Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategik

Dosen Pengampu: Nursaid, DR., ST., MM.

Disusun Oleh:

Wafinatul Muawanah (2110421040)

Defany Regina Anggraini (2110421049)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kami
kemudahan untuk menyelesaikan makalah “Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis
Perusahaan” ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula sholawat serta salam tetap terlimpah
curahkan kepada sanjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah mengubah zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan
saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan penelitian lebih lanjut.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jember, 25 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1-2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Pendekatan Pengakuan Kepentingan Terhadap Tanggung Jawab Sosial.................. 3-7


2.2 Jenis-Jenis Tanggung Jawab Sosial ........................................................................... 7-10
2.3 Undang-Undang Sarbanes-Oxley Tahun 2002 .......................................................... 10-17
2.4 Memenuhi Tanggung Jawab Sosial ........................................................................... 17-20
2.5 Etika Manajemen ....................................................................................................... 20-22
2.6 Kode Etik Bisnis ........................................................................................................ 22

BAB III. PENUTUP .......................................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin besar suatu organisasi atau perusahaanmaka semakin besar pula tuntutan
masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebutBanyak lembaga bisnis yang
menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu, diharapkan manajer
dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis manajerialbaik secara moral
maupun norma masyarakatOrganisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Ide mengenai Tanggung jawab Sosial atau yang
dikenal dengan Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara
luasKelompok yang mendukung wacana tanggung jawab sosial berpendapat bahwa perusahaan
tidak dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat didalamnya, yakni pemilik dan
karyawannyaNamun mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansialnya saja,
melainkan pula harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik
Dengan penerapan Corporate Social Responbility (CSR) sebagai sebuah program yang
wajib sebagai bentuk rasa terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai bentuk
perhatian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya
Di samping itu Corporate Social Responbility (CSR) juga memiliki peranan penting bagi
perusahaan yang menjalankannyadan juga manfaat yang dapat dirasakan perusahaan bila
menjalankan Corporate Social Responbility (CSR) yaitu diantaranya Meningkatkan Citra
PerusahaanMengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingandan Membuka
Akses untuk InvestasiDari sisi masyarakatCorporate Social Responbility (CSR) akan sangat
membantu meningkatkan kesejahteraan dan kebaikan untuk masyarakat yang membutuhkan
bantuan
Di dalam makalah inikami akan menyampaikan mengenai definisi tanggung jawab sosial
dan etika bisnis perusahaan disertai dengan sedikit penjabarannya
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pendekatan pengakuan kepentingan terhadap tanggung jawab sosial?
2. Apa saja jenis-jenis tanggung jawab sosial?
3. Apa isi Undang-Undang Sarbanes-Oxley Tahun 2002?
1
4. Apa yang dimaksud memenuhi tanggung jawab sosial?
5. Apa itu etika manajemen?
6. Apa itu kode etik bisnis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui cara pendekatan pengakuan kepentingan terhadap tanggung jawab
sosial.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tanggung jawab sosial.
3. Untuk mengetahui Undang-Undang Sarbanes-Oxley Tahun 2002.
4. Untuk mengetahui tentang memenuhi tanggung jawab sosial.
5. Untuk mengetahui etika manajemen.
6. Untuk mengetahui kode etik bisnis.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui sekaligus menambah wawasan
tentang tanggung jawab sosialdan etika bisnis perusahaan bagi para pembaca dan juga penulis.
Sehingga materi tentang manajemen strategik ini dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca
sekaligus penulis.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Pemangku Kepentingan terhadap Tanggung Jawab Sosial


Dalam pendefinisian atau pendefinisian ulang misi perusahaan, manajer strategis harus
memahami hak-hak sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini
tidak hanya mencakup pemegang saham dan karyawan, tetapi juga pihak luar yang terpengaruh
oleh tindakan perusahaan, yang disebut dengan pemangku kepentingan. Para pihak luar biasanya
mencakup pelanggan, pemasok, pemerintah, serikat pekerja, pesaing, komunitas lokal, dan
masyaraka umum. Masing-masing kelompok kepentingan ini memiliki alasan untuk
mengharapkan (dan sering kali menuntut) agar perusahaan memenuhi tuntutan mereka secara
bertanggung jawab. Umumnya pemegang saham menuntut imbal hasil yang layak atas investasi
mereka; karyawan mencari kepuasan kerja dalam arti luas; pelanggan menginginkan sesuatu
sesuai dengan harg yang mereka bayar pemasok mencari pembeli yang dapat diandalkan;
pemerintah menuntut ketaatan terhadap peraturan; serikat pekerja mengusahakan manfaat bagi
para anggotanya pesaing menginginkan persaingan yang adil; komunitas lokal menginginkan
agar perusahaan menjadi warga negara yang bertanggung jawab; dan masyarakat umum
mengharapkan dapa memperbaiki kualitas hidup.
Menurut penelitian yang melibatkan 2.361 direksi dari 291 perusahaan terbesar di Amerika
Serikat bagian tenggara:
1. Direksi menyadari keberadaan kelompok pemangku kepentingan yang berbeda.
2. Direksi memiliki orientasi yang kuat terhadap pemangku kepentingan.
3. Direksi memandang beberapa pemangku kepentingan secara berbeda, bergantung pada
pekerjaan mereka (CEO yang merangkap sebagai direksi atau CEO yang tidak merangkap
sebagai direksi) dan jenis mereka (direksi dari pihak dalam atau direksi dari pihak luar).

Penelitian ini juga menemukan bahwa urutan pemangku kepentingan, dari yang paling
penting adalah pelanggan dan pemerintah, pemegang saham, karyawan serta masyarakat. Hasil
ini dengan jelas memperlihatkan bahwa dewan direksi tidak lagi berpendapat bahwa pemegang
saham bukan merupakan satu-satunya pihak yang kepadanya dewan direksi bertanggung jawab.
Namun, ketika suatu perusahaan mencoba untuk menggabungkan kepentingan dari kelompok-
kelompok tersebut dalam pernyataan misi generalisasi yang bersifat luas tidaklah memadai.
Langkah-langkah berikut perlu diambil.

1. Identifikasi pemangku kepentingan.


2. Memahami klaim perusahaan. spesifik dari masing-masing pemangku kepentingan
terhadap perusahaan.
3. Merekonsiliasi klaim tersebut dan menentukan prioritasnya.
4. Mengoordinasi klaim tersebut dengan elemen-elemen lain dari misi perusahaan.

3
Identifikasi (identification) Kolom sebelah kiri pada Tampilan 3.1 menyajikan daftar
kelompok pemangku kepentingan yang umum ditemui, dan sering kali juga ditambahkan dengan
kelompok eksekutif puncak. Namun, tentu saja, setiap perusahaan memiliki kelompok pemangku
kepentingan yang sedikit berbeda, yang bervariasi dalam hal jumlah, ukuran, pengaruh, dan
tingka kepentingan. Dalam mendefinisikan perusahaan, manajer strategis harus
mengidentifikasikan seluruh kelompok pemangku kepentingan dan mengukur hak serta
kemampuan relatif mereka dalam memengaruhi keberhasilan perusahaan.

Pemahaman (understanding) Perhatian para pemangku kepentingan utama cenderung


terpusat pada klaim umum yang disajikan pada kolom sebelah kanan Tampilan 3.1. Namun para
pengambil keputusan strategis harus memahami permintaan khusus dari masing-masing
kelompok. Setelah itu, mereka akan lebih mampu mengambil tindakan untuk memenuhi
permintaan tersebut.
Tampilan 3.1 Pandangan Pemangku Kepentingan Mengenai Tanggung Jawab
Perusahaan

Pemangku Sifat Klaim


Kepentingan
Pemegang Partisipasi dalam distribusi laba, penawaran saham tambahan, aset saat
saham likuidasi; hak suara; inspeksi pembukuan perusahaan; pemindahan saham;
pemilihan dewan direksi; dan hak-hak lain yang telah ditetapkan dalam kontrak
dengan perusahaan.

Kreditor Proporsi legal dari pembayaran bunga yang jatuh tempo serta imbal hasil pokok
investasi. Keamanan dari aset yang dijaminkan; prioritas relatif saat likuidasi,
Prerogatif manajemen dan pemilik jika terdapat kondisi tertentu pada
perusahaan (seperti gagal membayar bunga).

Karyawan Kepuasan ekonomi, sosial, dan psikologis di tempat kerjaAman dari perilaku
arbitrer dan tidak terduga dari para eksekutif perusahaan. Pemberian tunjangan,
kebebasan untuk menjadi anggota serikat pekerja dan berpartisipasi dalam
tawar-menawar kolektif, kebebasan individu untuk menawarkan layanan
melalui kontrak. Kondisi kerja yang layak.

Pelanggan Layanan yang menyertai produk; data teknik mengenai cara menggunakan
produk; garansi yang sesuai; ketersediaan suku cadang selama penggunaan
produk; perbaikan produk melalui penelitian dan pengembangan; fasilitas
kredit.

4
Pemasok Keberlangsungan sumber bisnis, pemenuhan kewajiban kredit secara tepat
waktu; hubungan profesional dalam kontrak pembelian dan penerimaan barang
serta jasa.

Pemerintah Pajak (pajak penghasilan, PBB, dan sebagainya); ketaatan terhadap peraturan
kebijakan publik berkaitan dengan keharusan untuk bersaing secara bebas dan
adil; pembayaran kewajiban hukum dari para pelaksana bisnis (serta
perusahaan); ketaatan terhadap undang-undang antimonopoly.

Serikat Kerja Pengakuan sebagai agen negosiasi bagi karyawanPeluang untuk menjadikan
serikat pekerja sebagai partisipan dalam organisasi perusahaan.

Pesaing Observasi norma-norma pelaku persaingan yang ditetapkan oleh masyarakat


dan industriDiplomasi usaha sebagai pihak yang setara.

Komunitas Memberikan lapangan kerja yang produktif dan sehat bagi komunitas.
Lokal Partisipasi eksekutif perusahaan dalam masalah komunitas, penyediaan
lapangan kerja regular, permainan yang adil, proporsi pembelian yang layak
atas produk komunitas lokal, keterikatan dalam dan dukungan untuk
pemerintah lokal, dukungan untuk proyek dan budaya sosial.

Masyarakat Partisipasi dalam dan kontribusi kepada masyarakat secara keseluruhan;


Umum komunikasi yang efektif antara pemerintah dan unit bisnis yang dirancang
untuk saling memahami; menanggung proporsi yang layak atas beban
pemerintah dan komunitas. Harga yang wajar atas produk serta kemajuan yang
terkait dengan lini produk.

Rekonsiliasi dan Prioritas (reconciliation and priorities) Sayangnya, klaim dari berbagai
kelompok pemangku kepentingan sering kali bertentangan. Misalnya, klaim pemerintah dan
masyarakat umum cenderung membatasi profitabilitas, yang merupakan klaim utama dari
kebanyakan kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian, klaim-klaim tersebut harus
dikonsilidasi dalam pernyataan misi untuk menyelesaikan persaingan, pertentangan, dan
kontradiksi dari klaim-klaim pemangku kepentingan tersebut. Agar tujuan serta strategi bersifat
konsisten secara internal dan terfokus, pernyataan tersebut harus memperlihatkan pendekatan
tunggal, yang multidimensi terhadap sasaran perusahaan.

Koordinasi dengan Elemen Lain (coordination with other elements) Permintaan


kelompok pemangku kepentingan hanya merupakan satu kelompok masukan utama bagi misi
perusahaan. Kelompok masukan utama lain adalah falsafah operasional manajer dan penentuan
pasar produk yang dilayani. Hal-hal tersebut menjadi uji realitas yang harus dilalui oleh klaim

5
yang diterimaPertanyaan utamanya adalah: Bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutannya
dan pada waktu yang sama mengoptimalkan keberhasilan ekonominya di pasar.

A. Dinamika Tanggung Jawab Sosial


Pemangku kepentingan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi pemangku kepentingan
pihak dalam dan pihak luar. Pihak dalam adalah individu atau kelompok pemegang saham atau
karyawan perusahaan. Pihak luar merupakan individu atau kelompok lain yang dipengaruhi oleh
tindakan perusahaan. Pihak luar yang jumlahnya sangat banyak ini membuat klaim umum bahwa
perusahaan harus bertanggung jawab secara sosial.

Mungkin, masalah terberat dalam pendefinisian misi perusahaan adalah masalah yang
terkait dengan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan bahwa
suatu perusahaan memiliki tugas untuk melayani masyarakat sekaligus kepentingan keuangan
pemegang sahamnya. Pendekatan pemangku kepentingan memberikan sudut pandang yang
paling jelas mengenai masalah tersebut. Pada umumnya, pihak luar sering kali menuntut agar
klaim pihak dalam diletakkan di bawah kepentingan masyarakat; atau dengan kata lain,
kepentingan pihak luar harus lebih diutamakan. Mereka berpendapat bahwa masalah, seperti
polusi, pembuangan limbah padat dan cair, dan pelestarian sumber daya alam harus menjadi
pertimbangan utama dalam mengambil keputusan strategis. Selain itu, pada umumnya juga,
pihak dalam cenderung berpendapat bahwa klaim pihak luar yang saling bersaing harus
diseimbangkan dengan cara sedemikian rupa sehingga melindungi misi perusahaan. Misalnya,
mereka berpendapat bahwa kebutuhan pelanggan akan suatu produk harus diseimbangkan
dengan polusi air yang dihasilkan dari proses produksi produk tersebut jika polusi tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya dan tetap memperoleh keuntungan. Beberapa pihak dalam juga
berpendapat bahwa tuntutan masyarakat, sebagaimana tercermin dalam aturan akan
menghasilkan dana pajak yang dapat digunakan untuk membersihkan polusi air dan pemerintah,
lainnya jika masyarakat umum menginginkannya.

Masalah-masalah yang ada sangat banyak, rumit, dan bergantung pada situasi tertentu.
Dengan demikian, aturan kode bisnis yang ketat tidak dapat mengatasi masalah tersebut. Setiap
perusahaan tanpa memperhatikan ukurannya, harus menentukan bagaimana mereka akan
memenuhi tanggung jawab sosial yang diminta. Sementara perusahaan besar dengan modal besar
memiliki akses yang mudah ke konsultan lingkungan, ini bukanlah strategi yang dapat dijalankan
oleh perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Namun, dari banyak bisnis kecil memperlihatkan
adanya kemungkinan untuk mencapai pencegahan polusi yang signifikan dan pengurangan
limbah tanpa biaya besar dan tanpa menggunakan jasa konsultan. Jika suatu bidang masalah

6
sudah diidentifikasi, pegawai perusahaan dapat menemukan suatu solusi secara rutin. Salah satu
strategi pencegahan polusi yang penting mencakup perubahan bahan baku yang digunakan atau
mendesain ulang bagaimana operasi dilakukanMembuat pencegahan polusi menjadi tanggung
jawab sosial dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan publik
juga dapat memperoleh manfaat langsung dari strategi tanggung jawab sosial.

Setiap perusahaan menggunakan pendekatan yang berbeda-beda untuk mencerminkan


perbedaan dalam posisi kompetitif, industri, negara, tekanan lingkungan dan ekologi serta
sejumlah faktor lainnya. Dengan kata lain, pendekatan-pendekatan tersebut akan mencerminkan
faktor-faktor situasional maupun perbedaan prioritas dalam pengakuan klaimJelas bahwa untuk
memenangkan kesetiaan dari sejumlah besar konsumen membutuhkan energi pemasaran dan
aliansi baru pada Abad ke-21 iniTampilan 3.3, Fakta Strategi, membahas berbagai macam
tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

Occidental Petroleum menghadapi masalah tanggung jawab sosial dalam menangani


kebutuhan dari banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam eksplorasi minyak perusahaan
di negara-negara berkembang. Beberapa pihak yang memiliki potensi untuk terkena dampak dari
upaya perusahaan meliputi penduduk dan pemerintah setempat, kelompok pecinta alam, dan
investor institusional."

Meskipun terdapat perbedaan pendekatan, sebagian besar perusahaan Amerika saat ini
mencoba meyakinkan pihak luar bahwa mereka berupaya melakukan bisnis dengan bertanggung
jawab secara sosial. Beberapa perusahaan, seperti Abt Associates, Dow Chemical, Eastern Gas
and Fuel Associates, ExxonMobil, dan Bank of America, melakukan dan memublikasikan audit
sosial tahunan. Audit tersebut ditujuan untuk mengevaluasi suatu perusahaan dari sudut pandang
tanggung jawab sosial. Konsultan swasta sering kali melakukan audit ini untuk perusahaan dan
menyajikan evaluasi dengan bias yang minimal mengenai masalah yang sangat subjektif ini.

2.2 Jenis-Jenis Tanggung Jawab Sosial


Untuk lebih memahami sifat dan cakupan tanggung jawab sosial yang harus direncanakan,
para manajer strategis dapat mempertimbangkan empat jenis komitmen sosial: tanggung jawab
sosial ekonomi, hukum, etika, dan diskresi.
1. Tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities)
Tanggung jawab ekonomi merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang paling mendasar.
Sebagaimana telah dibahas, beberapa pakar ekonomi melihat hal ini sebagi satu-satunya
tanggung jawab sosial perusahaan yang sah. Untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi
perusahaan, manajer harus memaksimalkan laba, jika memungkinkan. Tanggung jawab inti

7
perusahaan adalah menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat dengan biaya layak. Dalam
menjalankan tanggung jawab ekonomi, perusahaan juga dapat bertanggung jawab secara sosial
dengan menyediakan pekerjaan yang produktif bagi angkatan kerja, membayar pajak untuk
pemerintah lokal, negara bagian, dan federal.
2. Tanggung jawab hukum (legal responsibilities)
Tanggung jawab hukum mencerminkan kewajiban perusahaan untuk mematuhi undang-undang
yang mengatur aktivitas bisnis. Gerakan konsumen serta lingkungan hidup mengarahkan
perhatian publik yang semakin besar pada tanggung jawab sosial perusahaan dengan melakukan
lobi untuk diberlakukannya undang-undang yang mengatur bisnis dalam hal pengendalian polusi
dan keselamatan konsumen. Tujuan dari undang-undang konsumen adalah memperbaiki
"keseimbangan kekuasaan" antara pembeli dan penjual di pasar. Beberapa undang- undang
penting adalah Undang-Undang Pengepakan dan Pelabelan (Federal Fair Packaging and
Labeling Act) yang mewajibkan pemberian label oleh perusahaan, Undang-Undang Peminjaman
(Truth in Lending Act) yang mengatur pemberian kredit untuk individu, dan Undang-Undang
Keselamatan Konsumen (Consumer Product Safety Act) yang melindungi konsumen dari risiko
terluka saat menggunakan produk tertentu.
3. Tanggung jawab etis (ethical responsibilities)
Tanggung jawab etis mencerminkan gagasan perusahaan mengenai perilaku bisnis yang benar
dan layak. Tanggung jawab etis merupakan kewajiban yang melampaui kewajiban hukum.
Perusahaan diharapkan, namun tidak diwajibkan, untuk berperilaku secara etis. Beberapa
tindakan yang tidak melanggar hukum dapat dianggap tidak etisMisalnyamemproduksi dan
mengedarkan rokok memang tidak melanggar hukum. Namun, jika melihat konsekuensi
merokok yang sering kali menyebabkan kematian, beberapa pihak menganggap penjualan rokok
sebagai hal yang tidak etis.
4. Tanggung jawab diskresi (discretionary responsibilities)
Tanggung jawab diskresi merupakan tanggung jawab yang secara sukarela dilakukan oleh suatu
organisasi bisnis. Tanggung jawab ini mencakup aktivitas hubungan masyarakatkewargaan yang
baik, dan tanggung jawab sosial perusahaan secara penuhMelalui aktivitas hubungan masyarakat,
manajer berusaha memperkuat citra perusahaan, produk serta jasa mereka dengan mendukung
gerakan yang bermanfaat. Bentuk tanggung jawab diskresi ini memiliki dimensi layanan
mandiriPerusahaan yang menggunakan pendekatan warga negara yang baik secara aktif
mendukung kegiatan amal yang tengah berlangsung, kampanye iklan layanan masyarakat, atau
masalah-masalah yang dihadapi masyarakatKomitmen terhadap tanggung jawab sosial penuh
menyebabkan manajer strategis untuk mengatasi masalah sosial dengan semangat yang sama,
seperti ketika merek mengatasi masalah bisnis.
5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Laba
Tujuan setiap perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan usaha melalui profitabilitas
jangka Panjang. Namun, sebelum semua biaya dan manfaat dipertanggungjawabkan, laba tidak
dapat diklaim. Dalam kasus tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibilities-
mempunyai tugas untuk CSR), manfaat dan biaya bersifat ekonomi dan sosial. Meskipun biaya
8
dan manfaat ekonomi mudah dihitung, manfaat dan biaya sosial tidak demikian. Oleh karena itu,
manajer menghadapi risiko mendahulukan hasil kinerja lain yang dapat diukur secara langsung
dibandingkan konsekuensi sosial.
Dinamika antara CSR dan keberhasilan (laba) adalah rumit. Meskipun kedua konsep ini tidak
dapat terpisahkan, hal tersebut jelas bahwa salah satu konsep bukan merupakan prasyarat dari
konsep lainnya. Daripada memandang kedua konsep ini sebagai sesuatu yang saling bersaing,
adalah lebih baik untuk memandang CSR sebagai salah satu komponen dalam proses
pengambilan keputusan bisnis yang harus menentukan, diantara berbagai tujuan lainnya
bagaimana cara untuk memaksimalkan laba.
Upaya melakukan analisis biaya-manfaat CSR belum sepenuhnya berhasil. Proses ini diperumit
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Beberapa aktivitas CSR tidak membutuhkan biaya sama sekali. Misalnya, Second Harvest,
lembaga swadaya masyarakat yang melakukan distribusi atas sumbangan makanan di AS,
menerima sumbangan dari produsen dan perusahaan ritel makanan berupa kelebihan makanan
yang sekiranya akan dibuang karena berlebihan, rusak dalam penyimpanan, atau salah diberi
label.
2. Kedua, perilaku bertanggung jawab secara sosial tidak memerlukan biaya yang sangat
tinggiSeseorang hanya perlu melihat masalah A.HRobbins Company (Dalkon Shield), Beech
Nut Corporation (jus apel), Drexel Burnham (insider trading), dan Exxon (Valdez) untuk
melihat jawaban yang jelas mengenai "biaya" dari tanggung jawab sosial (atau tidak adanya
tanggung jawab sosial) dalam lingkungan bisnis
3. Ketiga, praktik yang bertanggung jawab secara sosial dapat menghasilkan penghematandan
sebagai akibatnya menghasilkan laba. SET Laboratories menggunakan berondong jagung dan
butiran polystyrene untuk mengirimkan perangkat lunak. Berondong jagung lebih aman bagi
lingkungan hidup dengan biaya 60 persen lebih rendah.
A. CSR Saat Ini
CSR telah menjadi prioritas bisnis di Amerika. Selain keyakinan umum bahwa perusahaan
seharusnya dapat "berhasil dengan berbuat baik", paling tidak terdapat tiga tren umum yang
mendorong perusahaan untuk mengadopsi kerangka CSR: kebangkitan para pecinta lingkungan
hidup, meningkatnya kekuasaan pembeli, dan globalisasi bisnis
Kebangkitan para Pecinta Lingkungan Hidup Pada Maret 1989, kapal Valdez milik Exxon
tenggelam di Selat Prince William, menumpahkan 11 juta galon minyak, mencemari bermil-mil
laut dan pantai serta meningkatkan keprihatinan dunia mengenai lingkungan ekologi. Enam
bulan setelah kecelakaan Valdez, Koalisi Ekonomi yang Bertanggung Jawab terhadap
Lingkungan (Coalition for Enviromentally Responsible Economies-CERES) dibentuk untuk
menetapkan sasaran baru bagi perilaku perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
hidup. Kelompok ini menyusun Prinsip-prinsip CERES untuk "menetapkan etika lingkungan

