Anda di halaman 1dari 7

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Pada PT Pharos, Indonesia.

PENDAHULUAN
Dalam dunia bisnis etika memiliki peran penting bagi perjalanan organisasi bisnis.
Bisnis merupakan aktivitas yang memerlukan tanggung jawab moral dalam pelaksanaannya,
sehingga etika dalam praktik bisnis memiliki hubungan yang erat. Bisnis tanpa etika akan
membuat praktik bisnis menjadi tidak terkendali dan justru merugikan tujuan utama dari bisnis
itu sendiri.Etika dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia bisnis. Etika menuntut
agar seseorang melakukan ajaran moral tertentu karena ia sadar bahwa hal itu memang
bermanfaat dan baik bagi dirinya dan orang lain (K eraf,1998).
Etika bisnis adalah perwujudan dari nilai-nilai moral. Hal ini disadari oleh sebagian
besar pelaku usaha, karena mereka akan berhasil dalam usaha bisnisnya jika menjalankan
prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi penegakan etika bisnis penting, hal tersebut memiliki makna
bahwa dalam menegakkan persaingan usaha haruslah sehat dan kondusif.
prinsip-prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf ( 1998) yang dapat digunakan dalam
proses pengambilan keputusan :
1. Prinsip kejujuran
Kejujuran adalah prinsip dasar yang merupakan kunci kesuksesan sebuah bisnis.Tanpa
dilandasi prinsip kejujuran dalam semua aktivitasnya maka sebuah bisnis tidak akan mampu
bertahan dalam jangka panjang. Relevansi prinsip kejujuran ini adalah dalam hal pemenuhan
syarat‐syarat perjanjian dan kontrak, dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding serta dalam hubungan kerja intern suatu perusahaan.
2. Prinsip otonomi
Dalam prinsip otonomi seseorang dituntut untuk mempunyai sikap dan kemampuan dalam
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri dengan tepat serta bisa
mempertanggungjawabkan keputusan tersebut. Pelaku usaha yang otonom mempunyai
kesadaran penuh atas apa yang menjadi kewajibannya dalam bisnisnya. Dia sadar dan tahu
akan tindakannya, bebas dalam melakukan tindakannya, dan bertanggung jawab atas
tindakannya, baik terhadap diri sendiri maupun kepada pihak lain yang terkait. Perusahaan
yang mempunyai prinsip otonomi bebas mengambil keputusan berdasarkan visi dan misinya
tanpa bergantung kepada pihak lain sekaligus tidak bertentangan dengan pihak lain.

3. Prinsip keadilan
Dalam prinsip keadilan, semua pihak terkait yang memberikan kontribusi langsung atau tidak
langsung terhadap keberhasilan bisnis, akan mendapatkan perlakuan yang sama dan adil. Adil
berarti sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai hak masing-masing serta dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan prinsip keadilan maka tidak boleh ada pihak yang dirugikan
hak dan kepentingannya.
4. Prinsip saling menguntungkan
Pada prinsip saling menguntungkan menuntut agar kegiatan bisnis yang dijalankan bisa
menguntungkan semua pihak. Hal terpenting bahwa prinsip ini bisa mengakomodasi hakikat
dan tujuan bisnis, di mana pelaku usaha ingin mendapat keuntungan. Di isisi lain konsumen
juga ingin mendapat barang atau jasa berkualitas yang memuaskan.
5. Prinsip integritas moral
Dalam prinsip ini pelaku usaha dituntut untuk menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya dan nama baik perusahaannya. Prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan internal
pelaku usaha dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dapat dipercaya
masyarakat. Penerapan prinsip ini harus dilakukan semua pihak, mulai dari pemilik, karyawan
hingga manajemen.
Prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi indikator untuk perusahaan yang melakukan
usahanya sesuai etika bisnis. Salah satu prinsip yang tidak terpenuhi mengindikasikan adanya
pelanggaran etika bisnis. Bertens (2013) mengemukakan tiga ukuran moralitas dalam bisnis
yang dapat digunakan untuk mengukur sudut pandang moral dan prinsip integritas moral, yaitu:
1. Hati nurani; Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah baik. Orang yang
mengambil keputusan dengan mengingkari hati nuraninya, secara tidak langsung dia juga
menghancurkan integritas pribadinya

2. Kaidah emas; Kaidah emas berbunyi “hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana anda
sendiri ingin diperlakukan” hal ini berarti, jika seseorang tidak ingin mendapat perlakuan
buruk, maka jangan sampai memperlakukan orang lain dengan buruk.

3. Penilaian umum; Perilaku bisnis yang oleh masyarakat umum dinilai baik, berarti bisnis
tersebut etis. Namun, jika masyarakat umum menilai bisnis tersebut tidak baik, berarti bisnis
tersebut tidak etis. Hal ini disebut juga audit sosial. Teori etika membantu dalam menentukan
penilaian etis atau tidaknya suatu perilaku. Alasan benar atau tidaknya perilaku yang dilakukan
seseorang dapat didukung dengan teori etika.
TOPIK PEMBAHASAN

BPOM Hentikan Peredaran Albothyl, Pelanggaran Etika


Berbisnis?
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Kamis (15/2/2018) meminta masyarakat
menghentikan pemakaian produk Albothyl yang didistribusikan oleh PT Pharos, Indonesia.

BPOM turut menginstrusikan kepada PT Pharos Indonesia untuk menarik obat tersebut dari
pasaran. Albothyl dihentikan sementara izin edarnya hingga indikasi yang diajukan disetujui
oleh BPOM. Ini berarti, Albothyl dilarang dipakai sebagai hemostatik dan antiseptik saat
pembedahan; serta penggunaan pada kulit, telinga, hidung, dan tenggorokan(THT), sariawan,
dan gigi. Keputusan tersebut diambil BPOM setelah mendapat 38 aduan dari profesional
kesehatan tentang efek samping penggunaan Albothyl.

Selama dua tahun terakhir, masyarakat mengeluhkan timbulnya efek samping seperti
sariawan yang membesar dan berlubang, hingga timbulnya infeksi. Kandungan policresulen
dalam Albothyl menjadi pemicu munculnya efek samping tersebut.

Selain PT Pharos Indonesia, BPOM juga menyuruh industri farmasi lain untuk menarik
produk yang juga menggunakan policresulen dalam bentuk sediaan cairan obat luar
konsentrat dari peredaran.

Menanggapi berita tersebut, PT Pharos Indonesia selaku pemegang izin edar Albothyl akan
mengikuti instruksi dari BPOM. Melalui surat resmi yang diterima Kompas.com, PT Pharos
Indonesia menyatakan kesediaan untuk menarik produk Albothyl dari pasaran.

"Kami menghormati keputusan Badan POM yang membekukan izin edar Albothyl hingga
ada persetujuan perbaikan indikasi," tulis Ida Nurtika, Direktur Komunikasi PT Pharos
Indonesia, pada Jumat (16/2/2018) di Jakarta. PT Pharos Indonesia akan segera menarik
produk Albothyl dari seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya juga akan terus berkoordinasi
dengan BPOM. Merek Albothyl sendiri, sebut Ida dalam suratnya, merupakan lisensi dari
Jerman yang telah dibeli oleh perusaahan Takeda, Jepang. Albothyl telah diedarkan di
Indonesia selama lebih dari 35 tahun.

Dari kasus penarikan produk Albothyl ini dari pasaran, tentunya sangat memprihatinkan
mengingat banyaknya pasien yang telah dirugikan. Tapi kita tidak perlu juga saling
menyalahkan dan mempertanyakan kompetensi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Berkaca dari kasus Thalidomide, penarikan produk obat karena efek samping yang muncul
meskipun produk tersebut sudah lama beredar di pasaran sangat mungkin terjadi.

Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis dilihat dari
sudut pandang ekonomi yaitu perusahaan di untungkan tetapi banyak orang yang di rugikan
dan perusahaan tidak memenuhi dari prinsip dari etika bisnis yaiu prinsip kejujuran.
Perusahaan tidak terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis dan Mengenyampingkan aspek
kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya

Banyaknya kasus pelanggaran di dalam etika berbisnis membuat kita sadar bahwa masih
banyak nya produsen produsen nakal yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan
dampak apa yang telah diperbuat, pemerintah seharusnya lebih teliti terhadap pengawasan
peredaran barang barang yang beredar dan harus lolos uji seleksi. Dan untuk masyarakat kita
mengajak untuk selalu peduli terhadap apa yang di nilai kurang baik.

Sebaiknya badan pengawas obat dan makanan lebih memperhatikan kembali dan tidak
kecolongan kembali atas kasus yang dinilai merugikan banyak pihak ini, dan selalu tegas dan
menindak oknum nakal nakal tersebut, untuk masyarakat harus lebih selektif dalam pemilihan
barang, untuk yang faham akan bidang nya lebih terbuka dalam membagi informasi berkaitan
dengan apa yang di ketahui nya, saling berbagi manfaat dan ilmu.
ANALISIS
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis dilihat
dari sudut pandang ekonomi yaitu perusahaan di untungkan tetapi banyak orang yang di
rugikan dan perusahaan tidak memenuhi dari prinsip dari etika bisnis yaiu prinsip kejujuran.
Perusahaan tidak terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis dan Mengenyampingkan aspek
kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat berbahaya dalam produknya. Albothyl
yang beredar di pasaran saat ini mengandung zat bernama Policresulen dengan konsentrasi
36%. Policresulen adalah senyawa asam organik (polymolecular organic acid) yang diperoleh
dari proses kondensasi formalin (formaldehyde) dan senyawa meta-cresolsulfonic acid.

Policresulen yang diaplikasikan pada sariawan akan menyebabkan jaringan pada sariawan
menjadi mati. Itulah alasan kenapa saat albothyl digunakan pada sariawan akan terasa sangat
perih, namun kemudian rasa perih hilang dan sakit pada sariawan pun tidak lagi terasa. Bagi
Anda yang pengalaman memakai obat ini mungkin akan menyaksikan sendiri sesaat setelah
albothyl digunakan sariawan akan menjadi berwarna putih dan kering. Jadi sebenarnya
policresulen ini tidak mengobati sariawan melainkan mematikan jaringan yang sakit atau rusak
tersebut. Ketika jaringan sariawan sudah mati, maka tubuh akan melakukan regenerasi sel-sel
baru sehingga sariawan menjadi sembuh.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/rizqi19958/5cab2c793ba7f750693aebd2/bpom-hentikan-
peredaran-albothyl-pelanggaran-etika-berbisnis

Anda mungkin juga menyukai