Anda di halaman 1dari 19

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


Dosen Pengampu:

Astiwi Indriani, SE, MM

Disusun Oleh:

1. Anggita Rakhmawati 12010116060006


2. Nathalya Desnawati 12010116060024
3. Elli Marlina 12010116060122

D3 MANAJEMEN PERUSAHAAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya maupun Astiwi Indriani, SE, MM. sebagai
dosen pengampu.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.

Semarang, Oktober 2018

Penyusun

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | i


DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
2.1 Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan .......................... 3
2.2 Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............. 4
2.3 Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial .......................................... 5
2.4 Kinerja Sosial Perusahaan ....................................................................................... 9
2.5 Analisis Beberapa Jurnal Internasional ....................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN & SARAN ............................................................................15


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beroperasinya sebuah perusahaan haruslah memperhatikan keadaan gejala sosial
budaya yang ada di sekitarnya, karena jika ada pergerakan sosial budaya masyarakat
sekitar, akan dapat menghambat operasional perusahaan itu sendiri, seperti munculnya
kecemburuan sosial akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda
antara pegawai perusahaan dengan masyarakat sekitar atau bahkan kondisi di dalam
perusahaan itu sendiri, yaitu perbedaan pendapatan antara pegawai lokal dengan pegawai
pendatang (dari luar daerah atau karyawan asing).

Kenyataan-kenyataan tersebut pada dasarnya dapat menjadi penghambat bagi


berjalannya sebuah korporasi dan juga menjadi hambatan dalam pembentukan
kebudayaan perusahaan. Belum lagi jika terdapat kerusakan lingkungan di daerah sekitar
perusahaan beroperasi. Dari permasalahan yang timbul tersebut, banyak perusahaan
swasta kini mengembangkan apa yang disebut Tanggung jawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR), Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan
kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada
sekedar kepentingan perusahaan saja.

Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility)


merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stake holder, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Di dunia internasional sendiri
sudah ditegaskan kewajiban korporat yang tergabung dalam ISO untuk menyejahterakan
komunitas di sekitar wilayah usaha yang ditetapkan dalam pertemuan antarkorporat dunia
di Trinidad pada ISO/COPOLCO (ISO Committee on Consumer Policy) workshop 2002
di Port of Spain.

Pengembangan program-program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik,


pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach,

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 1


beasiswa dan sebagainya. Motivasi mencari laba bisa menghambat keinginan untuk
membangun masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebijakan pemerintah untuk
mendorong dan mewajibkan perusahan swasta untuk menjalankan tanggung jawab sosial
ini tidak begitu jelas dan tegas, ditambahkan pula banyak program yang
sudahdilaksanakan perusahaan tidak berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan CSR (Corporate Social Responsibility)?
2. Bagaimana pandangan ahli tentang tanggung jawab social perusahaan?
3. Apakah yang dimaksud kinerja social perusahaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui maksud dari CSR (Corporate Social Responsibility)
2. Untuk mengetahui pandangan ahli tentang tanggung jawab social perusahaan
3. Untuk mengetahui maksud dari kinerja social perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan


Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum
ia memilki status legal. Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak
hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan, seperti menuntut di
pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti
subyek hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan
hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu korporasi adalah
suatu makhluk buatan, tidak terlihat, tidakterwujud, dan hanya berada di mata hukum.
Karena semata – mata ciptaan hukum, ia hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta
pendiriannya diberikan kepada…” (Hakim Agung, Marshal, 1819).

Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian korporasi bisa mengakibatkan


bahwa korporasi itu berperan penting dan mempunyai dampak besar atas dunia di
sekelilingnya. Supaya mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus
moral atau dengan kata lainper;l merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent)
bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Salah satu syarat
penting adalah miliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas.

Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang pebentuk perusahaan merupakan


pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral. Yang dipersoalkan adalah
eapakah perusahaan sendiri merupakan pelaku moral, terlepas dari orang yang termasuk
dalam perusahaan ini. Ada argument pro dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa
hanya individu atau manusia perorangan yang mempunyai kebebasan untuk mengambil
keputusa, dan akibatnya hanya individu yang dapat memikul tanggung jawab. Tetapi di
lain pihak suli juga untuk mnerima pandangan bahwa perusahaan hanyalah semacam
benda mati yang dikemudikan oleh para manager.

Perusahaan yang mepunyai sejarah tertentu yang sering dilukiskan pada


kesempatan yubileum 100 tahun berdirinya atau sebagainya., perusahaan bisa tumbuh ,

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 3


perusahaan bisa menjalanka pengaruh atas politik local, kita sering mendengar ada
corporate culture yang tertentu, dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin
ditemukan pada benda mati.

Menurut Peter Frence 1979, “corporate can be full-fledge moral person and have
whatever previleges, rights and duties as are. In the normal course of affairs, accorded
to moral persons”. Pernyataan ini jelas membela status moral perusahaan. Ada keputusan
yang diambil oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri
dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut.

2.2 Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Yang dimaksud disini adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap
masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan bisa diarahkan kepada banyak hal:
kepada diri sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dsb. Namun yang
paling disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam kegiatan
perusahaan tsb.

Hampir semua pengarang tentang etika bisnis akan menerima perlunya tanggung
jawab social perusahaan. Tetapi pendekatannya sering kali sangat berbeda. Kita mulai
dengan mempelajari suatu pandangan yang cukup ekstrem tentang maksud dan peranan
tanggung jawab social perusahaan yang dikemukakan oleh ekonom besar dari Amerika
Serikat, Milton Friedman.

Milton Friedman merupakan seorang profesor dari Universitas Chicago dan


pemenang nobel ekonomi pada tahun 1976. Pada tahun 1962 dalam bukunya Capitalism
and Freedom, dia merumuskan pandangannya mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan.

Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan menjadi sebanyak


mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan manajer. Pelaksanaanya tentu
harus sesuai dengan aturan-aturan main yang berlaku di masyarakat, baik dari segi
hukum, maupun dari segi kebiasaan etis.

Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah perusahaan publik dimana


kepemilkan terpisah dari manajemen. Para manajer hanya menjalakan tugas yang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 4


dipercayakan kepada mereka oleh para pemegang saham. Sehingga tanggung jawab
social boleh dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh orang lain,
akan tetapi sebagai manajer mereka mereka mewakili pemegang saham dan tanggung
jwab mereka adlah mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan
sebanyak mungkin.

Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab social dari bisnis


merusak system ekomoni pasar bebas. Terdapat satu dan hanya satu tanggung jawab
social untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber dayanya dan melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan keuntungan, selama masih dalam batas
aturan main, artinya melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa
penipuan atau kecurangan.
Teori stakeholders merupakan kritik yang tepat atas pandangan Friedman.
Beberapa pandangan Friedman terhadap situasi tanggung jawab sosial perusahaan.

1. Perusahaan tidak perlu menurunkan harga produk atau membatalkan kenaikan


harga produk demi mencegah terjadinya inflasi, atau dalam menerima tenaga
kerja baru perusahaan tidak perlu memprioritaskan tenaga kerja yang sudah lama
menganggur. Pendapat ini tentu masih bisa kita pahami, dimana untuk masalah
inflasi dan pengangguran bukan merupakan tanggung jawab perusahaan secara
tidak langsung.

2. Dalam lingkungan hidup, Friedman mengatakan bahwa perusahaan tidak perlu


mengeluarkan biaya lebih banyak dalam mengurangi polusi daripada apa yang
perlu demi kepentingan perusahaan dan apa yang dituntut oleh hukum demi
terwujudnya tujuan sosial, yakni memperbaiki lingkungan hidup. Hal ini lebih
sulit untuk diterima, karena lingkungan hidup merupakan unsur yang sangat
penting dalam tanggung jawab sosial perusahaan.

2.3 Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial


Masalah tanggung jawab social perusahaan dapat menjadi lebih jelas, jika kita
membedakan dari tanggung jawab lain. Bisnis selalu mempunya dua tanggung jawab:
tanggung jawab ekonimis dan tanggung jawab social. Tetapi perlu dicatat bahwa hal itu
hanya berlaku untuk sector swasta. Dalam perusahaan negara atau Badan Usaha Milik

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 5


Negara (BUMN) dua macam tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan. Sering terjadi,
perusahaan negara mengalami kerugian bertahun-tahun lamanya tetapi kegiatannya
dibiarkan terus berlangsung, dengan suatu alasan non-ekonomis, misalnya karena
perusahaan itu dinilai penting untuk kesempatan kerja disuatu daerah. Walaupun dari segi
ekonomis tidak menguntungkan namun sebuah perusahaan negara tidaklah langsung
bangkrut karena selalu ada kas negara untuk membantu. Pemerintah dapat mengambil
keputusan untuk melengkapi defisit dari kas negara, karena dianggap perlu untuk
kepentingan masyarakat luas.

Perusahaan swasta tidak mempunyai jalan keluar empuk begini kalau mengalami
kerugian. Kelangsungan usahanya seluruhnya terletak pada tangannya sendiri. Jika
mengalami defisit untuk periode lama, mau tidak mau perusahaannya harus ditutup.
Disinilah letaknya tanggung jawab ekonomis perusahaan. Ia harus berusaha agar kinerja
ekonomisnya selalu baik. Menghasilkan laba yang wajar dan memperoleh kembali modal
yang ditanam dalam waktu yang wajar pula. Dalam kapitalisme liberalistis
tanggungjawab ekonomis itu dapat dilihat sebagai profit maximization atau mendapat
untung yang sebesar-besarnya. Konsepsi ini sifatnya berat sebelah dan berbahaya dari
sudut etika. Namun demikian, tanggungjawab ekonomis juga memiliki aspek sosial yang
penting. Karena kinerja setiap perusahaan menyumbangan kepada kinerja ekonomi
nasional sebuah negara. Jika suatu perusahaan berhasil memainkan peranannya dengan
baik diatas panggung ekonomi nasional, dengan sendirinya ia memberi kontribusi yang
berarti kepada kemakmuran masyarakat.

Jika Milton Friedman menyebutkan peningkatan keuntungan perusahaan sebagai


tanggung jawab sosialnya, sebenarnya hal ini justru membicarakan tanggung jawab
ekonomi saja, bukan tanggung jawab social. Kinerja setiap perusahaan menyubangkan
kepada kinereja ekonomi nasioal sebuah Negara.

Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung jawab terhadap masyarakat


di luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan bisa melakukan kegiatan
yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi
kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya. Secara negative
perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 6


sbenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat atau
sebagian masyarakat.

Dalam mengambil keputusan, perusahaan tentu tidak boleh menutup mata


terhadap akibat-akibat sosialnya, tetapi jika sudah diusahakan perbaikan ekononomis dan
tidak berhasil mereka tidak wajib menerima kerugian ekonomis itu demi suatu tujuan
diluar bisnis.

Berikut beberapa contoh kasus tentang tanggung jawab ekonomis dan tanggung
jawab social perusahan:

1. Kasus yang pernah populer di tahun 2001 yaitu mengenai perusahaan Aji No Moto
yaitu fatwa MUI yang mengharamkan Aji No Moto.sebab berdasarkan penelitian
bahan baku Aji No Moto ditengarai dicampur dengan lemak babi .Sehingga
masyarakat Indonesia langsung teersentak dan 4 pimpinan Aji No Moto jadi
tersangka. Karena melanggar UU konsumen. Tjokorda selaku manajer PT. Aji No
Moto mengakui di media Massa menggunakan bactosoytone yang diekstraksikan
dari daging babi hanya untuk menggantikan polypeptone yang biasa
diekstraksikan dari daging sapi.Alasan mereka menggunakan bactosoyton atau
ekstrak babi karena lebih ekonomis dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

