Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

Corporate Sosial Responsibilities


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Dan Profesi
Dosen Pengampu :
Dr.Siska SE.,M.Si.,AK

KELOMPOK 5:

Kanaya Ferrera (215310275)


Sonia Monica (215310165)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Etika Bisnis Dan Profesi

di Universitas Islam Riau khususnya dijurusan Akuntansi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini.

05, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
1. Corporate Social Responsibility.............................................................................................7
2.1 Pengertian.........................................................................................................................7
2.2 Tujuan........................................................................................................................10
2.3 Bentuk Corporate Social Responsibility...................................................................11
2.4 Pengungkapan............................................................................................................13
2.5 Tanggung Jawab Perusahaan/CSR............................................................................14
2.6 Manfaat Social Coorporate Responsibility (CSR)....................................................16
2.7 Pentingnya CSR.........................................................................................................16
2.8 Motif CSR.................................................................................................................17
2.9 Prinsip-Prinsip Dalam Menjalankan CSR.................................................................19
2.10 Tahapan Pelaksanaan CSR........................................................................................20
2.11 Indikator CSR............................................................................................................20
2.12 Dasar Hukum CSR..................................................................................................21
2.13 Hubungan CSR Dalam Bisnis...................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial


Perusahaan sudah dikenal sejak dahulu dan mulai dikenal luas di zaman modern sejak
Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The
Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya
dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR lebih dikenal
dengan Tanggung Jawab Perusahaan dan Lingkungan (TJSL) sebagaimana yang sudah
termuat dalam UUPT. Dengan keberadaan UUPT tersebut membuat kegiatan atau
program TJSL menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Ketentuan
itu terdapat dalam Pasal 74 Ayat (1). Konsep CSR juga telah banyak berkembang di
negara lain dan Indonesia mengadopsi CSR yang awalnya berkembang di negara
kapitalis karena menilai hal ini perlu diatur mengingat semakin besarnya jumlah
perusahaan di Indonesia yang menjalankan CSR setengah hati disertai kerusakan
lingkungan yang semakin parah. Jika melihat sasaran CSR yang memperhatikan aspek
lingkungan dan sosial maka kedua aspek tersebut yang memiliki kecenderungan sebagai
latar belakang pengaturan CSR di Indonesia yang lebih dikenal dengan Tanggung Jawab
Perusahaan dan Lingkungan (TJSL).
Banyak perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak
memperhatikan lingkungan sekitar Sehingga berdampak pula pada masyarakat sekitar
misalnya perusahan yang letaknya berdekatan dengan rumah warga membuang
sampah/limbahnya begitu saja sehingga mencemari lingkungan dan berdampak pula pada
warga yang tinggal di sekitar perusahaan tersebut, jika hal seperti ini terjadi maka
perusahaan harus bertanggung jawab. Kesuksesan sebuah perusahaan, tidak hanya
ditentukan dari keberhasilan menjalankan bisnisnya semata dan dalam mendorong
ekonomi. Tetapi didukung juga kemampuan dalam menyukseskan program
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan mempertimbangkan pula
faktor masyarakat dan lingkungan hidup sekitar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan dalam
makalah ini adalah:
1. Pengertian Tanggung jawab Perusahaan / CSR?
2. Manfaat dan Motif CSR bagi Perusahaan?
3. Penerapan CSR ?
4. Dasar Hukum CSR?

C. Tujuan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “CorporateSocial


Responsibility (CSR) Dalam Berbisnis” adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai
dengan permasalahan yang diajukan antara lain :
1. Untuk mengetahui Tanggung jawab Perusahaan / CSR
2. Untuk mengetahui Pentingnya CSR / Tanggung jawab Sosial Perusahaan Bagi
perusahaan / UKM
3. Untuk mengetahui Manfaat dan Motif dari CSR bagi perusahaan
4. Dasar Hukum CSR

D. Manfaat

Penulis mengharapkan bahwa dengan penulisan makalah ini tentang tanggung


jawab perusahaan/CSR dapat memberikan manfaat kepada para pembaca untuk dapat
lebih mengetahui tentang seluk beluk CSR sehingga dapat meningkatkan kesadaran
untuk lebih peduli kepada masyarakat sekitar.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Corporate Social Responsibility

2.1 Pengertian

Menurut Carroll dalam (Unang,2011) CSR, adalah bentuk kepedulian

perusahan terhadap masyarakat sekitar, meliputi beberapa aspek yaitu aspek

ekonomi, hukum, etika serta kontribusi pada isu social. Dari konsep Carroll dalam

(Unang,1979) menunjukan bahwa setiap perusahaan dalam bentuk kegiatannya

CSR,harus melihat beberapa aspek karena dari beberapa aspek yang dikemukakan

oleh carroll itu bersifat memberikan kontribusi dalam kepedulian dan

pengembagan terhadap beberapa aspek yang telah dijelaskan oleh Carroll.

Selain itu (Bowem, 1953) menjelaskan CSR adalah sebagai kewajiban

pengusaha untuk merumuskan kebijakan, membuat keputusan, atau mengikuti

garis tindakan, yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai masyarakat. CSR,

menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD)

merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas

setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup

karyawan beserta seluruh keluarganya.Diakses dari jurnal kementrian lingkungan

hidup.

Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an setelah John Elkington

mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni

economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas juga

The World Commission on Environment and Development (WCED) dalam

Brundtland Report (1987). Ditegaskan Elkington bahwa CSR dikemas dalam tiga

focus yang disingkat 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Penjabarannya,

perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).

Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan

kesejahteraan masyarakat (people). (hestanto personal website, 2020)

Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam etika bisnis, yaitu :

1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam

bisnis. Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila

kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika

bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari

kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.

2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis,

serta membantu pebisnis atau calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral

yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, adanya normanorma moral sangatlah

penting namun yang tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-

norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan

fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang

tepat didalam profesinya (kelak). Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah

studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-

kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan bahwa

etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang

etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis.

Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis

bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar. Selain itu, dalam

etika bisnis juga tidak terlepas dari adanya masalahmasalah.

Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:

1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau

meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang

pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk

memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat

dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun

pembayaran kembali’ setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah

dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah

dimasukkan Konsep dan Penerapan Corporate Social Responsibility sebagai cara

suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap,

tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.

2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau

dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman

untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap

seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang

disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan

hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.

Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil

atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis

kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan

semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka

yang ‘disukai’ dan tidak.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam publikasi yang berjudul Management

Journal pada tahun 1988 mengungkapkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga

pendekatan dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu:

1. Pendekatan Utilitarian (Utilitarian Approach) Menurut pendekatan ini, setiap

tindakan dalam dunia bisnis harus didasarkan pada konsekuensi yang ditimbulkan

oleh tindakan tersebut. Oleh karena itu, dalam bertindak, seseorang seharusnya

mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada

masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya yang

serendah-rendahnya.

2. Pendekatan Hak Individu (Individual Rights Approach) Menurut pendekatan

ini, setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus

dihormati. Namun, tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila

diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

3. Pendekatan Keadilan (Justice Approach) Menurut pendekatan ini, para pembuat

keputusan mempunyai kedudukan yang sama dan bertindak adil dalam


memberikan pelayanan kepada pelanggan, baik secara perseorangan maupun

secara kelompok.

2.2 Tujuan

Tujuan dari CSR adalah (Saputri, 2011):

a. Untuk meningkatkan citra perusahaan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa

perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

b. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya

kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat.

c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya

adalah untuk memberikan informasi kepada investor.

Trevino dan Nelson mengkonsepkan CSR sebagai piramid yang terdiri dari

empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan secara

berkesinambungan, yaitu, hukum, etika dan berperikemanusian.

(Accounting,2020)

2.3 Bentuk Corporate Social Responsibility

Bentuk ataupun karakteristik CSR yang baik adalah sebagai berikut:

a. CSR seharusna adalah kegiatan yang melebihi kepatuhan terhadap undang-

undang yang berlaku.

b. CSR seharunya dapat menghasilkan dampak semi permanen untuk perusahaan

dan masyarakat

c. CSR harus menghitung dan menimbang kepentingan pemegang kepentingan

(stakeholders) di dalam dan di luar perusahaan.


d. CSR harus berisikan sistem govermane yang sesuai, bersamaan dengan

transpotasi dan tangung jawab

CSR seharusnya mengikuti tips ISO 26000.

Contoh CSR

Program CSR bisa saja menjadi suatu program yang sangat membantu

masyarakat sekitar atau untuk perusahaan tersebut. Dimanapun dengan adanya

program CSR ini bisa mempermudah permasalahan atau kesulitan yang dialami

perusahaan dan masyarakat. Sedangkan untuk korporat, program CSR ini dapat

memberikan citra perusahaan yang layak di mata konsumen dan masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa perusahaan besar yang mengerti keadaan lingkungan

sekitar dan melakukan program CSR, antara lain yaitu:

a. Danone (Aqua Mineral Water)

Danone menjalankan program CSR yang dinamakan dengan program WASH

(Water, Acces, Sanitation, Hygiene Program) yang mempunyai arti Air, Akses,

Sanitasi, Kebersihan. Yang mempunyai tujuan untuk melakukan peningkatan

kesejahteraan lingkungan dan berkontribusi secara aktif dan berkelanjutan untuk

penyediaan solusi pada masalah yang berhubungan dengan sistem air di Hindia

Belanda. Program ini sangat baik dinamakan “1 Liter Aqua untuk 10 Liter Air

Bersih”

b. PT. Pertamina

Pertamina memiliki komitme untuk menjalankan program CSR-nya dengan

membantuk pemerintah Indonesia dalam peningkatan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di dalam terra firma dengan cara pelaksanaan program yang aman

difasilitasi pencapaian target acara dan membangun hubungan yang sangat baik
dan kontributif dengan seluruh pemegangn kepentingan (stakeholders) untuk

memberikan dukungan tindakan tujuan perusahana, utamanya dalam membangun

nama perusahaan.

c. PT. Sinde Budi Sentosa (Larutan Cap Badak)

PT. Sinde Budi Sentosa menjalankan program CSR dengan melakukan

pelestarian lingkungan mamalia perissodactyl di daerah Jawa di taman Ujung

Kulon. Program ini bekerja sama antara Sinde dan WWF Indoneis. Bahwa Sinde

meberikan dana dari peroleh penjualan untuk program konservasi mamalia

perissodactyl Jawab di Ujung Kulon. (Ganteng, S., 2020)

2.4 Pengungkapan

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut

sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting

(Mathews,1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)

merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan

ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap

masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab

organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk

menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang

saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai

tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang

saham (Gray et. al., 1987 dalam Sembiring 2005).

Menurut Gray, Owen, dan Maunders (1988) dalam Sulistyowati (2004), tujuan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah :

a. Untuk meningkatkan image perusahaan.


b. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi

bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.

c. Untuk memberikan informasi kepada investor.

Sedangkan menurut Zadex (1998:1426) dalam Sulistyowati (2004), alasan

perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah :

a. Untuk memahami apakah perusahaan telah mencoba mencapai kinerja

sosial terbaik sesuai yang diharapkan.

b. Untuk mengetahui apa yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan

kinerja sosial.

c. Untuk memahami implikasi dari apa yang dilakukan perusahaan tersebut.

 *+
 
8  *    %7"()  *+
     
     
       
  

*

%7,-,)   
    
*+


      5  
       

*
    %2  ,94)   
*+      
     
       


:
*+
  1  2  *  ; 
    %12*)
  



       
      
     
    5 





8 !   %1"() *+
   



       
5  :
     
       

 
 
8  ! 
%1"()*+

     
         

 

%) 
       
     

       
  8  !  
%1"()
*+


  
    

*+


        
        

    





         
    
     
      

<  *+       
  ,-(    $  .
      
     

/

0  1  *    . 
    %1*.)  
2+
%,#-).*+

54
5



%5)
8

%)
%)
%"("()
" 
0
575
   
     

6,
((
:
,        6   
       

     
:     
  



    
   




      : 
    !    

;     *+ 
    ,4(:  
           
        
       
     




:


       
         

       
  2    
 
       
       




       
         
:
8         
       

      8 
      
      5  
       


0


0$,"(:
,9,
=0$
,9(:!
    : 
      



     
       
>
5?
!+2,94
       
       

0$

   
  > ?  

  +  *     
       




8
+*
        
       

"
0$,@(
:,@,
0 $  
   

       
  :   

    0  $ 
        
0$ 

5

:

4
0$,-
(:,-,
,-
(:>=?


*5+



A

: 





5
:
5:

B
0$,#(:
,#,
    ,#(:     
      
       
  <  
      
       +
!       
    
      
     


  0  $     
    
       
    
0$


%)
0$


9
0$,,
(:,,,
  ,,(:     
      



    <    *+ 
       

  ,,(:  2   
      *6
%*    6)   
>    ? 
1
5
*+
>?
>?

  0  $     
    
    
  


0$

0
$

@
0$"(((:

  0  $     
    :

 0
$


0$

  
 0  $    


  0  $   
      
     
      
       
      5    
         
      



%     
  )  





      
     
     
  :  

$

5    


         
     

  0  6  00    +
 0    
       
      

   
    
7
&=
  *+    
       

5



    
    



       
      
      
     

%)
%C5"("()
4 0
0*+%"()

7

5

 7     
        


      
       

5

0D*+
       
         
    
     
    
%6"("()
B
2*+
2*+

 *+   
  :


*+


 *+ 


%)

 *+       
       


*+<A"@(((
**+
  *+        
       
   
   
  
*+ 


   
*+


2


*+

 %6/81)
*+
16!
%16!
)6
 6
    3   
      

5

 

 !
2   
  > 
6/(6
2?
 0
  
 *+:  
    <  
   <  
8
%<8)5

5 


  5     
    %) 




 02
%*2)
0    2     
  *+    
     
      $   
  7


11;<2
       
       

$7 
%="("()
9 
       
        
      
       

%8,,9)
%!8,,@)






      ! 
      
  %  ) 
        
      
       


 

 
%=,#-
"((9)
7  7  D  B(  0  "((-   
@@    %")    
0

       
D    :  *+  
     
5      5 

%)
8=A8
%,##)%"((B)



7
 7     
      



75

    CE  %,,#B"@) 
    %"((B)  


 7       
      


 7   
  


7

%,,4)2  ! 
  1%"((B)
       
     

      
       %
)     
  %  ) 

% ) 
  

        %
 7:7  6   
26.68)  $     
     
5
      
       
   
    % 
)
:


     
       
:
       
      %!   
8
,,@"((4)
8 =   %,,9) 
  %"((4)    
    5    
     
       
    
       
      
 



      
       
       
      
 
       
5      
       
       

5


         
      
       
      
         
      
%68+<"("()

5


     


2

4((


%8F"(
2.5 Tanggung Jawab Perusahaan/CSR

CSR sudah mulai di perkenalkan sejak tahun 1950 oleh Howard R. Bowen yang
menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman di Amerika
Serikat hingga mendapat apresiasi dari publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai
Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR mulai di kenal pada tahun 1990-an . Beberapa
perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau
“aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual
aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan
“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi
social perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai
lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan
advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dan pada tahun 2007 CSR mulai di
Undangkan lebih tepatnya dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas (UU.PT) pasal
74. Yang mewajibkan perseroan untuk menyisihkan sebagian laba bersih dalam
menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab sosial terutama bagi perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan
adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan
"pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga
harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik
untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian
tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan
itu sendiri adalah keseimbangan antara masyarakat, lingkungan dan laba yang dalam
artianya kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional.
Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas
kehidupan yang mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus
memelihara, atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha
untuk memproduksi dampak positif pada suatu komunitas, atau merupakan suatu proses
yang penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis
dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal)
maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,
kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).
Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep
pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif dan
statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki
bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan
tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumber daya komunitas, juga
komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders. Konsep
kedermawanan perusahaan (corporate philantrophy) dalam tanggung jawab sosial
tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung
jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders lainnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) pada
dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan (coporate culture) yang ada dipengaruhi
oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari para
individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh
sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi para pemimpin
memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan, pemimpin
perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada kemanusiaan
akan dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara keseluruhan.

2.6 Manfaat Social Coorporate Responsibility (CSR)

Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggungg jawab sosial


perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya. Wibisono (2007, hal 99) menguraikan manfaat yang akan diterima
dari pelaksanaan CSR, diantaranya:
1. Bagi Perusahaan, terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas.
Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga,
perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada
hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management),
2. Bagi Masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya
perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan
perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau
masyarakat lokal, praktek CSR akan mengharagai keberadaan tradisi dan budaya
lokal tersebut,
3. Bagi Lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber
daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru
perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,
4. Bagi Negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut “corporate
misconduct” atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau
aparat hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati
pendapatan dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.

2.7 Pentingnya CSR

Ada tiga alasan petingnya CSR dan perlunya dilaksanaakan bagi Perusahaan dan
UKM
1. Perusahaan / UKM adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
Perusahaan / UKM juga turut memperhatikan kepentingan masyarakat. Dengan
adanya penerapan CSR, maka perusahaan secara tidak langsung telah menjalin
hubungan dan ikatan emosional yang baik terhadap shareholder maupun
stakeholders.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme (saling mengisi dan meguntungkan). Bagi perusahaan, untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, adalah suatu
keharusan bagi perusahaan jika dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat, sehingga bisa mendongkrak citra dan performa perusahaan atau UKM
itu sendiri.
3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi berbagi potensi
mobilisasi massa (penduduk) untuk melakukan hal-hal yang tidak diiginkan sebagai
akses ekslusifme dan monopoli sumber daya alam yang dieksploitasi oleh
perusahaan tanpa mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya
kesejahteraan dan pengembangan sumber daya manusia yang berdomisili di sekitar
wilayah penambangan pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

2.8 Motif CSR

Selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya, tidak ada satu perusahaan pun
yang menjalankan CSR tanpa memiliki motivasi. Karena bagimanapun tujuan
perusahaan melaksanakan CSR terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono
(2007, hal 78) menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang
menerapkan CSR, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang
telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya.
Oleh karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.
Perbuatan destruktif akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun sebaliknya,
konstribusi positif akan mendongkrak reputasi perusahaan. Inilah yang menjadi
modal non-financial utama bagi perusahaan dan bagi stakeholdes-nya yang menjadi
nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
2. Layak mendapatkan social licence to operate. Masyarakat sekitar perusahaan
merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari
keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki
perusahaan. Sebagai imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah
keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi
program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance)
yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap
eksistensi perusahaan.
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan
untuk memenuhi ekspektasi stakeholders akan menjadi bom waktu yang dapat
memicu risiko yang tidak diharapkan. Bila itu terjadi, maka disamping menanggung
opportunity loss, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya yang mungkin berlipat
besarnya dibandingkan biaya untuk mengimplementasikan CSR.
4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR
merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk
memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program
CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka
lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus
pangsa pasar baru.
6. Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan
perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari
implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah
upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle atau daur ulang kedalam
siklus produksi.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. Implementasi program CSR tentunya
akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat
membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan program
CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai
regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab utama untuk
mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari
perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban
tersebut.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang diberikan
para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang
dibebankan kepada perusahaan. Oleh karenanya wajar bila karyawan menjadi
terpacu untuk meningkatkan kinerjanya.
10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR,
sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kesempatan
yang cukup tinggi.
Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR dan menjadi bagian
penting adalah menjalin hubungan yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri
berdasarkan izin yang diberikan pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam
pembangunan melalui pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara
sadar turut membangun kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan.

2.9 Prinsip-Prinsip Dalam Menjalankan CSR

Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan dalam menjalankan CSR agar berfungsi
dengan baik, yaitu :

1. Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti


perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi.
Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.

2. Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti


menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari
lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk
mendongkrak popularitas atau mengejar profit.

3. Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli
dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.

4. Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost
structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan
ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.

2.10 Tahapan Pelaksanaan CSR

Mengacu pada tahapan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan dalam


pengembangan masyarakat, menurut Hurairah (2008), terdapat 6 (enam) tahapan, yaitu:
assessment, plan of treatment, treatment action, monitoring and evaluation, termination
dan after care.

Dari keenam tahapan tersebut, penelitian ini hanya mendeskripiskan tiga tahapan
awal, dikarenakan CCSR baru berdiri satu tahun, baru sampai pada tahapan treatment
action atau implementasi program. Ketiga tahapan tersebut sebagai berikut:

1. Asssessment. Proses mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan atau felt


needs) ataupun kebutuhan yang diekspresikan (ekspressed needs) dan juga sumber
daya yang dimiliki komunitas sasaran.Dalam proses ini masyarakat dilibatkan agar
mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar
keluar dari pandangan mereka sendiri.
2. Plant of Treatment. Merupakan rencana tindakan yang dirumuskan seharusnya,
berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan penanganan-
penanganan masalah yang dirasakan masyarakat. Wacana mengenai program
program berbasis masyarakat mendorong berkembangnya metodologi perencanaan
dari bawah.

3. Treatment action. Tahap pelaksanaan merupakan tahap paling krusial dalam


pelaksanaan CSR. Sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat menyimpang
dalam pelaksanaannya dilapangan jika tidak terdapat kerjasama antara masyarakat,
fasilitator dan antar warga

2.11 Indikator CSR

Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat. Dari
sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi
masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi perusahaan
melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Satu hal yang perlu diingat, “Salah satu ukuran penting keberhasilan
CSR adalah jika masyarakat yang dibantu bisa mandiri, tidak melulu bergantung pada
pertolong orang lain.

2.12 Dasar Hukum CSR

Terdapat 4 (empat) peraturan yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk menjalankan


program tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR dan satu acuan (Guidance) ISO
26000 sebagai referensi dalam menjalankan CSR, sebagaimana diuraikan Rahmatullah
(2011, hal.14) :

1. Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 1 ayat (6)


dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya
disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa Program Bina
Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan
kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Adapun ruang lingkup bantuan Program BL BUMN, berdasarkan Permeneg
BUMN, Per-05/MBU/2007 Pasal 11 ayat (2) huruf e adalah:

1) Bantuan korban bencana alam;


2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
3) Bantuan peningkatan kesehatan;
4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
5) Bantuan sarana ibadah;
6) Bantuan pelestarian alam.
3. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

Selain BUMN, saat ini Perseroaan Terbatas (PT) yang mengelola atau
operasionalnya terkait sumber daya alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program
CSR, karena telah diatur dalam undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun
2007, dalam pasal 74 dijelaskan bahwa :

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan


dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan,
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran,
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
4. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

Peraturan lain yang mewajibkan CSR adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,
tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri, maupun penenaman
modal asing. Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Sanksi-sanksi terhadap badan usaha
atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi
administratif dan sanksi lainnya, diantaranya: (a) Peringatan tertulis; (b) pembatasan
kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
(d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

5. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001

Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam (SDA)
dalam hal ini minyak dan gas bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, disebutkan pada Pasal 13 ayat 3 (p), Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit
ketentuan-ketentuan pokok yaitu: (p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan
jaminan hak-hak masyarakat adat. Berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan
yang operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi
maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan
menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan.

6. Guidance ISO 26000

Berbeda dari bentuk ISO yang lain, seperti ISO 9001: 2000 dan 14001: 2004. ISO
26000 hanya sekedar standar dan panduan, tidak menggunakan mekanisme
sertifikasi. Terminologi Should didalam batang tubuh standar berarti shall dan tidak
menggunakan kata must maupun have to. Sehingga Fungsi ISO 26000 hanya
sebagai guidance. Selain itu dengan menggunakan istilah Guidance Standard on
Social Responsibility, menunjukkan bahwa ISO 26000 tidak hanya diperuntukkan
bagi Corporate (perusahaan) melainkan juga untuk semua sektor publik dan privat.
Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, Non governmental
Organisation (NGO) dan tentunya sektor bisnis, hal itu dikarenakan setiap
organisasi dapat memberikan akibat bagi lingkungan sosial maupun alam. Sehingga
adanya ISO 26000 ini membantu organisasi dalam pelaksanaan Social
Responsibility, dengan cara memberikan pedoman praktis, serta memperluas
pemahaman publik terhadap Social Responsibility. ISO 26000 mencakup beberapa
aspek berikut:

ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial kepada semua
bentuk organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk:
1) Mengindentifikasi prinsip dan isu
2) Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial
3) Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentinga
4) Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.
ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih sekedar dari
apa yang diwajibkan. ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi Instrumen dan
inisiatif lain yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial Mempromosikan
terminologi umum dalam lingkupan tanggung jawab sosial dan semakin memperluas
pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial. Konsisten dan tidak berkonflik
dengan traktat internasional dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud
mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab sosial oleh
suatu organisasi.

Prinsip ketaatan pada hukum/ legal compliance, prinsip penghormatan terhadap


instrumen internasional, prinsip akuntabilitas, prinsip transparasi, prinsip
pembangunan keberlanjutan, prinsip ethical conduct, prinsip penghormatan hak asasi
manusia, prinsip pendekatan dengan pencegahan dan prinsip penghormatan terhadap
keanekaragaman

2.13 Hubungan CSR Dalam Bisnis

Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa
dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis,
praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40%
lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling memengaruhi kesan
mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti
faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan
CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari
perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan
perusahaan tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam


menjalankan sebuah bisnis juga harus memperhatikan orang-orang yang secara tidak
langsung berhubungan dengan bisnis yang di jalankan (eksternal( masyarakat dan
lingkungan sekitar)) dan perlu adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah bisnis
atau perusahaan. Dengan penerapan CSR sebagai sebuah program yang wajib sebagai
bentuk rasa terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai bentuk
perhatian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu CSR juga memiliki
peranan penting bagi perusahaan yang menjalankannya,dan juga manfaat yang dapat
dirasakan perusahaan bila menjalankan CSR yaitu diantaranya :

1. Meningkatkan Citra Perusahaan


2. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
3. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan
4. Meningkatkan Harga Saham
Dari sisi masyarakat, CSR akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan dan
kebaikan untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan.

DAFTAR PUSTAKA

About, H. et al. (2016) ‘ORCA @ Cardiff’, (May 2014), pp. 1–2.


Dewi Puspaningtyas (2019) ‘Etika Bisnis Profesi’, p. 394.
Mentor, K. P. (no date) Dr. Qodariah, SE., MM Feby Lukito Wibowo, M.Si., MM Title.
Profesi, Prof. Dr. Adji Suratman, CA, CPMA, AkD. A. N. and Implementasi, K. D. A. N. (no
date) Dan profesi.

Anda mungkin juga menyukai