BAB I
PENDAHULUAN
5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi
perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
CSR bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR
adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis.
Maka,bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba , tapi juga sebagai sebuah
institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesadaran sosial terhadap
lingkungan sekitar.
Ada enam kecenderungan utama, yang semakin menegaskan arti penting
CSR, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Makin gencar sorotan kritis dan resistensi publik, bahkan bersifat anti
perusahaan.
5)
6)
millennium baru.
Tak heran, CSR telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering
diperdebatkan dengan pendekatan nilai-nilai etika, dan memberi tekanan yang
semakin besar pada kalangan bisnis untuk berperan dalam masalah-masalah sosial,
yang akan terus tumbuh. Isu CSR sendiri juga sering diangkat oleh kalangan bisnis,
manakala pemerintahan nasional di berbagai negara telah gagal menawarkan solusi
terhadap berbagai masalah kemasyarakatan
Namun, upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa hambatan. Dari
kalangan ekonom sendiri juga muncul reaksi sinis. Ekonom Milton Friedman,
misalnya, mengritik konsep CSR, dengan argumen bahwa tujuan utama perusahaan
pada hakikatnya adalah memaksimalkan keuntungan (returns) bagi pemilik saham,
dengan mengorbankan hal-hal lain. Ada juga kalangan yang beranggapan, satusatunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan proyek-proyek yang bersifat
sosial adalah karena memang ada keuntungan komersial di baliknya. Agar
mengangkat reputasi perusahaan di mata publik atau pemerintah. Oleh karena itu,
para pelaku bisnis harus menunjukkan bukti nyata bahwa komitmen mereka untuk
melaksanakan CSR bukanlah main-main. Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap
pelaku bisnis juga bervariasi, tergantung pada sifat (nature) perusahaan
bersangkutan, dan sulit diukur secara kuantitatif.
1.2.2
1.2.3
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penyusunan makalah ini
antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR).
BAB II
PEMBAHASAN
(2007), buku Corporate Social Responsibility dari A.B. Susanto (2007), dan beberapa
buku lainnya.
a)
socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse
stakeholder interest. [Suatu bisnis dikatakan telah melaksanakan tanggungjawab
sosialnya jika keputusan-keputusan yang diambil telah mempertimbangkan
keseimbangan antar berbagai pemangku kepentingan yang berbeda-beda.]
Jika dilihat dari beberapa definisi CSR diatas, tampak bahwa secara umum
CSR adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai
kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Atau corporate social reponsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia
bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
kehidupan di bumi ini. Bila bumi ini dirusak maka seluruh bentuk kehidupan di bumi
akan terancam musnah. Bila tidak ada kehidupan, bagaimana mungkin akan ada
perudahaan yang masih bertahan hidup?
Menurut Philip Kotler, ada enam program CSR yang mungkin untuk
dijalankan sebuah perusahaan:
1)
program CSR tertentu dengan cara menyumbangkan dana dari hasil penjualan
produk perusahaan, biasanya dilakukan untuk jenis produk tertentu dan untuk
periode tertentu saja.Contoh,Avon and The Avon Foundation mendukung program
kampanye kanker payudara tentang penyebab dan penangulangannya
3)
CSR yang sifatnya kampanye perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik atau
lebih baik seperti, peningkatan kesehatan masyrakat, keselamatan kerja, kerusakan
lingkungan dan lain-lain. Bisa dilakukan sendiri atau mencarimitra yang mempunyai
kepedulian yang terhadap isu yang sama. Contoh, The Home Depot
mengkampanyekan dan memberikan petunjuk mengenai bagaimana menghemat
pengunaan air melalui brosur,pelatihan dan lain-lain.
4)
memberikan bantuan langsung, baik dana maupun tenaga terhadap isu sosial
tertentu.Contoh, Microsoft memberikan bantuan uang tunai dan software gratis
kepada sekolah-sekolah
5)
isu tertentu dengan cara memberikan bantuan tenaga sukarela yang diperlukan
dalam program CSR tersebut. Contoh, IBM memberikan bantuan dengan cara
memberikan pelatihan tentang komputer kepada siswa.
6)
CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk dalam kategori
ini.
anggaran CSR-nya relatif tinggi. Layak disebut perusahaan dermawan atau baik
hati.
CSR yang tinggi. Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi
jelas, sekedar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi
dan CSR sebagai hal kurang bermanfaat bagi perusahaan.
CSR menjadi tradisi baru dalam dunia usaha di banyak negara. Meskipun
sesungguhnya memiliki pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama lain yang
memiliki kemiripan atau bahkan ientik dengan CSR ini antara lain investasi Sosial
Perusahaan (Corporate Social Investment/Investing), kedermawanan Perusahaan
(Corporate Philanthropy), Relasi kemasyarakatan perusahaan (Corporate
Community Relations), dan pengembangan Masyarakat (Community Development).
Dengan perkembangan yang begitu pesat itu telah melahirkan 2 metode
dalam memperlakukan CSR, yaitu :
2.3
bagi siswa berprestasi dan siswa tidak mampu, magang atau job training, studi
banding,peningkatan ketrampilan, pelatihan dan pemberian sarana pendidikan.
dengan sila-4,
perekonomian,
melalui kegiatan pemberian kredit bagi masyarakat yang ingin melakukan kegiatan
ekonomi seperti (KUR)
taraf hidup masyarakat maju maka daya beli masyarakat juga akan bertambah hal
ini yang akan menjadi bertambahnya penghasilan bagi perusahaan.
perusahaan;
kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan etis di mata
publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty. The Body Shop dan BP
(dengan bendera Beyond Petroleum-nya), sering dianggap sebagai memiliki
image unik terkait isu lingkungan.
bertanya tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka memutuskan
menerima tawaran. Bagi staf lama, CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi
dan dedikasi dalam bekerja.
mendorong pemerintah dan publik memberi ijin atau restu bisnis. Karena
dianggap telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat luas.
mendukung penerapan CSR dan CD maka sikap protes bahkan demonstrasi dari
masyarakat harus dihadapi oleh manajemen perusahaan.
Ini lebih jauh sebagaimana dikatakan oleh Chairil N. Siregar Investor juga
ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaannya memiliki
citra yang baik di mata masyarakat umum. Dengan demikian, apabila perusahaan
melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan, sehingga perusahaan
akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, program CSR lebih tepat apabila
digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu
perusahaan.
Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep Piramida Tanggung jawab Sosial
Perusahaan yang dikembangkan Archie B. Carrol memberikan justifikasi logis
mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat di
sekitarnya.
a.
b.
c.
laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi
kontribusi yang dapat dirasaka secara langsung oleh masyarakat.
2.4
CSR yang dijalankan akan ditentukan oleh tingkat kesadaran para pelaku bisnis
dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang
dimiliki oleh seseorang yaitu, tingkat kesadaran hewani, tingkat kesadaran
manusiawi, dan tingkat kesadaran transedental. Mereka yang masih berkeberatan
dengan program CSR ini dapat dikatakan bahwa mereka masih mempunyai tingkat
kesadaran hewani,dan masih menganut teori etika egoisme. Program CSR akan
berjalan efektif bila para pihak yang terkait dalam bisnis (oknum pengelola,
pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai tingkat kesadaran manusiawi atau
transedental, serta menganutteori-teori etika dalam koridor utilitarianisme,
deontologi, keutamaan, dan teonom.
Lawrence, Weber, dan Post (2005) melukiskan tingkat kesadaran ini dalam
bentuk tingkat keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam
beberapa tingkatan hubungan, yaitu : inactive, reactive, proactive, dan interactive.
1.
para pemangku kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling
menghormati, saling memercayai, dansaling menguntungkan.
pada perbedaan kesadaran dan ruang lingkup keterlibatan. Berikut cirri-ciri yang
membedakannya.
Ciri-
Prinsip Amal
Prinsip Pelayanan
Defini
Bisnis seharusnya
ciri
si
mempertimbangkan semua
yang memerlukan
Tipe
Aktivitas
Filantropi korporasi :
ketergantungan perusahaan
dengan masyarakat;
Menyeimbangkan kepentingan dan
kebutuhan semua ragam kelompok
di masyarakat.
Conto
h
Mendirikan yayasan
menanggulangi masalah
menggunakan pendekatan
strategis perusahaan.
memerlukan
Menurut Parsons (1961) teori CSR dan pendekatan terkait difokuskan pada
salah satu aspek berikut realitas sosial: ekonomi, politik, integrasi sosial dan etika
yang dapat diamati dalam sistem sosial.
1.
merupakan instrumen untuk penciptaan kekayaan dan bahwa ini adalah tanggung
jawab sosialnya. Hanya aspek ekonomi dari interaksi antara bisnis dan masyarakat
dianggap. Jadi setiap kegiatan sosial yang seharusnya diterima jika, dan hanya jika,
itu konsisten dengan penciptaan kekayaan. Teori ini disebut Teori berperan karena
mereka memahami CSR sebagai sarana hanya untuk akhir keuntungan.
2.
dan masyarakat tertanam dengan nilai-nilai etika. Hal ini menyebabkan visi CSR
dari perspektif etika dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus menerima
tanggung jawab sosial sebagai kewajiban etis atas pertimbangan lainnya.
2.6
INDONESIA
Untuk mengukur dan melihat keberhasilan penerapn CSR pada suatu
perusahaan ada beberapa indikator yang dapat kita jadikan acuan. Menurut Dody
Prayoga ada 5 indikator keberhasilan CSR yang dapat dilihat, yaitu :
a.
Secara umum, keberhasilan CSR dapat dilihat dari capaian nilai etika
yang dikandungnya yaitu turut menegakkan social justice, sustainability dan equity.
b.
Keterlibatan langsung
b.
c.
d.
2.7
Secara konsep kita bisa menemukan hubungan yang erat antara CSR
dengan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pembangunan ekonomi
berkelanjutan merupakan suatu keinginan membangun tatanan ekonomi
masyarakat yang bersifat makmur dan sejahtera, aman serta sentosa. Dengan
mengedepankan konsep pembangunan ekonomi yang terencana dan konsisten.
Pengertian terencana di sini ditujukan untuk menempatkan pembangunan
tetap berada pada fokus yang diinginkan sehingga target pembangunan tetap
berada pada fokus yang diinginkan sehingga target diperolehnya kondisi
masyarakat yang makmur dan sejahtera, aman serta sentosa akan tercapai. Karena
suatu pekerjaan tanpa rncana akn membuat pekerjaan tersebut berlangsung tanpa
arah dan kendali. Dan kita harus mengakui jika konsep pembangunan Repelita
(rencana pembangunan lma tahun) seperti yan pernah di konsep pada masa orde
baru memiliki sitem pekerjaan yang benarbenar terfokus dalam target-target yang
haru terlaksana.
Dan CSR jika dikaji memiliki hubungan yang erat dalam mendorong
terciptanya pembangunan ekonomi yang sustainable. Menurut dyah pitaloka bahwa
terdapat tiga pilar penting untuk merangsang pertumbuhan CSR yang mampu
mendorng pembangunan ekonomi berkelanjutan.
bersikap acuh tak acuh terhadap protes warga, dan kasus serupa seperti ini juga
terjadi diberbagai tempat lain di Indonesia.
Selama ini kontrak yang dibuat hanya kesepakatan dengan pihak investor
dan pemerintah saja tanpa melibatkan masyarakat setempat. Sementara pada saat
ini dengan perangkat teknologi yang begitu modern menyebabkan setiap informasi
bersifat direct information (informasi langsung). Masyarakat bisa dengan cepat
merasakan perubahan yang terjadi dengan cepat. Dan kondisi ini membuat
masyarakat mempertanyakan hak-hak sosial mereka yang tidak terpenuhi, atau
yang dikenal dengan social justice.
Dan social justice tidak akan bisa diperoleh sebelum mereka memperoleh
social contract terlebih dahulu sebagai bentuk keinginan untuk membangun
kesejahteraan bersama dengan keterlibatan masyarakat secara penuh. Ini dapat
diartikan jika social contract berupaya mewujudkan terciptanya pemerataan
kesejahteraan atau distribution of welfare.
Penafsiran distribution welfare di sini dipahami sebagai perhatian dari pra
pemilik kekayaan kepada masyarakat yang dianggap layak untuk menerimanya,
termasuk pihak perusahaan dengan masyarakat. Dengan konsep hubungan
(relationship) tersebut diharapkan keharmonisan manajemen perusahaan dengan
masyarakat terputuskan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan yan seimbang.
Masyarakat adalah dalam perspektif ini disebut dengan stakeholders dan para
pemegang saham disebut dengan stockholders.
Stockholders adalah mereka yang memiliki sejumlah dana yang dititipkan
pada perusahaan untuk dikelola dan diberikan keuntungan, seperti dalam bentuk
saham (stock). Sementara stakeholders ada banyak jenis, seperti supplier
(pemasok), mitra bisnis, kreditur, pemerintah, karyawan perusahaan, konsumen,
dan masyarakat. Dalam perspektif ini masyarakat juga terbagi dua, yaitu:
a.
b.
sebelumnya. Adapun yang dimaksud sirkuler oleh Schumpeter di sini adalah suatu
produksi barang dan jasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan
untuk terus dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Dan kemiskinan itu sendiri bisa disebabkan oleh berbagai sebab, shingga
akhirnya muncul teori kemiskinan untuk menjelaskannya. Secara konseptual, ada
beberapa teori yang dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya kemiskinan:
perspektif budaya kemiskinan, yakni perspektif fungsionalis, konfliik, dan
interaksionis. Bagi sebagian orang kemiskinan malah dilihat sebagai sesuatu yang
menguntungkan, dan pensapat ini umumnya berlaku bagi golongan kaya yang tidak
peduli pada usaha-usaha pengentasan kemiskinan. Serta lebih jauh mereka
beranggapan jika kemiskinan memiliki banyak fungsi.
Terdapat sedikitnya dua belas fungsi kemiskinan bagi kelompok kaya, yakni:
1.
pekerjaan bagi pekerja sosial dan pegawai organisasi non pemerintah yang
membrikan penyuluhan dan pelayanan bagi kelompok miskin.
4.
5.
jual.
7.
kaum miskin telah dikeluarkan dari kompetisi untuk memperoleh pendidikan dan
pekerjaan yang baik.
8.
politik serta berfungsi sebagai calon pemilih bagi kelompok politik lain.
11.
masyarakat untuk membuat mereka merasa lebih baik dengan kondisi mereka.
Jika kita kembali kepada konsep pokok CSR, maka berdasarkan pendpat dari
Doddy Prayogo mengatakan, jiak diperas substans pokoknya, CSR terdiri atas dua
hal yakni komitmen dan tindakan (action) korporasi. Dengan kata lain jika
korporasi tidak memiliki komitmen yang kuat untuk mengentaskan kemiskina
kmaka kita tidak perlu berharap akan ada tindakan. Dan menurut pendapat banyak
pihak sebuah perusahaan untuk mewujudkan komitmen CSR harus didesak atau
ditekan agar ia mau melaksanakannya. Salah satu pihak yang bisa menekan ini
adalah NGO (Non Goverment Organization), serta beberapa lembaga swadaya
masyarakat lainnya. Beberapa bukti keberhasilan NGO dalam mendukung
pengentasan kemiskinan telah menunjukkan buktinya selama ini. Namun persoalan
yang sering timbul jika NGO bekerja bersifat kontemporer, dan mereka juga
memiliki funding (donator) sementara donatur tersebut juga dalam mengambil
keputusan sangat tergantung berdasarkan situasi dan kondisi yang terjadi.
Tahapan/Paradigma
M
otivasi
kariati
f
Se
mangat/p
Agama
, tradisi, adat
rinsip
filantropis
Kewargaan
Norma, etika
dan hukum
rekonsilisasi dengan
universal:
keterlibatan sosial
redietribusi
kekayaan
Mi
si
Menga
tasi masalah
itu
kepada masyarakat
Jangka
Terencana,
pendek dan
terorganisasi,
parsial
terprogram
Pe
ngorganis
sesama
Mencari dan
sesaat/ saat
Pe
ngelolaan
Menolong
Kepani
tiaan
Yayasan/dan
a abadi
Terinternalisasi
dalam kenijakan perusahaan
Professional:
keterlibatan tenaga-tenaga
asian
ahli dibidangnya
Pe
nerima
manfaat
Orang
miskin
Masyarakat
luas
Ko
ntribusi
Hibah
sosial
Hibah
pembangunan
In
spirasi
Kewaji
ban
kemanusiaa
n
Kepentingan
bersama
2.8
(ISO)
Dalam aktivitas bisnis yang semakin kompleks perusahaan saat ini dituntut
untuk harus memiliki setifikasi yang sesuai dengan yang diinginkan, seperti
memiliki standar ISO dan sejenisnya. Seperti kepemilikan sertifikat ISO 9001 untuk
sistem manajemen berkualitas (Quality Management System) dan ISO 14001 untuk
sistem manajemen lingkungan (Environment Management System).
Oleh karena itu, solusi yang harus dilakukan oleh para manajer perusahaan
khususnya bagian produksi adalah menyiapkan diri memiliki ISO sesuai dengan
yang dibutuhkan, dengan tujuan agar pada saat penciptaan produk atau pada saat
kegiatan yang menyangkut dengan tender proyek dilakukan syarat-syarat tersebut
telah terpenuhi.
Kondisi ini semakin mendesak jika kita melihat era globalisasi sekarang ini,
dimana kompetisi dan persaingan semakin ketat. Setiap negara dan perusahaan
berusaha menampilka keunggulan da keunikan produk yang dimilikinya, dan bagi
mereka yang tidak mampu berkompetisi akan tersisih di pasaran, bahkan di
pasaran domestik pun produknya menjadi sesuatu yang kurang laku terjual.
Menjadi suatu petanyaan serius bagi kita mengapa sedikit produk dari
Negara Indonesia yang mampu menembus pasar Eropa dan Amerika khususnya.
Seperti misalnya produk food and beverage (makanan dan minuman). Dari hasil
diskusi dan pendapat para ahli bahwa ini terjadi karena produk food and beverage
dari Negara Indonesia belum memiliki standar ISO sesuai dengan yan gdiinginkan
oleh masyarakat Amerika dan Eropa. Namun yang harus diingat jika sekali saja kita
bisa menembus pasar mereka maka selanjutnya pasanan akan terus datang, dan
lebih jauh ekspor serta devisa akan ikut mengalami peningkatan.
Uraian
Sumber: Buchari Alma, 2009, Pengantar Bisnis, Alfabeta, Bandung, hlm. 58.
Dan berbagai sumber lain yang dianggap relevan.
Lebih jauh dalam penerapan ISO dikenal dengan ISO 14000 tentang sistem
manajemen lingkungan (environment management system). Mengenai ISO 14000
Jay Heizer dan Barry Render mengatakan , ISO 14000 is an environmental
management standard that contains five core elements:
1)
Environmental management,
2)
Auditing,
3)
Performance avaluation,
4)
Labeling, and
5)
Life-cycle assessment
Karena pada era sekarang ini organisasi bisnis yang memiliki ISO 14000
dianggap memiliki kepedulian yang tinggi pada lingkungan, apa lagi jika kita
melihat banyaknya perusahaan yang telah ikut serta mencemari lingkungan dan
telah turut mempengaruhi rusaknya ekosistem kehidupan. Dalam bidang teknologi
dikenal dengan ISO/IEC 27002 adalah standar keamanan informasi yang di
2.9
2)
Pengendalian proses.
3)
produk sejenis.
5.
1.
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan &
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan & kewajaran.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (4): Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial &
2.
b.
c.
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi
yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
1.
peringatan tertulis;
b.
c.
d.
2.
atau
oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
CSR merupakan kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan berupa kepedulian dan perhatian pada
komunitas sekitarnya. Pandangan perusahaan terhadap kewajiban tersebut
berbeda-beda. Mulai dari anggapan sekedar basa-basi atau suatu keterpaksaan,
hanya untuk pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan berdasarkan asas
kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dapat
diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang penerapannya harus
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat penerima CSR.
CSR memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejarterakan
masyarakat dan melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi
perusahaan pelakunya. Investasi bagi perusahaan dapat berupa jaminan
keberlanjutan operasi perusahaan dan pembentukan citra positif perusahaan.
Manfaat ini dapat diperoleh apabila perusahaan menerapkan CSR atas dasar
kesukarelaan, sehingga akan timbul hubungan timbal balik antara pihak perusahaan
dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan secara sukarela membela
keberlanjutan perusahaan tersebut dan memberikan persepsi yang baik pada
3.2 SARAN
Berdasarkan pada pembahasan CSR di makalah ini, maka :
baik dengan komunitas sekitar, agar penerapan CSR tepat pada sasaran yang
diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Irham Fahmi, 2014, Etika Bisnis (teori, kasus, dan solusi), Bandung, Alfabeta
http://achmadsaerozi.wordpress.com/2011/10/17/corporate-socialresponsibility-csr/
http://bisnisgroup.wordpress.com/2008/10/10/tindakan-dari-corporate-socialresponsibility-yang-dilakukan-oleh-perusahaan-indosat/
http://sumurung.wordpress.com/2009/02/24/csr-dan-undang-undang-no40tahun-2007-tentang-perseroan-terbatas/