9
hidup yang memiliki kriteria dengan mana investor dan pihak lain dapat menilai kinerja
lingkungan hidup dari perusahaanPerusahaan-perusahaan yang menandatangani prinsip ini
berjanji akan secara sukarela melakukan lebih dari sekadar mematuhi aturan yang berlaku."
Bentuk upaya pelestarian lingkungan yang paling banyak ditemukan adalah upaya menjaga
kelestarian sumber daya alam dan mengeliminasi pencemaran lingkungantindakan undakan
semacam ini sering disebut dengan kepedulian untuk "menghijaukan"Heinz Corporation
merupakan perusahaan yang dipuji tindakan penghijauan yang dilakukannyaUntuk program
keberlangsungan yang agresif.
Investor merupakan jenis yang kedua dari konsumen yang berpengaruhTerdapat
peningkatan yang dramatis dalam jumlah orang yang tertarik untuk mendukung perusahaan yang
bertanggung jawab secara sosial melalui investasi mereka. Para anggota Forum Investasi Sosial
(Social Investment Forum), yaitu asosiasi perdagangan yang melayani profesional yang
berinvestasi secara sosialtelah tumbuh pada tingkat sekitar 50 persen per tahunKetika generasi
baby boomer mencapai keberhasilan keuangan mereka sendiri, gerakan investasi secara sosial
terus meningkat pesat.
Investor sosial terdiri atas individu ataupun lembaga. Sebagian besar dorongan bagi
investasi sosial berasal dari organisasi-organisasi keagamaan yang menginginkan agar
investasinya mencerminkan keyakinan merekaSaat ini, peringkat investor sosial telah meluas
hingga mencakup lembaga pendidikan dan yayasan dana pensiun besar.

Investasi sosial berskala besar dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu investasi
portofolio terarah dan aktivisme pemegang saham. Investasi portofolio terarah merupakan
segmen investasi sosial yang paling besar dan bertumbuh paling cepatPara investor individu dan
lembaga dari portofolio terarah menggunakan pedoman etika sebagai saringan untuk
mengidentifikasikan kemungkinan investasi dalam saham, obligasidan reksa danaInstrumen
investasi yang lolos dari saringan sosial kemudian disaring menggunakan kriteria keuangan
investor guna menciptakan seluruh kemungkinan investasi yang tersedia bagi investor tersebut.

Berlawanan dengan investor portofolio terarah, yang secara pasif memberikan atau
ketidaksetujuan mengenai perilaku sosial suatu perusahaan hanya dengan memasukkan atau
mengeluarkan perusahaan tersebut dari portofolio mereka, aktivis pemegang saham berupaya
untuk memengaruhi perilaku sosial perusahaan secara langsung.

2.3 Undang-Undang Sarbanes-Oxley Tahun 2002


1. Tanggung Jawab Perusahaan
a. CEO dan CFO dari setiap perusahaan diwajibkan menyampaikan laporan, berdasarkan
pada pengetahuan mereka, kepada SEC yang menyatakan bahwa laporan keuangan

10
perusahaan merupakan representasi yang wajar dari kondisi keuangan tanpa ada
pernyataan yang salah atau yang tidak dicantumkan.
b. CEO dan CFO harus mengembalikan bonus atau insentif yang berbasis ekuitas yang
diterima selama 12 bulan terakhir kepada perusahaan jika perusahaan tersebut
diharuskan menyajikan kembali laporan keuangannya karena terdapat ketidakpatuhan
yang material terhadap persyaratan pelaporan keuangan yang diakibatkan oleh
penyelewengan.
c. Direksi dan eksekutif dilarang memperdagangkan rencana perusahaan 401 (k), rencana
pembagian laba, atau rencana pensiun selama periode penghentian (blackout
period)Administrator dari rencana-rencana tersebut diwajibkan menginformasikan
kepada seluruh peserta dan penerima manfaat dari rencana tersebut mengenai semua
periode penghentian, alasan terjadinya periode penghentian, dan pernyataan bahwa
peserta atau penerima manfaat sebaiknya mengevaluasi investasi mereka meskipun
tidak dapat mengarahkan atau melakukan diversifikasi terhadap investasi mereka
selama periode penghentian.
d. Tidak ada perusahaan yang dapat memberikan, memperpanjangmemodifikasi, atau
memperbarui pinjaman pribadi kepada eksekutif atau direksinyaPengecualian terbatas
diberikan kepada pinjaman yang diberikan dalam aktivitas bisnis perusahaan, sesuai
kondisi pasar, untuk pinjaman perbaikan atau pembelian rumah, kredit konsumen, atau
perpanjangan kredit.
2. Peningkatan Pengungkapan
a. Setiap laporan keuangan tahunan dan kuartalan yang diserahkan kepada SEC harus
mengungkapkan seluruh transaksi, pengaturan, dan kewajiban di luar neraca (off-
balance-sheet) yang dapat memengaruhi kondisi keuangan atau aktivitas operasinya
pada saat ini atau masa depan.
b. Perusahaan harus menyajikan informasi keuangan proforma kepada SEC dengan cara
yang tidak menyesatkan dan harus direkonsiliasi dengan kondisi keuangan perusahaan
dan prinsip akuntansi berlaku umum (generally accepted accounting principles-GAAP).
c. Setiap perusahaan diwajibkan mengungkapkan apakah perusahaan tersebut telah
mengadopsi kode etik bagi para pejabat keuangan seniornya. Jika tidak, perusahaan itu

11
harus menjelaskan alasannya. Perubahan atau pengecualian terhadap kode etik harus
diungkapkan.
d. Setiap laporan tahunan harus memiliki pernyataan mengenai tanggung jawab
manajemen untuk menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian internal dan
prosedur pelaporan keuangan. Laporan tersebut juga harus mencakup penilaian
mengenai efektivitas dari prosedur pengendalian internal.
e. Formulir 4 akan disediakan dalam jangka waktu dua hari kerja setelah tanggal eksekusi
perdagangan efek perusahaan oleh direksi dan para pejabat eksekutif. SEC dapat
memperpanjang tenggat waktu ini jika jangka dua haru dianggap tidak memungkinkan.
f. Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai perubahan-perubahan dalam
kondisi keuangan atas aktivitas operasi "secara cepat dan terkini, dalam bahasa Inggris
yang sederhana. SEC harus menelaah laporan keuangan setiap perusahaan paling tidak
satu kali selama tiga tahun.
3. Komite Audit
a. Komite audit harus sepenuhnya terdiri atas direksi independen. Anggota komite tidak
boleh menerima imbalan dari perusahaan, tidak boleh mengendalikan atau memiliki hak
suara sebesar 5 persen atau lebih, dan tidak boleh menjabat sebagai eksekutif,
direksirekanan, atau karyawan perusahaan.
b. Komite audit harus memiliki wewenang untuk mempekerjakan kantor akuntan publik
luar.
c. Komite audit harus menetapkan prosedur untuk perlakuan terhadap keluhan terkait
pengendalian akuntansi atau masalah audit. Mereka bertanggung jawab atas keluhan
karyawan terkait akuntansi dan pengauditan yang dipertanyakan.
d. Komite audit harus mengungkapkan apakah paling tidak salah satu anggotanya
merupakan "pakar keuangan"Jika tidak, komite tersebut harus menjelaskan alasannya.
4. Kejahatan Baru dan Meningkatkan Hukum Kriminal
a. Merusak catatan dengan niat untuk menghilangkan atau memengaruhi investigasi
federal atau kepailitan diancam denda dan/atau hukuman penjara sampai dengan 20
tahun.
b. Kegagalan akuntan untuk menyimpan seluruh kertas kerja audit lima tahun setelah akhir
periode fiskal diancam denda dan/atau penjara sampai dengan 10 tahun.
12
c. Secara sengaja melakukan, atau berusaha melakukan, suatu rancangan untuk menipu
investor diancam denda dan/atau hukuman penjara sampai dengan 25 tahun.
d. Dengan sengaja menyertifikasi laporan yang tidak sesuai dengan undang-undang
diancam denda maksimal $5.000.000 dan/atau hukuman penjara sampal dengan 20
tahun.
5. Tuntunan Sipil Baru dan Meningkatkan Upaya Penegakan
a. Perlindungan akan diberikan kepada individu yang memberikan informasi atau
membantu investigasi oleh penegak hukum, komite kongres, atau atasan karyawan
tersebut.
b. Kepailitan tidak dapat digunakan untuk menghindari tanggung jawab atas pelanggaran
undang-undang efek/sekuritas.
c. Investor dapat mengajukan tuntutan perdata atas penipuan sampai dua tahun setelah
penemuan fakta dan lima tahun setelah penipuan terjadi.
d. SEC dapat menerima perintah penangguhan yang melarang dilakukannya pembayaran
kepada pihak dalam selama investigasi.
e. SEC dapat mencegah individu dari menjabat sebagai eksekutif atau direksi di
perusahaan publik sebagai akibat dari pelanggaran terhadap undang-undang efek.
6. Independensi Auditor
a. Seluruh jasa audit harus disetujui sebelumnya oleh komite audit dan harus diungkapkan
kepada investor.
b. Partner yang memimpin audit atau menelaah hasil audit dari kantor akuntan publik
harus diganti paling tidak satu kall dalam lima tahun.
c. Kantor akuntan publik harus melaporkan kepada komite audit mengenai seluruh
kebijakan dan praktik akuntansi yang digunakan, penggunaan alternatif dari informasi
keuangan dalam GAAP yang telah dibahas dengan manajemen, dan komunikasi tertulis
antara kantor akuntan dengan manajemen.
d. Kantor akuntan dilarang mengaudit suatu perusahaan jika CEO atau CFO dari
perusahaan tersebut pernah bekerja di kantor akuntan tersebut selama tahun lalu.
Badan Pengawas Akuntansi dari Perusahaan Publik (Public Company Accounting
Oversight Board) didirikan oleh SEC untuk mengawasi audit yang dilakukan terhadap
perusahaan publik. Badan ini akan mendaftar kantor akuntan publik, membuat standar
13
audit, melakukan inspeksi terhadap kantor akuntan publik. yang terdaftar, dan
mendisiplinkan setiap pelanggaran terhadap peraturan. Tidak ada individu yang dapat
ikut serta dalam audit jika tidak dipekerjakan oleh kantor akuntan publik yang terdaftar.
A. Struktur Tata Kelola Perusahaan yang Baru
Konsekuensi utama dari skandal akuntansi yang terjadi selama periode 2000-2002 adalah
ditetapkannya Undang-Undang Sarbanes-Oxley tahun 2002, dan konsekuensi utama dari
undang-undang tersebut adalah restrukturisasi atas struktur tata kelola perusahaan-perusahaan
Amerika. Perubahan yang paling signifikan dalam restrukturisasi adalah semakin pentingnya
peran auditor internal perusahaan, sebagaimana digambarkan pada Fakta Strategi, Auditor
sebelumnya dianggap melakukan fungsi yang diperlukan, namun tidak sungguh sungguh
penting, yaitu mencari kesalahan dalam penyajian, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja, dalam catatan keuangan perusahaan. Meskipun sebagian besar perusahaan AS
memiliki tradisi untuk melaporkan bahwa auditor mereka bekerja secara independen dan tidak
bergantung pada persetujuan CFO serta memiliki akses langsung ke dewan direksipada
praktiknya, pekerjaan auditor biasanya melalul rantai komando sesuai hierarki perusahaanPada
masa lalu, auditor internal menelaah laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan lain dalam
perusahaanAuditor mempertimbangkan praktik akuntansi dan keuangan profesional serta aspek-
aspek relevan lainnya dari undang-undang korporasi, kemudian menyajikan temuan mereka
kepada CFO, Dahulu, CFO menelaah audit serta menentukan data dan informasi keuangan yang
akan disajikan kepada manajer puncak, direksi, dan investor Perusahaan. Namun demikian,
karena Undang-Undang Sarbanes-Oxley tahun 2002 mengharuskan bahwa CEO dan komite
audit menandatangani hasil keuangan, auditor saat ini secara rutin berhubungan langsung dengan
manajemen puncak perusahaan, sebagaimana ditunjukkan oleh struktur baru pada Tampilan 3.8,
Fakta StrategiSekitar 75 persen auditor senior perusahaan saat ini melapor langsung kepada
komite audit Dewan Direksi. Selain itu untuk menghilangkan masalah akuntansi yang potensial,
perusahaan menciptakan jalur komunikasi langsung antara manajer puncak serta dewan direksi
dan auditor yang memberikan informasi kepada CFO, tetapi tidak bergantung pada persetujuan
atau otorisasi CFO.
Struktur baru ini juga memungkinkan CEO untuk memperoleh informasi yang disediakan
langsung oleh direktur kepatuhan (chief compliance officer) dan direktur akuntansi (chief
accounting officer). Konsekuensinya, CFO, yang bertanggung jawab memberikan persetujuan
14
akhir atas seluruh pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan, tidak diberdayakan sebagai satu-
satunya penyedia data bagi CEO dan dewan direksi untuk melakukan evaluasi keuangan.
B. Privatisasi sebagai Tanggapan Sarbanes-Oxley

Suatu tren dalam restrukturisasi keuangan yang mendukung pertumbuhan internal


dinamakan privatisasi (privatization), di mana struktur kepemilikan perusahaan yang sahamnya
diperdangangkan publik diubah menjadi perusahaan yang dimiliki pribadi. Saat ini terdapat
pertambahan dramatis mengenai jumlah perusahaan yang melakukan privatisasi, yang
disebabkan oleh meningkatnya persyaratan yang diminta oleh pemerintah dengan adanya
Undang-Undang Sarbanes-Oxley tahun 2002. Di AS, pada 2006, tercatat sebanyak 322
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan bebas dengan nilai gabungan senilai $251,4 miliar
menjadi milik pribadi.

Beberapa privatisasi disebabkan oleh tersedianya dana yang besar dari perusahaan ekuitas
pribadi, yakni lebih dri $280 miliar pada 2006, yang memungkinkan premium dibayarkan atas
harga saham saat ini. Namun, motivasi utama terjadinya privatisasi adalah bahwa perusahaan
pribadi tidak menanggung biaya kepatuhan atas peraturan Sarbanes-Oxley. Sarbane-Oxley
mewajibkan perusahaan luar harus mengaudit pengendalian internal suatu perusahaan. Biaya
untuk mempekerjakan perusahaan luar, memelihara sistem guna mematuhi standar, dan
membentuk dewan direksi untuk memastikan bahawa aktivitas-aktivitas tersebut diawasi, rata-
rata diperkirakan mencapai $500.000 untuk 16.000 perusahaan yang menerbitkan laporannya
kepada publik.

Sarbanes-Oxley menyebabkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mengelola


peryaratan pelaporan untuk perusahaan publik. Manajer harus membuktikan akurasi dari
keuangan kuartalan dan sering memublikasikan informasi tertentu, misalnya pemberitahuan
perdagangan pihak dalam pada hari yang sama (same-day notification of insider trades). Selain
itu, pengacara umum menggunakan sebagian besar waktunya untuk kegiatan terkait kepatuhan,
dengan 36 persen perusahaan menanggung biaya dan kerumitan untuk mempekerjakan direktur
kepatuhan, Biaya litigasi juga mengalami peningkatan karena meningkatnya kewajiban pribadi
anggota direksi dan eksekutif puncak, terutama dalam bentuk premi asuransi yang tinggi. Biaya
premi asuransi direksi dan eksekutif meningkat mencapai 40 persen untuk perusahaan dengan
kondisi keuangan yang kuat dan bersih.

C. Dampak CSR terhadap Pernyataan Misi


15
Pernyataan misi tidak hanya mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan, bagaimana perusahaan menghasilkannya, dan pasar yang dilayani oleh perusahaan,
melainkan juga memuat apa yang diyakini oleh perusahaan. Oleh karena itu, adalah penting
bahwa pernyataan misi mengakui klaim yang sah dari pemangku kepentingan eksternalyang
dapat meliputi kreditor, pelanggan, pemasok, pemerintah, serikat pekerja, pesaingkomunitas, dan
elemen-elemen masyarakat umum lainnya. Pendekatan pemangku kepentingan ini telah diterima
secara luas oleh perusahaan-perusahaan ASMisalnyasurvei yang dilakukan terhadap direksi dari
291 perusahaan terbesar di bagian tenggara AS menunjukkan bahwa direksi memiliki orientasi
pemangku kepentingan yang sangat tinggiPelanggan, pemerintah, pemegang sahamkaryawan,
dan masyarakat, merupakan urutan pemangku kepentingan yang dipandang paling penting oleh
para anggota dewan direksi tersebut.
Dalam mengembangkan pernyataan misimanajer harus mengidentifikasi seluruh kelompok
pemangku kepentingan serta menimbang hal dan kemampuan relatif mereka dalam memengaruhi
keberhasilan perusahaan. Beberapa perusahaan bersifat proaktif dalam pendekatannya terhadap
CSR sehingga menjadikan CSR sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alasan utama
mengapa perusahaan itu berdiri (misalnya: Ben & Jerry's Ice Cream). Sementara itu, perusahaan-
perusahaan lainnya bersifat reaktifyaitu mengadopsi perilaku yang bertanggung jawab secara
sosial hanya jika diharuskan (misalnya, Exxon setelah kecelakaan Valdez).

D. Audit Sosial
Audit sosial (social audit) mencoba mengukur kinerja sosial aktual perusahaan
dibandingkan dengan tujuan sosial yang ditetapkan oleh perusahaan itu untuk dirinya
sendiriAudit sosial dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut. Namun, audit sosial yang
dilakukan oleh konsultan luar yang memiliki bias yang minimal akan lebih bermanfaat bagi
perusahaan ituSebagaimana halnya dengan audit keuangan, auditor luar membawa kredibilitas ke
dalam evaluasi tersebutKredibilitas merupakan hal penting jika manajemen menganggap penting
hasil audit tersebut dan jika masyarakat umum akan diyakinkan terhadap publikasi dari humas
Perusahaan.
Pemantauan dan evaluasi yang berhati-hati dan akurat atas aktivtas penting tidak hanya
karena perusahaan ingin memastikan bahwa kebijakan CSR dilakukan sesuai CSR perusahaan
16
adalah dengan yang direncanakan, tetapi juga karena aktivitas CSR pada dasarnya bersifat
terbuka bagi publik untuk dicermati. Untuk memastikan bahwa perusahaan menepati janji-janji
CSR yang dibuatnya, suatu perusahaan dapat melakukan audit sosial atas kinerjanya.

2.4 Memenuhi Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi bagian yang sangat penting dalam
percakapan bisnis. Masalahnya bukanlah mengenai apakah perusahaan akan terlibat dalam
aktivitas yang bertanggung jawab secara sosial, tetapi bagaimana perusahaan akan terlibat. Bagi
sebagian perusahaan, tantangannya adalah bagaimana cara terbaik untuk memperoleh manfaat
sosial maksimal dari sejumlah tertentu sumber daya yang tersedia untuk proyek-proyek sosial.
Studi atas berbagai inisiatif tanggung jawab sosial di perusahaan-perusahaan besar
memperlihatkan bahwa manajer senior berjuang untuk menemukan titik keseimbangan antara
solusi "keterlibatan tingkat rendah" seperti pemberian sumbangan dan solusi "keterlibatan tingkat
tinggi" yang berisiko mengalihkan perhatian perusahaan dari misi intinya. Pada bagian ini, akan
dilihat inisiatif sosial kolaboratif (collaborative social initiatives-CSI)-suatu bentuk keterlibatan
di mana perusahaan memberikan komitmen berkelanjutan atas proyek atau masalah sosial-
merupakan kombinasi terbaik dari dampak sosial dan strategis.
A. Inti Perdebatan CSR
Peranan CSR yang sebenarnya, tindakan perusahaan untuk memberikan manfaat kepada
masyarakat yang melampaui apa yang diwajibkan secara hukum dan apa yang menjadi
kepentingan langsung pemegang saham. Pada masa lalu, penelitian terhadap dampak keuangan
dari CSR menghasilkan temuan yang tidak konsisten, di mana beberapa penelitian melaporkan
hubungan yang positif, sebagian lagi melaporkan hubungan yang negatif, dan sisanya tidak
menemukan hubungan sama sekali. Sejak pertengahan 1990-an, perbaikan dalam teori, desain
penelitian, data, dan analisis telah membuahkan penelitian empiris dengan hasil yang lebih
konsisten. Lebih penting lagi. metaanalisis baru-baru ini (teknik metodologis yang
mengagregasikan temuan dari beberapa penelitian) atas lebih dari 10 penelitian menemukan
bahwa secara rata-rata, dapat diharapkan adanya hubungan positif dari inisiatif CSR, tetapi
wahana utama untuk mencapai kinerja keuangan yang unggul dari tanggung jawab sosial adalah
melalui dampak reputasi.

17
B. Keuntungan Bersama dari Inisiatif Sosial Kolaboratif
Istilah inisiatif sosial (social initiative) menggambarkan inisiatif yang menggunakan
pendekatan kolaboratif. Penelitian terhadap aliansi dan jaringan antarperusahaan dalam
lingkungan komersial yang kompetitif menunjukkan kepada kita bahwa setiap pihak akan
memperoleh manfaat ketika pihak lain membawa sumber daya, kapabilitas, atau aset lain yang
sulit untuk diperoleh perusahaan itu sendiri. Kapabilitas gabungan (combinative capabilities) ini
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh dan menyatakan sumber daya serta
mengembangkan aplikasi baru dari sumber daya tersebut, menghasilkan tanggapan yang inovatif
terhadap lingkungan yang cepat berubah.
Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa aktivitas CSR semakin memberikan
manfaat melampaui peningkatan reputasi. Untuk beberapa partisipan, aktivitas CSR dapat
menjadi sarana untuk menarik, mempertahankan, dan mengembangkan bakat manajerial. Proyek
Ulysses dari PricewaterhouseCooper (PwC) merupakan program pengembangan kepemimpinan
yang mengirim kelompok-kelompok kecil dari partner PwC ke negara-negara berkembang untuk
menggunakan keahlian mereka dalam mengatasi tantangan sosial dan ekonomi yang rumit.
C. Lima Prinsip Inisiatif Sosial Kolaboratif yang Berhasil
Terdapat lima prinsip penting CSI yang berhasil, antara lain:
1. Mengidentifikasi Misi Jangka Panjang yang Tahan Lama
Perusahaan memberikan kontribusi sosial terbesar jika mengidentifikasikan tantangan
kebijakan yang penting dan berlangsung lama serta berpartisipesi pada solusinya dalam
jangka panjang, Reporter veteran Wall Street Journal dan penulis Ron Alsop berpendapat
bahwa perusahaan yang tertarik untuk berkontribusi terhadap tanggung jawab perusahaan
dan demikian mencemerlangkan reputasinya harus "mengetahui masalahnya".
Perusahaan yang bersedia menangani masalah yang penting bagi kesejahteraan masyarakat
dan yang memerlukan sumber daya yang substansial akan memberikan sinyal kepada
konstituen eksternal dan internal bahwa inisiatif tersebut pantas memperoleh
investasi perusahaan.

2. Mengontribusikan “Apa yang Kami Lakukan”


Perusahaan memaksimalkan manfaat dari kontribusi perusahaannya jika perusahaan itu
dapat meningkatkan kemampuan inti serta mengontribusikan produk dan jasa yang
18
didasarkan pada keahlian yang digunakan dalam atau yang dihasilkan dari operasi
normalnya. Konsep semacam itu menciptakan hubungan yang saling menguntungkan
antarpihak yang terlibat: inisiatif bertujuan sosial akan memperoleh keuntungan maksimal
sementara perusahaan meminimalkan biaya dan diversi. Tidaklah penting bahwa layanan
ini sama dengan bisnis perusahaan, tetapi layanan ini harus dibangun atas beberapa aspek
tertentu dari kompetensi strategis perusahaan.
3. Mengontribusian Jasa Khusus Berkala Besar
Perusahaan memiliki dampak sosial terbesar ketika perusahaan memberikan kontribusi
yang khusus kepada usaha koperasi berskala besar. Perusahaan yang memberikan
kontribusi pada inisiatif di mana organisasi swasta, publik, atau nirlaba lainnya juga
terlibat secara aktif akan memiliki dampak yang melampaui kontribusinya yang terbatas.
Meskipun sangat menggoda bagi perusahaan untuk mengidentifikasikan tujuan tertentu
yang hanya akan dikaitkan dengan kontribusinya sendiri, strategi semacam itu dapat
dipandang sebagai "proyek favorit" dan bukan sebagai kontribusi pada masalah yang lebih
besar di mana berbagai pihak memiliki kepentingan.
4. Menimbang Pengaruh Pemerintah
Dukungan pemerintah bagi partisipasi perusahaan dalam CSI atau paling tidak
kerelaannya untuk menghilangkan hambatan dapat memberikan pengaruh positif yang
penting. Insentif pajak, perlindungan kewajiban, dan bentuk-bentuk dukungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung lainnya bagi perusahaan seluruhnya dapat menyuburkan
partisipasi dan kontribusi perusahaan terhadap keberhasilan CSI.
5. Menyusun dan Menilai Total Paket Manfaat
Perusahaan memperoleh manfaat terbesar dari kontribusi sosialnya jika memberikan
harga pada total paket manfaat. Penilaian ini sebaiknya mencakup kontribusi sosial yang
diberikan ataupun dampak reputasi yang memperkuat atau memperkaya posisi perusahaan
di mata para konstituennya.

D. Masa Depan CSR


CSR merupakan bagian dari struktur perusahaan yang kukuh dan tidak tergantikan. Jika
dikelola dengan baik, program CSR dapat menghasilkan manfaat yang signifikan dalam betuk
19
reputasi perusahaan; dalam hal rekrutmen, motivasi, dan retensi karyawan; dan sebagai sarana
untuk membangun dan mempertahankan kerja sama yang berharga. Tentu saja, manfaat ini
bukan hanya dirasakan oleh pihak-pihak yang berpartisipasi, karena program ini memperkaya
kesejahteraan banyak komunitas dan individu yang kurang beruntung, dan mengatasi masalah
yang mengancam generasi masa depan, spesies lain, dan sumber daya alam yang berharga.
Hal tersebut merupakan perspektif positif. Aspek yang kurang menguntungkan dari CSR
adalah bahwa untuk sluruh sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki, perusahaan akan
menghadapi tuntutan yang semakin besar untuk memberikan kontribusi terhadap tanggung jawab
sosial yang jauh melampaui sekadar sumbangan uang tunai atau barang. Para pemrotes yang
agresif akan terus menyuarakan masalah ini, karyawan juga akan bersuara, dan pemegang saham
akan menilai melalui investasi mereka-serta hak suara mereka.
Oleh karena itu, tantangan bagi manajemen adalah mengetahui cara untuk memenuhi
kewajiban perusahaan terhadap seluruh pemangku kepentingan tanpa mengorbankan kebutuhan
dasar untuk memperoleh imbal hasil yang layak bagi pemiliknya.

