Anda di halaman 1dari 24

Makalah Tanggung Jawab Sosial dan Etika dalam

Manajemen Strategis

DI SUSUN OLEH :
1. LUSIANA (16.023.61.201.200)
2. EMI (19.023.61.201.167)
3. NURPADILA (19.023.61.201.172)
4. ANDI ANSAR (19.023.61.201.193)
5. YUDIT (19.023.61.201.166)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
PALOPO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat,karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah MANAJEMEN
STRATEGI dengan pokok bahasan mengenai “TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA
DALAM MANAJEMEN STRATEGIS” ini dengan baik. Dan juga kami berterima kasih pada
IBU ANDI DEWI ANGRAENI, SE.,MSI selaku Dosen mata kuliah Manajemen Strategis
Universitas Andi Djemma Palopo yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan
membimbing kami sampai saat ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi kata,pengejaan
maupun materi dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Palopo , 28 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan makalah............................................................................................................1
D. Kegunaan makalah.......................................................................................................2
E. Metode makalah............................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Tanggung jawab sosial dan etika dalam manajemen strategis menurut j.david
hanger...........................................................................................................................3
B. Karakteristik Manajemen Strategis..........................................................................3
C. Tanggung jawab Sosial...............................................................................................3
D. PandanganMengenaiTanggungJawabSosial.............................................................5
E. Manfaat Tanggung Jawab Sosial...............................................................................6
F. EtikadalamBisnis.........................................................................................................7
G. PandanganTentangEtika............................................................................................8
H. Pengaruh Etika/Norma Moral Atas Manajer...........................................................9
Tanggung Jawab Sosial dan Etika dalam manajemen strategis

A. . Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)...............................................11


B. Tanggung Jawab Sosial Menurut Carrol...................................................................11
C. Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan..................12
D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan...........................................................12
E. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan......................................13
F. Regulasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Perusahaan..................13

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep bahwa bisnis harus bertanggung jawab secara sosial merupakan seruan dengan
pertanyaan “ Bertanggung jawab kepada siapa?”. Lingkungan kerja meliputi sejumlah besar
kelompok dengan berbagai kepentingan dalam aktivitas organisasi bisnis. Kelompok itu
disebut stakeholder karena mereka mempunyai kepentingan langsung, mereka mempengaruhi
atau dipengaruhi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Apakah seharusnya perusahaan hanya
bertanggung jawab kepada kelompok tersebut, atau apakah perusahaan mempunyai tanggung
jawab yang sama kepada mereka semua?
            Sebagaimana  ditunjukan dalam contoh Rite, kecenderungan perusahaan bisnis di Amerika
Serikat untuk memindahkan aktivititas pemanufakturannya ke negara-negara dengan upah
rendah, telah menciptakan kebencian, tidak hanya diantara anggota di serikat tetapi juga di
antara karyawan dan stakeholder bukan karyawan. Untuk memuaskan satu kelompok orang
katakanlah pemegang saham, manajemen akan menciptakan masalah dengan kelompok
kepentingan yang lain. Reaksi negatif akan semakin hebat khususnya jika ada operasi
perusahaan asing atau kontraktor yang menyalahgunakan pekerja, dan memberi upah yang tidak
cukup untuk kebutuhan-kebutuhan dasar kehidupan.
            Mengembangkan kode etik merupakan cara yang bermanfaat untuk mempromosikan
perilaku etis. Sekitar separuh dari perusahaan di AS sekarang menggunakan kode etik. Sebagian
besar manajer setuju bahwa kode etik perusahaan dan pelatihan mengenai etika akan membantu
mereka memahami isu-uisu etika dan mengarahkan aktivitas keseharian mereka. Menurut
laporan dari The Business Roundtable, asosiasi CO dari 200 perusahaan AS, kode etik
merupakan hal yang penting karena kode etik tersebut menjelaskan harapan harapan perusahaan
terhadap pekerja pada berbagai situasi dan menjelaskan bahwa perusahaan mengharapkan
pekerjanya mengetahui dimensi-dimensi etika dalam keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sejumlah perusahaan mengembangkan kode
etik dan mengimplementasi pelatihan etika dan seminar. Sekitar 200 perusahaan AS
menunjukkan staf etika. Manajemen puncak dari suatu perusahaan yang ingin meningkatkan
erilaku etis para pekerjanya, tidak hanya perlu mengembangkan suatu kode etik yang
menyeluruh, tetapu juga menanamkan kode etik tersebut dalam program pelatihan, sistem
penilaian kinerja, kebijakan, dan prosedur, dan melalui tindakan-tindakan
perusahaan.                 

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk menguraikan permasalahan yang diangkat di dalam makalah ini, penulis
mengacukan diri pada sejumlah pertanyaan, sebagai berikut:
1.    Bagaimana tanggung jawab sosial dan etika dalam berbisnis?
2.    Bagaiamana hubungan interaktif dalam tanggung jawab sosial dan etika dalam
manajemen stategis ?
3.    Bagaimana nilai-nilai etika dalam berbisnis ?
C. TUJUAN MAKALAH
1.    Menjelaskan tanggung jawab sosial dan etika dalam berbisnis.

1
2.    Menjelaskan hubungan interaktif dalam tanggung jawab sosial dan etika dalam
manajemen stategis.
3.    Menjelaskan tentang nilai-nilai etika dalam berbisnis.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat bagi pembaca  dan penulis
sebagai wahana penambah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengendalian.
E. Metode Makalah
Penyusunan makalah ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan, observasi
yang dilakukan seperti studi pustaka dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
judul makalah. Dan sumber lainnya melaluiinformasi media elektronik(internet) yang
berhubungan dengan tema makalah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tanggung jawab sosial dan etika dalam manajemen strategis menurut j.david
hanger
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Pengertian Manajemen
Strategis menurut beberapa ahli yaitu : Menurut (Wheelen, 2008)manajemen strategi
adalah serangkaian keputusan-keputusan dan tindakan-2 manajerial yang mengarah
kepada penyusunan strategi-2 efektif untuk mencapai tujuan perusahaan dengananalisa
S.W.O.T. Menurut (Pearce/Robinson, 2008) dikatakan bahwa manajemen strategik
adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan

B. Karakteristik Manajemen Strategis


Manajemen strategisini sungguh berbeda dengan lainnya dimana manajemen
strategi ini senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan
sehingga bisa mempengaruhi terhadap implementasi manajemen itu sendiri serta
berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dengan sejalan pada hal
tersebut maka berikut ini akan ditunjukkan karakteristik manajemen strategik :
1. Manajemen strategik bersifat jangka panjang,
2. Manajemen strategik bersifat dinamik, Tinjauan Umum Tentang Manajemen
Strategis
3. Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu oleh manajemen operasional,
4. Manajemen strategik perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat puncak,
5. Manajemen strategik berorientasi dan mendekati untuk masa depan.
6. Manajemen strategik senantiasa harus didorong dan didukung dalam pelaksanaannya
oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia. Untuk menghadapi era globalisasi
ekonomi maka kegiatan.
C. Tanggung jawab Sosial
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatukonsepbahwaorganisasi, khususnya
(namunbukanhanya) perusahaanmemilikiberbagaibentuk tanggung jawab terhadap
seluruh pemangku kepentingannya, yang di
antaranyaadalahkonsumen, karyawan, pemegangsaham, komunitas dan lingkungan dala
m segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
CSR berhubunganeratdengan "pembangunanberkelanjutan", yaknisuatuorganisasi,
terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak

3
semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya
tingkatkeuntunganataudeviden, tetapijugaharus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap
karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi
konsumen adalah
menjadiberitautamasuratkabar. Peraturanpemerintahpadabeberapanegaramengenailingkunganhi
dupdanpermasalahansosial semakin tegas, jugastandardanhukumseringkalidibuathingga
melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang
dibuatolehUniEropa.
Beberapainvestordanperusahaammanajemeninvestasitelahmulaimemperhatikan kebijakan CSR
dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang
dikenalsebagai "Investasibertanggungjawabsosial" (socially responsible investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan
baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukanolehHabitat for
HumanityatauRonald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan
bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali mengeluarkan
uanguntukproyek-proyekkomunitas, pemberianbeasiswadan pendirian yayasan sosial. Mereka
juga seringkali menganjurkan dan mendorong parapekerjanyauntuksukarelawan (volunteer)
dalammengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di
mata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line,
perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun
secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam
sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan
komunitas. CSR bukanlah sekedar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu
perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan
akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan
hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan

4
beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang
merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
D. PandanganMengenaiTanggungJawabSosial
Terdapatduapandanganmengenaitanggungjawabsosialperusahaan,
yaitupandangantradisionaldanpandangansosialekonomi.
a.       PandanganTradisional
Pertemuan Yohannesburg tahun 2002 yang dihadiri para pemimpin dunia
memunculkan konsep social responsibility, yang mengiringi dua konsep sebelumnya
yaitu economic dan environment sustainability. Ketiga konsep ini menjadi dasar bagi
perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Corporate Social
Responsibility). Pertemuan penting UN Global Compact di Jenewa, Swiss, Kamis, 7
Juli 2007 yang dibuka Sekjen PBB mendapat perhatian media dari berbagai penjuru
dunia. Pertemuan itu bertujuan meminta perusahaan untuk menunjukkan tanggung
jawab dan perilaku bisnis yang sehat yang dikenal dengan corporate social
responsibility. Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama
antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-
program pengembangan masyarakat sekitarnya.
Ada dua konsep awal yang sejak dulu menjadi landasan-landasan perusahaan-
perusahaan dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosial. Di satu sisi, ada pihak
yang mengatakan bahwa urusan bisnis adalah menjalankan bisnis saja. Pandangan
seperti ini dipopulerkan oleh Milton Friedman. Menurut Friedman, hanya ada satu
tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu menggunakan sumber daya dengan aktivitas-
aktivitas yang bisa mendapatkan dan meningkatkan laba perusahaan, sepanjang
semuanya sesuai aturan yang ada, terbuka, dan bersaing bebas tanpa kecurangan.
Pemerintah dapat mengatur berbagai aturan main tentang cara operasi yang tidak
merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat, tentang perpajakan, tentang
penggunaan tenaga kerja, dan lain-lain. Perusahaan tinggal mengikutinya. Jadi,
pandangan mendirikan dan menjalankan bisnis seperti ini motifnya sungguh-sungguh
untuk motif ekonomi semata.
Pandangan ini sekaligus juga menyiratkan bahwa jika upaya perusahaan motifnya
bukan ekonomi (misalnya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar), suatu saat
perusahaan bisa memiliki kemungkinan merugi karena meningkatnya biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Kalau biaya meningkat, perusahaan akan meningkatkan harga-
harga menjadi mahal. Apalagi persaingan yang dihadapi perusahaan juga tidak mudah.
Jadi, ketimbang mengeluarkan uang banyak untuk layanan sosial, lebih baik perusahaan
menggunakannya untuk pengembangan produk dan sejenisnya. Sementara itu,
masyarakat pada dasarnya bisa berpartisipasi, menikmati keuntungan atas operasi
perusahaan dengan mekanisme “go public” dari perusahaan. Bagi pendukung
pandangan seperti ini, untuk urusan sosial dan lingkungan seharusnya hanya menjadi
urusan pemerintah.

5
b. PandanganSosialEkonomi
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa kalangan bisnis selayaknya memiliki
tanggung jawab yang lebih. Pandangan ini disebut sebagai sosio-economics view. Ada
empat pokok pikiran dari pandangan ini, yaitu :
1.Tanggung jawab perusahaan lebih dari sekedar menciptakan laba, yaitu perusahaan
juga terlibat untuk urusan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
2.      Perusahaan pada dasarnya bukan pihak independen yang hanya bertanggung
jawab kepada pemegang sahamnya.
3.      Perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat
yang lebih luas, baik untuk urusan sosial, hukum, dan berbagai masalah perpolitikan.
4.      Perusahaan haruslah melakukan hal-hal yang “baik dan benar” dan bermanfaat
bagi masyarakat dalam menjalankan usahanya.
Salah satu pihak yang menjadi pengusung pandangan sosio-economics view ini
adalah Archie Carrol yang mengaitkan tanggung jawab sosial perusahaan dan tanggung
jawab perusahaan terdiri dari empat level, yaitu:
1.      Tanggung Jawab Ekonomi
Menghasilkan barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat sehingga perusahaan dapat
membayar pada pemegang saham dan kreditornya.
2.      Tanggung Jawab Legal
Ditentukan pemerintah melalui produk hukum dan dipatuhi oleh perusahaan. Di tingkat
ini perusahaan bagaimanapun harus mematuhi apapun peraturan perusahaan terkait
dengan operasinya. Perusahaan dianjurkan untuk peraturan ini akan membawa manfaat
sendiri bagi perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan yang menggunakan bahan-bahan
kimia, saat mengelola limbahnya, dianjurkan untuk mematuhi aturan pemerintah tentang
ambang batas.
3.      Tanggung Jawab Etika
Mengikuti kepercayaan yang berlaku tentang perilaku tertentu di masayarakat. Di
sinilah urutan selanjutnya berada, di mana perilaku perusahaan sangat ditentukan oleh
perlakuan utama dari mahasiswanya.
4.      Tanggung Jawab Diskresi
Sesuatu yang secara murni dan sukarela tapi perusahaan memperlakukannya sebagai
suatu yang wajib.
Bagi Carrol, dua tanggung jawab yang terakhir inilah yang disebut tanggung  jawab
sosial. Dan keempat tanggung jawab ini menurut Carrol harus berlangsung berurutan.
Sebuah perusahaan baru bisa menjalankann diskresi, kalau ia sudah mampu
menjalankan tanggung jawab yang ada sebelumnnya.

E. Manfaat Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan disebuah
lingkungan masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil
inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pada dasarnya tanggung jawab sosial akan
memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi semua pihak.
1.      Manfaat bagi Perusahaan
Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab
perusahaan adalah munculnya citra positif dari masyarakat akan kehadiran perusahaan

6
dilingkungannya. Kegiatan perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai
kontribusi yang posistif bagi masyarakat sekaligus membantu perekonomian
masyarakat. Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang posistif
setiap kali akan menawrkan sesuatu kepada masyarakat. Masyaakat juga akan
menganggap perusahaan tersebut membawa kebaikan bagi masyarakat.

2.      Manfaat bagi Masyarakat


Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan adalah sangatlah jelas. Masyarakat juga akan mendapatkan pendangan baru
mengenai hubungan perusahaan dan masyarakat yang barang kali selama ini hanya
sekedar dipahami sebagai hubungan produsen konsumen, atau hubungan antara
hubungan penjual dan pembeli saja. Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi
dipaahmi sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang
tereksploitasi, tatapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat lingkungan
yang lebih baik. Tidak hanya disektor perekonomia, tetapi juga dalam sector sosial,
pembangunan dan lain-lain.

3.      Manfaat bagi Pemerintah


Manfaat bagi pemerintah dengan adanya tanggung jawab sosial dari pemerintah juga
sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang
menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan
memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat kea rah yang lebih baik akan
mendapatkan patner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas
pemerintah dapat dijalankan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau
organisasi bisnis.

F. EtikadalamBisnis
Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan
mereka. SedangkanmenurutVonderEmbse dan Wagley, etika didefinisikan sebagai
konsensus mengenai suatu standar perilaku yang diterima untuk suatu pekerjaan dan
perdagangan, atau profesi.
Ricky W. Griffin dalam bukunya yang berjudul Business mengklasifikasikan etika
manajerial ke dalam tiga kategori:
1. Perilaku terhadap karyawan
Kategori ini meliputi aspek perekrutan, pemecatan, kondisi upah dan kerja, serta
privasi dan respek. Pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa keputusan perekrutan
dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan untuk melakukan pekerjaan.
Perilaku yang secara umum dianggap tidak etis dalam kategori ini misalnya mengurangi
upah pekerja karena tahu pekerja itu tidak bisa mengeluh lantaran takut kehilangan
pekerjaannya.
2. Perilaku terhadap organisasi
Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan organisasinya.
masalah yang terjadi terutama menyangkut tentang kejujuran, konflik kepentingan, dan
kerahasiaan. Masalah kejujuran yang sering terjadi di antaranya menggelembungkan
anggaran atau mencuri barang milik perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika

7
seorang individu melakukan tindakan untuk menguntungkan diri sendiri, namun
merugikan atasannya. Misalnya, menerima suap. Sementara itu, masalah pelanggaran etika
yang berhubungan dengan kerahasiaan di antaranya menjual atau membocorkan rahasia
perusahaan kepada pihak lain.
3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Seorang manajer juga harus menjalankan etika ketika berhubungan dengan agen-agen
ekonomi lain—seperti pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, distributor, dan
serikat buruh.
Agar perusahaan tersebut baik di mata dunia maka seorang manajer harus memiliki
etika yang baik. Para manajer yang memiliki etika yang baik akan melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai manajer dengan penuh tanggung jawab. Etika dipergunakan dimana saja
ia berada. Baik dalam mengambil keputusan, memimpin suatu rapat, berinteraksi kepada
rekan kerjanya, dan terhadap para karyawannya.

G. PandanganTentangEtika
Empat sudut pandang mengenai etika bisnis, mencakup pandangan sebagai berikut :
1. Pandangan etika utilitarian (ulititarian view of ethics)
Menyatakan bahwa keputusan-keputusan etika dibuat semata-mata berdasarkan
hasil atau akibat keputusan itu. Teori utilitarian menggunakan metode kuantitatif
untuk membuat keputusan-keputusan etis dengan melihat pada bagaimana cara
memberikan manfaat terbesar bagi jumlah terbesar. Jika mengikuti pandangan
utilitarian, seorang manajer dapat menyimpulkan bahwa memecat 20% angkatan kerja
di perusahaan itu dapat dibenarkan karena tindakan itu akan meningkatkan laba pabrik
tersebut, memperbaiki keamanan kerja bagi 80% karyawan sisanya, dan akan sangat
menguntungkan para pemegang saham. Utilitarian mendorong efisiensi dan
produktivitas dan konsisten dengan sasaran memaksimalkan laba. Namun di lain
pihak, pandangan itu dapat menyebabkan melencengnya alokasi sumber daya,
terutama apabila beberapa orang yang terkena dampak keputusan itu tidak memiliki
perwakilan atau suara dalam keputusan tersebut. Utilitarianisme dapat juga
menyebabkan hak-hak sejumlah pemercaya menjadi terabaikan.
2. Pandangan etika hak (right view of ethics)
Sudut pandang etika lain adalah pandangan etika hak, yang peduli terhadap
penghormatan dan perlindungan hak dan kebebasan pribadi individu, seperti hak
terhadap kerahasiaan, kebebasan suara hati, kemerdekaan berbicara, dan proses
semestinya. Penghormatan dan perlindungan itu mencakup, misalnya, melindungi hak
para karyawan terhadap kebebasan berbicara ketika mereka melaporkan pelanggaran
undang-undang oleh majikan mereka. Segi positif sudut pandang hak itu ialah bahwa
sudut pandang tersebut melindungi kerahasiaan dan kebebasan individu. Tetapi sudut
pandang tersebut memiliki sisi negatif bagi organisasi. Sudut pandang itu dapat
menimbulkan berbagai hambatan terhadap produktivitas dan efisiensi yang tinggi
dengan menciptakan iklim kerja yang lebih memperhatikan perlindungan hak individu
daripada penyelesaian pekerjaan.
3. Pandangan etika teori keadilan (theory of justice view of ethics)
Pandangan berikutnya adalah pandangan etika teori keadilan. Berdasarkan
pendekatan ini, para manajer harus menerapkan dan memaksakan dan mendorong
peraturan secara adil dan tidak memihak dan tindakan itu dilakukan dengan mengikuti

8
seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum. Manajer akan
menggunakan sudut pandang teori keadilan dengan memutusakan untuk memberikan
tingkat upah yang sama kepada individu-individu yang mempunyai tingkat keahlian,
kinerja, atau tanggung jawab yang sama dan bukan didasarkan pada perbedaan yang
sewenang-wenang seperti jenis kelamin, kepribadian, ras, atau favoritisme pribadi.
Menerapkan standar keadilan juga memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pandangan itu melindungi kepentingan para pemercaya yang barang kali tidak
mempunyai perwakilan yang memadai atau tidak mempunyai kekuasaan, tetapi
pandangan tersebut dapat mendorong perasaan mempunyai hak resmi untuk memiliki
atau menerima sesuatu (sense of entitlement) yang mungkin membuat para karyawan
mengurangi pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.
4. Pandangan etika teori kontrak sosial terpadu (integrative social contracts theory)
Sudut pandang etika yang terakhir, pandangan etika teori kontrak sosial terpadu,
mengusulkan bahwa keputusan etika harus didasarkan pada keberadaan norma-
norma etika di industri dan masyarakat sehingga menentukan apakah undang-undang
benar atau salah. Pandangan itu didasarkan pada penggabungan dua “kontrak”;
kontrak sosial umum yang mengizinkan dunia bisnis menjalankan dan mendefinisikan
peraturan dasar yang bisa diterima, dan kontrak yang lebih khusus di antara para
anggota komunitas tertentu yang mencakup cara ber-perilaku yang dapat diterima.
Misalnya, dalam menentukan berapa upah yang harus dibayar kepada para pekerja di
sebuah pabrik baru di Ciudad Juarez, Meksiko, para manajer yang mengikuti teori
kontrak sosial terpadu akan mendasarkan keputusan tersebut pada tingkatan upah
yang telah ada di masyarakat. Walaupun teori ini berfokus pada melihat pada praktik
yang telah ada, masalahnya adalah beberapa dari praktik ini mungkin tidaklah etis.
Dari keempat pendekatan tentang etika di atas, pendekatan etika manakah yang paling
banyak diikuti dunia bisnis? Mungkin tidak mengejutkan lagi bahwa kebanyakan para
pengusaha mengikuti pendekatan pandangan etika utilitarian. Karena pendekatan tersebut
konsisten dengan sasaran bisnis seperti efisiensi, produktivitas, dan laba. Walau begitu,
pandangan itu memerlukan perubahan karena perubahan dunia yang dihadapi para manajer.
Kecenderungan ke arah hak-hak individu, keadilan sosial, dan standar masyarakat berarti
bahwa para manajer memerlukan pedoman etika yang didasarkan pada kriteria non utilitarian.
Itu merupakan tantangan yang mencolok bagi para manajer karena membuat keputusan
berdasarkan kriteria seperti itu melibatkan jauh lebih banyak ketidakjelasan bila dibandingkan
jika menggunakan kriteria utilitarian seperti efisien dan laba. Hasilnya, tentu saja, adalah bahwa
para manajer semakin banyak mengalami pergulatan dengan berbagai dilema etis.

H. Pengaruh Etika/Norma Moral Atas Manajer


Putusan dan tindakan para manajer dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma buruk
baik yang dianutnya. Norma etika manajer itu berpengaruh terhadap tindakan dan putusan
organisasi, walaupun harus diakui keadaan tertentu yang sedang dihadapinya sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku seorang manajer.
Robert J. Mockler mengutarakan lima faktor yang mempengaruhi keputusan yang
menyangkut masalah etis, yaitu :
1. Undang-undang yang memberi batasan standar etis yang minim sesuatu soal tanpa
menghiraukan adanya hal-hal yang tercakup oleh undang-undang yang masih merupakan
daerah kelabu.

9
2. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyederhanakan soal dengan me-nentukan apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh, maupun masih terlalu mudah untuk dilanggar.
3. Kode etik organisasi dan usaha yang juga nampak menyaderhanakan faktor-faktor mana
yang secara etis hanya dipedomankan oleh para manajer. Namun sayangnya di banyak
organisasi, standar etis ini sering tidak jelas secara tertulis sehingga sukar diikuti prosedur
pelaksanaannya. Bahkan yang tertulis pun masih dituntut sikap jujur dan hati nurani
manajer untuk mematuhinya.
4. Desakan sosial malah membuat ruwetnya masalah etik ini karena nilai dan norma satu
kelompok masyarakat tidak sesuai dengan kelompok masyarakat lainnya.
5. Ketegangan antara norma pribadi dengan kebutuhan organisasi juga membuat rumitnya tugas
manajer. Norma pribadi sebagai warga masyarakat sering bentrok dengan kepentingan
organisasi.

10
Tanggung Jawab Sosial dan Etika

dalam Manajemen Stategis

A. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat


didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya

Selain definisi diatas masih ada definisi lain mengenai CSR


yakni Komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam
kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan masyarakat luas pada
umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka (WBCSD, 2002).

Sedangkan menurut Commission of  The  European Communities, 2001,


mendefinisikan CSR sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-
kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan penekanan pada bidang sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder .

B. Tanggung Jawab Sosial Menurut Carrol

Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan


tanggung jawab sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis
mulai mengabaikan tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui
pemerintah untuk membatasi otonomi bisnis.

Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis memiliki empat tanggung jawab
yakni :

1. Tanggung jawab Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang
bernilai bagi masyarakat.

2. hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh


pemerintah

3. Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan


umum mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.

4. Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat
sukarela.

11
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai sebagai
tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar terpenuhi
maka perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika dan
kebebasan memilih.

C.  Alasan Perusahaan Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan CSR
sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni :

1. Moralitas : Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang


berkepentingan terutama terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap
baik oleh masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.

2. Pemurnian Kepentingan Sendiri : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-


pihak yang berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan
dihargai karena tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.

Teori Investasi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena


tindakan yang dilakukan akan  mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Mempertahankan otonomi : Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder


untuk menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja
dalam pengambilan keputusan manajemen.

D. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

1. Manfaat bagi Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra positif perusahaan
di mata masyarakat dan pemerintah.

2. Manfaat bagi Masyarakat

Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan


akan lebih erat dalam situasi win-win solution.

3. Manfaat bagi Pemerintah

Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari
pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.

12
E. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

1. Strategi Reaktif

Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.

2.  Strategi Defensif

Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan
penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial .

3. Strategi Akomodatif

Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan


dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut

4. Strategi Proaktif

Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan
akan terbangun.

F. Regulasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Perusahaan.

Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas (UU PT) menandai babak baru pengaturan CSR. Selain itu, pengaturan tentang CSR
juga tercantum di dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
PM). Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum kedua
undang-undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di
Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk
mencari keuntungan saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi
sosial.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang  RI No. 40 Tahun 2007
tanggal 16 Agustus 2007 yang tercantum dalam bab V pasal 74. Dalam pasal 74 di sebutkan
sebagai berikut :

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber


daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

13
Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang


sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam.

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan
dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan
sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya
alam.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang terkait.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Sedangkan pengaturan di dalam UU PM, yaitu di dalam Pasal 15 huruf b adalah sebagai
berikut:

“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”

Kemudian di dalam Pasal 16 huruf d UU PM disebutkan sebagai berikut:

“Setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup.”

14
Etika Dalam Manajemen Bisnis

A. Definisi

Etika didefinisikan sebagai konsensus mengenai standar perilaku yang diterima untuk suatu
pekerjaan, perdagangan atau profesi.

Sedangkan menurut Griffin, Etika adalah pandangan , keyakinan dan nilai akan sesuatu yang
baik dan buruk, benar dan salah.

Etika Manajemen adalah standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria
etika.

Selain etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran perilaku personal
berdasarkan agama atau filosofi.

Salah satu penyebab perilaku tidak etis adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi seluruh
dunia mengenai perilaku para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan nilai-nilai budaya berbeda-
beda untuk setiap negara dan bahkan antara daerah geografis dan kelompok-kelompok etnis
dalam suatu negara.

Selain factor-faktor situiasional seperti pekerjaan itu sendiri, supervise dan budaya organisasi,
perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap perkembangan moral dan cirri-ciri
keprobadian lainnya.

Sama seperti hirarki kebutuhan Maslow, perkembangan moral terbentuk dari keinginan pribadi
untuk memperhatikan nilai-nilai universal.

B. Relativisme Moral

Relativisme Moral mengatakan bahwa moral bersifat relative pada beberapa pribadi, sosial atau
standar budaya, dan tidak ada standar yang lebih baik dibanding standar lainnya.

Ada empat tipe relativisme :

1. Naïve Relativism, yakni keyakinan bahwa semua keputusan moral adalah sangat
pribadi dan individu memiliki hak untuk menjalani hidupnya.

2. Role Relativism, yakni melakukan peran sosial disertai dengan kewajiban hanya
pada peran tersebut,

3. Social Group Relativism, yakni kepercayaan bahwa moralitas adalah suatu hal yang
menyertai norma-norma suatu kelompok.

15
4. Cultural Relativism, yakni bahwa moralitas tergantng pada budaya tertentu dalam
masyarakat tertentu.

C. Pendekatan Etika

Ada tiga pendekatan dasar terhadap perilaku etis :

1. Pendekatan utilitarian : tindakan dan perencanaan harus dinilai berdasarkan akibat


dari tindakan tersebut.

2. Pendekatan hak-hak individual : kesadaran bahwa manusia memiliki hak-hak dasar


yang harus dihormati dalam semua keputusan.

3. Pendekatan Peradilan : pemahaman bahwa pembuatan keputusan harus wajar, adil


dan tidak bias dalam mendistribusikan keuntungan dan kerugian bagi individual dan bagi
kelompok.

Berikut adalah contoh dari tindakan tidak etis atau tidak legal dalam sebuah manajemen
perusahaan :

 Penggunaan obat-obatan terlarang

o Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi

o Konflik Kepentingan

o Pengawasan Kualitas atau Quality Control

o Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia

o Penyelewengan dalam pencatatan keuangan

o Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan

o Pemecatan tenaga kerja

o Polusi Lingkungan

o Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis

o Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur

o Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan


pemegang kebijakan.

o dan lain sebagainya

16
Kode Etik..... Mengembangkan kode etik merupakan cara yang bermanfaat untuk
mempromosikan perilaku etis. Sekitar separuh dari perusahaan di AS sekarang menggunakan
kode etik. Sebagian besar manajer setuju bahwa kode etik perusahaan dan pelatihan mengenai
etika akan membantu mereka memahami isu-isu etika dan mengarahkan aktivitas keseharian
mereka. Menurut laporan dari The bussiness round table, asosiasi CEO dari 200 perusahaan
besar AS, kode etik merupakan hal yang penting karena kode tersebut (1) menjelaskan harapan
perusahaan terhadap pekerja pada berbagai situasi dan, (2) menjelaskan bahwa perusahaan
mengharapkan pekerjaanya mengetahui dimensi-dimensi etika dalam keputusan-keputusan
dan tindakan-ti dakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sejumlah perusahaan
mengembangkan kode etik dan mengimplementasikan pelatihan etika dan seminar......
Menyampaikan kritik terhadap etika karyawan mungkin tidak percaya bhwa manajemen puncak
serius mengenai etika sampai mereka melihat kode etik tersebut Dipraktikkan. Penelitian
terhadap champion international corporation, misalnya menunjukkan bahwa semakin rendah
level hirarki, semakin sinis dan penuh permusuhan para pekerja terhadap kode etik. Seorang
menajer melaporkan bahwa yang dipertimbangkan adalah apa yang dilakukan oleh perusahaan,
bukan apa yang dikatakan oleh perusahaan.
 R.P.Nielsen memberikan beberapa tindakan alternatif yang dapat dilakukan
seseorang dlm menghadapi dilema etika yang serius. Nielsen merekomendasikan
untuk membentuk kesepakatan untuk melakukan perubahan secara internal (7 item),
sebagai pendekatan terbaik, terutama jika ad cukup waktu dan orang-orang kunci
dengan otoritas yang dapat dipertanggungjawabkn. Menghindari, menaati, atau
meninggalkan, tidak akan memperbaiki situasi. Secara hati-hati menunjukkan
keslahan tidak dapat dilakukan. Melaporkan kepada pers atau pemerintah mungkin
akan memecahkan masalah tetapi juga menimbulkan akibt negatif.
 Sejarah bisnis dan masyarakat seperti pendulum, masyarakat cenderung
bergerakantara pandangan antibisnis dan probisnis. Masyarakat anti bisnis
penugasan, dan bahkan nasionalisasi idustri. Cara terbaik untuk menjaga agar
masyarakat berfikir positif mengenai bisnis sehingga memberikan otonomi secara
singnifikan adalah dengan membuat bisnis bertanggungjawab secara sosial
 Manajer strategis harus mengetahuistakeholder dalam lingkungan kerja
perusahaannya, dan dipersiapkan untuk menyusun prioritasuntuk menegosiasi
konflik kepentingan yang simpan siur.
 Saat ini masyarakat menilai orangbisnis sebagai orang yang tidak tau etika karena
adanya perbedaan budayadan pribadi. Orang bisnis cenderung lebih memperhatikan
nilai-nilai ekonomi dan politik daripada nilai-nilai sosial dan religius. Menurut
Friedman, satu-satunya tanggung jawab sosial perusahaan adalah meningkatkan
keuntungan perusahaan dengan cara-cara yang legal yang menekankan nilai
ekonomi.
 Meskipun relativisme merupakan tantangan yang serius untuk mempertahankan
kode etika bisnis yang dapat diterima dan diikuti secara umum.
 Bahkan sekalipun bisnis memiliki tanggung jawab ekonomi dan hukum ( sesua
tanggung pendapat friedman), tidak dapat disangkal bisnis juga memiliki tanggung
jawab kebebasan memiliki dan tanggung jawab etika.
 Perusahaan barangkali mempunyai banyak argumen untuk melakukan tanggung
jawab sosial. Tetapi argumen yang paling dipaksakan oleh sebagian besar

17
perusahaan undang-undang yang ketat mengenai tanggung jawab.dinyatakan bahwa
“dalam jangka panjang, perusahaan yang tidak menggunakan kekuasaannya
menurut cara yang dianggap bertanggung jawab oleh masyarakat, akan cenderung
kehilangan kekuasaan.

18
JURNAL
Tanggung jawab sosial dan etika dalam manajemen strategis
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR di PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) adalah merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) mempunyai kewajiban ikut berperan serta menunjang program pemerintah dalam
rangka melaksanakan program Kemitraan untuk mendorong dalam kegiatan dan pertumbuhan
ekonomi kerakyatan dan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha bagi Usaha Kecil. Kepedulian kepada masyarakat sekitar komunitas dapat
diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi
dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama
bagi organisasi dan komunitas. TanggungJawab sosial bukan hanya sekedar kegiatan amal,
dimana Tanggung Jawab Sosial mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan
keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibatnya terhadap seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Peraturan
tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 2 ayat (1)
huruf e menyebutkan: “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi,dan masyarakat”. Berdasarkah hal ini maka diterbitkan
Peraturan Menteri Negara BUMN No.PER-07/MBU/05/2015 tanggal 22 Mei 2015 tentang
Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Dimana Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) merupakan bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan/CSR yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara. Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan,

19
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN

TanggungjawabSosial PerusahaanatauCorporate Social Responsibility (CSR)


adalahsuatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki
berbagai bentuk tanggungjawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tanggungjawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan
masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif dalam hal
tanggungjawab sosial. Pada dasarnya tanggungjawab sosial akan memberikan manfaat dalam
jangka panjang bagi semua pihak.

Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan
mereka. Sedangkan menurut Vonder Embsedan Wagley, etika didefinisikan sebagai konsensus
mengenai suatu standar perilaku yang diterima untuk suatu pekerjaan dan perdagangan, atau
profesi.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://atiqtj.wordpress.com/2010/06/22/tanggung-jawab-sosial-dan-etika-dalam-manajemen-
strategis/

21

Anda mungkin juga menyukai