KELOMPOK 5:
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Etika Bisnis Dan Profesi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................7
1. Corporate Social Responsibility.............................................................................................7
2.1 Pengertian.........................................................................................................................7
2.2 Tujuan........................................................................................................................10
2.3 Bentuk Corporate Social Responsibility...................................................................11
2.4 Pengungkapan............................................................................................................13
2.5 Tanggung Jawab Perusahaan/CSR............................................................................14
2.6 Manfaat Social Coorporate Responsibility (CSR)....................................................16
2.7 Pentingnya CSR.........................................................................................................16
2.8 Motif CSR.................................................................................................................17
2.9 Prinsip-Prinsip Dalam Menjalankan CSR.................................................................19
2.10 Tahapan Pelaksanaan CSR........................................................................................20
2.11 Indikator CSR............................................................................................................20
2.12 Dasar Hukum CSR..................................................................................................21
2.13 Hubungan CSR Dalam Bisnis...................................................................................24
BAB III.....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan dalam
makalah ini adalah:
1. Pengertian Tanggung jawab Perusahaan / CSR?
2. Manfaat dan Motif CSR bagi Perusahaan?
3. Penerapan CSR ?
4. Dasar Hukum CSR?
C. Tujuan
D. Manfaat
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
ekonomi, hukum, etika serta kontribusi pada isu social. Dari konsep Carroll dalam
CSR,harus melihat beberapa aspek karena dari beberapa aspek yang dikemukakan
garis tindakan, yang diinginkan dalam hal tujuan dan nilai-nilai masyarakat. CSR,
merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas
hidup.
Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an setelah John Elkington
economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas juga
Brundtland Report (1987). Ditegaskan Elkington bahwa CSR dikemas dalam tiga
focus yang disingkat 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Penjabarannya,
perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).
Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam etika bisnis, yaitu :
bisnis. Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila
kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika
bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari
serta membantu pebisnis atau calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral
yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, adanya normanorma moral sangatlah
penting namun yang tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-
norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan
fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang
tepat didalam profesinya (kelak). Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah
studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-
kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan bahwa
etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang
etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis.
Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis
bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar. Selain itu, dalam
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:
suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap,
tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.
seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam publikasi yang berjudul Management
Journal pada tahun 1988 mengungkapkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga
tindakan dalam dunia bisnis harus didasarkan pada konsekuensi yang ditimbulkan
oleh tindakan tersebut. Oleh karena itu, dalam bertindak, seseorang seharusnya
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya yang
serendah-rendahnya.
ini, setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus
dihormati. Namun, tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
secara kelompok.
2.2 Tujuan
Trevino dan Nelson mengkonsepkan CSR sebagai piramid yang terdiri dari
(Accounting,2020)
dan masyarakat
Contoh CSR
Program CSR bisa saja menjadi suatu program yang sangat membantu
program CSR ini bisa mempermudah permasalahan atau kesulitan yang dialami
perusahaan dan masyarakat. Sedangkan untuk korporat, program CSR ini dapat
Berikut ini adalah beberapa perusahaan besar yang mengerti keadaan lingkungan
(Water, Acces, Sanitation, Hygiene Program) yang mempunyai arti Air, Akses,
penyediaan solusi pada masalah yang berhubungan dengan sistem air di Hindia
Belanda. Program ini sangat baik dinamakan “1 Liter Aqua untuk 10 Liter Air
Bersih”
b. PT. Pertamina
Manusia (IPM) di dalam terra firma dengan cara pelaksanaan program yang aman
difasilitasi pencapaian target acara dan membangun hubungan yang sangat baik
dan kontributif dengan seluruh pemegangn kepentingan (stakeholders) untuk
nama perusahaan.
Kulon. Program ini bekerja sama antara Sinde dan WWF Indoneis. Bahwa Sinde
2.4 Pengungkapan
tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang
Menurut Gray, Owen, dan Maunders (1988) dalam Sulistyowati (2004), tujuan
kinerja sosial.
*+
8 * %7"() *+
*
%7,-,)
*+
5
*
%2 ,94)
*+
:
*+
1 2 * ;
%12*)
5
8 ! %1"() *+
5 :
8 !
%1"()*+
%)
8 !
%1"()
*+
*+
< *+
,-( $ .
/
0 1 * .
%1*.)
2+
%,#-).*+
54
5
%5)
8
%)
%)
%"("()
"
0
575
6,
((
:
, 6
:
:
!
; *+
,4(:
:
2
:
8
8
5
0
0$,"(:
,9,
=0$
,9(:!
:
>
5?
!+2,94
0$
> ?
+ *
8
+*
"
0$,@(
:,@,
0 $
:
0 $
0$
5
:
4
0$,-
(:,-,
,-
(:>=?
*5+
A
:
5
:
5:
B
0$,#(:
,#,
,#(:
<
+
!
0 $
0$
%)
0$
9
0$,,
(:,,,
,,(:
< *+
,,(: 2
*6
%* 6)
> ?
1
5
*+
>?
>?
0 $
0$
0
$
@
0$"(((:
0 $
:
0
$
0$
0 $
0 $
5
%
)
:
$
5
0 6 00 +
0
7
&=
*+
5
%)
%C5"("()
4 0
0*+%"()
7
5
7
5
0D*+
%6"("()
B
2*+
2*+
*+
:
*+
*+
%)
*+
*+<A"@(((
**+
*+
*+
*+
2
*+
%6/81)
*+
16!
%16!
)6
6
3
5
!
2
>
6/(6
2?
0
*+:
<
<
8
%<8)5
5
5
%)
02
%*2)
0 2
*+
$
7
11;<2
$7
%="("()
9
%8,,9)
%!8,,@)
!
% )
%=,#-
"((9)
7 7 D B( 0 "((-
@@ %")
0
D : *+
5 5
%)
8=A8
%,##)%"((B)
7
7
75
CE %,,#B"@)
%"((B)
7
7
7
%,,4)2 !
1%"((B)
%
)
% )
% )
%
7:7 6
26.68) $
5
%
)
:
:
%!
8
,,@"((4)
8 = %,,9)
%"((4)
5
5
5
%68+<"("()
5
2
4((
%8F"(
2.5 Tanggung Jawab Perusahaan/CSR
CSR sudah mulai di perkenalkan sejak tahun 1950 oleh Howard R. Bowen yang
menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman di Amerika
Serikat hingga mendapat apresiasi dari publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai
Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR mulai di kenal pada tahun 1990-an . Beberapa
perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau
“aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual
aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan
“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi
social perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai
lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan
advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dan pada tahun 2007 CSR mulai di
Undangkan lebih tepatnya dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas (UU.PT) pasal
74. Yang mewajibkan perseroan untuk menyisihkan sebagian laba bersih dalam
menganggarkan dana pelaksanaan tanggung jawab sosial terutama bagi perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan
adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku
kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan
"pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga
harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik
untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian
tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan
pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan
itu sendiri adalah keseimbangan antara masyarakat, lingkungan dan laba yang dalam
artianya kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional.
Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas
kehidupan yang mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus
memelihara, atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha
untuk memproduksi dampak positif pada suatu komunitas, atau merupakan suatu proses
yang penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis
dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal)
maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,
kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).
Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep
pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif dan
statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki
bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan
tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumber daya komunitas, juga
komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders. Konsep
kedermawanan perusahaan (corporate philantrophy) dalam tanggung jawab sosial
tidaklah lagi memadai karena konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung
jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders lainnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) pada
dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan (coporate culture) yang ada dipengaruhi
oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari para
individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh
sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi para pemimpin
memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan, pemimpin
perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada kemanusiaan
akan dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara keseluruhan.
Ada tiga alasan petingnya CSR dan perlunya dilaksanaakan bagi Perusahaan dan
UKM
1. Perusahaan / UKM adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
Perusahaan / UKM juga turut memperhatikan kepentingan masyarakat. Dengan
adanya penerapan CSR, maka perusahaan secara tidak langsung telah menjalin
hubungan dan ikatan emosional yang baik terhadap shareholder maupun
stakeholders.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme (saling mengisi dan meguntungkan). Bagi perusahaan, untuk
mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, adalah suatu
keharusan bagi perusahaan jika dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat, sehingga bisa mendongkrak citra dan performa perusahaan atau UKM
itu sendiri.
3. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi berbagi potensi
mobilisasi massa (penduduk) untuk melakukan hal-hal yang tidak diiginkan sebagai
akses ekslusifme dan monopoli sumber daya alam yang dieksploitasi oleh
perusahaan tanpa mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya
kesejahteraan dan pengembangan sumber daya manusia yang berdomisili di sekitar
wilayah penambangan pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya, tidak ada satu perusahaan pun
yang menjalankan CSR tanpa memiliki motivasi. Karena bagimanapun tujuan
perusahaan melaksanakan CSR terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono
(2007, hal 78) menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang
menerapkan CSR, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang
telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya.
Oleh karena itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.
Perbuatan destruktif akan menurunkan reputasi perusahaan. Begitupun sebaliknya,
konstribusi positif akan mendongkrak reputasi perusahaan. Inilah yang menjadi
modal non-financial utama bagi perusahaan dan bagi stakeholdes-nya yang menjadi
nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan.
2. Layak mendapatkan social licence to operate. Masyarakat sekitar perusahaan
merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari
keberadaan perusahaan, maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki
perusahaan. Sebagai imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah
keleluasaan perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya di wilayah tersebut. Jadi
program CSR diharapkan menjadi bagian dari asuransi sosial (social insurance)
yang akan menghasilkan harmoni dan persepsi positif dari masyarakat terhadap
eksistensi perusahaan.
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Perusahaan mesti menyadari bahwa kegagalan
untuk memenuhi ekspektasi stakeholders akan menjadi bom waktu yang dapat
memicu risiko yang tidak diharapkan. Bila itu terjadi, maka disamping menanggung
opportunity loss, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya yang mungkin berlipat
besarnya dibandingkan biaya untuk mengimplementasikan CSR.
4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam pengelolaan CSR
merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu untuk
memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk program
CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar yang terbuka
lebar. Termasuk didalamnya akan memupuk loyalitas konsumen dan menembus
pangsa pasar baru.
6. Mereduksi biaya. Banyak contoh yang dapat menggambarkan keuntungan
perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang merupakan buah dari
implementasi dari penerapan program tanggung jawab sosialnya. Contohnya adalah
upaya untuk mereduksi limbah melalui proses recycle atau daur ulang kedalam
siklus produksi.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. Implementasi program CSR tentunya
akan menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholders. Nuansa seperti itu dapat
membentangkan karpet merah bagi terbentuknya trust kepada perusahaan.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan program
CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban pemerintah sebagai
regulator. Sebab pemerintahlah yang menjadi penanggung jawab utama untuk
mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari
perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban
tersebut.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang diberikan
para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang
dibebankan kepada perusahaan. Oleh karenanya wajar bila karyawan menjadi
terpacu untuk meningkatkan kinerjanya.
10. Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR,
sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai kesempatan
yang cukup tinggi.
Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR dan menjadi bagian
penting adalah menjalin hubungan yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri
berdasarkan izin yang diberikan pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam
pembangunan melalui pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara
sadar turut membangun kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan.
Ada beberapa prinsip yang harus dilakukan dalam menjalankan CSR agar berfungsi
dengan baik, yaitu :
3. Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli
dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
4. Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost
structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan
ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
Dari keenam tahapan tersebut, penelitian ini hanya mendeskripiskan tiga tahapan
awal, dikarenakan CCSR baru berdiri satu tahun, baru sampai pada tahapan treatment
action atau implementasi program. Ketiga tahapan tersebut sebagai berikut:
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat. Dari
sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi
masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi perusahaan
melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Satu hal yang perlu diingat, “Salah satu ukuran penting keberhasilan
CSR adalah jika masyarakat yang dibantu bisa mandiri, tidak melulu bergantung pada
pertolong orang lain.
Selain BUMN, saat ini Perseroaan Terbatas (PT) yang mengelola atau
operasionalnya terkait sumber daya alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program
CSR, karena telah diatur dalam undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun
2007, dalam pasal 74 dijelaskan bahwa :
Peraturan lain yang mewajibkan CSR adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007,
tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri, maupun penenaman
modal asing. Dalam Pasal 15 (b) dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Sanksi-sanksi terhadap badan usaha
atau perseorangan yang melanggar peraturan, diatur dalam Pasal 34, yaitu berupa sanksi
administratif dan sanksi lainnya, diantaranya: (a) Peringatan tertulis; (b) pembatasan
kegiatan usaha; (c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
(d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam (SDA)
dalam hal ini minyak dan gas bumi, terikat oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, disebutkan pada Pasal 13 ayat 3 (p), Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit
ketentuan-ketentuan pokok yaitu: (p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan
jaminan hak-hak masyarakat adat. Berdasarkan Undang-undang tersebut, perusahaan
yang operasionalnya terkait Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi
maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan
menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan.
Berbeda dari bentuk ISO yang lain, seperti ISO 9001: 2000 dan 14001: 2004. ISO
26000 hanya sekedar standar dan panduan, tidak menggunakan mekanisme
sertifikasi. Terminologi Should didalam batang tubuh standar berarti shall dan tidak
menggunakan kata must maupun have to. Sehingga Fungsi ISO 26000 hanya
sebagai guidance. Selain itu dengan menggunakan istilah Guidance Standard on
Social Responsibility, menunjukkan bahwa ISO 26000 tidak hanya diperuntukkan
bagi Corporate (perusahaan) melainkan juga untuk semua sektor publik dan privat.
Tanggung jawab sosial dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, Non governmental
Organisation (NGO) dan tentunya sektor bisnis, hal itu dikarenakan setiap
organisasi dapat memberikan akibat bagi lingkungan sosial maupun alam. Sehingga
adanya ISO 26000 ini membantu organisasi dalam pelaksanaan Social
Responsibility, dengan cara memberikan pedoman praktis, serta memperluas
pemahaman publik terhadap Social Responsibility. ISO 26000 mencakup beberapa
aspek berikut:
ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab sosial kepada semua
bentuk organisasi tanpa memperhatikan ukuran dan lokasi untuk:
1) Mengindentifikasi prinsip dan isu
2) Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek tanggung jawab sosial
3) Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para pemangku kepentinga
4) Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.
ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan aktivitas lebih sekedar dari
apa yang diwajibkan. ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi Instrumen dan
inisiatif lain yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial Mempromosikan
terminologi umum dalam lingkupan tanggung jawab sosial dan semakin memperluas
pengetahuan mengenai tanggung jawab sosial. Konsisten dan tidak berkonflik
dengan traktat internasional dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud
mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab sosial oleh
suatu organisasi.
Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa
dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis,
praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40%
lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling memengaruhi kesan
mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti
faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan
CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari
perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan
perusahaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA