NAMA KELOMPOK:
STANLEY (02316XXXX)
AUL (02316XXXX)
UNIVERSITAS TRISAKTI
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Kasus Kredit Macet Bank Bri Jambi 2010
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima
kasih pada Ibu Mayang Sari Edastami,,SE,ME selaku Dosen mata kuliah Etika
Profesi serta teman-teman sekelas yang turut mendukung dalam penyelesaian
makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam praktiknya para akuntan publik tidak terhindar dari pelanggaran etika di
dalam pekerjaannya tersebut itu bergantung pada bagaimana seorang akuntan
dalam mengambil keputusan yang etis atau tidak. Pengambilan keputusan yang etis
yang sesuai dengan aturan-aturan etika yang ada jelas akan meminimalisir
terjadinya pelanggaran-pelanggaran etika yang dilakukan perusahaan.
LANDASAN TEORI
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral[1]. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau
taetha yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat.
Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral
yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan
kebajikan dan suara hati. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang paling dasar,
etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau
apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten
dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi. Etika juga diartikan
pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan
baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya[2]. Apa yang
dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik
(yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai
tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam
bertindak.
Menurut Sonny Keraf (1998) dalam buku yang ditulis oleh Agus Arijanto
(2011), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi
adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik
untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas
bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan sesuai kriteria yang rasional objektif, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (mutual benefit principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan
semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan maupun perusahaannya.
Menurut Agus Arijanto (2011:7), permasalahan yang dihadapi dalam etika bisnis
pada dasarnya ada tiga jenis masalah, yaitu:
Dalam tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik
untuk masing-masing profesi. Kode etik berhubungan dengan prinsip etika tertentu
yang berlaku untuk suatu profesi. Prinsip-prinsip etika pada umumnya berlaku bagi
semua orang, serta berlaku pula bagi kaum profesional. Adapun prinsip-prinsip etika
profesi adalah:
Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi dibagi menjadi 4 macam, yaitu
sebagai berikut :
a) Benturan kepentingan
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau
pemegang saham utama perusahaan.
Berikut ini upaya perusahaan dalam menghindari benturan kepentingan :
a) Menghindarkan diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
perusahaan.
b) Mengusahakan lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun
perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan
pemupukan.
c) Menyewakan properti pribadi kepada perusahaan yang dapat
menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemeliharaan.
d) Mengungkapkan dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-
kegiatan di luar pekerjaan dari perusahaan, yaitu:
· Kepada atasan langsung bagi karyawan,
· Kepada Pemegang Saham bagi Komisaris, dan
· Kepada Komisaris dan Pemegang Saham bagi Direksi.
e) Memiliki bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
f) Menghormati hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar
jam kerja, yang sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas
dari benturan dengan kepentingan.
b) Etika dalam tempat kerja
d) Manajemen Krisis
1. Sebab umum :
· Gangguan kesejahteraan dan rasa aman
· Tanggung jawab sosial diabaikan
2. Sebab khusus :
· Kesalahan pengelola yang mengganggu lapisan bawah
· Penurunan profit yang tajam
· Penyelewengan
· Perubahan permintaan pasar
· Kegagalan/penarikan produk
· Regulasi dan deregulasi
· Kecelakaan atau bencana alam.
2.7.1 Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan etis yaitu:
PEMBAHASAN
A. KRONOLOGI
Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian
profesional, kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis. Apabila dugaan
keterlibatan akuntan publik terhadap kasus korupsi dalam mendapatkan pinjaman
modal senilai Rp 52 miliar dari bank BRI cabang Jambi tahun 2010 oleh perusahaan
raden motor sehingga menyebabkan kredit macet untuk pengembangan usaha di
bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar oleh akuntan publik, yaitu:
a) Tanggung Jawab Profesi
Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara
profesional dikarenakan akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas
profesinya dengan baik dalam hal pembuatan laporan keungan
perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp
52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga
menyebabkan kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan
publik hilang.
b) Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden
motor) dikarenakan melakukan kesalahan dalam laporan keuangan
Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI
dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.
c) Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara
melakukan tindak ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan Raden
Motor.
d) Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan
laporan keuangan palsu sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk
dan dapat mendiskreditkan profesinya.
e) Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga
terjadi benturan kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang
dimaksud adalah kepentingan publik dan kepentingan pribadi dari akuntan
publik itu.
f) Standar Teknis
Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi
yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen
Akutan Publik (IAI-KAP) diantaranya etika tersebut antara lain :
Independensi, integritas, dan obyektivitas
Standar umum dan prinsip akuntansi
Tanggung jawab kepada klien
Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Tanggung jawab dan praktik lain
D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2. Pengidentifikasian masalah
Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan
Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar
dari BRI Cabang Jambi pada 2010, diduga terlibat kasus korupsi dalam
kredit macet. Terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Ada
empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan
tersebut oleh akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses
kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. Akuntan publik diduga kuat
terlibat dalam kasus korupsi dalam kredit macet karena bekerjasama
dengan pihak perusahaan Raden Motor untuk pengembangan usaha
Perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan keuntungan pribadi serta
lemahnya mental dan moral dalam individu-individu yang terlibat.
3. Pengembangan alternatif
Alternatif-alternatif yang dapat diambil antara lain:
Akuntan Publik tersebut mengakui tindakan dugaan korupsi yang
dia lakukan dan mengikuti prosedur yang ada.
Akuntan Publik tetap bungkam mengenai tindakan dugaan korupsi
yang dilakukannya.
4. Pengevaluasian alternatif
Jika Biasa Sitepu selaku akuntan publik mengakui dugaan korupsi
yang dilakukanya dan terbukti ia salah maka kemungkinan
terbeaarnya ia akan mendapat sanksi sesuai undang-undang atau
peraturan yang berlaku. Kemudian hal ini akan berdampak pada
penurunan citra baik dan kepercayaan atas kinerjanya sebagai
seorang akuntan publik. Selain itu jika Biasa Sitepu
mengungkapkan kebenaran atas kasus ini maka pihak-pihak lain
yang telibat dalam kasus dugaan korupsi ini tentu juga akan
menimbulakan reputasi yang buruk terutama pihak intern BRI
Cabang Jambi yang pada saat itu menjabat sebagai penilai
pengajuan kredit telah berperilaku tidak professional serta
mendapat sanksi tegas yang berlaku agar diharapkan dapat
memeberikan efek jera bali pelaku pelanggaran hukum sehingga
mencegah terulangnya kasus yang sama.
Apabila Biasa Sitepu selaku akuntan publik tersangka dugaan
korupsi tidak mau mengakui tindakanya tersebut maka ia telah
melanggar kode etik profesi seorang akuntan publik, dimana
dalam hal ini ia tidak profesional dan jujur dalam pelaksanaan
tugasnya dan mengabaikan ketentuan atau peraturan yang
berlaku. Hal ini tentu saja akan menyebabkan kerugian bagi
banyak pihak, terutama pihak Bank BRI dimana kliennya yaitu
Raden Motor tidak dapat membayar pinjaman kreditnya sebesar
Rp 52 miliar. Kemudian jika ia tetap bungkam akan tindakan
kecurangannya maka tindakan-tindakan penyalahgunaan
kewenangan seperti ini bisa saja terulang kembali dimasa depan.
5. Pemilihan alternatif
Solusi yang tepat untuk kasus kredit macet adalah :
Seharusnya perusahaan Raden Motor membuat laporan keuangan
yang diajukan ke Bank BRI harus lengkap dan telah sesuai dengan
ketentuan dari Bank BRI
Tersangka Effendi Syam dari pihak Bank BRI, yang saat itu
menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit, seharusnya teliti
dalam melakukan tugasnya untuk menerima pengajuan kredit dari
pihak Raden Motor.
Biasa Sitepu selaku seorang akuntan publik seharusnya bertindak
profesional dan jujur dalam melakukan tugasnya. Apabila ada
keganjalan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor,
beliau harus mengakuinya. Sebagai seorang akuntan publik, Biasa
Sitepu telah melanggar etika profesi dan tidak mengikuti undang-
undang yang berlaku
6. Penerapan keputusan
Seharusnya Biasa Sitepu selaku seorang akuntan publik harus mengikuti
kode etik profesinya dimana ia harus mengimplementasikan setiap
prinsip-prinsip etika profesinya dalam hal ini tentu saja ia seharusnya
tidak melakukan tindakan korupsi dalam membantu klienya mendapat
modal pengembangan usaha dari kredit kepada Bank BRI sebesar Rp 52
miliar dengan tidak mengungkapkan kesalahan laporan keuangan klienya
yaitu Raden Motor (terdapat kekurangan 4 kegiatan dalam laporan
keuangan bersangkutan).