6.1 Pendahuluan
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat baik dari sisi internal
maupun eksternal. Kondisi internal suatu perekonomian tercermin pada
perkembangan sektor riil (termasuk produksi, konsumsi, ekspor, impor, dan
investasi), sektor pemerintah (kebijakan fiskal, APBN), dan perkembangan
sektor moneter (termasuk otoritas moneter dan perbankan). Sementara itu,
kondisi eksternal tercermin pada perkembangan neraca pembayaran.
Perkembangan neraca pembayaran memiliki keterkaitan yang erat dengan
perkembangan sektor riil, fiskal, dan moneter (Kuncoro, 2015).
Pembahasan investasi, utang luar negeri, dan neraca pembayaran Indonesia
merupakan sebuah topik utama yang sering dibahas dalam perekonomian dan
bisnis Indonesia. Dengan mengetahui teori-teori dan perkembangan dari data
makro ekonomi tersebut, khususnya Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca
Pembayaran Indonesia membuat para ekonom, investor, ataupun masyarakat
awan dapat menilai kesehatan perekonomian Indonesia.
6.2 Investasi
Dalam perekonomian suatu negara, umumnya konsumsi menempati porsi
sebesar dua pertiga dari PDB atau GDP, itu bagian yang signifikan dalam
perekonomian. Tetapi, dalam situasi nyata, investasi menentukan pertumbuhan
ekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pertama, ingatlah
bahwa para ekonom mendefinisikan investasi sebagai investasi dalam
kapasitas produksi oleh dunia bisnis. Ini mencakup bangunan dan perluasan
pabrik dan kantor dan pembelian perlengkapan dan kendaraan. Itu juga
mencakup satu hal lainnya: peningkatan dalam barang-barang inventaris yang
akan dijual. Sementara inventaris jelas bukan merupakan kapasitas produksi,
inventaris merupakan produk dari kapasitas itu. Oleh karena itu, barang-barang
inventaris mewakili simpanan kekayaan yang akan dikirimkan kepada
konsumen (Gorman, 2009).
Bagi seorang ekonom, permintaan konsumen adalah penting. Siapa tidak ingin
mobil baru, dapur baru, baju baru, dan liburan, makan di restoran?.
Masalahnya adalah semua barang tersebut butuh uang, pendapatan bersih, dan
pendapatan berasal dari pekerjaan, dan pekerjaan, pada umumnya berasal dari
bisnis. Jika bisnis tidak berinvestasi dalam kapasitas produksi, bisnis berarti
tidak membutuhkan lagi karyawan.
Dalam situasi tersebut, permintaan konsumen bukanlah penggerak dalam
perekonomian, Itu kepastian. Memang benar, permintaan sedikit berfluktuasi,
tetapi para ekonom tidak kesulitan meramalkan konsumsi. Investasi
merupakan kisah yang berbeda. Itu sepenuhnya merupakan keputusan jangka
panjang. Dan investasi adalah keputusan yang dibuat dengan kehati-hatian
yang jauh lebih besar ketimbang keputusan untuk makan malam atau membeli
sofa baru. Investasi bergantung pada profit, yang sering kali diinvestasikan
kembali dalam kapasitas produksi, dan bergantung pada nilai suku bunga.
Tetapi sebagian besar investasi bergantung pada ekspektasi dan perkiraan di
masa depan, dan sering kali masa depan yang sangat jauh ke depan.
Selain itu, keputusan investasi bisnis dibuat secara independen dari keputusan
berbelanja dan menabung yang dibuat oleh rumah tangga. Itu artinya bahwa
jumlah investasi yang ingin dilakukan bisnis tidak sesuai dengan jumlah
tabungan yang diinginkan rumah tangga, hal ini juga yang akan
mempengaruhi perekonomian.
Secara umum, dari pernyataan para ahli ekonomi, maka faktor yang
mempengaruhi investasi, antara lain:
1. Tingkat Suku Bunga
2. Tingkat Inflasi
3. Tingkat Pendapatan Nasional
4. Infrastruktur
5. Harapan memperoleh keuntungan di masa datang dan Marginal
Eficiency of Capital (MEC).
2018 realisasi PMA dan PMDN tidak mencapai target. Dibandingkan dengan
target realisasi investasi RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) sebesar Rp765 trilliun, investasi tahun 2018 tercapai sebesar 94,3
persen.
Sepanjang tahun 2018, total realisasi investasi PMDN tahun 2018 mencapai
Rp 328,6 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 25,3 persen, dibandingkan
tahun 2017 sebesar Rp262,3 triliun. Sedangkan total realisasi investasi PMA
tahun 2018 adalah sebesar Rp 392,7 triliun, turun 8,8 persen dibandingkan
realisasi investasi PMA tahun 2017 sebesar Rp430,5 triliun.
Beberapa hal yang menyebabkan realisasi tahun 2018 tidak mencapai target
yaitu. Kurangnya eksekusi implementasi kebijakan pada tahun lalu berimbas
pada perlambatan investasi di tahun ini, disamping adanya hambatan dari
faktor eksternal, Transisi perizinan ke sistem OSS sedikit banyak
mempengaruhi tren perlambatan investasi di tahun 2018.
Selanjutnya pada tahun 2019, realisasi investasi Indonesia sebesar Rp
809,6 triliun. Angka ini melampaui target yang sebesar Rp 792 triliun.
Selama 5 tahun, realisasi investasi Indonesia naik hingga 48,4 persen dari
realisasi 2015 yang sebesar Rp 545,4 triliun. Sementara jika
dibandingkan dengan 2018, realisasi naik 12,24 persen dari Rp 721,3
triliun. Kontribusi terbesar berasal dari penanaman modal asing (PMA)
yang sebesar Rp 423,1 triliun. Angka ini meningkat 10 persen
dibandingkan dengan 2018 yang sebesar Rp 392,7 triliun. Sementara
realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 386,5
triliun, naik 17,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp
328,6 triliun.
Krisis pembayaran utang luar negeri suatu negara terjadi jika memenuhi tiga
persyaratan dibawah ini (Eaton dan Taylor, 1986):
1. Tidak sanggup membayar (insolvent) atau tidak mampu
membayar utang dalam jangka panjang.
8 Perekonomian dan Bisnis Indonesia
Ada 4 (empat) upaya untuk mengurangi beban utang luar negeri bisa
dilakukan, yaitu:
1. Pengurangan atau pemotongan, penundaan dan penjadwalan
ulang pembayaran cicilan pokok, dan bunga utang;
2. Konversi utang;
3. Melunasi lebih awal utang jangka pendek; dan atau
4. Meminta penghapusan utang yang masih ada.
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006, total utang luar
negeri Indonesia mencapai US$134 miliar. Selanjutnya pada tahun 2020, total
utang luar negeri Indonesia sudah mencapai Rp.6.074,56 triliun. secara
nominal, posisi utang pemerintah pusat mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh pelemahan
ekonomi akibat Covid-19 serta peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk
menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi.
Demikian juga dengan Rasio Utang terhadap PDB Indonesia yang setiap
tahunnya selalu mengalami fluktuasi. Perkembangan Rasio Utang terhadap
PDB Indonesia terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6.1: Perkembangan Rasio Utang Terhadap PDB Indonesia
(Databoks, 2020)
Rasio utang terhadap PDB dapat dilihat sebagai kriteria untuk mengecek
kesehatan keuangan suatu Negara, dimana rasio di atas 50 persen
10 Perekonomian dan Bisnis Indonesia
Current Account Exports of goods & nonfactor Imports of goods & nonfactor
services services
Exports of factor services Imports of factor services
Private unrequited transfer (by Private unrequited transfer (by
nonresidents) residents)
Capital Account Foreign Direct Investment (by Foreign Direct Investment (by
non-residents) (disinvesmant residents) (disinvesmant
shown as negative) shown as negative)
Portofolio investment (by non Portofolio investment (by
resident) (amortizations resident) (amortizations
shown as negative) shown as negative)
Other long-term capital Other long-term capital
inflows (by nonresidents) outflows (by residents)
(amortizations shown as (amortizations shown as
negative) negative)
finansial) dengan sumber daya lain dengan nilai yang setara. Saat sumber daya
diberikan tanpa timbal balik (misalnya berupa hadiah, pajak, atau hibah),
transaksi tersebut dinyatakan sebagai transaksi sepihak. Untuk menjaga prinsip
entri ganda dalam pencatatan neraca pembayaran, nilai sumber daya yang
diberikan tersebut dicatat dalam entri lawan (contra entry) transaksi sebagai
transfer. Transfer dibedakan antara transfer berjalan yang menjadi bagian dari
transaksi berjalan dan transfer modal yang bagian dari transaksi modal (capital
account).
Pada Neraca Arus Modal, bila rekening modal mengalami surplus, berarti
terjadi arus modal neto yang masuk (net capital inflows) ke dalam negara
tersebut. Dengan kata lain, produk domestik menjual lebih banyak aset
finansial ke luar negeri daripada membeli dari luar negeri, artinya negara
tersebut meminjam dari luar negeri. Aliran modal yang masuk ini akan
meningkatkan aliran cadangan internasional dan cenderung memperbaiki
kinerja neraca pembayaran. Sebaliknya, rekening modal yang defisit, artinya
terdapat aliran modal neto yang ke luar, atau negara tersebut secara
keseluruhan membeli aset finansial luar negeri, atau meminjamkan ke luar
negeri. Akibatnya hal ini cenderung meningkatkan mengalirnya cadangan
internasional ke luar negeri, dan pada gilirannya memperburuk neraca
pembayaran (Kuncoro, 2015).
Menurut (Kuncoro, 2015), faktor-faktor kunci yang mempengaruhi
keseimbangan neraca modal, yaitu:
1. Suatu negara dapat mengenakan pajak penghasilan khusus terhadap
investor asing yang melakukan investasi di negara tersebut.
2. Liberalisasi atas kontrol terhadap aliran modal internasional secara
bertahap.
3. Antisipasi pergerakan kurs valuta asing oleh para investor surat
berharga.
Tabel 6.5 berikut ini adalah ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
yang diambil dari publikasi SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan
Indonesia) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada bulan Januari 2021.
Secara umum Neraca Transaksi Berjalan Indonesia selama tahun 2020
mengalami defisit yang mencapai USD 4,739 Miliar, tetapi pada dari periode
dua kuartal terakhir (Q3 dan Q4) cenderung mengalami surplus.
Secara teori, stabilitas neraca transaksi berjalan diperlukan untuk mendukung
perekonomian. Pertama sebagai salah satu komponen neraca pembayaran,
nilai surplus/defisit neraca transaksi berjalan adalah perangkat estimasi
permintaan/penawaran mata uang Rupiah di pasar internasional yang
berpengaruh terhadap kestabilan nilai tukar. Selain itu, sebagai salah satu
komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB), nilai surplus/defisit
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 21
neraca transaksi berjalan. Oleh karena itu, defisit pada neraca transaksi berjalan
akan menyebabkan pelemahan mata uang rupiah yang menyebabkan
peningkatan biaya produksi akibat mahalnya bahan baku. Sehingga bisa
dipahami jika kestabilan nilai tukar selalu menjadi agenda utama dari
pemerintah melalui Bank Indonesia.
22 Perekonomian dan Bisnis Indonesia
Pustaka
Arfina, Vivi. (2007) “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri dan Variabel
Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun
1993-2006,” Skripsi: Ilmu Ekonomi, Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Arsyad, Lincolin. (2010) “Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima,”
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Bank Indonesia. (2021) "Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Januari
2021," Jakarta: Bank Indonesia.
Dumairy. (1996) "Perekonomian Indonesia," Jakarta: Erlangga.
Eaton, J., Taylor, L (1986) “Developing Country Finance and Debt,” Journal
of Development Economics. Elsevier, 22(1), hal. 209-265.
Francis, Jack Clark. (1991) “Investment: Analysis and Management, 5
Edition” Singapura: McGraw-Hill Inc.
Gorman, Tom. (2009) “The Complete Ideal's Guides: Economics,” Jakarta:
Prenanda.
Hady, Hamdy. (2001) “Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan
Perdagangan,” Jakarta: Ghalia Indonesia.
International Monetary Fund. (1999). External Debt Statistics: Guide for
Compilers and Users. Washington DC: International Monetary Fund.
Karya, Detri., Syamsuddin, Syamri. (2016) “Makro Ekonomi: Pengantar
Untuk Manajemen,”Jakarta: Rajawali Pres.
Kuncoro, Mudrajad. (2015) “Mudah Memahami & Menganalisis Indikator
Ekonomi,” Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Munthe, R., Mardia et.al. (2021) “Sistem Perekonomian Indonesia,” Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Nopirin. (1996) “Ekonomi Moneter, Buku II Edisi 1,” Yogyakarta: BPFE
Nopirin. (2014) “Ekonomi Moneter, Edisi Keempat,” Yogyakarta: BPFE.
Panennungi, A. Maddaremmeng., Xu, Novia. (2017) "Perekonomian
Bab 6 Investasi, Utang Luar Negeri, dan Neraca Pembayaran Indonesia 23
Biodata Penulis:
Darwin Damanik, SE, MSE lahir di Jakarta, 28
Desember 1981. Ia menyelesaikan studi S-1 di
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(IESP) Fakultas Ekonomi Universitas Lampung (FE
UNILA) dengan konsentrasi Ekonomi Moneter pada
tahun 2005. Selanjutnya, ia merampungkan studi S-2
di Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dengan
konsentrasi Ekonomi Moneter pada tahun 2008. Saat
ini, ia tengah menempuh studi doktor (S-3) di Jurusan Ilmu Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (FEB USU).
Aktivitasnya sebagai Dosen Tetap dan Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun di Kota
Pematangsiantar. Selain itu aktif menulis di beberapa jurnal nasional dan
internasional. Mata kuliah yang diampunya adalah Ekonomi Makro, Ekonomi
Pembangunan, dan Perekonomian Indonesia. Beberapa buku yang pernah
ditulisnya yaitu Pengantar Ekonomi Makro (Citapustaka Media, 2014), Sistem
Perekonomian Indonesia, Ekonomi Pembangunan, Ekonomi Internasional,
Perekonomian Indonesia (Kita Menulis, 2021). Penulis dapat dihubungi
melalui email: darwin.damanik@gmail.com.