Anda di halaman 1dari 2

1.

Please explain the importance of organizational culture within a company in relevent to the implementation of
business ethics?

Organizational culture atau budaya organisasi merupakan nilai, kepercayaan atau cara yang dianut atau diyakini
pada sebuah perusahaan yang memberikan dampak terhadap lingkungan kerja serta aktivitas yang dijalankan oleh
organisasi tersebut. Budaya organisasi mempengaruhi cara interaksi internal maupun eksternal organisasi
tersebut. Budaya organisasi mewakili kebijakan tertentu yang telah ditetapkan perusahaan untuk memberikan
arahan untuk karyawan tentang peran dan tanggung jawabnya dalam organisasi tersebut.

Terkait dengan implemenasi etika bisnis, budaya organisasi sangat penting karena jika budaya perusahaan tidak
mendukung adanya etika bisini maka karyawan bisa bertindak semena-mena, melenceng dari yang diharapkan
perusahaan. Penerapan etika bisnis menjadi lebih kuat jika memang sejalan dengan budaya organisasi. Jika ada
pertentangan maka penerapan etika bisnis bisa menjadi lemah dan tidak konsisten karena tidak menjadi budaya
atau nilai yang sejalan dengan nilai yang dianut perusahaan. Dengan adanya budaya organisasi maka karyawan
memiliki acuan atau aturan untuk mengimplementasikan etika bisnis.

Untuk membentuk budaya tersebut perusahaan harus memiliki pedoman yang jelas tentang etika bisnis apa yang
harus dilakukan sebagai karyawan perusahaan tersebut. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi pedoman secara
rutin, sistem kontrol yang mencegah orang melakukan pelanggaran etika bisnis, serta penegakan aturan jika ada
karyawan yang terbukti melanggar etika bisnis. Seluruh karyawan perlu memahami bahwa pelanggaran etika
bisnis memiliki konsekuensi yang sangat berat. Dengan demikian, diharapkan karyawan akan berpikir dua kali
sebelum melakukan pelanggaran etika bisnis.

2. Please explain about conflict interest. What does it mean? How does it occur? And how can accompany prevent
from its negative impact?

Konflik kepentingan adalah kondisi dimana individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan dan kewenangan
memiliki kepentingan pribadi atas penggunaan wewenang atau kekuasaan yang dimilikinya sehingga
mempengaruhi dalam kualtias dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, yang bersangkutan
tidak bisa sepenuhnya obyektif namun juga memikirkan kepentingan pribadi/pihak yang terkait dengannya. Konflik
kepentingan dapat terjadi karena ada motif mencari untung, melindungi diri, kedekatan, dan sebagainya. Konflik
kepentingan memicu pelanggaran atas penyalahgunaan wewenag dalam memegang jabatan tertentu.

Untuk menghindari dampak negatif terhadap perusahaan, maka diperlukan sistem pengambilan keputusan yang
prosesnya transparan sehingga fungsi kontrol dan audit dapat berjalan dengan baik. Kemudian perlu ditekankan
dalam budaya dan aturan perusahaan untuk menghindari konflik kepentingan. Prosedur dalam pengambilan
keputusan harus dibuat dengan benar dan berlapis sehingga dapat menghindari adanya konflik kepentingan.
Karyawan juga perlu ditingkatkan kesadaran akan bahaya dari konflik kepentingan sehingga disarankan lebih baik
menghindarinya dari awal. Jika suatu saat berpotensi terjadi konflik kepentingan, maka perlu menginformasikan
kepada perusahaan sebelumnya.

3. There is a live example of how business ethics in marketing. You all must aware with the recent dispute between
KPAI and Djarum Foundation. Please make a casual research from media and try to answer these questions.
How is this case from business ethics point of view? Is KPAI or Djarum having stronger position and why? What is
lesson learn from this case?

Polemik yang terjadi antara KPAI dan Djarum baru-baru ini cukup menarik. Dimana PB Djarum yang berafiliasi
dengan perusahaan rokok PT Djarum dipermasalahkan oleh KPAI karena dianggap adanya eksploitas anak dalam
audisi kejuaraan bulu tangkis dimana atribut yang dipakai dan terpasang dalam acara tersebut mencantumkan
logo, merek dan brand image Djarum yang notabene adalah perusahaan rokok. Menurut KPAI kegiatan tersebut
telah melanggar paling tidak tiga pasal dalam PP 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung
zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Pertama adalah produk rokok tidak boleh mensponsori segala
sesuatu yang melibatkan anak, kedua, tidak boleh menggunakan brand imgae dan logo produk tembagai dan
ketiga, tidak boleh dipublikasikan. KPAI menilai bahwa adanya bentuk promosi brand image rokok yang
memanfaatkan anak-anak. Penggunaan badan anak sebagai iklan juga dianggap eksplitasi dalam UU no 35 tahun
2004.
Dalam sumber lain, menurut WHO dikatakan bahwa iklan rokok dalam bentuk apapun berpotensi meningkatkan
rasa ingin tahu anak muda tentang rokok. Hal ini dianggap dapat membuat anak-anak yang belum terpapar tertarik
dengan rokok dan mengganggap rokok tidak berbahaya. WHO berpendapat bahwa iklan rokok jenis apapun terkati
dengan peningkatan konsumsi rokok di kalangan remaja.

Polemik tersebut terkait dengan etika bisnis PT Djarum. Secara aturan dengan adanya pemasangan logo Djarum
pada kegiatan tersebut menurut saya memang melanggar aturan. Etika bisnis tidak dapat dikesampingkan
meskipun PB Djarum telah banyak berkontribusi dalam dunia bulu tangkis di Indonesia. Aturan tetap perlu dipatuhi
agar kepastian hukum dapat berjalan dengan baik. Secara etika bisnis, seharusnya Djarum tidak memperkenalkan
rokok ke anak-anak di bawah umur. Dengan mengadakan Djarum foundation ataupun PB Djarum, secara tidak
langsung Djarum membuat seluruh lapisan masyarakat mengenal rokok. Menurut pandangan saya, KPAI memiliki
posisi yang lebih kuat karena mempunyai kepentingan untuk perlindungan anak dari bahaya merokok dan ada
aturan tertulis yang kuat sebagai dasar protes KPAI kepada Djarum. Adapun terkait kontribusi Djarum yang besar
selama ini dalam dunia bulu tangkis, solusi terkahir yang diambil sudah cukup baik dimana ada jalan tengah, audisi
bulu tangkis tetap berjalan namun tidak menggunakan logo, merek dan brand image Djarum.

Jika dilihat dari program-program CSR perusahaan rokok di Indonesia, terdapat kegiatan CSR yang berhubungan
dengan anak-anak dan pendidikan seperti kegiatan Djarum foundation atau Sampoerna Foundation dan banyak
memberikan dampak dan peminatnya. Dari situ secara tidak langsung perusahaan rokok telah menunjukkan citra
positif di masyarkatn bahwa mereka bertanggung jawab secara sosial dan memberika image baik terhadap
perusahan tersebut yang terlihat dari simpati publik. Sebagai contoh banyak sekali pihak yang membela Djarum
dalam kasus dengan KPAI tersebut.. Perusahaan yang memiliki tangung jawab sosial seharusnya bertanggung
jawab terhadap dampak dari kegiatan bisnis mereka pada masyarakat dan lingkungan melalui prilaku etika bisnis.
Namun di kegiatan-kegiatan CSR perusahaan rokok, umumnya perusahaan rokok tidak memberikan informasi
akan dampak negatif atau bahaya dari rokok itu sendiri.

Pelajaran dari kasus ini adalah suatu perusahaan perlu memiliki etika bisnis sesuai dengan norma yang berlaku.
Walaupun selama berpuluh tahun tidak ada masalah, namun jika memang melanggar etika bisnis apalagi aturan
yang berlaku maka diperlukan penyesuaian terhadap kegiatan tersebut. Kemudian dari sisi penegakan hukum atau
aturan, pemerintah perlu mengevaluasi aturan-aturan yang ada dan berpikir ke depan. Aturan terkait sponsor rokok
dan eksploitasi anak sepertinya baru ada di atas tahun 2000 sementara itu PB Djarum telah melakukan
kegiatannya lebih lama lagi. Aturan tetap perlu diberlakukan dan perusahaan rokok dapat mencari cara untuk
menyesuaikan dengen aturan dan etika bisinis yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai