Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH FINANCIAL TECHNOLOGY

“CROWDFUNDING & CROWDINVESTING”

Dosen Pengampu: Ketut Gede Sri Diwya, ST., M. Int.Bus., M.Inf.Tech.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

NAMA NIM
1. Shinta Angelia 119211287
2. Ni Kadek Ratna Dewi 119211336
3. Reza Dimas Siswahyudi 119211123
4. Ayu Sri Oktavianti 119211333
5. Marni Chismyanti Hede P 119211265

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (SORE)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) DENPASAR
GENAP 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk penyelesain tugas dari mata kuliah Financial Technology.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan dukungan dari
anggota kelompok yang telah meluangkan waktu, ide dan bekerja sama dengan
baik dalam penyelesaian makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai
“Crowdfunding & Crowdinvesting”. Dalam penulisan makalah ini kami sebagai
penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada ibu Ketut Gede Sri
Diwya, ST., M. Int.Bus., M.Inf.Tech., selaku dosen pengampu mata kuliah
Financial Technology yang telah memberikan tugas kelompok ini kepada kami
sehingga dapat menambah wawasan untuk kami.
Dengan terselesaikannya makalah mengenai “Crowdfunding &
Crowdinvesting” ini, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna dalam penyelesaian makalah ini sehingga kami berharap
dapat menyusun lebih baik lagi di masa mendatang. Sebagai penulis, kami
berharap semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna
sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran.

Denpasar, April 2021


Penulis (Kelompok 6)

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………….……………….................... 4

B. Rumusan Masalah ………...………………….…………................ 5

C. Tujuan Masalah ..…...….……...…………...……………................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Crowdfunding dan Crowdinvesting ….........………………............ 6

B. Perkembangan Ringkas Crowdfunding di Indonesia …................... 10

C. Regulasi Fintech Crowdfunding diluar Indonesia …........................ 12

D. Contoh Platform Crowdfunding & Crowdinvesting …........…....… 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………...…………..……………………......….. 20

B. Kritik dan Saran ……………………….…………………............. 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pasar modal online adalah platform FinTech yang memfasilitasi penggalangan dana
dengan mengakses "uang orang lain". Sehubungan dengan kategori keuangan internet ini,
portal urun dana ekuitas mengganggu pasar modal ventura (VC) dengan memungkinkan
investasi langsung ke perusahaan swasta baru, dan platform pinjaman peer-to-peer (P2P)
mengganggu pasar perbankan dengan memfasilitasi pinjaman untuk usaha kecil dan
menengah (UKM). Mode baru penyatuan modal dan sekuritisasi saat ini juga sedang
diperluas ke bidang-bidang seperti perdagangan faktur dan investasi real estat. Di hadapan
mereka, jenis investasi ini dapat memberikan peluang bagi individu dan pemilik aset serta
manajer untuk membuat alokasi portofolio yang berpotensi tidak berkorelasi. Secara
bersamaan, bentuk keuangan alternatif ini memungkinkan para pencetus untuk
mensindikasikan eksposur risiko neraca, dan UKM dan pengusaha pengambil risiko,
termasuk perusahaan FinTech lainnya, untuk mendanai inovasi dan menciptakan lapangan
kerja. Potensi pertumbuhannya luar biasa.

Crowdfunding atau penggalangan dana telah menjadi fenomena dalam 1 dekade ini, di
Indonesia sendiri pada tahun 2009-2011 diawali dengan mencuatnya fenomena
penggalangan dana dengan Koin Keadilan Prita, di mana terkumpul sebanyak 800 juta
rupiah uang receh seberat kurang lebih 2,5 ton (Tempo Interaktif, 2011). Setelah itu muncul
beberapa gerakan penggalangan dana seperti Koin untuk Bilqis yang membutuhkan dana 1
milyar Rupiah untuk biaya cangkok hati, dan juga muncul platform-platform
Crowdfunding buatan tanah air seperti Kitabisa.com, AyoPeduli.com, Wujudkan.com dan
lainnya. Di tataran global ada IndieGoGo.com dan kickstarter.com yang telah
menghasilkan ratusan juta dollar sejak tahun 2009. Timbul permasalahan Usability (daya
guna) ketika muncul platform-platform Crowdfunding. Crowdfunding memberikan
alternatif sumber pendanaan baru. Crowdfunding bertindak sebagai kendaraan untuk
mengakses sumber daya dengan pemanfaatan jejaring sosial dan media online.

Crowdfunding dan Crowdinvesting adalah salah satu sumber pendanaan dimana


pengusaha semakin terpapar di atas dan di luar modal ventura dan pendanaan malaikat.
Setelah memperkenalkan jenis crowdfunding paling populer, melanjutkan dengan

4
menyajikan dan membandingkan bagaimanakah mekanisme dan platform yang
berkembang. Selain itu, permasalahan tinjauan umum tentang literatur crowdfunding yang
canggih, menyoroti insentif dan disinsentif pencipta dan penyandang dana untuk memulai
atau terlibat dalam proyek crowdfunding.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang diangkat seperti yang telah diuraikan di atas,
didapatkan beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa dan bagaimanakah Crowdfunding dan Crowdinvesting?
2. Bagaimanakah perkembangan ringkas mengenai Crowdfunding dan Crowdinvesting
di Indonesia?
3. Bagaimanakah Regulasi Fintech Crowdfunding diluar Indonesia?
4. Apa Sajakah Contoh Platform dari Crowdfunding dan Crowdinvesting Indonesia?

C. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Untuk memberikan pengetahuan mengenai apa dan bagaimanakah Crowdfunding dan
Crowdinvesting itu sendiri dalam dunia fintech.
2. Untuk memberik pengetahuan mengenai perkembangan ringkas mengenai
Crowdfunding dan Crowdinvesting di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa dan bagaimanakah Regulasi Fintech Crowdfunding diluar
Indonesia.
4. Untuk memberikan pengetahuan beberapa contoh daripada Platform dari Crowdfunding
dan Crowdinvesting di Indonesia itu sendiri.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. CROWDFUNDING DAN CROWDINVESTING


Crowdfunding dapat didefinisikan sebagai "panggilan terbuka, pada dasarnya melalui
Internet, untuk penyediaan sumber daya keuangan untuk mendukung inisiatif untuk tujuan
tertentu" (Belleflamme et al. 2014, hal. 588). Mollick (2014), mempersempit definisi dalam
konteks kewirausahaan, mendefinisikan crowdfunding sebagai upaya individu dan
kelompok wirausaha - budaya, sosial, dan nirlaba - untuk mendanai usaha mereka dengan
memanfaatkan kontribusi kecil dari sejumlah besar individu yang menggunakan internet.
Crowdfunding mengambil inspirasi dari konsep keuangan mikro (Morduch 1999) dan
crowdsourcing. Ini merupakan bentuk unik dari penggalangan dana di mana pencari modal
(pemrakarsa proyek) dihubungkan dengan pemberi modal (investor) melalui perantara
crowdfunding (platform) (Haas et al. 2014).
Istilah crowdfunding merupakan derivasi dari istilah crowdsourcing. Crowdsourcing
adalah pelibatan yang tidak terbatas dan tanpa memandang latar belakang pendidikan,
kewarganegaraan, agama, pekerjaan, bagi setiap orang yang ingin memberikan
kontribusinya atau solusinya atas suatu permasalahan yang dilemparkan oleh individu,
perusahaan, institusi, baik dibayar maupun secara cuma-cuma.
Laporan Goldman Sachs tahun 2015 berjudul Socialization of Finance menyebut
crowdfunding "berpotensi paling mengganggu dari semua model keuangan baru". Bank
Dunia memperkirakan bahwa investasi crowdfunding di negara berkembang saja dapat
mencapai US $ 96 miliar per tahun pada tahun 2025. Perusahaan modal ventura Foundation
Capital, yang portofolionya mencakup saham di Lending Club yang menyelenggarakan
IPO teknologi AS terbesar tahun 2014, menegaskan bahwa pinjaman pasar adalah AS $ 1
triliun pasar.
Dalam buku Disrupting Finance: Fintech and Strategy in the 21st Century; Selama lima
tahun terakhir, berbagai bentuk crowdfunding telah muncul. Berdasarkan risiko pendanaan
bagi investor, kita dapat membedakan model urun dana investasi dan non-investasi. Dalam
dua kelompok ini, sesuai dengan hak crowdfunders dalam hasil proyek, platform
crowdfunding selanjutnya dapat dikategorikan sebagai berikut:
• MODEL INVESTASI;

6
1) Urun dana berbasis pinjaman: dana dibayarkan kembali dan penyandang dana
memiliki hak untuk menerima pembayaran bunga yang disepakati secara
kontraktual. Model ini selanjutnya dikategorikan menjadi dua submodel utama– (1)
peer-to-peer lending (P2P) yang ditandai dengan interaksi langsung antara kedua
pihak (lihat Bab 2), dan (2) pinjaman sosial, biasanya digunakan untuk proyek
kewirausahaan. di tingkat lokal.
2) Urun dana berbasis ekuitas: dana disediakan untuk ditukar dengan saham
perusahaan. Investor memiliki hak untuk menerima pengembalian investasi jika
perusahaan berkinerja baik.
• MODEL NON-INVESTASI;
1) Urun dana berbasis penghargaan: dana disediakan sebagai imbalan atas manfaat
non-moneter. Manfaat umum termasuk hadiah kecil (reward) atau reservasi untuk
produk yang masih dalam produksi (pre-order).
2) Urun dana berbasis donasi: dana disediakan untuk alasan filantropi atau sponsor
tanpa mengharapkan imbalan.

Secara keseluruhan, penelitian dalam model crowdfunding investasi dan non-investasi


menggambarkan bahwa (1) pendanaan tidak dibatasi secara geografis meskipun kedekatan
geografis penting karena sebagian besar modal mengalir ke wilayah yang sama (misalnya
Agrawal et al. 2011; Lynn et al. 2017; Cambridge Center for Alternative Finance 2018);
(2) kecenderungan pendanaan tumbuh dengan modal yang dikumpulkan, menyoroti
pentingnya teman dan keluarga serta modal sosial internal pengusaha saat mereka
berinvestasi di awal siklus pendanaan (misalnya Agrawal dkk. 2011; Mollick 2014;
Colombo dkk. 2015; Butticè dkk. 2017); dan bahwa (3) pendanaan dipengaruhi oleh
karakteristik wilayah lokal tempat tinggal pengusaha dan investor (misalnya Di Pietro et
al. 2018a; Giudici et al. 2018).

Perkembangan pasar crowdfunding lebih lanjut ditantang oleh faktor risiko yang
dipersepsikan oleh calon investor. Dalam model investasi dan model berbasis penghargaan,
misalnya, dua risiko utama yang disoroti oleh calon investor adalah (1) risiko penipuan,
mis. kemungkinan itu produk atau proyek yang diumumkan selama kampanye mungkin
palsu atau tidak ada dan dengan demikian penggalangan dana dapat mencoba menggunakan
dana yang dikumpulkan dari pendukung untuk tujuan (pribadi) lainnya; dan (2) risiko
runtuhnya platform karena malpraktek oleh penggalang dana (Cambridge Centre for
Alternative Finance 2018). Risiko lain, seperti gagal bayar pinjaman atau keterlambatan

7
pembayaran kembali kepada investor, dalam kasus urun dana berbasis pinjaman, serta
perubahan dalam peraturan lokal dan / atau UE dianggap kurang penting bagi investor
(Cambridge Centre for Alternative Finance 2018). Patut dicatat bahwa di Inggris, tidak
seperti pandangan umum UE, keamanan siber dipandang sebagai faktor risiko utama dan
dampak Brexit bukanlah perhatian utama (Cambridge Centre for Alternative Finance
2017c). Meskipun crowdfunding adalah metode pendanaan yang relatif baru untuk
perusahaan rintisan dan usaha kecil, metode ini semakin relevan untuk pembiayaan
alternatif. Peneliti dan sarjana mulai menyelidiki fenomena ini dalam upaya untuk
membangun model teoritis yang dapat menjelaskan sepenuhnya dinamika di balik
crowdfunding, dengan fokus pada dua aspek utama: (1) insentif dan disinsentif untuk
memulai atau mengambil bagian dalam proyek crowdfunding (lihat, misalnya, Gerber dkk.
2012; Agrawal dkk. 2014; Allison dkk. 2015) dan (2) faktor yang terkait dengan kampanye
yang berhasil (lihat, misalnya, Agrawal dkk. 2011; Mollick 2014; Colombo dkk. 2015;
Giudici dkk. 2018).

Dengan menyelidiki insentif para pemrakarsa untuk memulai proyek crowdfunding,


penelitian menunjukkan bahwa penggalang dana menganggap crowdfunding sebagai
peluang (1) untuk membiayai perusahaan mereka dengan biaya modal yang lebih rendah;
(2) mendapat perhatian publik; dan (3) mendapatkan umpan balik tentang produk atau
layanan yang ditawarkan (Gerber et al. 2012; Agarwal et al. 2014; Belleflamme et al. 2014).
Platform crowdfunding mudah diakses dan dengan demikian merupakan peluang bagi
wirausahawan untuk menguji daya jual proyek dan menerima saran. Namun demikian,
merangkul crowdfunding memerlukan banyak eksposur publik dan pengungkapan
informasi (Agarwal et al. 2014). Jika pencipta tidak dapat mengumpulkan dana yang
diperlukan dari kerumunan, mereka akan menghadapi ancaman tidak hanya mengurangi
peluang mereka untuk menerima investasi di masa depan tetapi juga orang lain dapat
mencuri ide mereka.

Menurut Bradford (2012) ada beberapa tipe crowdfunding berdasarkan hasil yang akan
didapat penyandang dana atas kontribusinya, yaitu:

a) Model Donasi; Pada model ini penyandang dana tidak mendapatkan pengembalian
apapun atas dana yang telah disumbangkannya kepada pemilik pyoyek.

8
b) Model Reward; Dalam crowdfunding model ini pemilik proyek akan menawarkan
sejumlah imbalan penghargaan kepada penyandang dana atas kontribusinya meski
bukan berupa keuntungan dari proyek tersebut.
c) Model Pra-Pembelian; Pada model ini memiliki konsep yang hampir sama dengan
model reward, hanya saja imbalah yang akan diterima oleh penyandang dana adalah
berupa hasil produksi dari proyek tersebut.
d) Model Pinjaman; Dalam pengaplikasian model ini penandang dana hanya sementara
waktu meminjamkan uangnya untuk pengembangan proyek tertentu. Dan penyandang
dana akan mendapat pengembalian dari dana yang telah disumbangkannya, dan
biasanya penyandang dana juga mendapatkan bunga atas dana yang dipinjamkannya.
e) Model Ekuitas; Pada model ini penyandang dana mengharapkan kompensasi berupa
ekuitas atau bunga atas proyek yang didanainya.

Crowdinvesting adalah crowdfunding yang digunakan oleh investor yang mendanai


perusahaan baru ditukar dengan saham. Mereka biasanya keluar dari start-up perusahaan
besar memperoleh bisnis, mendapatkan keuntungan dari penjualan. Karena krisis ekonomi,
Pengusaha sulit mengakses modal. Oleh karena itu, mereka beralih ke crowdinvesting
karena ini proses yang lebih cepat. Crowdinvesting mengumpulkan dana dari investor
individu yang kemudian diinvestasikan dalam ide atau proyek. Seperti bisnis apa pun, ada
risiko yang terlibat, seperti kerugian investasi, kurangnya dividen, dilusi, dan tidak
likuiditas. Investor harus berhati-hati dalam menginvestasikan uang hasil jerih payah
mereka secara khusus memulai bisnis karena mereka mungkin tidak menerima
pengembalian apa pun. Faktanya, sang jenderal aturannya adalah mereka hanya harus
menginvestasikan uang yang mereka mampu untuk kehilangannya. Bisa jadi investor juga
harus mempertimbangkan fluktuasi pasar dari investasi mereka. Kebanyakan perusahaan
baru tidak membagikan dividen karena mereka menggunakan uangnya untuk berkembang
bisnis atau menciptakan lebih banyak produk dan layanan. Mereka juga bisa mengharapkan
pengenceran jika perusahaan rintisan meningkatkan modal di masa depan dengan
menerbitkan saham baru. Sebagian besar perusahaan rintisan yang mengumpulkan dana
tidak memiliki riwayat operasi, sehingga investor mungkin merasa kesulitan untuk
melakukannya mengevaluasi kemungkinan kinerja mereka.
Investor harus mendiversifikasi portofolionya. Mereka dapat menginvestasikan
sejumlah kecil uang dalam bisnis yang berbeda untuk menyebarkan risiko. Mereka juga
tidak boleh menginvestasikan semua milik mereka modal hanya dalam permulaan tetapi

9
menginvestasikan sebagian besar uang mereka dalam aset yang lebih aman atau likuid.
Investor juga mengandalkan kompetensi dan pengalaman direktur start-up, karena mereka
tidak dapat membuat keputusan untuk bisnis. Investor harus memperhitungkan bahwa start-
up ini mungkin tidak memutuskan untuk mendaftar publik dalam waktu dekat. Oleh karena
itu, mereka akan kesulitan untuk mendapatkannya uang kembali karena tidak ada pembeli
untuk saham mereka, atau mereka mungkin menerima lebih sedikit uang daripada yang
mereka investasikan karena fluktuasi harga. Ada juga tidak jaminan keringanan pajak. Di
Inggris Raya, Financial Conduct Authority memungkinkan individu berpenghasilan tinggi
dan investor canggih untuk mencoba-coba di kerumunan berinvestasi Dengan
crowdinvesting, struktur nominee dapat memegang saham untuk investor, meskipun dalam
beberapa kasus, platform mengikuti model kepemilikan saham langsung. Ada juga contoh
ketika investor menerima kelas saham yang berbeda, tergantung pada jumlah yang mereka
investasikan. Kompleksitas ini mengharuskan individu untuk berolahraga ketekunan
sebelum memutuskan untuk terlibat dengan crowdinvesting.

B. PERKEMBANGAN RINGKAS CROWDFUNDING DI INDONESIA


Istilah crowdfunding bagi banyak kalangan masih menjadi istilah yang asing, terutama
di Indonesia. Istilah ini baru ramai diberitakan sejak kemunculan situs donation based
crowdfunding pertama di Indonesia yakni wujudkan.com, sejak itulah masyarakat
mengidentikkan crowdfunding dengan pendanaan industri kreatif. Padahal, donation based
crowdfunding lebih luas dari bidang industri kreatif. Donation based crowdfunding
merupakan salah satu dari 4 (empat) bentuk crowdfunding yang bisa diterapkan di beberapa
bidang, oleh sebab itu memahami istilah ini berarti harus mampu memahami terlebih
dahulu tentang istilah crowdfunding. Crowdfunding adalah platform perantara keuangan
berbasis internet yang mengumpulkan dana dari masyarakat umum untuk membiayai suatu
proyek atau unit bisnis. pengembangan platform crowdfunding di Indonesia sebagian besar
berbasis Debt. Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan masih belum
memanfaatkannya secara maksimal karena minimnya literasi terkait crowdfunding sebagai
alternatif pendanaan. Jumlah crowdfunding di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia
lainnya yaitu India dan Malaysia cukup kompetitif. Namun dari segi persentase tingkat
kewirausahaan, Indonesia masih tertinggal jauh.
Crowdfunding Indonesia juga tidak ketinggalan mengikuti perkembangan teknologi
dunia, termasuk konsep crowdfunding ini. Semenjak gerakan ‘Koin Untuk Prita’ pada
tahun 2009 dan ‘Koin Untuk KPK’, platform-platform crowdfunding mulai bermunculan

10
di Indonesia. Platform crowdfunding paling populer di Indonesia adalah KitaBisa. Platform
yang memfokuskan tujuan pada donasi kemanusiaan ini sukses meraih hati masyarakat.
Kesuksesannya tidak terlepas dari dukungan tokoh masyarakat dan selebritis yang sering
ikut aktif berkampanye menggalang dana.
Dari sisi penggalang dana, crowdfunding merupakan solusi yang mudah dan relatif
terjangkau. Jika seseorang membutuhkan modal bisnis, ia tidak lagi harus memikirkan
jaminan atau keharusan membayar pinjaman dengan bunga tinggi. Untuk para pencari
donasi, platform crowdfunding adalah cara mudah untuk menyebarkan kampanye
penggalangan dana sekaligus menerima bantuan dana. Sebagai investor, ada banyak konsep
bisnis potensial yang sebenarnya sangat layak didanai, Bagi mereka yang memiliki
kelebihan dana, tidak perlu bersusah payah mencari informasi mengenai calon pengusaha
potensial. Penanaman modal juga tidak harus skala besar, Banyak platform yang
menawarkan setoran modal yang terjangkau, terutama bagi investor pemula. Bagi seorang
donatur, ia dapat dengan mudah menemukan orang yang membutuhkan uluran tangannya
dan dapat dengan mudah menyalurkan bantuan dengan kemudahan transaksi digital.
FinTechs Mengaktifkan Integrasi Pembayaran Memanfaatkan API-fication dimana
Platform ini juga menawarkan API yang membantu pasar dan platform online lainnya
untuk menerima uang dan pembayaran kepada pihak ketiga. Mereka memiliki blok
bangunan untuk mendukung crowdfunding, dan beberapa bisnis lainnya. Mereka memiliki
komponen UI yang telah dibuat sebelumnya dan serangkaian API yang tepat untuk
onboarding, perpindahan uang yang rumit, pelaporan keuangan terintegrasi dan berbagai
fungsi kompleks lainnya termasuk transaksi keuangan internasional. API ini dapat
memfasilitasi kemampuan pemrosesan kartu kredit secara global, menerima pembayaran
dan pembayaran dalam berbagai mata uang. Sampai saat ini telah muncul berbagai platform
crowdfunding terkemuka yang telah banyak dipergunakan seperti Kickstarter, Indigogo,
dll. Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat platform seperti Wujudkan.com, KitaBisa,
Patungan.net, dsb.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), crowdfunding dikelompokkan dalam empat
jenis, yaitu; quity based crowdfunding (Crowdfunding berbasis permodalan/kepemilikan
saham), lending based crowdfunding (crowdfunfing berbasis kredit/utang piutang), reward
based crowdfunding (crowdfunding berbasis hadiah), dan donation based crowdfunding
(berbasis donasi).
Sedangkan, Menurut Ciptaningtyas (2013), crowdfunding merupakan model
penggalangan dana yang terdapat beberapa aktor di dalamnya, yaitu: 1) pemilik proyek

11
atau individu yang membuat proposal dan bertanggung jawab atas proyek tersebut yang
disebut dengan creator. 2) lembaga crowdfunding yaitu merupakan wadah berupa situs
online sebagai media promosi proyek. 3) donatur yaitu orang yang tertarik untuk
memberikan dukungan terhadap proyek tersebut.

C. REGULASI FINTECH: CROWDFUNDING DILUAR INDONESIA


Proses crowdfunding tentunya memiliki berbagai mekanisme dalam menggaet investor
ataupun melakukan kampanye. Mekanisme ini merupakan serangkaian regulasi yang telah
ditetapkan platform untuk mempermudah mempertemukan orang/organisasi yang
mendanai dengan orang/organisasi yang akan didanai.
Peraturan Crowdfunding secara tepat menunjukkan kompromi antara perlindungan
investor dan inovasi keuangan/pertumbuhan ekonomi, sedangkan PSD 1 dan 2
menawarkan contoh undang-undang yang memfasilitasi gangguan keuangan tradisional
dan mempromosikan persaingan antara lembaga incumbent dan pemain baru, termasuk
perusahaan IT besar, telekomunikasi, dan ribuan perusahaan baru.
Tantangan yang ditimbulkan oleh FinTech terhadap regulasi dan kebijakan regulasi
adalah serupa dengan yang dimunculkan oleh inovasi keuangan pada umumnya, meskipun
bersifat finansial inovasi tidak selalu berasal dari terobosan teknologi (Avgouleas,2015).
Adapun Tantangan-tantangannya yaitu:
a) Tantangan pertama yaitu Mengidentifikasi bidang-bidang hukum yang berhubungan
dengan masing-masing bidang tersebut jenis instrumen atau institusi tekfin. Pada
bagian 2 di bawah, saya menganggap urundana berbasis pinjaman dan urun dana
berbasis investasi sebagai kasus yang bermakna studi, sementara di bagian 3 saya
menganalisis perlakuan regulasi mereka di Eropa yurisdiksi, yang dapat ditemukan di
berbagai wilayah - perbankan, pembayaran, sekuritas atau regulasi ad hoc - tergantung
pada negara yang dipertimbangkan, model bisnis yang diadopsi, sikap dan kekuatan
relatif pengawas keuangan.
b) Tantangan kedua adalah untuk menetapkan apakah regulasi seharusnya seperti itu
secara bertahap disesuaikan dengan berbagai jenis FinTech yang berfokus pada mereka
berfungsi, atau secara radikal direformasi dengan memberlakukan rezim khusus dan
atau memperkenalkan pengecualian untuk FinTech, terkadang disebut sebagai kotak
pasir regulasi Di bagian 4, saya menawarkan contoh fungsional pendekatan kebijakan
crowdfunding dengan menyarankan cara-cara yang dua utamanya jenis (urun dana
berbasis ekuitas dan berbasis pinjaman) dapat diatur di Eropa mengikuti model regulasi

12
sekuritas. Pada prinsipnya, saya menghindari holistic sikap FinTech, serta klaim untuk
reformasi radikal di bidang ini seperti mereka yang maju dengan beasiswa baru-baru
ini (mis. g. D. Zetzsche, R. Buckley, D. Arner.

Pendekatan nasional untuk FR-Crowdfunding sangat bervariasi di antara anggota


Serikat (G. Ferrarini dan E. Macchiavello, 2018). Kita dapat membedakan antara
Pendekatan 'tradisional' yang memperluas perbankan atau regulasi keuangan sebelumnya
ke FR-Crowdfunding dan pendekatan 'inovatif' yang terdiri dari penerapan aturan atau
rezim yang lengkap untuk FR-crowdfunding. Namun relevan perbedaan ada bahkan di
antara negara-negara yang mengadopsi pendekatan yang sama.

1) Urun Dana Berbasis Pinjaman


Di Eropa, platform umumnya tidak meminjamkan uang secara langsung, tetapi
hanya memfasilitasi pinjaman di antara klien mereka. Meskipun demikian, dalam
beberapa model bisnis baik platform mengambil partisipasi dalam pinjaman yang
diberikan melalui itu atau bank memperpanjang pinjaman atas nama pemberi pinjaman
(European Commission, 2016, 33). Dalam model lain, platform mengeluarkan catatan
untuk crowd-investor didukung oleh pinjaman yang awalnya dibuat oleh bank (model
yang berlaku di A.S.) atau memberikan hak kepada investor atas pengembalian yang
dihitung atas kinerja salah satunya pinjaman individu atau kumpulan pinjaman.
Kegiatan ini pada prinsipnya dapat memicu penerapan sejumlah undang-undang dan
peraturan mengenai berbagai bidang (seperti perbankan, pembayaran, layanan dan
pasar keuangan, perlindungan konsumen, anti pencucian uang AML). Namun, model
bisnis berbeda dan tradisi hukum berbeda menentukan perbedaan substansial antara
rezim yang berlaku untuk platform LB-crowdfunding di seluruh dunia.
Beberapa negara anggota (seperti Prancis, Inggris, Spanyol dan Portugal) telah
mengadopsi rezim khusus untuk LB-crowdfunding (G. Ferrarini dan E. Macchiavello,
2018). Mereka biasanya meramalkan jenis perantara baru, tunduk pada peraturan yang
lebih ringan daripada bank dan perusahaan investasi dan bea pendaftaran yang
tergantung pada kepatuhan dengan beberapa persyaratan khusus (seperti tes 'fit and
proper' untuk eksekutif). Selain itu, Negara Anggota membatasi ruang lingkup bisnis
baru yang diatur dengan sehubungan dengan besarnya pinjaman yang dapat diperoleh
oleh masing-masing peminjam atau kepada volume penawaran, ke jumlah yang dapat
diinvestasikan oleh setiap pemberi pinjaman dalam suatu proyek atau per tahun, dan
untuk aktivitas yang diizinkan

13
2) Urun Dana Berbasis Investasi
Variasi yang luas dalam praktik nasional tentang IB-crowdfunding tidak hanya
berasal dari model bisnis yang berbeda, tetapi juga dari regulasi perbedaan, terutama
yang berkaitan dengan konsep kunci seperti 'investasi produk’ instrumen keuangan
'dan' layanan investasi '. Beberapa negara, seperti Belanda (E. van Kranenburg, 2014),
menerapkan undang-undang sekuritas untuk aktivitas crowdfunding dan mewajibkan
platform IB berurusan dengan instrumen keuangan untuk memegang lisensi MiFID dan
sepenuhnya mematuhi dengan rezim yang relevan. Sedangkan, (b) Pendekatan kedua
mencakup rezim ad-hoc untuk IB-crowdfunding. Namun, negara-negara yang telah
mengadopsi rezim khusus menunjukkan relevansinya perbedaan pendekatan yang
diikuti dan solusi yang diadopsi. Untuk memulai dengan, Inggris memperkenalkan
rezim khusus untuk IB-crowdfunding pada tahun 2014, yang mana namun
mencerminkan pendekatan yang sebelumnya diikuti oleh keuangan Inggris
kewenangan berdasarkan hukum yang umumnya berlaku untuk IB-crowdfunding
(FCA, 2013). Pada prinsipnya, IB-crowdfunding dianggap sebagai aktivitas yang
diatur, jenisnya yang bergantung pada model bisnis yang diadopsi dan bahkan mungkin
tidak sesuai salah satu aktivitas MiFID, tunduk pada rezim yang lebih ringan (mis.
Keuangan promosi dan 'mengatur kesepakatan dalam investasi' hanya ketika perantara
mempertemukan penerbit dengan sumber pendanaan potensial).
Sejalan dengan model regulasi Inggris, IB-Crowdfunding pada dasarnya harus tetap
tunduk pada layanan investasi peraturan, seperti yang juga didebat oleh ESMA dalam
pendapatnya tahun 2014, sementara LB-Crowdfunding harus berada di bawah rezim
harmonis baru yang disesuaikan dengan kekhususan, dengan mempertimbangkan
kesamaan dengan IB-Crowdfunding. Dalam beberapa kasus, regulasi keuangan yang ada
dapat diadaptasi ke inovasi FinTech tanpa perubahan ekstensif, seperti pada area
crowdfunding. Dalam kasus lain, diperlukan perubahan mendalam, seperti file yang
dianalisis secara singkat dalam peraturan pembayaran UE, yang telah mengalami
restrukturisasi yang mendalam dalam rentang waktu yang relatif singkat mengingat
pesatnya perkembangan teknologi terjadi dalam sepuluh tahun terakhir. Dalam semua
kasus, regulator harus menyelesaikan trade-off yang sulit antara penurunan transaksi biaya
yang dimungkinkan oleh teknologi baru dan akan menyarankan deregulasi di bidang yang
relevan, dan perlindungan baik bagi investor atau pengguna layanan baru yang diberikan
oleh peraturan.

14
D. CONTOH PLATFORM CROWDFUNDING & CROWDINVESTING
Platform crowdfunding dan crowdinvesting akan tumbuh dan akan dimulai
menggabungkan inovasi dari bagian lain fintech, seperti data besar dan banyak lagi
mekanisme pembayaran yang efisien. Saat melihat sektor amal, kita bisa berharap untuk
melihat donasi dihargai dengan produk dan penawaran kecil. Sosial jaringan akan
terintegrasi sehingga orang dapat mengakses peluang dengan mudah. Kita tidak dapat
mengharapkan crowdfunding untuk menggantikan dana investasi terkelola, tetapi itu akan
terjadi menjadi pilihan yang baik sebagai titik awal, bersama dengan malaikat dan usaha
kapitalis.
EquityNet adalah situs crowdinvesting pertama.
Didirikan pada tahun 2005 di AS, itu berfokus pada
investasi dalam usaha sosial dan produk konsumen.
Itu menarik proyek dengan bantuan tunggal seperti
klinik medis dan fasilitas hidup dengan bantuan.
Profil perusahaan tersedia untuk umum tetapi hanya
pengguna terdaftar yang dapat melihatnya laporan
keuangan, prospektus, dan pengungkapan yang
diaudit. Pengguna terdaftar bisa juga mengirim pesan ke perusahaan melalui platform
crowdinvesting. Transaksi terjadi di luar platform. EquityNet tidak memiliki minimum
kebutuhan investasi. Namun, biasanya ditemukan perusahaan yang meminta $ 2.000
sampai $ 5.000 investasi.
Berikut merupakan beberapa contoh daripada Platform dari Crowdfunding dan
Crowdinvesting itu sendiri, yaitu sebagaimana berikut:
1) KITABISA.COM
Platform tersebut yaitu dibawah naungan PT
Kita Bisa Indonesia. Situs Kitabisa.com
merupakan salah satu situs penggalangan dana
paling terkenal di Indonesia. Berdiri sejak
tahun 2013, Kitabisa menjadi platform
penggalangan dana untuk beragam donasi
kemanusiaan serta proyek besar. Kitabisa.com
sudah mendanai ratusan program dengan nilai milyaran hingga saat ini. Kitabisa.com
merupakan situs yang menjadi tempat bagi penyalur dana bagi orang-orang yang ingin
menggalang dana. Bukan hanya itu, situs ini juga menjadi wadah penyalur dalam

15
pengumpulan dana untuk berbagai macam keperluan lainnya seperti edukasi, bantuan
kesehatan, kemanusiaan, dan projek-projek lainnya. Namun, Kitabisa tidak
memberikan janji investasi kepada para penyetor dana, artinya Kitabisa lebih berfokus
kepada pencarian dana amal dan sukarela dengan tujuan kemanusiaan dan pendidikan
dibandingkan dengan bisnis-bisnis lainnya. Terdapat project bidang teknologi,
kreatifitas, dan bisnis UKM. Selain itu, situs ini juga populer menggalang dana
kemanusiaan dengan membantu orang-orang yang kurang beruntung untuk menjalani
pengobatan yang dikenai biaya besar. Hingga hari ini, setidaknya sudah 8.323
campaign sudah terdanai, dengan jumlah user-nya 556.523 orang.
2) WUJUDKAN.COM (BERHENTI BEROPERASI)
Situs ini bisa dibilang sama
seniornya dengan kitabisa.com.
Tetapi sayangnya, Wujudkan.com
tidak bernasib baik seperti teman
sepantarannya. Dengan layanan
membantu pembuat iflm, game,
hingga komik, ternyata nggak cukup
membuat Wujudkan.com berlenggang hingga hari ini. Minimnya project yang sukses
mereka danai menjadi alasan mereka untuk menghentikan layanan. Hal ini juga
disebabkan karena masalah copyright di Indonesia yang belum menjadi kesadaran
masyarakat, sehingga hal ini juga yang menjadi tantangan industri kreatif di tanah air.
Situs ini berhenti memberikan layanan per 1 Februari 2017, dan benar-benar tutup buku
2 bulan berselang.
3) KOLASE.COM
Platform tersebut yaitu dibawah
naungan PT Kirai Adiwarna Nusantara
(KAWAN), yang diluncurkan sejak 1
Februari 2018 lalu. Kolase.com sendiri
adalah situs crowdfunding online musik
pertama di Indonesia. Tidak hanya musisi yang mau berkarya, tapi juga buat kalian
yang pengen bikin acara live, konser, amal, video music, buku, brand extension, juga
tur. Kolase, situs crowdfunding yang ditujukan untuk menghubungkan artis dan audiens
dalam kolaborasi event seni. Di situs ini, siapa pun bisa memilih beberapa kategori
penggalangan dana untuk acara live, konser, serta amal. Sehingga, apabila punya

16
proyek event atau pensi, tidak perlu khawatir. Pendanaan masih menjadi masalah klasik
bagi musisi Indonesia untuk berkarya. Mencoba memecahkan masalah itu, PT Kirai
Adiwarna Nusantara merilis platform crowdfunding bernama Kolase.com yang
menghimpun dana dari fans untuk membiayai proyek musisi idola mereka.
4) GANTENGTANGAN
Platform tersebut yaitu dibawah
naungan PT Kreasi Anak Indonesia.
Pada tahun 2015, lahirlah
GandengTangan untuk memfasilitasi
kebutuhan finansial usaha mikro.
GandengTangan hadir untuk
mempermudah para pelaku usaha
mikro untuk mendapatkan tambahan untuk modal usaha. Dengan adanya teknologi,
mereka ingin mewujudkan perubahan bagi masa depan usaha mikro di Indonesia.
Gandengtangan berfokus pada penggalangan dana untuk UKM atau usaha mikro yang
bisa berdampak sosial di masyarakat. Skema pendanaan dapat dimulai minimal dengan
jumlah Rp50 ribu. Investor bisa menggunakan dana yang didepositkan secara
berkelanjutan dan tidak hanya fokus pada satu pemilik usaha. Tujuan dari situs ini untuk
membantu pelaku usaha yang tidak memilik kesanggupan membayar bunga pada
pinjaman melalui bank. Hingga saat ini Gandengtangan sudah menyalurkan dana lebih
dari Rp5,4 miliar kepada 1.400 lebih pengusaha mikro di seluruh Indonesia. Situs ini
telah memiliki lebih dari 11 ribu member yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia.
5) LIMAKILO.ID
Platform tersebut yaitu dibawah naungan PT Limakilo
Maju Bersama Petani. Di bidang pemodalan, limakilo
melakukan model crowdfunding untuk membiayai
petani dengan sistem bagi hasil. Limakilo adalah salah
satu dari lima startup pertanian yang terlibat dalam
Action Synergy Program for the People's Economy.
Mereka telah menerima dana untuk tahap awal (dana
awal) dari East Ventures untuk memperluas kemitraan dan memberikan pelatihan
kepada petani kecil Indonesia. LimaKilo diakuisi oleh startup Warung Pintar dalam
program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat. LIMAKILO bertujuan agar peran
tengkulak dapat dihilangkan dalam siklus distribusi pangan. Dengan begini petani bisa

17
langsung menjual komoditi pertanian langsung ke konsumen. Mereka mencoba
mengumpulkan dana, secara crowdfunding, untuk mengambil bawang merah langsung
ke Brebes yang kemudian didistribusikan langsung ke konsumen. Kini mereka juga
menyediakan pembelian langsung ke petani untuk produk-produk sayur mayur, cabai
merah, dan beras merah.
6) AYOPEDULI.ID
Ayopeduli Merupakan salah satu situs
crowdfunding asal Indonesia yang bertujuan
untuk mempertemukan masalah sosial dan
pemberi solusi, yakni penggerak sosial, sponsor
maupun donatur. Dimana merupakan campaign
kampanye dan proyek yang sedang
membutuhkan dana. AyoPeduli memiliki 3
konsentrasi yang diangkat menjadi fokus utama
dalam platform-nya yakni, kesehatan,
pendidikan, dan juga lingkungan. Ketiga konsentrasi yang juga dapat digolongkan ke
dalam kategori layanan merupakan wadah utama bagi pengguna yang ingin
berpartisipasi dalam crowdfunding yang diwadahi oleh AyoPeduli. Situs crowdfunding
satu ini akan mempertemukan masalah sosial dan pemberi solusi (penggerak sosial,
sposor maupun donatur). Dengan bergaubung menjadi Ayopeduli diharapkan dapat
menyelesaikan masalah sosial seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dll dengan lebih
efektif dan efisien. Situs satu ini hanya memberikan bantuan untuk masalah sosial
seperti Bantuan bencana dan banjir, bakti sosial, khitanan massal, dan sebagainya.
Untuk proses pengumpulan dana ini, kamu bisa memberikan dana dengan sistem
GoPay dan Bank BRI langsung tertera diwebsite dalam menu Donasi.
7) IGROW
PT iGrow Resources Indonesia, Crowdinvesting yang
merupakan Aplikasi Proyek Pembiayaan Pertanian yang
Aman dan Menguntungkan. Salah satu situs yang
mencoba menjembatani tiga elemen dalam bisnis
pertanian yaitu modal, pasar, dan kemampuan budidaya.
Didirikan tahun 2014, iGrow menghubungkan investor
dengan petani sekaligus pemilik lahan dan pembeli
komoditas pertanian. Dalam hal ini investor tidak hanya menaruh modal saja, namun

18
juga dapat melihat perkembangan tanaman yang didanai. IGrow tidak menentukan
besarnya modal yang diinvestasikan, karena hanya tergantung pada apa yang ingin
diberikan oleh investor. Misalnya biaya sewa tanah jangka panjang, biaya bibit, atau
biaya pemeliharaan seperti pupuk, obat-obatan dan lain-lain.
8) ETHIS
Platform tersebut yaitu dibawah naungan PT
Ethis Fintek Indonesia. Situs tersebut
berdasarkan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia
(AFSI). Situs tersebut merupakan crowdfunding
Pembiayaan P2P berprinsip Syariah. Bersama
dukung Ekonomi Indonesia dari pembiayaan UMKM hingga Properti dan industri
lainnya. Ethis adalah penyelenggara teknologi finansial syariah yang melayani
pembiayaan berbasis Peer-to-Peer Financing, menghubungkan Pemilik Bisnis atau
Usaha dan Komunitas Pemberi Pembiayaan secara digital yang merupakan Islamic
crowdfunding. Ethis membuka kesempatan untuk memiliki aset portofolio real estate
yang dikelola secara profesional melalui crowdfunding. Terobosan inovasi ethis ini
telah berhasil menarik puluhan ribu pendana sebagai pemberi pembiayaan yang terdiri
dari pendana generasi muda milenial yang baru pertama kali mulai berinvestasi,
pendana kaya raya yang berpengalaman termasuk dari keluarga kerajaan, dan pendana
global pembiayaan perumahan yang tersebar lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Dimana Ethis membuka manfaat kampanye proyek dan investasi yang berjalan
membawa kebaikan.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik point-point kesimpulan
bahwa:
➢ Crowdfunding merupakan urun dana yang praktik penggalangan dana dari sejumlah
besar orang untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui
internet. Crowdfunding juga adalah salah satu bentuk dari crowdsourcing dan keuangan
alternatif yang mulai kembali muncul dan banyak dimanfaatkan orang untuk membantu
para pengusaha maupun UKM pemula. Crowfunding terdiri dari tiga komponen
penggerak, yaitu; pemilik proyek, lembaga atau operator crowdfunding (website online
atau media sosial), dan donatur.
➢ Crowdinvesting merupakan crowdfunding yang digunakan oleh investor yang
mendanai perusahaan baru ditukar dengan saham. Mereka biasanya keluar dari start-up
perusahaan besar memperoleh bisnis, mendapatkan keuntungan dari penjualan. Karena
krisis ekonomi, Pengusaha sulit mengakses modal. Oleh karena itu, mereka beralih ke
crowdinvesting karena ini proses yang lebih cepat. Crowdinvesting mengumpulkan
dana dari investor individu yang kemudian diinvestasikan dalam ide atau proyek.
➢ Jumlah crowdfunding di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yaitu
India dan Malaysia cukup kompetitif. Crowdfunding Indonesia juga tidak ketinggalan
mengikuti perkembangan teknologi dunia, termasuk konsep crowdfunding ini.
Semenjak gerakan ‘Koin Untuk Prita’ pada tahun 2009 dan ‘Koin Untuk KPK’,
platform-platform crowdfunding mulai bermunculan di Indonesia.
➢ Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), crowdfunding dikelompokkan dalam 4 jenis,
yaitu; quity based crowdfunding (Crowdfunding berbasis permodalan/kepemilikan
saham), lending based crowdfunding (crowdfunfing berbasis kredit/utang piutang),
reward based crowdfunding (crowdfunding berbasis hadiah), dan donation based
crowdfunding (berbasis donasi).
➢ Beberapa contoh daripada Platform dari Crowdfunding dan Crowdinvesting di
Indonesia itu sendiri, yaitu Kitabisa.com, Wujudkan.com, Kolase.com, Ayopeduli.id,
IGrow, Ethis, dsb.

20
B. KRITIK DAN SARAN
Dengan adanya pembelajaran mengenai Crowdfunding dan Crowdinvesting yang
aktivitas yang dilakukan seiring dengan perkembangan jaringan internet. Masifnya
perkembangan teknologi internet dengan pemanfaatan platform menjadikan fenomena
crowdfunding akan berkembang pesat. Pesatnya perkembangan crowdfunding juga akan
dialami masyarakat Indonesia sendiri. Pola komodifikasi dalam crowdfunding di Indonesia
menjadikan human interest sebagai eksploitasi yang berlebihan. Sehingga kita dapat
memahami mekanisme dari crowdfunding dan crowdinvesting itu sendiri untuk membantu
ekonomi dan aksi sosial. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan
bagaimana proses crowdfunding. Dengan mengetahui prinsip tersebut, diharapkan para
donatur/investor menyalurkan donasinya pada kampanye-kampanye yang tepat.
Dalam pembuatan makalah ini mungkin apabila terdapat beberapa kekurangan baik dari
isi dan cara penulisan, untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila merasa kurang
puas dengan hasil yang kami sajikan, dan untuk itu kami bersedia menerima saran. Kami
juga mengharapkan agar makalah ini dapat menambah wawasan, serta dapat memberikan
masukan apabila terdapat kekurangan dalam penyelesaian makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arjunwadkar, Parag Y. 2018. FINTECH: The Technology Driving Disruption in the


Financial Services Industry. Amerika Serikat: CRC Press – Taylor & Francis Group, LLC.
Chishti, Susanne and Janos Barberis. 2016. The Fintech Book: The Financial Technology
Hand Book for Investor, Entrepreneurs & Visionaries – Chapter 6. Hoboken: Wiley.
Ciptaningtyas, Catur. 2013. Penggalangan Dana Model Crowdfunding di Indonesia.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Jurnal European Economy Banks, Regulation and The Real Sector tentang The Impact of
Fintech on Banking. 2017. Regulating Fintech: Crowfunding and Beyond by Guido
Ferrarini. Roma: Europeye srl – Italy Magazine.
Lynn Teo et.all. 2016. Disrupting Finance: Fintech and Strategy in the 21 st Century.
Switzerland: Springer Nature.
Rubini, Agustin. 2017. Fintech in a Flash: Financial Technology is Easy – Chapter 7.
London, United Kingdom: Simtac Ltd.
https://blog.airfunding.net/id/uncategorized-id/sejarah-crowdfunding/
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

21

Anda mungkin juga menyukai