BAB 7
“PERLINDUNGAN TERHADA KONSUMEN”
Disusun oleh:
1. Syanika Herawati Wibowo 1117 29699
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………………… 2
Kata Pengantar…………………………………………………………………... 3
1.Hak-Hak Konsumen……………………………………………………… 6
2.Kewajiban Konsumen……………………………………………………. 8
C.Konsumerisme……………………………………………………………….. 8
E.Contoh Kasus………………………………………………………………… 11
F.Refleksi……………………………………………………………………….. 13
G.Daftar Pustaka………………………………………………………………... 16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Perlindungan
Kepada Konsumen” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Etika Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perlindungan Kepada Konsumen bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
3
Yogyakarta, 10 Juli 2020
Tim Penulis
4
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan menghindarkan
konsumen dari dampak negatif atas pemakaian barang dan/ atau jasa.
c. Meningkatkan upaya pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen agar tumbuh kejujuran dan rasa bertanggung
jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas brang dan/ atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
a. Pasal 4 (c) : Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang.
b. Pasal 5 (a) : Konsumen wajib membaca atau mengikuti petunjuk
informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan.
c. Pasal 6 (a) : Pelaku usaha berhak untuk menerima pembayaran yang
sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/ atau jasa yang diperdagangkan
d. Pasal 7 (a) : Pelaku usaha harus beriktikad baik dalam melakukan
kegiatan usaha.
e. Pasal 7 (b) : Pelaku usaha wajib memberikan kompensasi, ganti rugi,
dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian,
dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang diperdagangkan. Pelaku usaha
wajib memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian
5
barang dan/ jasa yang diterima atau dimanfaatkan oleh konsumen
yang tidak sesuai dengan perjanjian.
f. Untuk memberikan perlindungan yang maksimal kepada konsumen
jika pelaku usaha melanggar UUPK dan merugikan konsumen,
pemerintah melalui aparat penegak hukum memberikan denda kepada
pelaku usaha dengan batas maksimal denda paling Rp 2.000.000.000
(dua miliar rupiah) serta denda pidana maksimal 5(lima) tahun.
2. Tahapan Perlindungan Konsumen Menurut UUPK
UUPK mengamanatkan perlindungan kepada konsumen
berlangsung pada tiga tahap transaksi, yaitu:
a. Tahap pratransaksi : penting bagi konsumen untuk memperoleh
informasi/keterangan yang benar, jelas dan jujur, serta akses untuk
mendapatkannya dari perlaku usaha yang beriktikad baik dan
bertanggung jawab.
b. Tahap transaksi : saat terjadi proses peralihan kepemilikan barang dan/
atau jasa maka semua klausul baku atau perjanjian dengan syarat-
syarat yang ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha, tanpa
membicarakan materinya dengan konsumen, akan batal demi hukum.
c. Tahap purnatransaksi : jika informasi (lisan atau tertulis) dari banner
dan/ atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha sesuai dengan
pengalaman konsumen dalam pemakaian, penggunaa, dan/ atau
pemanfaatan produk, konsumen akan puas. Jika konsumen tidak puas
dan melakukan gugatan, bukan penggugat yang wajib membuktikan
ketidaksesuaian yang terjadi, tetapi produsen atau pelaku usahalah
yang wajib membuktikan ketiadaan unsur kesalahan yang dilakukan.
B. Hak dan Kewajiban Konsumen
1. Hak-hak konsumen
Hubungan dan transaksi bisnis antara penjual dengan pembeli atau
konsumen harus dilandasi aspek pemenuhan hak-hak konsumen yang
diataur UUPK yang menyebutkan:
a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkannya sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijaminkan.
6
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan dan/ atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/ atau
barang yang digunakan.
e. hak untuk memperoleh advokasi, perlindungan, dan upaya-upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara pantas.
f. Hak untuk memperoleh pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakuka/dilayani dengan benar, jujur, dan tidak
diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan, kompensasi ganti rugi dan/ atau penggantian
apabila barang/ jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian/
tidak sebagaimana mestinya.
7
didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil,
hingga kompensasi ganti rugi.
b. Hak untuk memperoleh informasi yang benar. Konsumen berhak
mengetahui semua produk yang mereka beli dan konsumsi. Mereka
berhak mendapat kemudahan mengakses informasi tentang produk
yang mereka konsumsi. Tanya jawab tentang produk tertentu para ahli
yang mewakili sebuah perusahaan tertentu merupakan cara lain yang
dilakukan perusahaan untuk konsumen mendapat informasi produk.
c. Hak untuk memilih. Dalam membeli konsumen berhak memilih
produk mana yang cocok dengan kebutuhan mereka. Hak ini telah
diperkuat oleh adanya kebebasan dalam industri untuk memproduksi
produk yang sama dengan perusahaan lain.
d. Hak untuk didengar pendapatnya dan keluhannya. Konsumen
memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat baik itu kritik atau saran.
Konsumen memiliki hak untuk bertindak apabila hal tersebut dirasa
perlu dilakukan.
2. Kewajiban konsumen
8
dengan kegiatan-kegiatan mengonsumsi barang atau jasa secara terus menerus.
Lahirnya konsumerisme disebabkan hal-hal berikut :
1. Banyak produk yang ditawarkan produsen menyebabkan pilihan
konsumen menjadi makin rumit. Oleh karena itu konsumen
membutuhkan informasi produk yang lengkap dan akurat.
2. Makin terspesialisasinya bisnis jasa lebih menyebabkan konsumen
mengalami kesulitan untuk memilih jasa yang terbaik sesuai dengan
kebutuhan karena ketiadaan informasi.
3. Intensitas iklan diberbagai media yang sangat meyakinkan ternyata
berpotensi merusak kepribadian secara moral dan kultural pada pihak
tertentu, serta sangat membingungkan konsumen dalam menentukan
pilihan produk yang terbaik.
4. Keamanan produk sering diabaikan oleh produsen.
5. Lembaga konsumen dapat meadvokasi dan memberi konsultasi
kepada konsumen yang melakukan kontrak jual beli.
9
D. Gugatan Kepentingan Kelompok
10
E. Contoh Kasus
Perusahaan dianggap menampilkan iklan manipulatif dan tidak memberi informasi yang jelas
dan jujur.
tirto.id - Sekretaris Umum Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno
mengatakan perusahaan susu kental manis telah melanggar Undang-Undang Perlindungan
Konsumen karena menampilkan iklan yang manipulatif dan tidak memberi informasi yang
jelas, benar, serta jujur.
"Iklan itu kan fungsinya untuk memberi informasi tentang sebuah produk, yang kedua
sebagai sarana bagi konsumen untuk mendapat informasi. Ketika kemudian produk yang
mengklaim sebagai susu ini tidak bisa memenuhi unsur yang kedua yaitu memberi informasi
kepada konsumen," kata Agus kepada Tirto, Kamis (5/7/2018).
Agus mencontohkan terminologi "susu kental manis" yang selama ini digunakan.
Menurutnya, yang dimaksud susu itu tidak kental dan tidak manis.
"Ketika dia mengklaim sebagai 'susu kental manis' maka terminologinya akan keliru. Kok
bisa ada susu kental manis, susu itu tidak kental dan tidak manis," kata Agus.
Selain itu Agus pun mempermasalahkan kandungan susu kental manis yang ternyata lebih
banyak memakai gula dibanding susu itu sendiri.
"Jadi yang mau ditampilkan susu kental manis atau gula kental manis? Terminologi ini yang
harus disampaikan dengan benar," kata Agus.
11
Meski begitu Agus mengatakan kewenangan memberikan sanksi sepenuhnya ada di Badan
Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) setelah mereka melakukan penyelidikan.
Pertama BPOM melarang perusahaan susu kental dan analognya dilarang menampilkan
anak berusia di bawah 5 tahun dalam bentuk apapun.
Selain itu BPOM melarang menggunakan visualisasi gambar susu cair dan/atau susu dalam
gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman. Terakhir iklan
susu kental dan analognya dilarang tayang pada jam anak-anak.
"Dalam rangka melindungi konsumen, utamanya anak-anak, dari informasi yang tidak benar
dan menyesatkan, perlu diambil langkah perlindungan yang memadai tentang label dan iklan
pada produk Susu Kental dan Analognya,” kata Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
BPOM RI Suratmo lewat keterangan tertulisnya pada 22 Mei 2018.
Untuk perbandingan iklan yang telah tayang pada masa lalu dan sekarang pun sudah diubah
seperti yang tertera pada link: https://www.youtube.com/watch?
v=R2H0V7xI4fU&feature=youtu.be
menjadi
https://www.youtube.com/watch?v=14Ch1-vHotc&feature=youtu.be
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa pada link pertama, yaitu sebuah video iklan
susu kental manis yang di publikasikan pada 20 januari 2012 menunjukkan berbagai hal yang
erkesan positif seperti membuat anak cerdas, menganjurkan minum setiap hari, dan
menonjolkan berbagai vitamin didalamnya sedangkan kandungan gula sendiri yang lebih
besar darpada vitamin serta susunya tidak ditonjolkan.Iklan susu kental manis yang tidak
memberikan informasi secara jelas kepada konsumen bisa dikategorikan sebagai
pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 .
Namun pada Link ke dua yang telah kami lampirkan telah adanya perubahan iklan, yaitu
video yang di unggah pada 6 april 2020 dengan merk yang sama tetapi didalam video
tersebut terdapat banyak perubahan dalam mengiklankan produknya.Dimulai dengan
meniadakan kata “SUSU” hingga hanya menjadi Kental Manis, tidak adanya adegan anak
menjadi kuat atau cerdas karena meminum produk tersebut, tidak adanya adegan menyeduh
kental manis, serta penggunaannya yang hanya digunakan untuk toping pada sebuah
makanan/minuman yang artinya perusahaan tersebut telah mematuhi undang-undang
perlindungan konsumen.
12
F. Refleksi
Refleksi 7.1
Citra produk premium atau kelas atas sering ditujukan melalui kemasan produk yang
elegan, mewah, disertai harga produk yang mahal. Seringkali dengan mengubah
kemasan suatu produk, produk yang semula berharga murah dapat menjadi lebih
mahal, padahal belum tentu disertai dengan perubahan fungsinya. Menurut saudara
apakah ‘permainan’ kemasan ini dapat dibenarkan secara etis, terlebih lagi di era
visual saat ini?
Jawab:
Menurut saya, dalam hal bisnis ini merupakan hal yang lumrah dilakukan, karena hal
ini merupakan bagian dari strategi pemasaran. Tapi jika dilihat dari hak-hak
konsumen yang diatur dalam UUPK, hal itu tidak etis, karena didalamnya telah
dijelaskan pada pasal 4 (c), bahwa: Konsumen berhak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang.
Teori HAM: menurut teori ini perusahaan tersebut tidak etis, karena melanggar
hak konsumen, seharusnya konsumen berhak memperolh produk yang sesuai
dengan kemasan.
Refleksi 7.2
13
Banyak orang menyukai produk-produk terkenal (branded goods), namun tidak
seluruhnya mampu membelinya, karena keterbatasan penghasilan. Hal ini memicu
munculnya produk-produk palsu yang meniru sebagian atau seluruhnya dari produk-
produk yang asli, bahkan penjualan produk-produk yang palsu ini sering lebih tinggi
daripada produk asli, sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi pemilik merek asli.
Menurut saudara, bagaimanakah sikap kita sebagai seorang konsumen terhadap
fenomena ini? Manakah yang akan saudara tempuh: membeli produk palsu atau
membeli produk asli meskipun produknya tidak terkenal?
Jawab:
Jika saya menjadi konsumen, maka saya akan memilih membeli produk asli meskipun
produknya tidak terkenal, karena menurut saya itu lebih baik, daripada membeli
produk palsu dengan harga yang murah, karena tanpa disadari tindakan tersebut dapat
merugikan perusahaan produk asli, bahkan bisa “mematikan” pasar produk tersebut.
Boleh sebenarnya membeli barang branded tetapi harus sesuai budget yang kita
miliki.
Teori teleologi, pendekatan egoisme: perilaku perusahaan ini tidak etis, karena
memalsukan produk, dapat merugikan pihak lain (produk asli).
Refleksi 7.3
Untuk setiap transaksi yang telah kita ( konsumen) lakukan, pada nota pembelian
selalu tertulis: “setiap barang yang telah dibeli tidak dapat dikembalikan”. Apa yang
saudara lakukan ketika barang yang saudara beli tidak dapat digunakan, dan tidak ada
kebijakan pengembalian (return policy) yang ditetapkan oleh penjual atau produsen?
Jawab:
Jika barang yang saya beli tidak dapat digunakan, dan tidak ada kebijakan
pengembalian (return policy) yang ditetapkan oleh penjual atau produsen, hal yang
saya lakukan pertama kali adalah tetap mencoba untuk mengembalikan atau menukar
barang, dengan membutikan bahwa barang yang saya beli benar benar tidak bisa
digunakan. Karena dalam UUPK pasal 7 (b) dikatakan bahwa: Pelaku usaha wajib
memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian atas kerugian akibat
14
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang diperdagangkan.
Pelaku usaha wajib memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian barang
dan/ jasa yang diterima atau dimanfaatkan oleh konsumen yang tidak sesuai dengan
perjanjian. Jika hal itu tidak dilakukan maka pemerintah melalui aparat penegak
hukum memberikan denda kepada pelaku usaha dengan batas maksimal denda paling
Rp 2.000.000.000 (dua miliar rupiah) serta denda pidana maksimal 5(lima) tahun.
Kaitan dengan teori etika:
Teori teleologi, pendekatan egoisme: perilaku perusahaan ini tidak etis, karena
hal ini dapat merugikan pihak lain (konsumen), karena barang yang baru saja ia
beli tidak bisa digunakan dan tidak bisa ditukar.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/perusahaan-susu-kental-manis-dinilai-telah-melanggar-uu-konsumen-cNAV
https://www.youtube.com/watch?v=R2H0V7xI4fU&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=14Ch1-vHotc&feature=youtu.be
16