT hanya memperkenakan tindakan proteksi terhadap industry
domestic melalui tariff (menaikan tingkat tarif bea masuk) dan tidak melaui upaya-
11

upaya perdagangan lainnya (non-tarif commercial measures). Perlindungan melalui


tarif ini menunjukan dengan jelas tingkat perlindungan yang diberikan dan masih
memungkinkan adanya kompetisi yang sehat.
e. Prinsip Resiprositas
Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini tampak pada
preambule GATT dan berlaku dalam perundingan-perundingan tariff yang
didasarkan atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
f. Perlakuan Khusus Bagi Negara Sedang Berkembang
Sekitar dua pertiga anggota GATT adalah Negara-negara sedang berkembang yang
masih berada dalam tahap awal pembangunan ekonominya, sehangga dimaksudkan
untuk mendorong Negara-negara industry membantu pertumbuhan ekonomi
Negara-negara sedang berkembang.
2.4 Perangkat Hukum WTO
Havana Carter secara resmi didirikan. Untuk beberapa waktu, komunitas dunia
menggunakan sistem GATT yang berlaku. Namun akhirnya banyak yang menemukan
bahwa GATT memiliki banyak kekurangan dalam beberapa hal. Karena itulah gagasan
menyempurnakan organisasi GATT disebut-sebut. Di mana keinginan untuk
membentuk badan tingkat tinggi yang bersedia dan mampu mengawasi sistem
perdagangan internasional Di mana nantinya agen memberikan pengawasan, aturan
dan tugas untuk setiap anggota yang bergabung.
Hingga akhirnya setelah negosiasi panjang dan juga banyak waktu dilakukan
oleh lebih dari 120 negara. Jadi, dari 12 hingga 15 April 1954, WTO didirikan pada
pertemuan tingkat menteri dari pihak-pihak kontraktor GATT di Maroko. Hanya pada
1 Januari 1955 WTO baru mampu memenuhi kewajibannya sebaik mungkin.
Selain itu, WTO memiliki empat instrumen hukum utama. Di mana keempat
instrumen hukum tersebut untuk penyelesaian sengketa komersial yang terjadi.
Keempat instrumen hukum tersebut adalah:
12

a. General Trade on Tariff and Trade (GATT)


GATT sebagai dasar asli untuk pembentukan WTO tentu akan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari organisasi. GATT memiliki lebih banyak fungsi pengaturan
untuk barang yang diperdagangkan antar negara.
b. General Agreement on Trade and Service (GATS)
Tidak seperti GATT, yang berfokus pada regulasi perdagangan barang, GATS
akan fokus pada perdagangan jasa. Dimana GATS memiliki kewajiban untuk mengatur
perdagangan jasa yang dilakukan oleh berbagai pihak. Untuk memberikan GATS
perlindungan hukum bagi setiap unit bisnis yang menyediakan layanan sebagai barang,
pihak tersebut harus memiliki perjanjian terlebih dahulu dan telah mengambil anggota.
c. Agreement on Trade-Related Aspect of Intelectual Property Rights (TRRIPS)
Singkatnya, TRRIPS berguna untuk mengatur perdagangan dalam bentuk ide
atau kreativitas. Seperti hak cipta, paten, merk dagang. Sehingga kekayaan intelektual
tetap terjaga.
d. Dispute Settlement Understanding (DSU)
DSU berguna untuk menjaga arus perdagangan antar negara dan memastikan
kelancaran arus bisnis. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain
dalam pelaksanaan perdagangan internasional.
2.5 Kasus Perdagangan Internasional
1. Kasus Mobil Nasional Timor dengan Jepang dan Uni Eropa
Pada Juli 1996, pemerintah resmi meluncurkan proyek mobil nasional bernama
Timor melalui kerja sama dengan Kia Motors, produsen mobil asa Korea Selatan.
Karena berlabel mobil nasional, bea masuk dan pajak barang mewah pada penjualan
mobil ini dipangkas sehingga harganya menjadi separuh harga rata-rata mobil saat itu.
Kebijakan Indonesia ini diprotes negara produsen mobil seperti Jepang dan Uni
Eropa. Mereka menyeret Indonesia ke badan penyelesaian sengketa WTO. Indonesia
kalah dan WTO memutuskan agar Indonesia mencabut kebijakan diskriminatif
tersebut. Selanjutnya, nasib mobil nasional Timor bagai hilang ditelan bumi.
13

2. Kasus Biodiesel dengan Uni Eropa


Pada Januari 2018, Indonesia menang melawan Uni Eropa dalam kasus
pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) produk biodiesel. WTO memenangkan
enam gugatan Indonesia atas Uni Eropa.
Beberapa tahun sebelumnya, Uni Eropa memang menerapkan BMAD di angka 8,8
persen sampai 23,3 persen pada produk biodiesel asal Indonesia. Kebijakan ini
membuat nilai ekspor biodiesel ke Uni Eropa bertekuk lutut dan terus mengalami
penurunan sejak 2013.
3. Kasus kemasan rokok polos dengan Australia
Pada Juni 2018, Indonesia kembali menelan kekalahan di WTO dalam kasus
kemasan rokok berdesain polos. Indonesia beserta negara produsen rokok lainnya,
Kuba, Honduras, dan Republik Dominika, menggugat kebijakan kemasan rokok yang
diterapkan di Australia tersebut.
Australia memang menerapkan kebijakan itu untuk pengendalian konsumsi rokok
di negara mereka. Tapi Indonesia dan tiga negara penggugat lainnya menilai kebijakan
ini melanggawr hak atas kekayaan intelektual dari produsen. Gugatan ditolak oleh
WTO dan Australia menang.
4. RI Gugat Australia ke WTO Soal Ekspor Kertas Fotokopi A4
18 December 2018 13:23 Jakarta, CNBC Indonesia - Australia mengenakan bea
masuk anti-dumping (BMAD) terhadap produk kertas A4 asal Indonesia. Atas
kebijakan itu, Indonesia menggugat Australia melalui WTO.
Perwakilan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri bertolak
ke Jenewa, Swiss, untuk hadir dalam pertemuan pertama gugatan yang masuk dalam
kasus DS529: Australia Anti-Dumping Measures on A4 Copy Paper.
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemedang, Iman Pambagyo,
mengatakan misi utama gugatan itu adalah membuka kembali akses pasar produk
kertas fotokopi A4 dari Indonesia ke Australia.
Adapun Indonesia menilai Australia telah melanggar perjanjian anti-dumping
WTO pasal 2.2, 2.2.1.1, dan 9.3.
14

5. Sengketa Dagang Minyak Sawit RI-Uni Eropa


Komoditas strategis nasional Indonesia saat ini terus diterjang badai persoalan.
Di luar konteks masih buruknya tata kelola industri ini dari aspek lingkungan dan
sosial, serangan masif yang dilakukan oleh negara kompetitor untuk menekan daya
saing minyak sawit Indonesia harus dilawan. Termasuk melawan hambatan dagang
yang getol dilakukan oleh Uni Eropa (UE).
Selain itu, mereka juga pernah secara sepihak mengenakan bea masuk anti
dumping (BMAD) terhadap produk biodiesel sawit dari Indonesia sebesar 8,8%-23,3%
pada 2013 lalu. Pemerintah Indonesia protes dan membawa sengketa dagang ini ke
badan penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB), yang ada di
Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
Selain gugatan ke WTO, perusahaan biodiesel Indonesia juga mengajukan
gugatan ke Pengadilan Umum Uni Eropa (General Court of the EU). Putusan
pengadilan memenangkan gugatan perusahaan biodiesel asal Indonesia sehingga UE
tidak berhak lagi memperlakukan tarif BMAD terhadap perusahaan yang mengugat
tersebut.
Sekarang, UE kembali berulah. Pada pengujung 2019, mereka telah secara
sepihak menetapkan tarif bea masuk sebesar 8%-18% terhadap biodiesel dari Indonesia
untuk periode lima tahun dengan alasan perusahaan biodiesel asal Indonesia menerima
subsidi secara berlebihan dari pemerintah.
Selain itu, di luar dari litigasi, kita bisa menempuh langkah non-litigasi. Salah
satunya dengan melakukan retailisasi, yaitu menghambat balik produk-produk impor
dari UE. Misalnya, menguranggi impor wine, keju, susu, dan gandum dari UE atau
mengenakan tarif bea masuk terhadap beberapa produk impor dari UE dengan alasan
yang tidak melanggar ketentuan WTO. Hal-hal seperti ini sangat lumrah terjadi dalam
sengketa dagang internasional untuk menekan pihak lawan.
Ekspansi yang tanpa kendali oleh korporasi sawit skala besar telah memicu
menimbulkan konflik sosial dan konflik lahan. Hal ini yang juga sering jadi bahan
sorotan UE. Mereka menyebut diskriminasi masih marak terjadi di perkebunan sawit.
15