2.5 Etika Manajemen


A. Sifat Etika dalam Bisnis
Inti dari keyakinan bahwa perusahaan sebaiknya dioperasikan dengan cara-cara responsif
secara sosial untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan adalah keyakinan bahwa manajer
akan berperilaku secara etis. Istilah etika (ethics) mengacu pada prinsip-prinsip mural yang
mencerminkan keyakinan masyarakat mengenai tindakan yang benar atau salah dari seorang
individu atau kelompok. Tentunya, nilai yang dianut seorang individu, suatu kelompok, atau
suatu masyarakat dapat bertentangan dengan nilai dari individu, kelompok, atau masyarakat lain.
Oleh karena itu, standar etis tidak mencerminkan prinsip yang diterima secara universal,
melainkan produk akhir dari suatu proses yang mendefinisikan dan mengklarifikasi sifat dan
lingkup dari interaksi manusia.
Sayangnya, persepsi publik saat ini mengenai etika dari para eksekutif perusahaan di
Amerika paling rendah sepanjang sejarah. Penyebab utamanya adalah sejumlah skandal
perusahaan yang dipicu oleh tindakan eksekutif yang mementingkan diri sendiri dan sering kali
kriminal sehingga menimbulkan kerugian bagi investasi pemegang saham serta hilangnya
pekerjaan karyawan. Tujuan dari setiap perusahaan adalah untuk menghindari skandal melalui
20
kombinasi dari standar moral dan standar etis yang tinggi serta pengawasan secara hati-hati
untuk memastikan bahwa standar tersebut dipelihara dengan baik. Namun, ketika suatu
permasalahan muncul ke permukaan, tugas manajemen untuk melindungi kredibilitas perusahaan
merupakan hal yang sangat penting.
B. Pendekatan terhadap Maalah-Masalah Etika
Para manajer melaporkan bahwa kualitas paling penting dari pengambilan keputusan etika
adalah konsistensi. Dengan demikian, mereka sering kali mencoba mengadopsi
pendekatan filosofis yang dapat menjadi landasan bagi konsistensi yang mereka cari. Terdapat
tiga pendekatan etika fundamental yang dapat dipertimbangkan oleh para eksekutif pendekatan
utilitarian, pendekatan hak moral, dan pendekatan keadilan sosial.
Manajer yang menggunakan pendekatan utilitarian (utilitarian approach) menilai dampak
tindakan tertentu terhadap orang orang yang terlibat langsung, dari segi apa yang memberikan
manfaat terbesar bagi sebagian besar orang. Pendekatan utilitarian berfokus pada tindakan, dan
bukan pada motivasi di balik tindakan tersebut. Hasil positif potensial dibandingkan dengan hasil
negatif potensial. Jika yang pertama melampaui yang terakhir, manajer yang menggunakan
pendekatan utilitarian kemungkinan besar akan melakukan tindakan tersebut. Bahwa akan ada
beberapa pihak yang terkena dampak buruk dari tindakan tersebut diterima sebagai sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Misalnya, Council on Environment Quality melakukan analisis manfaat
biaya ketika memilih standar polusi udara untuk Undang-Undang Udara Bersih (Clean Air Act)
sehingga mengakui bahwa polusi dalam tingkatan tertentu dapat diterima.
Manajer yang menganut pendekatan hak moral (moral rights approach) menilai apakah
keputusan dan tindakan sesuai dengan hak-hak dasar serta hak-hak istimewa individu dan
kelompok. Pendekatan hak moral (disebut juga deontologi) mencakup hak terhadap kehidupan,
rasa aman, standar kejujuran, privasi, kebebasan beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat,
dan kepemilikan pribadi.
Manajer yang menganut pendekatan keadilan sosial (social justice approach) menilai
konsistensi tindakan dengan kesetaraan, keadilan, dan netralitas dalam mendistribusikan imbalan
dan biaya di antara individu dan kelompok. Gagasan ini berasal dari suatu prinsip yang dikenal
sebagai prinsip kebebasan dan prinsip perbedaan. Prinsip kebebasan menyatakan bahwa individu
memiliki kebebasan-kebebasan dasar yang kompatibel dengan kebebasan-kebebasan serupa yang

21
dimiliki orang lain. Prinsip perbedaan menyatakan bahwa ketidaksetaraan sosial dan ekonomi
harus diatasi untuk mencapai distribusi barang dan jasa yang lebih adil.

2.6 Kode Etik Bisnis


A. Tren Utama Kode Etik
Semakin meningkatnya perhatian terhadap kodifikasi etia bisnis telah mengarah pada
pembuatan pernyataan formal oleh perusahaan-perusahaan dan pentingnya dokumen ini di antara
dokumen bisnis lainnya. Beberapa waktu lalu, kode etik yang biasanya hanya ditemukan pada
buku panduan karyawan. Tren terbaru adalah bahwa kode ini juga ditampilkan secara menyolok
pada situs Web perusahaan, dalam laporan tahunan, dan bersebelahan dengan poster Title VII di
majalah dinding perusahaan.
Tren kedua adalah bahwa perusahaan-perusahaan menambahkan ukuran ukuran penegakan
terhadap kode etiknya, termasuk kebijakan yang dirancang untuk memandu karyawan mengenai
apa yang harus dilakukan jika mereka melihat terjadinya pelanggaran dan sanksi yang akan
dikenakan, termasuk konsekuensinya terhadap pekerjaan serta kemungkinan diajukannya
tuntutan pidana dan perdata. Sebagai akibatnya, semakin banyak perusahaan yang meminta
karyawannya untuk menandatangani pernyataan etik sebagai cara untuk menunjukkan bahwa
karyawan telah membaca dan memahami kewajiban mereka. Persyaratan ini juga mencerminkan
dampak dari aturan Sarbanes-Oxley dan CFO memberikan sertifikasi atas akurasi laporan
keuangan perusahaan. Eksekutif menginginkan karyawan di setiap tingkatan untuk memahami
kewajiban mereka guna memberikan informasi yang akurat kepada atasannya.
Tren ketiga adalah semakin meningkatnya perhatian perusahaan untuk memperbaiki
pelatihan karyawan dalam memahami kewajibannya berdasarkan pada kode etik perusahaan.
Tujuannya adalah menekankan pertimbangan etika selama proses pengambilan keputusan.
Pelatihan dan pengawasan selanjutnya atas perilaku kerja aktual, juga dibantu oleh perangkat
lunak komputer yang mengidentifikasikan kemungkinan terjadinya pelanggaran, yang dapat
diinvestigasi secara terperinci oleh manajer.

22
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan begitu banyaknya waktu yang dihabiskan individu untuk bekerja, adalah wajar jika
mereka sebaiknya mencoba untuk membentuk organisasi di mana mereka bekerja. Organisasi
yang bukanlah makhluk hidup sering kali disalahkan karena menentukan perilaku hukum, etika,
dan moral di tempat kerja ketika, pada kenyataannya, manusialah yang menentukan bagaimana
manusia berperilaku. Sebagaimana berupaya untuk membentuk lingkungan tempat tinggal,
sekolah, organisasi politik dan sosial serta institusi keagamaan mereka, individu juga perlu
membantu menentukan masalah-masalah utama dari tanggung jawab sosial dan
etika perusahaan.
Keputusan strategis, dari semua keputusan yang ada, melibatkan pertukaran. Kita memilih
sesuatu hal dibandingkan dengan hal yang lain. Kita mengejar suatu sasaran dengan
mengalahkan sasaran yang lain. Dalam topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, setiap
karyawan individual harus bekerja untuk mencapai hasil yang mereka inginkan. Dengan menjadi
sukarelawan untuk kesejahteraan suatu komunitas, mereka memilih untuk memperbaiki
komunitas tersebut. Etika bisnis menyajikan peluang yang setara. Dengan memilih perilaku yang
layak, karyawan membantu membangun organisasi yang dapat dihormati dan dapat bertahan
secara ekonomis dalam jangka panjang.
Sering kali, terdapat keprihatinan bahwa aktivitas bisnis cenderung ilegal atau tidak etis
dan bahwa kegagalan individual untuk mengikuti pola tersebut akan membuat perusahaan
menderita kerugian kompetitif. Klaim tersebut, yang sering kali dipicu oleh contoh-contoh yang
berprofil tinggi, adalah absurd. Jarang sekali bahwa aktivitas kriminal yang banyak
dipublikasikan dapat menyembunyikan kenyataan penting bahwa aktivitas bisnis adalah sama
jujur dan terhormatnya seperti aktivitas lain dalam hidup kita. Orang-orang yang terlibat adalah
individu yang sama, dengan nilai, cita-cita, dan aspirasi yang sama.
Pada bab ini, telah dibahas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan untuk dipahami
dan dipelajari bagaimana perusahaan kadang kala dapat menggunakan sebagian dari sumber
dayanya untuk memberikan dampak positif yang berbeda terhadap masyarakat. Selain itu, etika
bisnis juga dibahas guna menciptakan apresiasi mengenai pentingnya mempertahankan dan
mempromosikan nilai-nilai sosial di tempat kerja.
23
DAFTAR PUSTAKA

JOHN A. PEARCE, R. B. (2013). Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai