Anda di halaman 1dari 11

Kasus : Perjuangan Buruh

Kontrak (Kasus pekerja


kontrak di PT Framas
Indonesia)
Sumber : https://www.turc.or.id/kasus-perjuangan-buruh-kontrak-kasus-pekerja-kontrak-di-pt-
framas-indonesia/

ZABRINA N D R
17.D2.0012
Fenomena Kerja Kontrak di Indonesia

Memasuki abad ke-20, kapitalisme telah memasuki tahap tertinggi dan


terakhir bernama imperialisme (kerajaan kapital monopoli dalam
skala dunia). Dan ketika panah waktu bergerak ke abad ke-21, kita
menjadi saksi hidup dari krisis demi krisis yang menimpa imperialisme
yang kian kronis. Seiring perkembangan waktu, kapitalisme semakin tua
dan tidak cocok dengan semangat pembaruan zaman lagi. Akar dari krisis
ini terletak di dalam sistem kapitalisme itu sendiri; overproduksi barang-
barang bertehnologi tinggi dan persenjataan militer, krisis energi karena
kerakusan mereka sendiri, krisis keuangan (financial) karena praktek
manipulasi mereka sendiri, anarkhi produksi serta perebutan pasar dunia
bagi barang komoditas di kalangan kekuatan imperialisme sendiri juga.
Krisis umum imperialisme pada abad ke-21 ini telah semakin
memperjelas watak mereka yang sesungguhnya; perampok yang rakus
dan barbar, terorisme negara yang getol mengobarkan perang agresi, dan
kehancuran sosial di seluruh dunia. Sistem kapitalisme telah melewati
masa-masa keemasannya. Dunia kapitalis tidak akan mendapati lagi
kemunculan negeri-negeri persemakmuran (welfare-state) sebagaimana
terjadi pada era booming kemakmuran tahun 1980-an. Pemangkasan
subsidi sosial, kesehatan, pendidikan, dsb, menjadi kenyataan pahit bagi
rakyat di tengah kondisi penghidupan yang semakin dimiskinkan; baik di
negeri-negeri maju belahan Utara maupun negeri-negeri bergantung di
belahan Selatan.
Disebabkan oleh kedudukannya sebagai negeri-negeri yang bergantung
pada imperialisme, krisis umum imperialisme memiliki dampak langsung
terhadap negeri setengah-jajahan seperti Indonesia. Secara obyektif,
kedudukan negeri-negeri jajahan/setengah-jajahan dan setengah feodal
yang tersebar di berbagai belahan dunia merupakan basis sosial bagi
imperialisme. Negeri-negeri tersebut diperintah oleh rezim-rezim
komprador (kaki-tangan) yang melayani kepentingan imperialisme dengan
mengeluarkan berbagai peraturan/perundang-undangan untuk
mengeksploitasi kekayaan alam dan rakyat negerinya. Demikianlah
kenyataannya, rezim-rezim komprador Republik Indonesia yang datang
silih berganti; masih dengan setia diperbudak oleh Imperialisme dengan
menerbitkan berbagai perundang-undangan betapa pun paket peraturan
tersebut bertentangan dengan semangat UUD-1945 yang jelas-jelas
memiliki watak anti-imperialisme (kolonialisme). Namun penjebolan atas
UUD 1945 yang lahir dari perjuangan revolusi nasional anti kolonialisme
tersebut telah benar-benar dilakukan oleh rezim-rezim komprador sejak
zaman Suharto hingga SBY-Budiono.
Dengan motif hakiki untuk melayani kepentingan imperialisme dan kelas
borjuasi komperador dalam negeri (domestik), pemerintah komprador
Republik Indonesia yang diwakili oleh klik SBY-budiono berusaha
melakukan revisi paket UU 13/2003. Undang-undang yang sudah
menindas dan anti-buruh ini akan segera di revisi oleh rezim komperador
pengabdi setia Imperialis . UUK 13/2003 yang selama ini telah menjadi
alat legal bagi pengusaha dalam hal penggunaan buruh kontrak dan
outsourcing akan segera di revisi, akan tetapi draf revisi tersebut justru
memperkuat kedudukan dari penggunaan sistem kerja kontrak dan
outsourcing di Indonesia. Meskipun selama ini rencana tersebut
mendapat perlawanan hebat dari kelas buruh Indonesia di mana ratusan
ribu buruh turun ke jalan untuk menolaknya. Namun perlawanan buruh
tersebut belum mampu menggagalkan Rencana revisi UU 13/2003 dan
hanya berhasil menunda pengesahahannya, akan tetapi di dalam
prakteknya hampir di semua perusahaan telah menggunakan buruh
kontrak dan outsourcing tanpa ada batas-batas ketentuan sama sekali
sebagaimana di atur dalam undang-undang tersebut.
Bila kita membedah UU tersebut, khususnya pada bab IX pasal 58 dan 59,
perihal sistem kerja kontrak dinyatakan secara tegas, bahwa buruh
Kontrak — dalam istilah UU 13/2003 disebut sebagai PKWT (Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu) hanya dapat dilaksanakan dengan
ketentuan: pekerjaan yang sementara sifatnya, pekerjaan yang
diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu paling lama 3 tahun,
pekerjaan musiman; atau pekerjaan yang berhubungan dengan
produk dan kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan. Intinya tidak boleh ada sistem kerja
kontrak pada pekerjaan yang bersifat tetap. Namun kenyataan faktual di
lapangan berjalan penuh manipulasi. Majikan dan kaki tangannya di
pabrik yang penuh trik-trik culas, telah mempraktekkan berbagai
manipulasi sekian lama.
Pelanggaran Kontrak di PT Framas

Setelah ribuan pekerja diberhentikan tanpa pesangon PT Panarub, lagi


lagi sebuah perusahaan subkontraktor Adidas lain yaitu, PT Framas,
Bekasi memPHK 300 pekerja tanpa mengikuti aturan hukum
ketenagakerjaan yang berlaku. PT Framas berdalih bahwa para pekerja
telah melebihi durasi kontrak , PT Framas kemudian tidak
memperpanjang kontrak kerja dan melanggar semua hak para pekerja.
PT Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus memperpanjang
status mereka sebagai pekerja tidak tetap (pekerja kontrak) per 3 bulan,
selama lebih dari 3 tahun. Sejak Desember 2012, kontrak mereka tidak
diperpanjang dan mereka semua kehilangan pekerjaan tanpa pesangon.
Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan
yang tidak sesuai ketentuan hukum tanpa jaminan kesejahteraan dan
keamanan kerja. Dan pada akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil.
Dari 300 pekerja, karena PT Framas melakukan intimidasi dan tekanan,
maka hanya 40 orang pekerja memutuskan untuk memperjuangkan nasib
mereka. Para pekerja ini, sebagian besar adalah para pekerja yang tidak
berserikat, sebagian lagi merupakan anggota sebuah Serikat Pekerja di
PT Framas namun menurut para anggotanya tidak mau memperjuangkan
nasib mereka. Proses bipartite dan aksi telah dilakukan oleh para pekerja
yang didampingin oleh TURC. Pihak pengusaha secara terang-terang telah
mengakui bahwa mereka memang melanggar ketentuan hukum mengenai
kontrak namun tidak ada upaya untuk memperbaiki. Setalah proses
bipartite tidak membuahkan hasil, para pekerja menempuh proses
penyelesaian perkara hubungan industrial , dengan meminta Dinas
Tenaga Kerja Daerah Bekasi untuk menjadi mediator antara pekerja dan
perusahaan.
Proses ini juga disertai desakan kepada brand, yaitu Adidas pada tanggal aksi di depan Kantor
Adidas Indonesia, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan 12920 pada 18 Maret, 2013 pukul 12.00
WIB. Dalam aksi tersebut para pekerja menyampaikan tuntutan antara lain,
 Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum
ketenagakerjaan yang berlaku.
 Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja tetap
 Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja harus dijamin
 Menghilangkan praktek union busting yang dilakukan oleh PT Framas
 Dari aksi tersebut , manager adidas Indonesia berjanji untuk menjembatani permasalahan yang
ada dengan PT Adidas. Sampai tulisan ini diturunkan, proses mediasi masih berjalan dan
menunggu adanya anjuran dari mediator.
DAMPAK PSIKOLOGIS KARYAWAN
 Dampak terhadap anggota keluarga yang di-PHK
Apabila yang mengalami PHK adalah kepala keluarga pasti akan merasa
stres, sedih hingga menjadi kurang percaya diri.
 Pergeseran peran dan tanggung jawab keluarga.

Seseorang yang mengalami PHK mungkin merindukan suasana dan


aktivitas pekerjaan. Berdiam diri terlalu lama di rumah akan
menimbulkan kejenuhan.
 Tekanan keuangan
Hal ini membuat masa pengganguran semakin sulit sehingga
menimbulkan kecemasan dan dapat mengakibatkan konflik dalam
hubungan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai