Pelanggaran etik yang dilakukan akuntan publik dalam memeriksa laporan keuangan pada
PT. Garuda menurut Kementrian Keuangan ada tiga kelalaian. Hal itu akhirnya berujung sanksi
dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Dalam pengumuman nomor PENG-
11/PPPK/2019 Menteri keuangan menjatuhkan sanksi pembekuan izin kepada Akuntan Publik
Kasner Sirumapea dengan nomor Sirumapea dengan nomor registrasi AP.0563 untuk jangka
waktu 12 (dua belas) bulan mulai tanggal 27 Juli 2019 sampai dengan 26 Juli 2020 melalui
keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019 tentang Sanksi
Pembekuan Izin Akuntan Publik Kasner Sirumapea. (Dikutip dari pengumuman PENG-
11/PPPK/2019 melanggar (SA) 315, (SA) 500, dan juga melanggar (SA) 560.
Pada dasarnya seorang auditor memiliki kode etik yang mau tidak mau harus mereka
patuhi. Karena dalam kode etik tersebut terdapat berbagai macam hal yang boleh dan yang
tidak boleh mereka lakukan. Etika auditing adalah sikap dan perilaku mentaati ketentuan dan
norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi. Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan
keuangan harus berpedoman terhadap standar auditing yang telah ditentukan Institut Akuntan
Publik Indonesia. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum di dalam standar auditing.
Pelanggaran etik yang dilakukan akuntan publik dalam memeriksa laporan keuangan
pada PT. Garuda adalah melanggar 4 dari 5 kode etik profesi yaitu integritas, kompetensi,
perilaku professional, dan objektivitas.
- Integritas
Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016) integritas adalah prinsip integritas yang
mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas juga berarti berterus terang dan selalu
mengatakan yang sebenarnya. Berdasarkan pada pengertian dari integritas itu sendiri, auditor
pada PT. Garuda tidak mencerminkan keintegritasannya karena mereka tidak melakukan
kejujuran dalam hal ini adalah auditor melaporkan laporan keuangan namun laporan keuangan
tersebut sudah di rekayasa.
- Objektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak membiarkan bias,
benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari pihak lain yang dapat mengurangi
pertimbangan profesional atau bisnisnya. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016). Dengan adanya
kasus PT. Garuda yang mendapati pengakuan yang tidak wajar pada laporan keuangan dan
juga pembuatan laporan keuangan dari tahun sebelumnya yang menanggung kerugian menjadi
untung pada tahun selanjutnya eakan memberikan spekulasi bahwa dalam bekerja auditor tidak
terbebas dari tekanan yang berasal dari pihak manapun, sehingga auditor menyalahi aturan
yang ada.
- Perilaku Professional
Dikutip dari (wordpress, 2016) seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan
profesi. Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap Akuntan
Profesional untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang
dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima layanan profesional yang
kompeten, dan bertindak cermat dan tekun sesuai dengan standar teknis dan profesional yang
berlaku ketika memberikan jasa professional (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016). Dengan
adanya prilaku auditor pada kasus laporan keuangan di PT. Garuda membuat dampak buruk
bagi profesi akuntan. Salah satunya yaitu semakin berkurangnya rasa percaya masyarakat
terhadap akuntan yang notabene akuntan seharusnya memiliki pula sikap yang jujur, serta
dapat dipercaya.
- Kompetensi dan Perilaku Professional
Menurut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016) Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional
mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk : 1 (a) Memelihara pengetahuan dan keahlian
profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan
menerima layanan profesional yang kompeten; dan (b) Bertindak cermat dan tekun sesuai
dengan standar teknis dan profesional yang berlaku ketika memberikan jasa profesional. Pada
kasus PT Garuda dalam melaksanakan tugasnya auditor telah melanggar aturan. Disamping
mengacu pada Standar Profesional yang telah ditetapkan dalam hal ini adalah Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, seharusnya juga mempertimbangkan
peraturan undang-undang yang mengikat pada suatu entitas tertentu yang diperiksa yang dalam
hal ini adalah UU Pasar Modal. Fakta bahwa pihak PT Garuda melanggar UU tersebut
menunjukkan bahwa dalam melakukan tugasnya, auditor tidak professional sehingga tidak
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari semua pelanggaran etika yang
dilakukan oleh akuntan publik menunjukka bahwa akuntan public tersebut tidak menjunjung
tinggi sikap profesionalisme sehingga atas kasus tersebut mengurangi kepercayaan publik
terhadap profesi Akuntan Publik.
2. Pembuat aturan etika profesi adalah Komite Etika IAI dan disahkan oleh DPN
IAI. Menurut anda, apa yang perlu ditambahkan untuk tidak terulangnya kasus
tersebut.
Menurut saya kode etik atau aturan etika profesi IAI tidak perlu ditambahkan, karena kode
etik yang sudah dibuat oleh komite IAI dan disahkan oleh DPN IAI merupakan aturan dasar
suatu profesi. Selain itu juga IAI bukan sekedar Pembuat Aturan Profesi Akuntan, tetapi
juga sebagai tempat untuk komunikasi yang menjembatani berbagai latar belakang tugas
dan pengabdiannya untuk menjalin kerjasama yang bersifat sinergi secara serasi, seimbang,
dan selaras yang kemudian akan disahkan olej DPN IAI, sehingga dalam hal ini diharapkan
IAI mampu menciptakan aturan yang memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi
anggota dalam pengembanan manajemen bisni dan public yang berorientasi pada etika,
tanggung jawab, dan lingkungan hidup yang sesuai dengan Misi IAI itu sendiri.
3. Bagaimana pentingnya relevansi agama dengan aturan etika profesi akuntan?
Berikan contoh ilustrasi
- Berdasarkan buku yang ditulis oleh Magnis (2005), etika merupakan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan
tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan bagi orang lain.
- Menurut saya pendapat tersebut benar, berdasarkan uraian Magnis bahwa etika
merupakan sifat berdasarkan norma sosial yang berlaku di masyarakat, di Indonesia,
norma sosial yang berlaku biasanya didasarkan mengikuti aturan agama. Tanpa landasan
agama, etika hanya akan menjadi sebuah gagasan untuk berbuat baik tetapi manusia tidak
memiliki dorongan yang kokoh untuk melakukannya. Di dalam agama, terdapat nilai-
nilai universal yaitu nilai-nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan sebagainya.
Sehingga semua agama dapat melahirkan etika yang positif yang dapat diterapkan dalam
sebuah perusahaan.
- Contoh relevansi agama dengan aturan etika profesi akuntan
Pertama–tama harus ada kesadaran setiap diri manusia yang satu sama lain menganut
keprecayaan yang berbeda-beda bahwa dalam perbedaan doktrin kita tetap mempunyai
persamaan-persamaan etis yang bisa mempersatukan. Untuk mempersatukan persamaan
ini, maka etika mempunyai peran sangat penting didalamnya. Bahkan bisa dikatakan
bahwa ketika agama-agama berbeda dalam doktrin, maka etika telah menjadi pemersatu.
Perbedaan keyakinan bisa terjadi pada setiap agama, tetapi rasio melalui etika telah
menjadi sarana dialog. Tidak dapat disangkal bahwa etika telah mempunyai peran sangat
penting dalam mencoba untuk mendialogkan agama-agama.
- Independensi: Sikap yang menunjukkan perilaku netral, tidak memihak atau berpihak
kepada salah satu pihak.
Duska, Ronald dan Brenda Shay Duska. 2011. Accounting Ethics second edition. USA: A John
Willey & Sons, Ltd, Publication.
Magnis, Frans dan Suseno. 2005. Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Etika Mora Cetakan
ke 17. Yogyakarta: Kanisius.
Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Sumaryono, E. 1995. Etika profesi hukum: Norma-norma bagi penegak hukum. Yogyakarta:
Kanisius.
https://josuavssitorus.wordpress.com/2016/01/03/kode-perilaku-profesional/
https://katadata.co.id/berita/2019/06/28/sri-mulyani-jatuhkan-sanksi-kepada-auditor-
laporan-keuangan-garuda
UTS ETIKA BISNIS AKUNTAN PROFESIONAL
DIAJUKAN OLEH :
Novera Kartikawati S
041824253004