6. Indonesia Paling Sering Dituduh Gunakan Trade Remedies di Perdagangan


Internasional
Menurut data global penggunaan instrumen anti dumping dari tahun 2014-2019
atau lima tahun terakhir, terdapat peningkatan sebesar 36 persen dalam pengenaan Bea
Masuk Anti Dumping (BMAD), Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMPT), dan Bea
Masuk Imbalan (BMI) secara global.
“Di mana dari 182 kasus di tahun 2013 menjadi 244 kasus di tahun 2018-2019.
Tindakan trade remedi yang dilakukan Indonesia sejak tahun 1995-2019 tercatat
sebanyak 84 kasus atau kurang 2 persen dari pengenaan trade remedi secara global,”
kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Srie Agustina, dalam web
seminar (webinar) “Trade Remedi di Masa Pandemi: Peluang dan Tantangan”, Senin
(8/6/2020). Lebih lanjut Srie, mengatakan terdapat sepuluh besar negara yang sering
menuduh Indonesia melakukan instrumen trade remedi, yakni India 54 kasus, Amerika
Serikat 37 kasus, Uni Eropa 37 kasus, Australia 28 kasus, Turki 23 kasusu, Malaysia
19 kasus, Filipina 15 kasus, Afrika selatan 14 kasus, Brazil 11 kasus, dan lainnya 90
kasus.
Untuk produk ekspor Indonesia yang rentan mengalami tuduhan selama ini
adalah produk baja 63 kasus, tekstil 55 kasus, produk kimia 50 kasus, produk mineral
37 kasus, dan produk kayu 52 kasus.
“Untuk anti dumping sejak berdirinya WTO sampai dengan 2019 Indonesia
tercatat berada di peringkat ke-8 negara yang paling sering menjadi target dalam
penyelidikan dan penerapan anti dumping measure di dunia,” katanya.
7. Thailand Hapuskan Bea Masuk Baja Canai Panas asal Indonesia
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019).
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyambut baik sikap pemerintah
Thailand yang menghentikan pengenaan bea masuk tindakan pengamanan (safeguard)
produk baja canai panas. Keputusan tersebut semakin membuka peluang bagi
Indonesia untuk
16

Lalu, pada 2016 tarif diturunkan menjadi 21,52 persen. Kemudian, pada 2017
diturunkan menjadi 21,13 persen. Setelah dilakukan review pertama, pengenaan
safeguard diperpanjang dari Juni 2017 hingga 6 Juni 2020.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari
1995, sebagai hasil dari Putaran Uruguay (1986-1994) yang menyepakati Agreement
Establishing the World Trade Organization. Latar belakang berdirinya The World
Trade Organization (WTO) tidak terlepas dari peristiwa sejarah yaitu Perang Dunia II
(PD II).

WTO didirikan dengan tujuan untuk mendorong arus perdagangan antar negara
melalui pengurangan tarif dan hambatan dalam perdagangan serta membatasi
perlakuan diskriminasi dalam hubungan perdagangan intenasional.

WTO mempunyai beberapa ptrinsi-prinsip pentin di antaranya, Prinsip tanpa


Diskriminasi atau Most-Favoured-Nation (MFN), prinsip National Treatment, prinsip
Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif, prinsip perlindungan melalui tarif,
prinsip resiprositas, perlakuan khusus bagi negara sedang berkembang.

WTO memiliki empat instrumen hukum utama. Dimana keempat instrumen


hukum tersebut untuk penyelesaian sengketa komersial yang terjadi di antaranya,
General Trade on Tariff and Trade (GATT), General Agreement on Trade and Service
(GATS), Agreement on Trade-Related Aspect of Intelectual Property Rights (TRRIPS),
Dispute Settlement Understanding (DSU)

Perdagangan Internasional adalah salah satu cara yang diperlukan bagi suatu
negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya. Dengan didukung kemajuan
teknologi dan aksesbilitas transportasi yang semakin maju dewasa ini, membuat
perpindahan barang atau jasa oleh setiap negara di dunia menjadi lebih cepat dan
efisien. Meskipun demikian, perdagangan internasional bisa menimbulkan kecurangan

17
18

dalam berdagang dan menimbulkan kasus yang mana biasanya kasus tersebut akan di
ajukan ke PBB untuk di sidang. Adapun beberapa kasus perdagangan internasional
yang pernah terjadi, di antaranya adalah kasus mobil nasional timor dengan jepang dan
uni eropa, kasus biodiesel dengan uni eropa, kasus kemasan rokok polos, RI gugat
australia ke WTO soal ekspor kertas fotokopi a4, sengketa dagang minyak sawit RI-
Uni Eropa, sengketa baru uni eropa, indonesia paling sering dituduh gunakan trade
remedies di perdagangan internasional, thailand hapuskan bea masuk baja canai panas
asal indonesia.

3.2 Saran
1. Melalui penulisan ini penulis menyarankan, bahwa dalam menyikapi sengketa
perdagangan internasional negara penggugat harus lebih selektif dalam mengajukan
tuntutan yang akan di sengketakan. Serta memahami bagaimana kepentingan dari
kebijakan ataupun aturan yang telah dibuat.
2. Dengan adanya sengketa perdagangan internasional Indonesia dengan Australia
diharapkan hubungan bilateral kedua negara tersebut tidak berimplikasi buruk
terhadap peningkatan ekonomi terkait dengan kerjasama internasional terkait
ekspor-impor dalam pasar global.
3. Organisasi perdagangan internasional dan organisasi dunia lainnya diharapkan
mampu menjadi pemersatu negara-negara di dunia dalam menjalankan visi dan misi
negara dalam meningkatkan kerjasama khususnya dalam perdagangan
internasional. Sekaligus menjadi tempat untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi
dalam perdagangan internasional yang mana untuk menghindari adanya konflik
berkelanjutan yang akan menimbulkan perang
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63075/Chapter%20ll.pdf?sequ
ence=3&isAllowed=y (diakses 2 Desember 2020)
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/1114737/tiga-kasus-
sengketa-dagang-indonesia-yang-berakhir-di-meja-wto (diakses 2 Desember 2020)
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181218132100-4-46900/ri-gugat-
australia-ke-wto-soal-ekspor-kertas-fotokopi-a4 (diakses 2 Desember 2020)
https://analisis.kontan.co.id/news/sengketa-dagang-minyak-sawit-ri-uni-eropa
(diakses 2 Desember 2020)
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4273475/indonesia-paling-sering-dituduh-
gunakan-trade-remedies-di-perdagangan-internasional (diakses 2 Desember 2020)
https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/5f75519e78481/thailand-hapuskan-bea-
masuk-baja-canai-panas-asal-indonesia (diakses 2 Desember 2020)

19

Anda mungkin juga menyukai