DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
D1 AKUNTANSI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya, penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat oleh penulis untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Keuangan. Selain itu makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memperkenalkan dan memaparkan materi mengenai Indeks Common
Size , MVA (Market Value Added) dan EVA (Economic Value Added)
Setiap orang di dunia ini pasti tidak luput dari yang namanya kesalahan, begitupun
dengan penulis sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini kemungkinan terdapat kesalahan
ataupun kekurangan yang tidak dapat dihindarkan. Dengan demikian penulis sangat
membutuhkan saran dan kritik agar lebih baik lagi kedepannya. Kepada semua orang yang
sudah membantu, penulis sampaikan terima kasih.
Tim Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dipatenkan oleh
Stewart & Company, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan terkemuka yang
berkantor pusat di kota New York, Amerika Serikat. EVA dan MVA adalah pengukuran
dengan memperhatikan secara tepat semua faktor - faktor yang berhubungan dengan
penciptaan nilai (value). EVA mengukur nilai tambah (value creation ) yang dihasilkan
suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul
sebagai akibat investasi yang dilakukan. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja
keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang
ditanamkan investor selama perusahaan berdiri, atau secara jelas MVA merupakan selisih
antara nilai pasar ekuitas ( market value ofequity ) dan nilai buku ekuitas (book value
ofequity), seperti yang didefinisikan oleh Stewart (1991).
EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA dan MVA yang negatif menunjukkan
nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
1
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Analisis Indeks Common Size
2. Analisis MVA ( Market Value Added ) dan EVA ( Economic Value Added )
2
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis indeks atau trend adalah asalah satu metode analisis laporan keuang untuk
mengetahui kecenderungan atau tendendi keadaan keuangan duatu perusahaan apakah
naik, turun atau tetap. Kecenderungan posisi keuangan yang disusun untuk tiga periode
atau lebih. Untuk melihat trend tersebut digunakan angka indeks 100. Oleh karena itu
teknk analisisnya disebut analisis indeks.Analisis ini merubah semua angka dalam laporan
keuangan pada tahun dasar menjadi1 00. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang
paling awal, tetapi tahun yang diangganormal. Dengan demikian analisis ini dilakukan
untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifat analisis
tersebut maka hanya laporan neracalah yang biasdisajikan dalam bentuk indeks karena
untuk laporan laba rugi hanya tersedia satu tahun pelaporan.
Trend dari suatu pos neraca atau aba rugi hanyalah merupakan data, dan belum
menjadi informasi. Ia akan menjadi informasi kalau dikaitkan dengan pos-pos lainnya.
Misalkan kenaikan penjualan dikaitkan dengan : aktiva produktif dalam periode yang
sama, harga pokok penjualan dan biaya operasi. Kecenderungan naiknya penjualan selama
beberapa periode dikaitkan dengan aktiva yang beroperasi atau produktif dalam periode
yang sama akan diperoleh informasi besarnya tingkat.
3
2.1.2 Common Size
Analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba rugi
menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada dalam neraca,
common basenya adalah total aktiva. Dengan kata lain total aktiva dipergunakan sebagai
100%. Untuk angka dalam laporan laba rugi, penjualan neto dipergunakan sebagai 100%.
Penyajian dalam common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca.
2.2 Market Value Added ( MVA) dan Economic Value Added ( EVA )
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal
ekuitas yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mangalikan
jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor
pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula
MVA = Nilai Pasar Ekuity - Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
Contoh :
PT Wisatawan memilik market value of equality Rp 150 Juta dan nilai modal yang disetor
adalah Rp 10 Juta
4
Contoh lain perhitungan MVAadalah sebagai berikut :
MVA PT WISTAWAN tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp
460 juta, Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan
berdiri meningkat pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 254 juta Rp 460 juta.
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah Pajak
Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah Pajak)
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang, saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan aset operasi bersih atau net
operating asset, yaitu modal kerja operasi bersih atau net operating working capital
ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih. Operating asset sama dengan modal untuk
membeli operating asset. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau
true economic profit suatu persahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika
dibandingkan laba akuntansi. EVA mencerminkan residualincome tersisa setelah semua
biaya modal, termasuk modal yang saham, telah dikurangkan, Sedangkan laba akuntansi
dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.
5
EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai ekonomis yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan akan
memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang
merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen
dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan
bukan jangka pendek saja.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada
EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA dapat juga
diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiari perusahaan. Dengan demikian EVA
merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam pemilihan penilaian kebijakan
manajerial dan kompensasi.
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem
pengukuran baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan yang langsung
dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan
banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat
jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991) :
(1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal, berarti manajemen
dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal.
(2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar dari pada biaya modal yang ada.
(3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
6
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002) mengumgkapkan Keunggulan EVA
sebagai pengukuran kineria keuangan perusahaan meliputi:
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA
hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif.
Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
(1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan
(2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa
mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan
(3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan
kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard,
strategi value based management memang dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan
tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui
7
investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan
kemampuan karyawan
(4) Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk
mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan,
misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor
teknologi (Dierks dan Patel 1997)
(5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. De Villiers (1997) mengindikasikan
bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan
bahwa EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasiuntuk mengestimasi
profitabilitas aktual
(6) Memerlukan tambahan biaya. Wood (2000) mengatakan bahwa penggunaan EVA
mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential
litigation costs.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut :
EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20
juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah
biaya modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA
meningkat.
8
Berdasakan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan dua
pengamatan yaitu :
1. Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012 , terlihat
terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan kenaikan
nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan
peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang saham
sebesar Rp 460 - Rp 254 = Rp 206 juta.
Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu
perusahaan memiliki EVA negatif , maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif
atau sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVApositif, maka MVA akan bernilai
positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak
ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya. Sehingga
perusahaan dengan EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika investor
memiliki harapan akan perubahan yang baik pada perusahaan di masa depan.
2. EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan:
(1) EVA menunjukkan value added yang terjadi pada tahun tertentu
(2) EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar
secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan pada tingkat divisi atau
unit dari perusahaan besara secara individual, sedangkan MVA harus
diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih
banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka
waktu yang panjang.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis Ideks atau Trend, yaitu teknik analisis untuk mengetahui tendensin
(kecenderungan) dari keadaan/posisi keuangan dan kinerja, apakah menunjukkan tendensi
tetap, menurun atau naik.
10
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai
akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA diperoleh melalui selisih laba bersih
operasi setelah pajak dengan biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung
operasi perusahaan.
3.2 Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, kami meminta maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh hubungannnya dengan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
12