Analisis dari kasus tersebut:


Dalam jangka menengah Aji No Moto memang telah berhasil
menjadi idola tiap orang untuk di jadikan sebagai penyedap rasa masakan
sebelum kasus ini terungkap.dan PT. Aji No Moto menjadi 36 perusahaan
makanan dan minuman terbesar di dunia dengan pendapatan US $ 5 milyar.
Kerugian yang signifikan dialami PT. Aji No Moto.banyak negara
diseluruh dunia terutama pada negara mayoritas islam menghentikan impor
produk Aji No Moto. Di Indonesia saja produk yang telah beredar dalam kurun
waktu 2-3 minggu terhitung 3 januari 2001 jumlahnya sekitar 10rb ton akan
serentak disita di seluruh Indonesia.PT.Aji No Moto juga harus ganti rugi kepada
pedagang dengan total Rp.55 milyar.
Jadi walau pada dasarnya etika perusahaan akan selalu menguntungkan
perusahaan, untuk menaikkan pangsa pasar tak perlu menyalahi etika bisnis
dengan mengganti bahan dasar makanan walaupun dengan alasan karena lebih

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 7


ekonomis dan tanggung jawab terhadap konsumen harus diperhatikan juga,karena
sejatinya konsumen menghendaki produk yang berkualitas. Maka dari itu
selayaknya lah bisnis dilaksanakan dengan adil sesuai dengan hukum yang
berlaku.karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki
daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang
tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh dengan perencanaan strategis,
organisasi yang baik,dan sistem prosedur yang transparan.

2. Baru saja lewat tengah malam pada 3 Desember 1984 di Bhopal, India. Terjadi
kejadian beruntun di fasilitas Union Carbide India Limited menyebabkan
terlepasnya 40 metric ton gas Methyl Isocyanate (MIC). Kecelakaan ini langsung
menewaskan ribuan jiwa dan melukai antara 150.000 hingga 600.000 lainnya
15.000 di antaranya kemudian meninggal dari luka-luka tersebut. Ada yang
menyebutkan jumlah kematian yang lebih tinggi. Penyebabnya adalah
dimasukkannya air ke dalam tangki-tangki berisi MIC. Reaksi yang kemudian
terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan
secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya
menetralisir gas tersebut sedang dimatikan untuk perbaikan. Penyelidikan yang
dilakukan menyatakan bahwa beberapa langkah keselamatan lainnya tidak
dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut tidak sesuai dengan standar di
pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan langkah-langkah
keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari "prosedur penghematan" yang
dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.

Analisis dari kasus tersebut:


Tragedi gas Bhopal telah dianggap sebagai bencana korporat terburuk
yang pernah ada. Pada pagi hari tanggal 3 Desember 1984, 40 ton metyl
isocyanate (MIC), suatu bahan kimia yang sangat beracun dan mudah menguap,
bocor dari wadah penyimpanan di pabrik yang dimiliki oleh Union Carbide India
Limited (UCIL), anak perusahaan UCC Amerika.

Perusahaan ini menyimpan MIC dalam jumlah yang lebih besar dari yang
direkomendasikan. Dalam upaya untuk memotong biaya, perusahaan telah
mematikan pendingin di sekitar bahan kimia, padahal bahan kimia tersebut harus

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 8


disimpan pada suhu 32 derajat Fahrenheit, demikian keterangan dari Kampanye
Internasional untuk Keadilan di Bhopal.

Dalam kasus tersebut dapat dilihat bahwa pemilik perusahaan tersebut


tidak memiliki etika. Semua dilakukan hanya demi keuntungan tanpa
memperdulikan kesejahteraan dan keamanan banyak orang, hingga terjadi
kecelakaan yang menyebabkan pabrik tersebut meledak serta menimbulkan
banyak korban jiwa dan pemilik perusahaan tidak bertanggung jawab.

2.4 Kinerja Sosial Perusahaan (Corporate Social Performance)


Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian labanya kepada karya
amal melalui yayasan independent. Alasan pertama berkaitan dengan perusahaan-
perusahaan itu berstatus public. Rapat umum pemegang saham dapat menyetujui bahwa
sebagian laba tahunan disisihkan untuk karya amal sebuah yayasan khusus. Disamping
alasan financial seperti pajak, alasan lain lagi adalah bahwa pemimpin perusahaan tidak
bisa ikut campur dalam urusan suata yayasan independent, dan dengan demikian bantuan
mereka lebuh tulus, bukan demi kepentingan perusahaan saja.

Upaya kinerja social perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan sebagai


pelaksanaa tanggung jawab social perusahaan. Walaupun secara langsung tidak dikejar
keuntungan, namun usaha-usaha kinerja social perusahaan ini tidak bisa dilepaskan dari
tanggung jawab ekonomis perusahaan. Kegiatan – kegiatan karitatif mereka tidaklah
altruistis begitu saja, karena biasanya tidak dilakukan tanpa pamrih. Mereka mempunyai
maksud tertentu. Khususnya meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat, baik
masyarakat di dekat pabriknya maupun masyarakat luas. Karya amal itu merupakan
semacam investasi sehingga mereka bias memetic hasilnya. Sebagaimana tanggung
jawab ekonomis perusahaan mempunyai aspek moral, demikian pun yang disebut
“tanggung jawab sosial” ini mempunyai suatu aspek ekonomis dan karenanya tidak lagi
merupakan tanggung jawab social secara murni. Inilah karya amal yang menguntungkan
bagi perusahaan itu sendiri.

Konsepsi kinerja social perusahaan ini memang tidak asing terhadap tanggung
jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok juga denga paham
stakeholders management.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 9


Kewajiban perusahaan untuk menyisihkan keuntungannya yang dikembalikan
lagi kepada masyarakat berupa CSR harus didasarkan pada “budi”, karena hanya makhluq
yang mempunyai budi sajalah yang mampu melakukan tindakan moral, karena hanya
makhluq berbudi sajalah yang mempunyai gagasan mengenai hukum dan secara sadar
mampu menyesuaikan dan mendasarkan perbuatannya atas prinsip-prinsip yang ada.
Objektifitas yang mendorong manusia untuk mencapai suatu perbuatan atas kehendak
yang seebenarnya (imperatif).

Perusahaan yang melaksanakan CSR hanya untuk mencari pencitraan atau


sekedar patuh pada UU hanya melaksanakan imperative (perintah) hipotetis, yang mana
perintah itu dilakukan dan ditaati hanya karena kepentingan diri sendiri belaka, sehingga
didalamnya tersirat adanya sutau dorongan egoistis. Namun tidak demikian dengan
perusahaan yang melaksanakan CSR nya tidak dilandasi oleh tendensi-tendensi tertentu,
mereka hanya bertindak demi untuk kewajibannya semata-mata. Tindakan yang semata-
mata karena kewajiban inilah yang dikatakan sebagai Imperatif Kategoris, disini
kehendak dan hukum adalah satu. Inilah yang disebut sebagai “budi praktis yang murni”
(reine praktische vernunft). Disini tidak diperlukan alasan atau syarat apapun bagi
pelaksanaannya. Imperatif kategoris inilah yang dipandang sebagai azas kesusilaan yang
transcendental. Keharusan yang transcendental dan amat kokoh ini mewujudkan inti
segala persoalan etis. Keharusan ini bersifat mutlak, tidak memperhatikan selera suka-
tidak suka, menguntungkan atau tidak menguntungkan. Ketika perusahaan mampu
melaksanakan CSR nya demi untuk kewajibannya semata-mata, maka dapat dikatakan
bahwa perusahaan itu telah bertindak etis.

Salah satu contoh tentang mispersepsi dari bentuk tanggung jawab social (CSR)
yang sebenarnya hal yang dilakukan itu adalah Kinerja Sosial Perusahaan (CSP) seperti
yang dilakukan oleh salah satu perusahaan rokok di Indonesia, PT. Djarum yaitu
mendirikan sebuah foundation yang menangani masalah pendidikan, olahraga, dsb, yaitu
Djarum Foundation. Hal-hal ini dilakukan perusahaan sebenarnya juga untuk keuntungan
jangka panjang dari perusahaan itu sendiri. Seperti perusahaan akan lebih dikenal oleh
masyarakat sekitar karena mereka memperkerjakan masyarakat sekitar, dikenal karena
perusahaan tersebut ramah lingkungan, dan juga dikenal karena memberi sumbangsih
kepada masyarakat.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 10


Analisa kasus:
Dari contoh kasus diatas merupakan bentuk kepedulian dari Perusahaan tersebut
terhadap kepedulian sosial yaitu mendirikan yayasan pendidikan, olahraga dan
sebagainya dengan nama Djarum Foundation. Hal ini akan bersifat mutualisme atau
saling menguntungkan karena masyarakat sebagai pihak yang diberikan fasilitas oleh
perusahaan tentu dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga dapat meningkatkan
perekonomian baik dalam bidang olahraga ataupun pendidikan sedangkan dipihak
perusahaan dengan berdirinya perusahaan tersebut maka akan semakin mengenalkan
nama perusahaan tersebut dan dinilai baik oleh masyarakat.

2.5 Analisis Beberapa Jurnal Internasional


1. Corporate social responsibility (CSR) in Vietnam: a conceptual framework --
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di Vietnam: kerangka kerja konseptual
Ketika fenomena tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) memantapkan
dirinya sendiri secara global, muncul pertanyaan tentang sifat CSR di negara-
negara berkembang. Vietnam adalah salah satu contoh negara berkembang yang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat ditambah dengan tantangan
masyarakat, didorong oleh peningkatan aktivitas bisnis. Untuk saat ini,
bagaimanapun, ada kelangkaan penelitian sensitif terhadap konteks CSR di
Vietnam, sementara konteks politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda
membuat lingkungan Vietnam tepat untuk mengkritisi relevansi teori CSR yang
universal dalam konteks lokal. Makalah ini memberikan tinjauan kritis terhadap
kekhasan konteks Vietnam, dan mengusulkan kerangka kerja konseptual yang
terdiri dari tiga faktor tingkat kelembagaan tertentu yang berpotensi
mempengaruhi sifat CSR di Vietnam. Faktor-faktor kontekstual ini termasuk
tradisi, pemerintahan politik dan modernitas. Selain menekankan konteks di
mana CSR dikonseptualisasikan dan dipraktekkan, makalah ini juga membangun
landasan teoritis yang membantu dalam pengembangan perdebatan CSR,
khususnya parameter yang mempengaruhi konseptualisasi CSR (Pemikiran CSR)
dan implementasi CSR (perlakuan CSR) di Vietnam.
Pandangan kelompok kami mengenai journal tersebut bahwa penelitian ini
mengkaji tentang teori – teori CSR yang ada untuk diterapkan di negara
berkembang seperti Vietnam. Penelitian ini bertujuan untuk membantu pihak –

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 11


pihak yang berwenang di Vietnam agar lebih memahami bagaimana lingkungan
bisnis dalam membuat keputusan CSR yang lebih efektif. Hal ini menurut kami
adalah penelitian hal yang baik agar CSR benar – benar diterapkan sebagai
tanggung jawab social perusahaan yang nyata untuk masyarakat dan lingkungan
disana.

2. The New CSR Regulation in India: The Way Forward -- Peraturan CSR Baru di
India: Langkah ke Depan
Makalah ini berusaha untuk memahami pertumbuhan CSR di India dan
nuansa Peraturan CSR baru bersama dengan penekanan pada bagaimana
kemitraan publik swasta melalui kerja LSM dapat membantu dalam pertumbuhan
praktik CSR di India.
Pemerintah India telah mengadopsi strategi pertumbuhan inklusif untuk
melaksanakan CSR melalui sektor korporasi. Parlemen India mengesahkan RUU
legendaris yang membuat kewajiban CSR untuk perusahaan. Peraturan tersebut
mengharuskan perusahaan dengan ukuran tertentu untuk selalu menghabiskan
2% dari keuntungan mereka terhadap kegiatan CSR. Secara khusus peraturan itu
menyatakan sebagai berikut:
 Semua perusahaan dengan pendapatan lebih besar dari Rs. 1000 Cr ($
200M) atau laba 5 Cr ($ 1M) harus menghabiskan 2% dari rata-rata dari 3
tahun keuntungan terakhir, terhadap aktivitas CSR
 Dewan harus menunjuk komite CSR 3-anggota (termasuk satu Direktur
Independen) untuk meratifikasi keputusan tentang pembelanjaan
 Biaya karyawan tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran CSR
 Pengentasan kemiskinan, perawatan kesehatan, pendidikan dan usaha
bisnis sosial semuanya dimasukkan sebagai bidang investasi potensial
 Jika pembelanjaan tidak dilakukan pada tahun itu, komite CSR harus
menyampaikan penjelasan mengapa hal itu terjadi tidak dikenakan sanksi.
Dengan berlakunya RUU ini India telah membawa CSR dari “ruang
belakang ke ruang rapat”. Menunjukkan kemampuannya untuk bersaing dengan
beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk
mengamanatkan pengeluaran semacam ini untuk dunia usaha. Sesuai Bagian 135
dari RUU Perusahaan, "fungsi komite CSR adalah untuk merumuskan dan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 12


merekomendasikan Kebijakan CSR yang akan menunjukkan kegiatan yang akan
dilakukan oleh perusahaan sebagaimana ditentukan dalam Jadwal VII dari
RUU". Selain itu, komite juga harus merencanakan jumlah yang harus
dikeluarkan untuk kegiatan yang ditentukan dalam kebijakan CSR dan
mengawasi kebijakan dari waktu ke waktu. Dewan perusahaan bertanggung
jawab untuk mengadopsi kebijakan CSR sebagaimana direkomendasikan oleh
komite dan untuk memastikan kegiatan yang dimandatkan dilakukan. Selain itu,
Dewan harus memastikan bahwa proyek yang dipilih oleh mereka untuk
membelanjakan jumlah yang dialokasikan untuk CSR seharusnya bukan yang
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, bukan yang menguntungkan
masyarakat dan komunitas lokal.
Pandangan kelompok kami mengenai jurnal tersebut adalah bahwa
penelitian ini menerbitkan sesuatu yang baik tentang pembaharuan kerangka
hukum untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan menyelaraskan
dengan standar bisnis internasional dalam hal ini yaitu CSR di India, dimana hal
ini bertujuan untuk mendorong perusahaan – perusahaan di India lebih berperan
aktif dan berkontribusi langsung ke masyarakat, ini juga menghadirkan peluang
bagi LSM dan organisasi social untuk menjalin kemitraan yang lebih besar
dengan dunia usaha dimasa mendatang.

3. Corporate Social Responsibility during the Economic Crisis. The Case of the
Romanian Companies -- Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Selama Krisis
Ekonomi. Studi Kasus Perusahaan – perusahaan di Romania
Mengasumsikan kegiatan CSR terbukti menjadi upaya yang diperlukan,
tetapi tidak cukup, dalam situasi risiko sistemik, ketika ketidakseimbangan utama
mempengaruhi lingkungan ekonomi makro. Dalam konteks ini, perusahaan-
perusahaan Rumania telah memahami kebutuhan - baik dalam hal deontologis
dan pragmatis - untuk mempertahankan dan mengkonsolidasikan implikasinya
dalam proyek-proyek sosial, terutama di masa krisis ekonomi. Perubahan
mendasar bahwa krisis membawa implikasi CSR, kecuali kesadaran yang
menyeluruh mempertimbangkan potensi tindakan yang bertanggung jawab
secara sosial, diwakili oleh pergeseran dari kegiatan filantropis dan donasi tunai
sederhana ke tindakan CSR yang lebih strategis terkoordinasi, terkait dengan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 13


bisnis inti perusahaan kegiatan. Tren ini adalah salah satu yang harus ditekankan
dan dikembangkan di masa depan, agar perusahaan dan masyarakat mendapatkan
keuntungan yang signifikan.
Menurut pandangan kelompok kami tentang jurnal tersebut adalah untuk
mengidentifikasi hubungan yang ada antara tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) dan krisis ekonomi saat ini, dengan berfokus pada pengalaman perusahaan
– perusahaan di Rumania. Setelah mendefinisikan secara singkat konsep CSR,
jurnal ini menyajikan hubungan yang disebutkan di atas dari tiga perspektif:
kurangnya etika sebagai penyebab krisis ekonomi, ancaman CSR dalam periode
krisis dan peluang CSR dalam periode krisis.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 14


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai CSR dan Etika Bisnis dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Program CSR (Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Artinya, Perusahaan tidak hanya memiliki
tanggung jawab ekonomi dan hukum (pemegang saham), tetapi juga tanggung jawab
kepada pihak lain (stakeholder) dalam menjalankan bisnisnya. Ide yang mendasari
Corporate Social Responsibility (CSR), sering dianggap sebagai inti dari etika,
kewajiban bisnis perusahaan di samping tugas hukum dan ekonomi, adalah untuk
mencapai tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Pelaksanaan program CSR yang hanya didasarkan pada proses pencitraan
perusahaan dan asas taat pada peraturan pemerintah tidak memenuhi syarat moral.
3. Perusahaan yang melaksanakan CSR nya tidak dilandasi oleh tendensitendensi
tertentu, mereka hanya bertindak demi untuk kewajibannya semata-mata. Tindakan
yang semata-mata karena kewajiban inilah yang menurut Kant dikatakan sebagai
Imperatif Kategoris, disini kehendak dan hukum adalah satu. Inilah yang disebut
Kant sebagai “budi praktis yang murni” (reine praktische vernunft). Disini tidak
diperlukan alasan atau syarat apapun bagi pelaksanaannya. Imperatif kategoris inilah
yang dipandang Kant sebagai azas kesusilaan yang transcendental. Keharusan yang
transcendental dan amat kokoh ini mewujudkan inti segala persoalan etis. Keharusan
ini bersifat mutlak, tidak memperhatikan selera suka-tidak suka, menguntungkan
atau tidak menguntungkan. Ketika perusahaan mampu melaksanakan CSR nya demi
untuk kewajibannya semata-mata, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan itu telah
bertindak etis.

3.2 Saran
Penelitian ini hanya memaparkan secara konsep teoritis dan pandangan tokoh
filsafat moral, akan lebih bermakna kalau penelitian ini lebih realistic dengan meneliti

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 15


perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan program CSR nya dengan pendekatan
kualitatif maupun kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K, (2000) Pengantar Etika Bisnis: Edisi Revisi, Kanisius, Yogyakarta


Fauzan (2011) Corporate Social Responsibility dan Etika Bisnis (Perspektif Etika Moral
Immanuel Kant), Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Eknomi Universitas
Kanjuruhan Malang
Iamandi Irina (2009) Corporate Social Responsibility during the Economic Crisis. The
Case of the Romanian Companies: The Bucharest Academy of Economic Studies
Khandelwal Ruchi & Bakshi Swarna (2014) The New CSR Regulation in India: The Way
Forward: Faculty Amilty Business Scholl, UP
Nguyen Minh, Bensemann Jo & Kelly Stephen (2018) Corporate social responsibility
(CSR) in Vietnam: a conceptual framework, International Journal of Corporate
Social Responsibility

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan | 16

Anda mungkin juga menyukai