Disusun Oleh:
D3 MANAJEMEN PERUSAHAAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya maupun Astiwi Indriani, SE, MM. sebagai
dosen pengampu.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
COVER ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
2.1 Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan .......................... 3
2.2 Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............. 4
2.3 Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial .......................................... 5
2.4 Kinerja Sosial Perusahaan ....................................................................................... 9
2.5 Analisis Beberapa Jurnal Internasional ....................................................................... 11
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Menurut Peter Frence 1979, “corporate can be full-fledge moral person and have
whatever previleges, rights and duties as are. In the normal course of affairs, accorded
to moral persons”. Pernyataan ini jelas membela status moral perusahaan. Ada keputusan
yang diambil oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri
dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut.
Hampir semua pengarang tentang etika bisnis akan menerima perlunya tanggung
jawab social perusahaan. Tetapi pendekatannya sering kali sangat berbeda. Kita mulai
dengan mempelajari suatu pandangan yang cukup ekstrem tentang maksud dan peranan
tanggung jawab social perusahaan yang dikemukakan oleh ekonom besar dari Amerika
Serikat, Milton Friedman.
Perusahaan swasta tidak mempunyai jalan keluar empuk begini kalau mengalami
kerugian. Kelangsungan usahanya seluruhnya terletak pada tangannya sendiri. Jika
mengalami defisit untuk periode lama, mau tidak mau perusahaannya harus ditutup.
Disinilah letaknya tanggung jawab ekonomis perusahaan. Ia harus berusaha agar kinerja
ekonomisnya selalu baik. Menghasilkan laba yang wajar dan memperoleh kembali modal
yang ditanam dalam waktu yang wajar pula. Dalam kapitalisme liberalistis
tanggungjawab ekonomis itu dapat dilihat sebagai profit maximization atau mendapat
untung yang sebesar-besarnya. Konsepsi ini sifatnya berat sebelah dan berbahaya dari
sudut etika. Namun demikian, tanggungjawab ekonomis juga memiliki aspek sosial yang
penting. Karena kinerja setiap perusahaan menyumbangan kepada kinerja ekonomi
nasional sebuah negara. Jika suatu perusahaan berhasil memainkan peranannya dengan
baik diatas panggung ekonomi nasional, dengan sendirinya ia memberi kontribusi yang
berarti kepada kemakmuran masyarakat.
Berikut beberapa contoh kasus tentang tanggung jawab ekonomis dan tanggung
jawab social perusahan:
1. Kasus yang pernah populer di tahun 2001 yaitu mengenai perusahaan Aji No Moto
yaitu fatwa MUI yang mengharamkan Aji No Moto.sebab berdasarkan penelitian
bahan baku Aji No Moto ditengarai dicampur dengan lemak babi .Sehingga
masyarakat Indonesia langsung teersentak dan 4 pimpinan Aji No Moto jadi
tersangka. Karena melanggar UU konsumen. Tjokorda selaku manajer PT. Aji No
Moto mengakui di media Massa menggunakan bactosoytone yang diekstraksikan
dari daging babi hanya untuk menggantikan polypeptone yang biasa
diekstraksikan dari daging sapi.Alasan mereka menggunakan bactosoyton atau
ekstrak babi karena lebih ekonomis dan tidak membutuhkan biaya yang besar.
2. Baru saja lewat tengah malam pada 3 Desember 1984 di Bhopal, India. Terjadi
kejadian beruntun di fasilitas Union Carbide India Limited menyebabkan
terlepasnya 40 metric ton gas Methyl Isocyanate (MIC). Kecelakaan ini langsung
menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000 hingga 600.000 lainnya
15.000 di antaranya kemudian meninggal dari luka-luka tersebut. Ada yang
menyebutkan jumlah kematian yang lebih tinggi. Penyebabnya adalah
dimasukkannya air ke dalam tangki-tangki berisi MIC. Reaksi yang kemudian
terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan
secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya
menetralisir gas tersebut sedang dimatikan untuk perbaikan. Penyelidikan yang
dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan lainnya tidak
dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar di
pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah
keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang
dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.
Perusahaan ini menyimpan MIC dalam jumlah yang lebih besar dari yang
direkomendasikan. Dalam upaya untuk memotong biaya, perusahaan telah
mematikan pendingin di sekitar bahan kimia, padahal bahan kimia tersebut harus
Konsepsi kinerja social perusahaan ini memang tidak asing terhadap tanggung
jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok juga denga paham
stakeholders management.
Salah satu contoh tentang mispersepsi dari bentuk tanggung jawab social (CSR)
yang sebenarnya hal yang dilakukan itu adalah Kinerja Sosial Perusahaan (CSP) seperti
yang dilakukan oleh salah satu perusahaan rokok di Indonesia, PT. Djarum yaitu
mendirikan sebuah foundation yang menangani masalah pendidikan, olahraga, dsb, yaitu
Djarum Foundation. Hal-hal ini dilakukan perusahaan sebenarnya juga untuk keuntungan
jangka panjang dari perusahaan itu sendiri. Seperti perusahaan akan lebih dikenal oleh
masyarakat sekitar karena mereka memperkerjakan masyarakat sekitar, dikenal karena
perusahaan tersebut ramah lingkungan, dan juga dikenal karena memberi sumbangsih
kepada masyarakat.
2. The New CSR Regulation in India: The Way Forward -- Peraturan CSR Baru di
India: Langkah ke Depan
Makalah ini berusaha untuk memahami pertumbuhan CSR di India dan
nuansa Peraturan CSR baru bersama dengan penekanan pada bagaimana
kemitraan publik swasta melalui kerja LSM dapat membantu dalam pertumbuhan
praktik CSR di India.
Pemerintah India telah mengadopsi strategi pertumbuhan inklusif untuk
melaksanakan CSR melalui sektor korporasi. Parlemen India mengesahkan RUU
legendaris yang membuat kewajiban CSR untuk perusahaan. Peraturan tersebut
mengharuskan perusahaan dengan ukuran tertentu untuk selalu menghabiskan
2% dari keuntungan mereka terhadap kegiatan CSR. Secara khusus peraturan itu
menyatakan sebagai berikut:
Semua perusahaan dengan pendapatan lebih besar dari Rs. 1000 Cr ($
200M) atau laba 5 Cr ($ 1M) harus menghabiskan 2% dari rata-rata dari 3
tahun keuntungan terakhir, terhadap aktivitas CSR
Dewan harus menunjuk komite CSR 3-anggota (termasuk satu Direktur
Independen) untuk meratifikasi keputusan tentang pembelanjaan
Biaya karyawan tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran CSR
Pengentasan kemiskinan, perawatan kesehatan, pendidikan dan usaha
bisnis sosial semuanya dimasukkan sebagai bidang investasi potensial
Jika pembelanjaan tidak dilakukan pada tahun itu, komite CSR harus
menyampaikan penjelasan mengapa hal itu terjadi tidak dikenakan sanksi.
Dengan berlakunya RUU ini India telah membawa CSR dari “ruang
belakang ke ruang rapat”. Menunjukkan kemampuannya untuk bersaing dengan
beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk
mengamanatkan pengeluaran semacam ini untuk dunia usaha. Sesuai Bagian 135
dari RUU Perusahaan, "fungsi komite CSR adalah untuk merumuskan dan
3. Corporate Social Responsibility during the Economic Crisis. The Case of the
Romanian Companies -- Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Selama Krisis
Ekonomi. Studi Kasus Perusahaan – perusahaan di Romania
Mengasumsikan kegiatan CSR terbukti menjadi upaya yang diperlukan,
tetapi tidak cukup, dalam situasi risiko sistemik, ketika ketidakseimbangan utama
mempengaruhi lingkungan ekonomi makro. Dalam konteks ini, perusahaan-
perusahaan Rumania telah memahami kebutuhan - baik dalam hal deontologis
dan pragmatis - untuk mempertahankan dan mengkonsolidasikan implikasinya
dalam proyek-proyek sosial, terutama di masa krisis ekonomi. Perubahan
mendasar bahwa krisis membawa implikasi CSR, kecuali kesadaran yang
menyeluruh mempertimbangkan potensi tindakan yang bertanggung jawab
secara sosial, diwakili oleh pergeseran dari kegiatan filantropis dan donasi tunai
sederhana ke tindakan CSR yang lebih strategis terkoordinasi, terkait dengan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai CSR dan Etika Bisnis dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Program CSR (Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Artinya, Perusahaan tidak hanya memiliki
tanggung jawab ekonomi dan hukum (pemegang saham), tetapi juga tanggung jawab
kepada pihak lain (stakeholder) dalam menjalankan bisnisnya. Ide yang mendasari
Corporate Social Responsibility (CSR), sering dianggap sebagai inti dari etika,
kewajiban bisnis perusahaan di samping tugas hukum dan ekonomi, adalah untuk
mencapai tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Pelaksanaan program CSR yang hanya didasarkan pada proses pencitraan
perusahaan dan asas taat pada peraturan pemerintah tidak memenuhi syarat moral.
3. Perusahaan yang melaksanakan CSR nya tidak dilandasi oleh tendensitendensi
tertentu, mereka hanya bertindak demi untuk kewajibannya semata-mata. Tindakan
yang semata-mata karena kewajiban inilah yang menurut Kant dikatakan sebagai
Imperatif Kategoris, disini kehendak dan hukum adalah satu. Inilah yang disebut
Kant sebagai “budi praktis yang murni” (reine praktische vernunft). Disini tidak
diperlukan alasan atau syarat apapun bagi pelaksanaannya. Imperatif kategoris inilah
yang dipandang Kant sebagai azas kesusilaan yang transcendental. Keharusan yang
transcendental dan amat kokoh ini mewujudkan inti segala persoalan etis. Keharusan
ini bersifat mutlak, tidak memperhatikan selera suka-tidak suka, menguntungkan
atau tidak menguntungkan. Ketika perusahaan mampu melaksanakan CSR nya demi
untuk kewajibannya semata-mata, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan itu telah
bertindak etis.
3.2 Saran
Penelitian ini hanya memaparkan secara konsep teoritis dan pandangan tokoh
filsafat moral, akan lebih bermakna kalau penelitian ini lebih realistic dengan meneliti
DAFTAR PUSTAKA