Anda di halaman 1dari 23

Bab 6

Investasi, Utang Luar Negeri,


dan Neraca Pembayaran
Indonesia

6.1 Pendahuluan
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat baik dari sisi internal
maupun eksternal. Kondisi internal suatu perekonomian tercermin pada
perkembangan sektor riil (termasuk produksi, konsumsi, ekspor, impor, dan
investasi), sektor pemerintah (kebijakan fiskal, APBN), dan perkembangan
sektor moneter (termasuk otoritas moneter dan perbankan). Sementara itu,
kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca pembayaran.
Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan yang erat dengan
perkembangan sektor riil, fiskal, dan moneter (Kuncoro, 2015).
Pembahasan investasi, utang luar negeri, dan neraca pembayaran Indonesia
merupakan sebuah topik utama yang sering dibahas dalam perekonomian dan
bisnis Indonesia. Dengan mengetahui teori-teori dan perkembangan dari data
makro ekonomi tersebut, khususnya Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca
Pembayaran Indonesia membuat para ekonom, investor, ataupun masyarakat
awan dapat menilai kesehatan perekonomian Indonesia.

6.2 Investasi
Dalam perekonomian suatu negara, umumnya konsumsi menempati porsi
sebesar dua pertiga dari PDB atau GDP, itu bagian yang signifikan dalam
perekonomian. Tetapi, dalam situasi nyata, investasi menentukan pertumbuhan
ekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pertama, ingatlah
bahwa para ekonom mendefinisikan investasi sebagai investasi dalam
kapasitas produksi oleh dunia bisnis. Ini mencakup bangunan dan perluasan
pabrik dan kantor dan pembelian perlengkapan dan kendaraan. Itu juga
mencakup satu hal lainnya: peningkatan dalam barang-barang inventaris yang
akan dijual. Sementara inventaris jelas bukan merupakan kapasitas produksi,
inventaris merupakan produk dari kapasitas itu. Oleh karena itu, barang-barang
inventaris mewakili simpanan kekayaan yang akan dikirimkan kepada
konsumen (Gorman, 2009).
Bagi seorang ekonom, permintaan konsumen adalah penting. Siapa tidak ingin
mobil baru, dapur baru, baju baru, dan liburan, makan di restoran?.
Masalahnya adalah semua barang tersebut butuh uang, pendapatan bersih, dan
pendapatan berasal dari pekerjaan, dan pekerjaan, pada umumnya berasal dari
bisnis. Jika bisnis tidak berinvestasi dalam kapasitas produksi, bisnis berarti
tidak membutuhkan lagi karyawan.
Dalam situasi tersebut, permintaan konsumen bukanlah penggerak dalam
perekonomian, Itu kepastian. Memang benar, permintaan sedikit berfluktuasi,
tetapi para ekonom tidak kesulitan meramalkan konsumsi. Investasi
merupakan kisah yang berbeda. Itu sepenuhnya merupakan keputusan jangka
panjang. Dan investasi adalah keputusan yang dibuat dengan kehati-hatian
yang jauh lebih besar ketimbang keputusan untuk makan malam atau membeli
sofa baru. Investasi bergantung pada profit, yang sering kali diinvestasikan
kembali dalam kapasitas produksi, dan bergantung pada nilai suku bunga.
Tetapi sebagian besar investasi bergantung pada ekspektasi dan perkiraan di
masa depan, dan sering kali masa depan yang sangat jauh ke depan.
Selain itu, keputusan investasi bisnis dibuat secara independen dari keputusan
berbelanja dan menabung yang dibuat oleh rumah tangga. Itu artinya bahwa
jumlah investasi yang ingin dilakukan bisnis tidak sesuai dengan jumlah
tabungan yang diinginkan rumah tangga, hal ini juga yang akan
mempengaruhi perekonomian.

6.2.1 Definisi, Tujuan, dan Bentuk Investasi


Definisi Investasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah :
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 3

“Penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek


untuk tujuan memperoleh keuntungan”.
Menurut Francis (1991), investasi adalah penanaman modal yang diharapkan
dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang.
Selain itu, Reilly & Brown (2003) mengatakan, investasi adalah komitmen
satu dolar dalam satu periode tertentu, akan mampu memenuhi kebutuhan
investor di masa yang akan datang dengan: (1) waktu dana tersebut akan
digunakan, (2) tingkat inflasi yang terjadi, (3) ketidakpastian kondisi ekonomi
di masa yang akan datang.
Ada 3 (tiga) alasan atau tujuan seseorang atau lembaga (institusi) melakukan
investasi, yaitu: (Munthe, R., Mardia et.al, 2021)
1. Melakukan proteksi atas aset dari kenaikan harga-harga atau inflasi.
2. Adanya kenaikan konsumsi di masa mendatang.
3. Adanya ketidakpastian pembayaran di masa mendatang

Pada awalnya dalam sistem ekonomi tertutup sederhana, investasi hanya


mencakup pada pembeliaan barang-barang modal perusahaan. Selanjutnya
berkembang mengikuti perkembangan perekonomian suatu Negara dan
terbukanya sekat investasi antar Negara, hingga berlanjut pada globalisasi
yang menjadikan one investment zone bagi setiap Negara. Kondisi ini
memunculkan berbagai bentuk investasi yang dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, diantaranya adalah: (Karya & Syamsuddin, 2016).
1. Investasi Tabungan Berjangka
2. Deposito
3. Investasi Emas
4. Investasi Saham
5. Investasi Tanah (Lahan)
6. Investasi Pendidikan

6.2.2 Perkembangan Investasi di Indonesia


Menurut (Nopirin, 2014), Meskipun sumbangan investasi dalam
perekonomian relatif kecil dibandingkan konsumsi, namun investasi tetap
4 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

mempunyai peranan yang penting di dalam permintaan agregat. Pertama,


biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan
terjadinya resesi dan boom; Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja.
Teori tentang investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi. Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya
terhadap investasi ini antara lain: tingkat bunga, penyusutan, kebijaksanaan
perpajakan, serta perkiraan tentang penjualan serta kebijakan ekonomi
(Nopirin, 2014).
Menurut BKPM, ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam
meningkatkan investasi di Indonesia antara lain adalah: (Karya &
Syamsuddin, 2016)
Faktor internal, meliputi:
1. Kestabilan sosial, politik dan keamanan belum kondusif terhadap
investasi.
2. Penegakan dan kepastian hukum masih dirasakan kurang.
3. Belum adanya kejelasan kewenangan penanganan penanaman
modal dalam era otonomi daerah.
4. Tingkat suku bunga perbankan masih cukup tinggi.
5. Sistem pelayanan satu atap (one roof service) belum berjalan.
6. Kebijakan insentif fiskal kurang kompetitif.
7. Kurang memadainya infrastruktur terutama di Kawasan
Indonesia Timur (KTI).
8. Masalah-masalah dalam kaitan dengan penerapan Otonomi
Daerah.

Faktor eksternal, meliputi:


1. Dimulainya liberalisasi perdagangan dan investasi negara-negara
berkembang di kawasan Asia Pasifik (AFTA 2002, AIA 2003,
APEC 2020).
2. Persaingan antar negara dalam menarik Foreign Direct
Investment (FDI) yang semakin tajam.
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 5

3. Masih adanya persepsi negatif terhadap daya saing dan iklim


investasi Indonesia (hasil penilaian lembaga pemeringkatan
internasional).

Secara umum, dari pernyataan para ahli ekonomi, maka faktor yang
mempengaruhi investasi, antara lain:
1. Tingkat Suku Bunga
2. Tingkat Inflasi
3. Tingkat Pendapatan Nasional
4. Infrastruktur
5. Harapan memperoleh keuntungan di masa datang dan Marginal
Eficiency of Capital (MEC).

Perkembangan Investasi di Indonesia periode 2015 – 2019, khususnya dari


Realisasi PMA dan PMDN, bisa kita lihat gambar dibawah ini :

Gambar 6.1 : Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN di Indonesia


(BKPM, 2020)
Realisasi PMA dan PMDN di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami
kenaikan, begitu juga dengan pencapaian dari target yang diharapkan oleh
Pemerintah Indonesia, sepanjang periode 2015 sampai 2019 hanya pada tahun
6 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

2018 realisasi PMA dan PMDN tidak mencapai target. Dibandingkan dengan
target realisasi investasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) sebesar Rp765 trilliun, investasi tahun 2018 tercapai sebesar 94,3
persen.
Sepanjang tahun 2018, total realisasi investasi PMDN tahun 2018 mencapai
Rp 328,6 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 25,3 persen, dibandingkan
tahun 2017 sebesar Rp262,3 triliun. Sedangkan total realisasi investasi PMA
tahun 2018 adalah sebesar Rp 392,7 triliun, turun 8,8 persen dibandingkan
realisasi investasi PMA tahun 2017 sebesar Rp430,5 triliun.
Beberapa hal yang menyebabkan realisasi tahun 2018 tidak mencapai target
yaitu. Kurangnya eksekusi implementasi kebijakan pada tahun lalu berimbas
pada perlambatan investasi di tahun ini, disamping adanya hambatan dari
faktor eksternal, Transisi perizinan ke sistem OSS sedikit banyak
mempengaruhi tren perlambatan investasi di tahun 2018.
Selanjutnya pada tahun 2019, realisasi investasi Indonesia sebesar Rp
809,6 triliun. Angka ini melampaui target yang sebesar Rp 792 triliun.
Selama 5 tahun, realisasi investasi Indonesia naik hingga 48,4 persen dari
realisasi 2015 yang sebesar Rp 545,4 triliun. Sementara jika
dibandingkan dengan 2018, realisasi naik 12,24 persen dari Rp 721,3
triliun. Kontribusi terbesar berasal dari penanaman modal asing (PMA)
yang sebesar Rp 423,1 triliun. Angka ini meningkat 10 persen
dibandingkan dengan 2018 yang sebesar Rp 392,7 triliun. Sementara
realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 386,5
triliun, naik 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp
328,6 triliun.

6.3 Utang Luar Negeri


Utang luar negeri merupakan salah satu cara pemerintah untuk membiayai
defisit anggaran belanja pemerintah. Negara-negara berkembang pada
umumnya membutuhkan utang luar negeri untuk membiayai investasinya. Hal
ini disebabkan karena tabungan domestik tidak mencukupi target
pembangunan ekonomi. Kebutuhan investasi seharusnya dibiayai oleh dana
yang bersumber dari dalam negeri. Tetapi karena keterbatasan dana yang
bersumber dari dalam negeri sehingga utang luar negeri menjadi salah satu
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 7

alternatif pemerintah untuk menutupi kekurangan tabungan domestik (Arsyad,


2010).
Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh
dari para kreditor di luar negeri tersebut. Penerima utang luar negeri dapat
berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa
uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain atau lembaga
keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia (Ulfa & Zulham, 2017).
Menurut teori Harrod Domar, utang luar negeri di negara berkembang
disebabkan oleh ketidakcukupan tabungan domestik untuk membiayai
pembangunan. Angka pertumbuhan (growth) di peroleh dengan membagi
tabungan domestik (saving) dengan rasio output kapital. Apabila tabungan
domestik tidak mencukupi. Selain itu aspek dometik seperti defisit anggaran
pemerintah yang merupakan kelebihan pengeluaran pembangunan (yang
merupakan investasi) atas tabungan pemerintah dan peranan utang luar negeri
dalam mencukupi tabungan pemerintah untuk membiayai investasi di dalam
negeri dilengkapi pula oleh peranan sumber-sumber dana dari swasta asing
dalam menutupi kekurangan tabungan swasta.
Menurut (Arfina, 2007) menerangkan bahwa untuk mengukur sejauh mana
tingkat utang membebani suatu negara kita dapat lihat dari beberapa aspek.
Aspek tersebut sebagai berikut :
1. Tingkat Debt Service Ratio (DSR), yaitu perbandingan antara
pembayaran bunga plus cicilan utang terhadap penerimaan ekspor
suatu negara tahun yang sama. Sebagai contoh DSR Brazil dan Korea
Selatan pada tahun 1982 masing-masing sebesar 81% dan 2,2%. Ini
berarti Brazil menggunakan 81% dari ekspornya untuk membayar
utang dan Korea Selatan hanya menggunakan 2,2%. Menurut
pengalaman dibanyak negara batas aman untuk DSR adalah 20%.
2. Presentase Utang terhadap GDP (Debt to GDP ratio). Meskipun
secara absolut jumlahnya kecil, tetapi jika persentase terhadap GDP
relatif besar, hal ini akan memberatkan negara tersebut.

Krisis pembayaran utang luar negeri suatu negara terjadi jika memenuhi tiga
persyaratan dibawah ini (Eaton dan Taylor, 1986):
1. Tidak sanggup membayar (insolvent) atau tidak mampu
membayar utang dalam jangka panjang.
8 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

2. Tidak likuid (illiquid), yakni mereka tidak mempunyai cukup


uang untuk membayar kewajiban saat jatuh tempo.
3. Tidak punya keinginan untuk membayar.

Ada 4 (empat) upaya untuk mengurangi beban utang luar negeri bisa
dilakukan, yaitu:
1. Pengurangan atau pemotongan, penundaan dan penjadwalan
ulang pembayaran cicilan pokok, dan bunga utang;
2. Konversi utang;
3. Melunasi lebih awal utang jangka pendek; dan atau
4. Meminta penghapusan utang yang masih ada.

Cara 1 sampai 3 merupakan strategi jangka pendek. Pada era reformasi,


Presiden Megawati yang pertama kali meminta dalam pidato kenegaraan 16
Agustus 2004 agar IMF bersedia untuk memprakarsai penjadwalan ulang
pembayaran cicilan utang luar negeri Indonesia supaya tersedia lebih banyak
dana yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan berbagai proyek dan
program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, cara ke-4
adalah mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri atau mengurangi
pembuatan utang baru.

Gambar 6.2: Perkembangan Total Utang Luar Negeri Indonesia


(Databoks, 2020)
Perkembangan Total utang luar negeri Indonesia pada periode 2006 sampai
2020 yang terlihat pada gambar di atas, utang luar negeri Indonesia selalu
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 9

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006, total utang luar
negeri Indonesia mencapai US$134 miliar. Selanjutnya pada tahun 2020, total
utang luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp.6.074,56 triliun. secara
nominal, posisi utang pemerintah pusat mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh pelemahan
ekonomi akibat Covid-19 serta peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk
menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi.
Demikian juga dengan Rasio Utang terhadap PDB Indonesia yang setiap
tahunnya selalu mengalami fluktuasi. Perkembangan Rasio Utang terhadap
PDB Indonesia terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6.1: Perkembangan Rasio Utang Terhadap PDB Indonesia
(Databoks, 2020)

Tahun Debt to GDP Ratio (%)


2005 46.5
2006 35.9
2007 32.2
2008 30.1
2009 31.76
2010 26.55
2011 25.03
2012 27.41
2013 29.13
2014 32.95
2015 36.09
2016 34.3
2017 34.71
2018 29.8
2019 29.8
2020 32.1

Rasio utang terhadap PDB dapat dilihat sebagai kriteria untuk mengecek
kesehatan keuangan suatu Negara, dimana rasio di atas 50 persen
10 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri Indonesia telah membebani lebih


dari 50 persen pendapatan nasional.
Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2020, nilai rasio utang terhadap PDB
Indonesia belum pernah melebihi angka 50 persen. Pemerintah Indonesia
memiliki motivasi dan komitmen yang kuat untuk membawa rasio utang
terhadap PDB tersebut menjadi di bawah 50 persen setiap tahunnya,
mengingat institusi-institusi Indonesia sebagai Negara berkembang belum
sekuat Negara maju. Selain itu, berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, batas maksimal rasio utang
pemerintah adalah 60 persen terhadap PDB. Itu artinya, rasio utang tersebut
masih dalam kategori aman.

6.4 Neraca Pembayaran Indonesia


6.4.1 Definisi, Fungsi, dan Tujuan Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran adalah catatan yang sistematik tentang transaksi ekonomi
internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain
(Nopirin, 1996).
Menurut Balance of Payment Manual (BPM) yang diterbitkan IMF (1993)
definisi neraca pembayaran internasional (Balance of Payment) adalah suatu
catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang
meliputi perdagangan barang jasa, transfer keuangan dan moneter antara
penduduk (resident) suatu Negara dan penduduk luar negeri (rest of the world)
untuk suatu periode tertentu,biasanya satu tahun (Hady, 2001).
Definisi Neraca Pembayaran Internasional dinyatakan oleh (Dumairy, 1996)
bahwa :
“Segala transaksi yang dilakukan oleh suatu negara dalam hubungan
ekonominya dengan negara lain—baik berupa barang, jasa, maupun
dana – dicatat secara sistematik di dalam suatu daftar atau catatan”.
Menurut (Kuncoro, 2015), secara umum transaksi-transaksi di sektor eksternal
yang tercatat dalam neraca pembayaran merupakan gambaran dari seluruh
aliran sumberdaya (resource flows) baik merupakan uang maupun barang dan
jasa, yang kepemilikannya berpindah dari satu Negara ke Negara lainnya.
Perpindahan kepemilikan tersebut dapat terjadi karena pertukaran (exchange)
atau tanpa pertukaran (unrequited transfer), seperti hibah.
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 11

Neraca Pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-


transaksi antara penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain selama
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran memberikan
informasi penting mengenai hubungan ekonomi diantara satu Negara dengan
Negara lain (Silalahi, R., Damanik, et al, 2014)
Menurut (Panennungi & Xu, 2017), ada beberapa prinsip penting yang perlu
didiskusikan untuk Neraca Pembayaran, yaitu:
1. Sistem pencatatan didasarkan atas double entry system yang setiap
transaksi akan berpasangan dengan tanda yang berlawanan.
Misalnya, jika kita mengekspor, maka akan masuk ke Neraca
Pembayaran sebagai Kredit (+) sementara pada waktu bersamaan
deposito meningkat sebagai Debit (-).
2. Transaksi Riil (barang dan jasa) akan dicatat dalam Neraca Transaksi
Berjalan atau Current Account dan Transaksi Modal/Finansial akan
dicatat dalam Neraca Modal/Finansial atau Capital/Financial
Account.
3. Penduduk berkewarganegaraan asing seperti pelancong, pekerja
migran, diplomat, serta tentara asing dianggap sebagai orang asing.
Perusahaan multinasional yang beroperasi dalam jangka panjang
(lebih dari setahun) dianggap sebagai bukan asing. Bagian
pemerintah yang berada di luar negeri dianggap sebagai penduduk.
4. Penilai transaksi didasarkan atas harga pasar dan nilai tukar saat itu.
Jika tidak bisa dengan harga pasar (misalnya barter) maka perlu
diperkirakan harga pasarnya.

(Sinaga, 2015) mengatakan ada 3 (tiga) alasan perlu mempelajari Neraca


Pembayaran, yaitu:
1. Neraca Pembayaran Internasional menyediakan informasi yang
mendalam tentang permintaan dan penawaran mata uang suatu
Negara.
2. Data Neraca Pembayaran Internasional suatu negara merupakan
sinyal tentang potensinya sebagai partner bisnis bagi dunia.
12 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

3. Data Neraca Pembayaran Internasional dapat digunakan untuk


mengevaluasi kinerja negara dalam persaingan ekonomi
internasional.

(Dumairy, 1996) mengatakan bahwa suatu neraca pembayaran internasional


terdiri atas beberapa unsur berupa neraca-neraca parsial yang cakupannya
lebih spesifik atau terbatas. Unsur-unsur yang dimaksud adalah neraca
perdagangan (trade balance); transaksi berjalan (current account), neraca
modal (capital account), serta tiga ayat yang bukan berupa neraca yaitu SDR,
selisih perhitungan, dan cadangan devisa.
Menurut (Karya dan Syamsuddin, 2016), neraca pembayaran akan
memberikan informasi penting terhadap nilai ekspor dan impor. Defisit neraca
perdagangan secara keseluruhan yang disebabkan oleh impor yang melebihi
dari ekspor, memiliki konsekuensi mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di
dalam negeri dan masalah pengangguran yang memprihatinkan dapat terjadi.
Yang lebih serius adalah berkurangnya kepercayaan orang terhadap prospek
ekonomi Negara tersebut dalam jangka panjang. Sebagai akibatnya banyaknya
modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, karena tidak tertarik
melakukan investasi di dalam negeri.
Menurut (Sinaga, 2015), ada beberapa fungsi dan tujuan dari neraca
pembayaran internasional, yaitu:
1. Sebagai alat pembukuan & alat pembayaran luar negeri agar
pemerintah dapat mengambil keputusan untuk memasukan barang
dari luar negeri atau tidak dan dapat membayar tepat pada waktunya.
2. Sebagai alat untuk menjelaskan pengaruh transaksi luar negeri
terhadap pendapatan nasional.
3. Sebagai alat untuk mengukur keadaan perekonomian dalam
hubungan internasional dari suatu negara.

Sedangkan tujuan dibuatnya neraca pembayaran internasional adalah sebagai


berikut:
1. Memberi keterangan kepada pemerintah mengenai posisi
internasional negara yang bersangkutan.
2. Membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dibidang politik
perdagangan dan urusan pembayaran kepada bank.
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 13

3. Membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dibidang politik,


moneter, dan fiskal.

6.4.2 Anatomi Neraca Pembayaran


Pada dasarnya neraca pembayaran mempunyai 2 (dua) bagian yang utama ,
yaitu : (Kuncoro, 2015).
1. Rekening transaksi berjalan (current account), yang mencatat seluruh
transaksi barang dan jasa. Rekening transaksi berjalan terdiri dari tiga
bagian: (1). Neraca perdagangan (balance of trade), yang mencatat
selisih antara ekspor dan impor barang yang diperdagangkan dalam
perdagangan internasional; (2). Neraca jasa (service balances), yang
mencatat transaksi ekspor dan impor jasa, termasuk pembayaran
bunga dan dividen, pengeluaran militer dan turis; (3). Neraca transfer
unilateral (unilateral transfer balance), yang mencatat hibah baik
dari perseorangan maupun pemerintah (misalnya bantuan luar negeri
dan bantuan militer). Sumber-sumber dana ditunjukkan dengan tanda
positif (kredit), sedangkan penggunaan dana ditunjukkan oleh tanda
negatif (debit).
2. Rekening Modal (capital account), yang menunjukkan aliran modal
finansial, baik yang langsung diperdagangkan (perubahan portofolio
dalam bentuk saham, obligasi, dan surat berharga internasional lain)
maupun untuk membayar barang dan jasa. Dengan kata lain, rekening
ini mencerminkan perubahan kepemilikan jangka panjang dari suatu
negara (baik berupa investasi asing langsung maupun pembelian
surat-surat berharga dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun), dan
kekayaan finansial jangka pendek (surat-surat berharga dengan jatuh
tempo kurang dari satu tahun). Dengan demikian, transaksi dalam
rekening modal diklasifikasikan sebagai: (a) investasi portofolio
(pembelian aset finansial dengan masa jatuh tempo lebih dari satu
tahun); (b) aliran modal kurang dari satu tahun; (c) investasi asing
langsung di mana terdapat kontrol manajemen baik parsial maupun
penuh; (d) pinjaman luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah.
14 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

Tabel 6.2: Anatomi Neraca Pembayaran (World Bank, 1992)


Credits Debits

Current Account Exports of goods & nonfactor Imports of goods & nonfactor
services services
Exports of factor services Imports of factor services
Private unrequited transfer (by Private unrequited transfer (by
nonresidents) residents)

Official urequited transfers Official unrequited transfer


(by foreign government) (by national government)

Capital Account Foreign Direct Investment (by Foreign Direct Investment (by
non-residents) (disinvesmant residents) (disinvesmant
shown as negative) shown as negative)
Portofolio investment (by non Portofolio investment (by
resident) (amortizations resident) (amortizations
shown as negative) shown as negative)
Other long-term capital Other long-term capital
inflows (by nonresidents) outflows (by residents)
(amortizations shown as (amortizations shown as
negative) negative)

Short-term capital inflows Short-term capital outflows

Reserve Account Net Changes in Reserves

IMF (1999) memberikan kerangka Neraca Pembayaran seperti pada tabel di


bawah ini:

Tabel 6.3: Neraca Pembayaran (IMF, 1999)


1. Transaksi Berjalan 2. Neraca Modal dan Finansial
A. Barang dan Jasa A. Neraca Modal
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 15

Barang Transfer Modal


Jasa Akuisisi Aset Nonfinansial
Transportasi B. Neraca Financial
Turisme Inv. Asing Langsung Bersih
Jasa Pemerintah Inv. Portofolio Bersih
Jasa Lainnya Inv. Lainnya
B. Pendapatan Faktor Produksi Pinjaman/Kredit Dagang
Upah/Gaji Penggunaan Kredit/Pinj IMF
Pendapatan Investasi/Modal C. Cadangan
C. Transfer Berjalan Emas
Cadangan dari IMF
Posisi Cadangan dalam IMF
Valuta Asing
Klaim Lainnya

Pada dasarnya Neraca Transaksi Berjalan menggambarkan nilai bersih antara


sisi debit dan sisi kredit dari seluruh transaksi yang tercatat dalam setiap
komponen transaksi berjalan. Transaksi berjalan mengukur penerimaan dan
pengeluaran Indonesia yang berasal dari transaksi barang dan jasa, pendapatan,
dan transfer berjalan dengan bukan penduduk. Transaksi dalam transaksi
berjalan bersifat final, dalam arti transaksi tersebut tidak dihubungkan dengan
transaksi sebelumnya atau yang akan datang, sebagaimana umumnya transaksi
finansial, misalnya penyelesaian atas tagihan finansial atau timbulnya
pendapatan investasi.
Secara konseptual, neraca perdagangan atau lebih dikenal dengan transaksi
barang, dicatat dalam neraca pembayaran pada saat terjadi perpindahan
kepemilikan antara penduduk dengan bukan penduduk. Pada praktiknya, data
transaksi barang umumnya bersumber dari data kepabeanan. Data kepabeanan
didasarkan pada pergerakan barang melewati perbatasan (cross-border).
Standar internasional pencatatan neraca pembayaran mensyaratkan transaksi
barang sebagaimana transaksi lainnya dicatat dengan menggunakan harga
pasar. Namun demikian, sebagai pendekatan praktis terhadap harga pasar
digunakan harga transaksi yang dipakai dalam data kepabeanan. Secara
konvensi, barang dinilai secara free on board (f.o.b) pada batas pabean negara
eksportir. Free on Board (f.o.b) merupakan istilah perdagangan yang berkaitan
dengan pengapalan dan harga barang (Kuncoro, 2015).
16 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

Dalam praktiknya di Indonesia terdapat dua versi neraca perdagangan, yaitu


neraca perdagangan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
neraca perdagangan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Statistik
Perdagangan Luar Negeri yang dipublikasikan oleh BPS merupakan statistik
perdagangan internasional (international trade statistics) yang pencatatannya
mengacu kepada manual International Merchandise Trade Statistics (IMTS)
yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB). Sementara itu,
statistik ekspor impor barang yang ada dalam statistik neraca pembayaran
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dicatat menurut manual Balance
of Payment yang dikeluarkan oleh International Monetary Funds (IMF).
Komponen jasa dalam transaksi berjalan mencakup transaksi penyediaan jasa
oleh penduduk Indonesia kepada bukan penduduk (inflow) dan oleh bukan
penduduk Indonesia (outflow). Transaksi jasa mencakup jasa transportasi
barang (freight) serta penumpang dan lainnya (passenger and other); jasa
perjalanan (travel), dan jasa-jasa lainnya yaitu: jasa komunikasi; jasa
konstruksi; jasa asuransi; jasa keuangan; jasa komputer dan informasi; jasa
royalti dan lisensi; jasa bisnis lainnya; jasa personal, kebudayaan, dan rekreasi;
dan jasa pemerintah. Dalam publikasi resmi, sembilan komponen jasa yang
terakhir saat ini tergabung dalam satu komponen ”jasa-jasa lainnya”, artinya
hanya ada 3 komponen, yaitu: transportasi, perjalanan dan jasa-jasa lainnya
(Kuncoro, 2015).
Pada neraca pendapatan, definisi pendapatan (income) merupakan
perolehan/hasil yang timbul dari penyediaan faktor produksi tenaga kerja dan
modal finansial. Inflow pendapatan mengacu pada hasil yang diperoleh dari
penyediaan tenaga kerja Indonesia atau model finansial Indonesia kepada
bukan penduduk; sementara outflow pendapatan merupakan biaya yang harus
dibayar Indonesia karena memanfaatkan tenaga kerja atau modal finansial
asing.
Transaksi pendapatan (income) meliputi kompensasi tenaga kerja
(compensation of employees) dan pendapatan investasi (investment income).
Kompensasi tenaga kerja merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja
dari majikannya dinamakan kompensasi tenaga kerja, sedangkan pendapatan
investasi terdiri dari tiga komponen, yaitu: investasi langsung (direct
investment), investasi portofolio (portofolio investment), dan investasi lainnya
(other investment).
Neraca Transfer, sebagian transaksi dalam neraca pembayaran melibatkan
pertukaran sumber daya riil atau finansial (seperti barang, jasa, atau aset
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 17

finansial) dengan sumber daya lain dengan nilai yang setara. Saat sumber daya
diberikan tanpa timbal balik (misalnya berupa hadiah, pajak, atau hibah),
transaksi tersebut dinyatakan sebagai transaksi sepihak. Untuk menjaga prinsip
entri ganda dalam pencatatan neraca pembayaran, nilai sumber daya yang
diberikan tersebut dicatat dalam entri lawan (contra entry) transaksi sebagai
transfer. Transfer dibedakan antara transfer berjalan yang menjadi bagian dari
transaksi berjalan dan transfer modal yang bagian dari transaksi modal (capital
account).
Pada Neraca Arus Modal, bila rekening modal mengalami surplus, berarti
terjadi arus modal neto yang masuk (net capital inflows) ke dalam negara
tersebut. Dengan kata lain, produk domestik menjual lebih banyak aset
finansial ke luar negeri daripada membeli dari luar negeri, artinya negara
tersebut meminjam dari luar negeri. Aliran modal yang masuk ini akan
meningkatkan aliran cadangan internasional dan cenderung memperbaiki
kinerja neraca pembayaran. Sebaliknya, rekening modal yang defisit, artinya
terdapat aliran modal neto yang ke luar, atau negara tersebut secara
keseluruhan membeli aset finansial luar negeri, atau meminjamkan ke luar
negeri. Akibatnya hal ini cenderung meningkatkan mengalirnya cadangan
internasional ke luar negeri, dan pada gilirannya memperburuk neraca
pembayaran (Kuncoro, 2015).
Menurut (Kuncoro, 2015), faktor-faktor kunci yang mempengaruhi
keseimbangan neraca modal, yaitu:
1. Suatu negara dapat mengenakan pajak penghasilan khusus terhadap
investor asing yang melakukan investasi di negara tersebut.
2. Liberalisasi atas kontrol terhadap aliran modal internasional secara
bertahap.
3. Antisipasi pergerakan kurs valuta asing oleh para investor surat
berharga.

Cadangan devisa Indonesia merupakan aset eksternal yang langsung tersedia


dan berada di bawah kontrol Bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk
membiayai adanya ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, melakukan
intervensi pasar guna menjaga kestabilan nilai tukar, dan untuk tujuan lainnya
terkait ketahanan perekonomian Indonesia.
18 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

6.4.3 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia


Secara umum, dalam analisis Neraca Pembayaran beberapa hal berikut perlu
mendapat perhatian: Neraca Perdagangan (Trade Balance), Neraca Transaksi
Berjalan (Current Account Balance), Neraca Dasar (Basic Balance), dan
Neraca Keseluruhan (Overall Balance). Sebagai informasi, penyusunan
Neraca Pembayaran Indonesia oleh Bank Indonesia senantiasa dilakukan
updated. Mari kita perhatikan kondisi Neraca Pembayaran Indonesia dari
tahun 2010 sampai tahun 2020 seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.4: Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia, 2010-2020 (Bank
Indonesia, 2021)
Tahun Neraca Pembayaran Indonesia(US$)
2010 30343099928
2011 11856611941
2012 215124729.8
2013 -7324726727
2014 15248590284
2015 -1098046441
2016 12088867755
2017 11586042121
2018 -7131284632
2019 4676000000
2020 2597000000

Neraca Pembayaran Indonesia dari tahun 2010 sampai 2020 selalu


berfluktuasi, pada periode tersebut sudah 3 (tiga) kali Indonesia mengalami
defisit yaitu pada tahun 2013, 2015, dan 2018. Pada ketiga tahun tersebut
kondisi perekonomian Indonesia mengalami gangguan dampak neraca
transaksi berjalan yang defisit, ketidakpastian di pasar keuangan global, serta
dampak dari perang dagang AS dan China yang berlangsung.
Pada tahun 2020, Neraca Pembayaran Indonesia mengalami surplus sebesar
US$ 2,6 miliar yang merupakan kelanjutan pencapaian surplus yang terjadi di
tahun 2019 yang lalu. Pencapaian ini disebabkan oleh kinerja ekspor yang
terbatas akibat melemahnya permintaan dari negara mitra dagang yang
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 19

terdampak Covid-19, di tengah impor yang juga tertahan akibat permintaan


domestik yang belum kuat.

Tabel 6.5: Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia 2020 (Bank Indonesia,


2021)
KETERANGAN 2020
Q1* Q2* Q3* Q4*
I. Transaksi Berjalan -3,605 -2,938 1,008 795 -4,739
A. Barang 4,507 3,952 9,791 9,951 28,201
- Ekspor, fob 41,737 34,627 40,804 46,173 163,342
- Impor, fob -37,231 -30,675 -31,013 -36,223 -135,141
1. Barang Dagangan Umum 3,192 2,468 8,726 10,081 24,467
- Ekspor 40,035 32,994 39,201 45,570 157,800
- Impor -36,842 -30,527 -30,475 -35,489 -133,333
a. Nonmigas 5,809 3,289 9,441 11,328 29,867
- Ekspor 37,726 31,237 37,196 43,173 149,333
- Impor -31,917 -27,949 -27,755 -31,845 -119,466
b. Migas -2,617 -821 -715 -1,247 -5,400
- Ekspor 2,308 1,757 2,004 2,398 8,467
- Impor -4,925 -2,578 -2,719 -3,644 -13,867
2. Barang Lainnya 1,314 1,485 1,065 -130 3,734
- Ekspor 1,703 1,633 1,603 603 5,542
- Impor -388 -148 -539 -733 -1,808
B. Jasa - jasa -1,867 -2,145 -2,726 -3,105 -9,843
- Ekspor 6,103 2,603 2,824 3,342 14,872
- Impor -7,970 -4,748 -5,550 -6,447 -24,715
C. Pendapatan Primer -7,936 -6,185 -7,427 -7,479 -29,028
- Penerimaan 1,035 1,404 1,251 1,532 5,222
- Pembayaran -8,971 -7,589 -8,678 -9,011 -34,250
D. Pendapatan Sekunder 1,692 1,440 1,371 1,428 5,932
- Penerimaan 2,803 2,578 2,500 2,743 10,624
- Pembayaran -1,111 -1,137 -1,129 -1,315 -4,692
II. Transaksi Modal 1 6 7 24 37
- Penerimaan 1 6 7 24 37
- Pembayaran - - - - -
III. Transaksi Finansial ² -3,078 10,892 946 -931 7,829
- Aset -4,958 -1,300 -2,812 -8,136 -17,207
- Kewajiban 1,880 12,192 3,757 7,205 25,035
1. Investasi Langsung 4,281 4,227 1,369 4,236 14,114
a. Aset -688 -706 -2,725 -870 -4,989
20 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

b. Kewajiban 4,970 4,932 4,095 5,106 19,103


2. Investasi Portofolio -6,101 9,775 -1,895 2,154 3,932
a. Aset -88 -181 -227 -653 -1,149
b. Kewajiban -6,013 9,956 -1,669 2,807 5,081
- Sektor publik -8,138 6,845 461 2,255 1,424
- Sektor swasta 2,125 3,111 -2,130 552 3,657
3. Derivatif Finansial -326 125 18 201 18
4. Investasi Lainnya -932 -3,235 1,454 -7,522 -10,235
a. Aset -4,475 -1,071 38 -6,870 -12,377
b. Kewajiban 3,543 -2,164 1,415 -652 2,142
- Sektor publik -341 -413 1,447 1,296 1,989
- Sektor swasta 3,884 -1,752 -31 -1,948 153
IV. Total (I + II + III) -6,682 7,960 1,961 -112 3,127
V. Selisih Perhitungan Bersih -1,863 1,286 92 -45 -530
VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) -8,545 9,245 2,053 -156 2,597
VII. Cadangan Devisa dan yang terkait ³ 8,545 -9,245 -2,053 156 -2,597
A. Transaksi Cadangan Devisa 8,545 -9,245 -2,053 156 -2,597
B. Kredit dan Pinjaman IMF - - - - -
C. Exceptional Financing - - - - -
Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa 120,969 131,718 135,153 135,897 135,897
Dalam Bulan Impor dan Pembayaran 6.98 8.13 9.12 9.76 9.76
Utang Luar Negeri Pemerintah
- Transaksi Berjalan (% PDB) -1.31 -1.2 0.38 0.29 -0.45
- Rasio Pembayaran Utang (%)
a.I. Rasio Pembayaran Utang Pemerintah - - - - -
& Otoritas Moneter (%)

Tabel 6.5 berikut ini adalah ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
yang diambil dari publikasi SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan
Indonesia) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada bulan Januari 2021.
Secara umum Neraca Transaksi Berjalan Indonesia selama tahun 2020
mengalami defisit yang mencapai USD 4,739 Miliar, tetapi pada dari periode
dua kuartal terakhir (Q3 dan Q4) cenderung mengalami surplus.
Secara teori, stabilitas neraca transaksi berjalan diperlukan untuk mendukung
perekonomian. Pertama sebagai salah satu komponen neraca pembayaran,
nilai surplus/defisit neraca transaksi berjalan adalah perangkat estimasi
permintaan/penawaran mata uang Rupiah di pasar internasional yang
berpengaruh terhadap kestabilan nilai tukar. Selain itu, sebagai salah satu
komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB), nilai surplus/defisit
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 21

neraca transaksi berjalan. Oleh karena itu, defisit pada neraca transaksi berjalan
akan menyebabkan pelemahan mata uang rupiah yang menyebabkan
peningkatan biaya produksi akibat mahalnya bahan baku. Sehingga bisa
dipahami jika kestabilan nilai tukar selalu menjadi agenda utama dari
pemerintah melalui Bank Indonesia.
22 Perekonomian dan Bisnis Indonesia

Pustaka

Arfina, Vivi. (2007) “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri dan Variabel
Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun
1993-2006,” Skripsi: Ilmu Ekonomi, Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Arsyad, Lincolin. (2010) “Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima,”
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Bank Indonesia. (2021) "Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Januari
2021," Jakarta: Bank Indonesia.
Dumairy. (1996) "Perekonomian Indonesia," Jakarta: Erlangga.
Eaton, J., Taylor, L (1986) “Developing Country Finance and Debt,” Journal
of Development Economics. Elsevier, 22(1), hal. 209-265.
Francis, Jack Clark. (1991) “Investment: Analysis and Management, 5
Edition” Singapura: McGraw-Hill Inc.
Gorman, Tom. (2009) “The Complete Ideal's Guides: Economics,” Jakarta:
Prenanda.
Hady, Hamdy. (2001) “Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan
Perdagangan,” Jakarta: Ghalia Indonesia.
International Monetary Fund. (1999). External Debt Statistics: Guide for
Compilers and Users. Washington DC: International Monetary Fund.
Karya, Detri., Syamsuddin, Syamri. (2016) “Makro Ekonomi: Pengantar
Untuk Manajemen,”Jakarta: Rajawali Pres.
Kuncoro, Mudrajad. (2015) “Mudah Memahami & Menganalisis Indikator
Ekonomi,” Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Munthe, R., Mardia et.al. (2021) “Sistem Perekonomian Indonesia,” Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Nopirin. (1996) “Ekonomi Moneter, Buku II Edisi 1,” Yogyakarta: BPFE
Nopirin. (2014) “Ekonomi Moneter, Edisi Keempat,” Yogyakarta: BPFE.
Panennungi, A. Maddaremmeng., Xu, Novia. (2017) "Perekonomian
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 23

Indonesia dalam Tujuh Neraca Makroekonomi, Seri 1," Jakarta:


Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Reilly, Frank and Keith C Brown. (2003) "Investment Analysis and Portfolio
Management,7 Edition," US: Thomson South-Western Inc.
Silalahi, R., Purba, J.A., Damanik, Darwin., Fahmi, Muhammad. (2014).
"Pengantar Ekonomi Makro," Bandung: Citapustaka Media.
Sinaga, Murbanto. (2015). "Ekonomi Internasional," Tebing Tinggi: STIE
Bina Karya.
Ulfa, S., Zulham, T., (2017) “Analisis Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan
Ekonomi: Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,” Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan FEB Unsyiah, 2(1), hal.
144-152.

Biodata Penulis:
Darwin Damanik, SE, MSE lahir di Jakarta, 28
Desember 1981. Ia menyelesaikan studi S-1 di
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(IESP) Fakultas Ekonomi Universitas Lampung (FE
UNILA) dengan konsentrasi Ekonomi Moneter pada
tahun 2005. Selanjutnya, ia merampungkan studi S-2
di Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dengan
konsentrasi Ekonomi Moneter pada tahun 2008. Saat
ini, ia tengah menempuh studi doktor (S-3) di Jurusan Ilmu Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU).
Aktivitasnya sebagai Dosen Tetap dan Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun di Kota
Pematangsiantar. Selain itu aktif menulis di beberapa jurnal nasional dan
internasional. Mata kuliah yang diampunya adalah Ekonomi Makro, Ekonomi
Pembangunan, dan Perekonomian Indonesia. Beberapa buku yang pernah
ditulisnya yaitu Pengantar Ekonomi Makro (Citapustaka Media, 2014), Sistem
Perekonomian Indonesia, Ekonomi Pembangunan, Ekonomi Internasional,
Perekonomian Indonesia (Kita Menulis, 2021). Penulis dapat dihubungi
melalui email: darwin.damanik@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai