Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PELAPORAN KORPORAT

“PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING”

Dosen Pengampu: I G.A. Desy Arlita, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

NAMA NIM
1. Shinta Angelia 119211287
2. Ni Kadek Ratna Dewi 119211336
3. Reza Dimas Siswahyudi 119211123
4. Ayu Sri Oktavianti 119211333
4. Marni Chismyanti Hede P 119211265

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (SORE)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) DENPASAR
GENAP 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk penyelesain tugas dari mata kuliah Pelaporan Korporat.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari
anggota kelompok yang telah meluangkan waktu, ide dan bekerja sama dengan
baik dalam penyelesaian makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai
“Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”. Dalam penulisan makalah ini kami
sebagai penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada ibu I G.A.
Desy Arlita, S.E., M.si, selaku dosen pengampu mata kuliah Pelaporan Korporat
yang telah memberikan tugas kelompok ini kepada kami sehingga dapat
menambah wawasan untuk kami.
Dengan terselesaikannya makalah mengenai “Pengaruh Perubahan Kurs
Valuta Asing” ini, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna dalam penyelesaian makalah ini sehingga kami berharap
dapat menyusun lebih baik lagi di masa mendatang. Sebagai penulis, kami
berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna
sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran.

Denpasar, Maret 2021


Penulis (Kelompok 6)

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………….……………….................... 4

B. Rumusan Masalah ………...………………….…………................ 4

C. Tujuan Masalah ..…...….……...…………...……………................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. PSAK 10: Perubahan Kurs Valuta Asing …………………............ 6

B. IFRS IAS 21: Perubahan Kurs Valuta Asing …............................... 13

C. Contoh Ilustrasi Perubahan Kurs Valuta Asing ….......…....…....… 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………...…………..……………………......….. 18

B. Kritik dan Saran ……………………….…………………............. 18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif saja
yang dapat diperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula dengan
meluasnya ekonomi dan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan dunia, semakin
mendorong terjadinya resiko bisnis yang semakin besar. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri
karena memang transaksi atas kegiatan ekonomi dan bisnis global banyak dipengaruhi oleh
banyak faktor yang tidak pasti, misalnya saja kurs mata uang. Kurs mata uang merupakan
faktor penting yang menetukan harga sebuah transaksi antar Negara yang melakukan
kegiatan ekonomi dan bisnis.

Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam 2 cara.
Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha
luar negeri. Di samping itu, suatu entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam
mata uang asing. Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke
dalam laporan keuangan suatu entitas dan bagaimana menjabarkan laporan keuangan
kedalam suatu mata uang pelaporan.

Permasalahan utama adalah nilai tukar mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan nilai tukar dalam laporan keuangan. PSAK 10 dan
IFRS 21 Mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing mengatur tentang
bagaimana perlakuan dalam menggunakan valuta asing ketika terjadi transaksi-transaksi
yang berhubungan dengan akuntansi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diangkat seperti yang telah diuraikan di atas,
didapatkan beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimanakah Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing pada PSAK
10?
2. Apa dan bagaimanakah Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing pada IFRS No.
21?

4
3. Bagaimanakah Gambaran Contoh dari Perubahan Nilai Tukar Valas?

C. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Untuk memberikan pengetahuan mengenai apa dan bagaimanakah Pengaruh Perubahan
Nilai Tukar Valuta Asing yang ada didalam pernyataan PSAK 10.
2. Untuk mengetahui apa dan bagaimanakah Pernyataan yang ada pada IFRS IAS 21
mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing.
3. Untuk memberikan pengetahuan bagaimanakah contoh daripada transaksi nilai tukar itu
sendiri.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (IAI, 2014); mata uang
asing adalah mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas. Mata uang fungsional
merupakan mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana suatu entitas beroperasi.
Perusahaan-perusahaan yang dengan bisnis internasional umumnya melibatkan transaksi mata
uang asing didalam operasinya. Dalam transaksi mata uang asing, dikenal istilah kurs mata
uang. Kurs mata uang adalah perbandingan nilai antar mata uang (Yuliati dan Prasetyo, 2002).
Nilai mata uang Rupiah terhadap valuta asing berfluktuasi dari waktu ke waktu
dipengaruhi oleh berbagai faktor (Berlianta, 2006: 3). Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap
valuta asing tersebut akan mempengaruhi nilai utang dan piutang perusahaan, yang kemudian
memunculkan risiko kerugian akibat selisih kurs.
Standar akuntansi keuangan di Indonesia yaitu Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang mengatur mengenai transaksi mata uang asing dan pengaruh
perubahan kurs dalam PSAK Nomor 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing.
Pernyataan ini mengadopsi IAS 21 per efektif 1 Januari 2014. Kemudian standar mengenai
pengungkapan akuntansi lindung nilai diatur dalam PSAK Nomor 60 tentang Instrumen
Keuangan: Pengungkapan, yang mengadopsi IFRS 7 per efektif 1 Januari 2014. Dalam konteks
Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional.

A. PSAK 10: PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs
Valuta Asing telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 23
Maret 2010. PSAK 10 ini merevisi PSAK 10 tentang “Transaksi dalam Mata Uang Asing”
yang telah dikeluarkan pada tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur yang tidak material. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
mengesahkan penyesuaian atas PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
pada tanggal 27 Agustus 2014.
Ruang lingkup dari PSAK 10 ini adalah transaksi dan saldo dalam mata uang asing,
kecuali transaksi dan saldo derivatif (PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran), menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri

6
yang termasuk dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional atau
metode ekuitas serta menjabarkan hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata
uang penyajian.
Tidak termasuk dengan Derivatif mata uang asing, kecuali derivatif yang tidak
termasuk lingkup PSAK 55 misal derivatif yang melekat pada kontrak lain, Akuntansi
lindung nilai mata uang asing termasuk lindung nilai investasi di LN dan Penyajian laporan
arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing atau penjabaran arus kas dari kegiatan
usaha Luar Negeri.
Tujuan dari Pernyataan ini menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam
valuta asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan
bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Pernyataan ini diterapkan pada:
a) Akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
b) Penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk
dalam laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi atau metode ekuitas; dan
c) Penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.

Mata Uang Fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana
entitas beroperasi, sedangkan Mata Uang penyajian adalah mata uang yang digunakan
dalam penyajian laporan keuangan. Contoh: PT. Pertamina (Persero) mulai tahun 2012
akan menyajikan laporan keuangan menggunakan US Dolar, tidak lagi menggunakan
rupiah. Penggunaan mata uang US Dolar untuk BUMN terbesar yang dimiliki oleh bangsa
ini terkadang menimbulkan rasa nasionalisme kita. Namun sebagai perusahaan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan bahkan telah menerbitkan surat berharga (global
bonds) di pasar modal Singapura, Pertamina tidak dapat menghindar dari kewajiban untuk
menerapkan PSAK 10 tentang Pengaruh Perubahan Selisih Kurs yang mulai berlaku.
Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional.
Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata
uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.
Pada akhir setiap periode pelaporan:
a) Pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;

7
b) Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
c) Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.

Entitas mengungkapkan:
a) Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul
pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
b) Selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada
awal dan akhir periode.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2012. Penerapan dini diperkenankan. Jika entitas menerapkan
Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2012,
maka fakta tersebut diungkapkan.

Entitas menerapkan paragraf 47 secara prospektif untuk seluruh akuisisi yang terjadi
setelah awal periode laporan keuangan ketika Pernyataan ini pertama kali diterapkan.
Penerapan secara retrospektif paragraf 47 untuk akuisisi terdahulu diperkenankan. Untuk
akuisisi kegiatan usaha luar negeri yang diperlakukan secara prospektif tetapi terjadi
sebelum tanggal Pernyataan ini pertama kali diterapkan, entitas tidak menyajikan kembali
tahun-tahun sebelumnya.

Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 3(b), 8, 11, 18, 33, 39, 44–46, 48A secara
retrospektif dan definisi nilai wajar dalam paragraf 8 dan 23 secara prospektif untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

PSAK 10 ini disusun untuk dijadikan pedoman bagaimana sebuah entitas dalam
memasukan transaksi-transkasi yang muncul akibat berbagai aktivitas di luar negeri dari
entitas tersebut serta juga menjadi pedoman bagaimana menjabarkan laporan keuangan ke
dalam mata uang penyajian. Aktivitas yang dimaksud dapat berupa transaksi dalam valuta
asing ataupun berbagai kegiatan usaha luar negeri. Ringkasan terkait PSAK 10 akan
dijelaskan sebagai berikut:

8
1) Mata Uang Fungsional; Investasi Neto Dalam Kegiatan Luar Negeri; Pos Moneter
dan Non Moneter
a. Mata Uang Fungsional; Adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama
dimana suatu entitas beroperasi. Lingkungan ekonomi utama dimana sebuah entitas
beroperasi adalah lingkungan utama suatu entitas dapat menghasilkan dan
mengeluarkan kas. Suatu entitas mempertimbangkan faktor-faktor berikut (utama)
dalam menentukan mata uang fungsionalnya: (1) Mata uang yang paling
mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa; (2) Mata uang yang paling
mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan biaya lain dari pengadaan barang
atau jasa. Selain faktor diatas yang dipertimbangkan untuk menentukan mata uang
fungsional suatu entitas, terdapat 2 faktor lainnya yang juga dipertimbangkan,
antara lain: (1) Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan
(antara lain penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas); (2) Mata uang
dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.
b. Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri; Didefinisikan sebagai
jumlah kepentingan entitas pelapor dalam asset neto dari kegiatan usaha luar negeri
tersebut. Contohnya adalah pos moneter (seperti piutang atau utang jangka pendek)
yang merupakan tagihan dari atau utang kepada kegiatan usaha luar negeri.
c. Pos Moneter dan Non-moneter; Fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak
untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang
yang tetap atau dapat ditentukan. Contohnya adalah pensiun dan imbalan kerja
lainnya harus dibayar dalam kas, kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan
secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai kewajiban. Sedangkan Fitur utama
dari suatu pos non-moneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau
kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat
ditentukan. Contohnya adalah uang muka untuk barang dan jasa (misalnya sewa
dibayar dimuka), goodwill, aset tidak berwujud, persediaan, aset tetap, dan
kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter.
2) Pelaporan Transaksi Valuta Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang Fungsional
a. Pengakuan Awal; Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing akan di catat dalam
mata uang fungsional. Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional
dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal
transaksi (tanggal pertama kali transaksi tersebut memenuhi kriteria pengakuan
sesuai dengan SAK). Transaksi valuta asing itu sendiri merupakan transaksi

9
transaksi yang didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam valuta asing.
Contohnya adalah transaksi membeli/menjual barang atau jasa yang harganya
didenominasikan dalam suatu mata uang asing.
b. Pelaporan Pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya; Pada akhir setiap periode
pelaporan: (1) Pos moneter valuta asing harus dijabarkan menggunakan kurs
penutup; (2) Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing
harus dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; (3) Pos nonmoneter
yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing harus dijabarkan menggunakan
kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
c. Pengakuan Selisih Nilai Kurs; Berikut adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam pengakuan selisih nilai kurs, antara lain:
✓ Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter
tersebut dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode
laporan keuangan sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rugi dalam periode
pada saat terjadinya, kecuali untuk transaksi tertentu dapat diakui dalam
keuntungan atau kerugian atas penghasilan komprehensif
✓ Selisih nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter yang membentuk bagian
dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri
harus diakui dalam laba atau rugi dalam laporan keuangan terpisah dari entitas
pelapor atau laporan keuangan individual dari kegiatan usaha luar negeri.
✓ Dalam laporan keuangan yang memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan
entitas pelapor (misalnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan usaha
luar negeri adalah suatu entitas anak), selisih nilai tukar harus diakui awalnya
dalam pendapatan komprehensif lain dan dikelompokkan kembali dari ekuitas
ke laba atau rugi pada saat pelepasan investasi neto.
✓ Jika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam mata uang
selain mata uang fungsionalnya, maka pada waktu entitas menyiapkan laporan
keuangan seluruh jumlah dijabarkan dalam mata uang fungsional.
d. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional; Ketika terdapat perubahan dalam
mata uang fungsional suatu entitas, entitas harus menerapkan prosedur penjabaran
untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan
itu. Hal yang dipertimbangkan dalam perubahan mata uang fungsional antara lain:
(1) Mata uang fungsional dapat berubah hanya jika terdapat perubahan pada

10
transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari ketika akan menentukan mata uang
fungsional. Seperti suatu perubahan dalam mata uang yang terutama mempengaruhi
harga jual dari barang dan jasa dapat mengakibatkan perubahan di dalam mata uang
fungsional suatu entitas; (2) Pengaruh dari perubahan dalam mata uang fungsional
diperlakukan secara prospektif. Dalam kata lain, suatu entitas menjabarkan semua
pos-pos ke dalam mata uang fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada
tanggal perubahan itu.
3) Penggunaan Mata Uang Penyajian Selain Mata Uang Fungsional
a. Penjabaran Dalam Mata Uang Penyajian; Entitas dapat menyajikan laporan
keuangannya dalam mata uang (atau beberapa mata uang) apapun. Jika mata uang
penyajian berbeda dari mata uang fungsional entitas, entitas menjabarkan hasil dan
posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian. Hasil dan posisi keuangan
entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi
hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda, dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut: (1) Aset dan posisi keuangan untuk setiap
laporan posisi keuangan yang disajikan (termasuk komparatif) dijabarkan
menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan posisi keuanga tersebut; (2)
Penghasilan dan beban untuk setiap laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain (termasuk komparatif) dijabarkan menggunakan kurs pada
tanggal transaksi; (3) Seluruh selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam penghasilan
komprehensif lain. Hasil dari posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya
adalah mata uang dari suatu ekonomi hiperinflansi dijabarkan ke dalam mata uang
penyajian yang berbeda dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: (1) Seluruh
jumlah aset, liabilitas, pos ekuitas, penghasilan, dan beban termasuk komparatifnya
dijabarkan dengan kurs penutup pada tanggal laporan posisi keuangan terkini,
kecuali ketika jumlah tersebut dijabarkan ke dalam mata uang ekonomi
nonhiperinflansi maka jumlah komparatifnya adalah jumlah yang disajikan sebagai
jumlah tahun berjalan dalam laporan keuangan tahun sebelumnya yang relevan; (2)
Ketika mata uang fungsional entitas adalah mata uang ekonomi hiperinflansi maka
entitas menyajikan kembali laporan keuangannya sesuai dengan PSAK 63.
b. Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri; Ketika hasil dan posisi keuangan dari
suatu kegiatan usaha luar negeri dijabarkan dalam mata uang penyajian sehingga
kegiatan usaha luar negeri dapat digabungkan ke dalam laporan keuangan entitas
pelapor dengan cara konsolidasi, konsolidasi secara proporsional atau metode

11
ekuitas, maka entitas tersebut dapat menerapkan hal-hal berikut ini: (1)
Menggabungkan hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri dengan
entitas pelapor dengan mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi
saldo dan transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak; (2) Jika laporan
keuangan kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal yang berbeda dari entitas
pelapor, maka kegiatan usaha luar negeri harus sering menyusun laporan keuangan
tambahan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan entitas pelapor.
c. Pelepasan atau Pelepasan Sebagian dari Kegiatan Usaha Luar Negeri; Pada
pelepasan pada suatu kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif dari selisih nilai
tukar yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri, yang diakui di dalam
pendapatan komprehensif lain dan diakumulasi ke dalam komponen terpisah dari
ekuitas, direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi (sebagai penyesuaian reklasifikasi)
ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri diakui.
Pada pelepasan sebagian dari suatu entitas anak yang merupakan suatu kegiatan
usaha luar negeri, entitas mengatribusikan kembali bagian yang sebanding dari
jumlah kumulatif selisih nilai tukar yang diakui dalam pendapatan komprehensif
lain ke kepentingan nonpengendali pada kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dalam
setiap pelepasan yang lain atas sebagian kegiatan usaha luar negeri, entitas harus
mereklasifikasi hanya bagian proposional dari jumlah kumulatif selisih kurs yang
diakui dalam penghasilan komprehensif lain ke laba rugi.
4) Pengaruh Pajak Dari Seluruh Selisih Kurs
Adanya keuntungan dan kerugian atas transaksi valuta asing dan selisih kurs yang
timbul dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan entitas (termasuk kegiatan usaha
luar negeri) ke dalam mata uang yang berbeda mungkin akan memiliki pengaruh pajak.
Maka dari perlu diperhatikan terkait hal ini. Penjelasan lebih detail terkait dengan
pengaruh pajaknya akan dijelaskan tersendiri dalam PSAK 46 yang membahas terkait
pajak penghasilan.

Paragraf 32 PSAK 10 memuat ketentuan sebagai berikut: "Selisih kurs dapat


disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dimana tidak
mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat
perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing. Selisih kurs tersebut
dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan
dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak melampaui jumlah

12
terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang mungkin diperoleh
kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif
yang dipilih harus diungkapkan secukupnya"

Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada prose penjabaran
pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan,
pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan keuangan
sebelumnya sebelumnya, diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya,
kecuali sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 32.

Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam pendapatan


komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian kerugian
itu diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya jika keuntungan atau
kerugian Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian pos

Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari investasi neto
entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri, diakui dalam laba atau rugi dalam
laporan keuangan tersendiri dari entitas pelapor (PSAK 4) atau laporan keuangan individual
dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang
memasukkan kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (konsolidasi), selisih selisih
kurs diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas
ke laba atau rugi pada saat pelepasan investasi neto sesuai dengan paragraf 46.

B. IFRS IAS 21: PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING


Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah Standar berbasis prinsip,
Interpretasi dan Kerangka (1989) diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional
(IASB). Banyak standar membentuk bagian dari IFRS dikenal dengan nama lama dari
Standar Akuntansi Internasional (IAS). Standar IFRS (IAS) No. 21 mengatur mengenai
Pengaruh Perubahan Kurs Mata Uang Asing mengenai Perlakuan akuntansi atas transaksi
mata uang asing adalah sebagai berikut:
1) Transaksi mata uang asing adalah transaksi dengan denominasi mata uang selain mata
uang fungsional, termasuk: Membeli atau menjual barang atau jasa, Meminjam atau
meminjamkan dana, Menyelesaikan kontrak mata uang asing yang belum dipenuhi,
Mengakuisisi atau menjual aktiva, dan Menimbulkan atau melunasi kewajiban.
2) Suatu transaksi mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan mata uang
fungsional pada saat pengakuan awalnya, dengan mengalikan jumlah mata uang asing

13
dengan kurs spot (spot exchange rate) antara mata uang fungsional dan mata asing pada
tanggal transaksi.
3) Pada setiap tanggal neraca:
• Pos-pos moneter dalam mata uang asing yang masih belum diselesaikan harus
ditranslasikan dengan menggunakan kurs penutup.
• Pos-pos nonmoneter yang dicatat berdasarkan: Biaya histories dilaporkan dengan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi. Nilai wajar dalam mata uang asing
dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal nilai wajar tersebut ditentukan.
4) Selisih kurs yang terkait dengan keuntungan atau kerugian pos-pos nonmoneter yang
diakui secara langsung dalam ekuitas dimasukkan ke bagian ekuitas; sebagai contoh
keuntungan dan kerugian revaluasi yang timbul dari revaluasi aktiva tetap.
5) Selisih kurs berikut dimasukkan ke bagian ekuitas hingga pelepasan aktiva atau
kewajiban terkait pada saat selisih tersebut dipindahkan sebagai laba atau rugi:
• Yang terkait dengan kerugian atau keuntungan atas nilai yang dikaitkan dengan
pasar (mark to market) dari aktiva keuangan yang tersedia untuk dijual (available
for sale financial assets)
• Pos-pos moneter internal kelompok usaha (intragroup monetary items) yang
merupakan bagian dari investasi bersih perusahaan pada perusahaan asing (foreign
entity).
• Kewajiban luar negeri yang diperlakukan sebagai lindung nilai (hedge) terhadap
investasi bersih pada perusahaan asing.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi atas perubahan kurs, diantaranya:

a) Faktor lingkungan, politik, sosial yang bila tidak stabil akan menghasilkan risiko yang
sangat besar terhadap perubahan kurs. Faktor politik khususnya, sangat sulit untuk
diprediksi terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi
Nilai tukar, bahkan ada kalanya tidak pula menimbulkan dampak apapun terhadap
pergerakan nilai tukar. Risiko politik dapat Dicontohkan adanya penyitaan asset oleh
negara, yang akan menyebabkan exodus dollar, dan rupiah menjadi lemah.
b) Faktor lingkungan di mana suatu bisnis berada, perubahannya sangat pesat dan sangat
dinamis. Dalam lingkungan bisnis global, perpindahan modal dari suatu negara ke
negara lain memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan prediksi
perubahan kurs yang lebih tepat, agar keputusan ekonomi menjadi lebih tepat.

14
c) Pertumbuhan ekonomi, mempengaruhi perubahan kurs, indikator yang sering
digunakan misalnya Gross National Product dan Gross Domestic Product.
d) Inflasi dan suku bunga. Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah
dengan melakukan kebijakan menaikkan suku bunga melalui tight money policy, yang
diharapkan dapat memperkuat nilai tukar dan mengendalikan inflasi.
e) Balance of payment, adalah neraca pembayaran negara yang mencerminkan apakah
terjadi pemasukan devisa dari luar negeri sehingga bisa memperkuat nilai tukar.

Alternatif mengatasi Kerugian karena Perubahan kurs;

Currency Swap sering disebut Swap merupakan transaksi atau kontrak membeli atau
menjual valuta asing pada tanggal valuta tertentu, sekaligus dengan perjanjian untuk
menjual atau membeli kembali pada tanggal valuta berbeda di masa yang akan datang,
dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak. Forward contract adalah suatu
transaksi/kontrak pembelian atau penjualan suatu valuta asing atau valuta lainnya pada
tanggal valuta asing tertentu di masa yang akan datang dengan kurs yang ditentukan
sekarang (pada tanggal kontrak) Hedging sedangkan hedging, didefinisikan sebagai:
"Hedging a particular currency exposure means establishing an offsetting currency
position such that whatever is lost or gained on the original currency exposure is exactly
offset by a coresponding foreign exchange gain or on the lost on the currency hedge"

C. CONTOH ILUSTRASI PERUBAHAN KURS VALUTA ASING

15
CONTOH TRANSAKSI VALUTA ASING 2: Sebuah perusahaan membeli barang dagang
senilai 4 juta euro dari negara eropa. Mata uang fungsional adalah $. Barang dipesan 31
Maret 2012, dikirim tanggal 7 April 2012, diterima tanggal 8 April 2012, dan tagihan
diterima tanggal 28 Mei 2012. Pada contoh tersebut, maka nilai spot yang dipakai adalah
nilai rate pada tanggal transaksi. Tanggal transaksi dapat ditentukan dengan merujuk
kepada PSAK yang menentukan kapan persediaan diakui atau hutang diakui.

CONTOH TRANSAKSI VALUTA ASING 3: PT. Jaya didirikan di Indonesia dan


menjadi kantor pusat serta menjalankan fungsi administrasi. Seluruh pabrik berlokasi di
Eropa dan produknya dipasarkan dan diperdagangkan di Eropa dalam mata uang Euro.
Kegiatan operasi dan pendanaan juga melibatkan mata uang Euro. Selama ini, Rp adalah
mata uang untuk kepentingan pelaporan di Indonesia dan Euro adalah foreign currency.
Namun, menurut indikator di PSAK 10, Euro adalah mata uang fungsional dan mata
uang selain itu disebut mata uang asing (foreign currency).
Note: Apabila indikator tidak mampu memberikan jawaban yang jelas tentang penentuan suatu
mata uang fungsional, maka dibutuhkan pertimbangan manajemen atas pemilihan mata
uang fungsional sebagai pendukung atas indikator tersebut. Mata uang fungsional ketika
sudah ditetapkan sulit diubah begitu saja, tanpa ada dasar yang kuat yang dapat membuktikan
bahwa kondisi lingkungan ekonomi utamanya memang berubah. Saat terjadi perubahaan,
maka dilakukan penjabaran bersifat prospektif.

CONTOH SELISIH NILAI TUKAR – POS NON MONETER:

16
CONTOH SELISIH NILAI TUKAR – POS MONETER:

SELISIH NILAI TUKAR – POS MONETER INDUK-ANAK:

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, bahwa sebagai Standar akuntansi keuangan di Indonesia yaitu
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur mengenai transaksi mata
uang asing dan pengaruh perubahan kurs dalam PSAK Nomor 10 tentang Pengaruh
Perubahan Kurs Valuta Asing telah mengadopsi pernyataan IAS 21 per efektif 1 Januari
2014. Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing
nasional. Sebagaimana dapat diambil kesimpulan dari paparan yang telah dijelaskan bahwa
Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian,
apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar
Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus
merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang
rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta
substansi ekonominya. Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi
luar biasa suatu mata uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan
kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu
mata uang asing.

B. KRITIK DAN SARAN


Dengan adanya pembelajaran mengenai Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing
ini, maka ada baiknya kita mempelajari dan terus mengembangkan pemahaman mengenai
kurs mata uang asing, sebagai seorang accounting pun harus mengetahui apalagi
pernyataan dan peraturan terus berkembang seiring waktu terus bergerak seperti saat ini.
Karena, sudah sepantasnya memilki pemahaman yang baik terhadap Nilai Tukar Valuta
Asing.
Dalam pembuatan makalah ini mungkin apabila terdapat beberapa kekurangan baik dari
isi dan cara penulisan, untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila merasa kurang
puas dengan hasil yang kami sajikan, dan untuk itu kami bersedia menerima saran. Kami
juga mengharapkan agar makalah ini dapat menambah wawasan, serta dapat memberikan
masukan apabila terdapat kekurangan dalam penyelesaian makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2014. Standar Akuntansi Keuangan per


Efektif 1 Januari 2015. Jakarta: Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2016. Standar Akuntansi Keuangan Efektif
per 1 Januari 2017. Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Jurnal Bina Ekonomi ISSN 0853-0610 Majalah Ilmiah Fakultas Universitas
Katolik Parahyangan. 2008. Kesesuaian Penerapan IFRS No. 21 Tentang
“Pengaruh Perubahan Kurs Mata Uang Asing”. Bandung: Bina Ekonomi.
International Accounting Standards Board. 2004. IFRSs. London: IASB.
Website IASB di http://www.iasb.org
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-14-
psak-10-pengaruh-perubahan-kurs-valuta-asing

19

Anda mungkin juga menyukai