Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI BIAYA

KALKULASI BIAYA PRODUK SAMPINGAN DAN PRODUK GABUNGAN

Disusun Oleh:
Kelompok 13
D1 Akuntansi

A.A. Ade Rista Dewi (202033121032)


Ni Made Gita Yudhanti (202033121039)
Nyoman Putri Gayatri (202033121042)
I Made Samjaya Rajistha (202033121044)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya penyusunan
paper Akuntansi Biaya dengan judul Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk
Gabungan dapat diselesaikan dengan baik. Paper ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Akuntansi Biaya.
Setiap orang di dunia ini pasti tidak luput dari yang namanya kesalahan, begitupun
dengan penulis sendiri. Penulis menyadari pula bahwa paper ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dalam paper ini kemungkinan terdapat kesalahan ataupun
kekurangan yang tidak dapat dihindarkan. Dengan demikian, penulis sangat menghargai
saran dan kritik dari pembaca agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjadi lebih
baik kedepannya. Kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan paper ini, penulis
sampaikan terima kasih.

Denpasar, 31 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

1.3. Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

2.1. Konsep Dasar Biaya bersama dan Produk Sampingan ................................................. 2

2.2. Akuntansi Produk Bersama dan Produk Sampingan..................................................... 4

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 17

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 17

3.2. Saran ............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan jaman, pembangunan sektor industri merupakan
salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Indonesia saat ini.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan perusahaan dimana setiap perusahaan yang ada dituntut memiliki
kemampuan bersaing lebih kompetitif.
Kalkulasi biaya atau costing adalah cara perhitungan biaya baik biaya produksi
maupun biaya produk. Dalam menjalankan perusahaan atau bisnis sudah tidak asing
lagi dengan pembiayaan, seperti biaya bersama dan produk sampingan dimana pada
satu periode akan dicari kalkulasi biaya produk. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan membahas lebih lanjut mengenai konsep dasar dari biaya bersama & produk
sampingan dan akuntansi produk bersama & produk sampingan.

1.2. Rumusan Masalah


Beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakah konsep dasar dari biaya bersama & produk sampingan?
2. Bagaimanakah akuntansi produk bersama & produk sampingan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar dari biaya bersama & produk sampingan.
2. Mengetahui akuntansi produk bersama & produk sampingan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Biaya bersama dan Produk Sampingan


A. Definisi
Biaya bersama merupakan biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan
secara massa.
Pengertian pertama biaya bersama disebut dengan biaya bergabung (common
cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya
bergabung merupakan biaya- biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk
yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang
bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan
pokok yaitu biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk
yang terpisah atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak
penggunaan fasilitas dan tidak meliputi biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Sedangkan pada biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke
berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung, serta overhead pabrik.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai
macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk
sampingan (by-product) dan produk sekutu (co-product). Produk bersama adalah
dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses
atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan)
masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada di antara
produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun
produk sampingan.
Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih
rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih
tinggi. Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu
yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahaan yang sama atau tidak
berasal dari bahan baku yang sama.

2
B. Sifat-Sifat Produk
Sifat Produk Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
menurut kondisi siap jual pada titik pemisahan :
a. Produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal tanpa memerlukan
pemrosesan lanjutan.
b. Produk sampingan yang memerlukan pemrosesan lanjutan agar dapat dijual
Sifat Produk gabungan yaitu
c. Biaya bahan yang dapat dibebankan pada semua kategori pemilihan
d. Biaya pengolahan selanjutnya yang akan dikeluarkan secara serentak untuk
semua kategori pemilahan yang berbeda-beda tersebut.

C. Kesulitan Dalam kalkulasi Biaya


a. Produk sampingan dan produk gabungan sukar ditentukan nilainya, karena
biaya produk gabungan yang sebenarnya merupakan biaya yang tidak dapat
dibagi. Sebagai contoh, sebutir biji besi dapat mengandung timah dan seng.
Baik timah ataupun tidak dapat dihasilkan terlepas satu sama lain, tanpa
terlebih dahulu melalui tahap pemisahan.

D. Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu


Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan
produksi.
b. Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila
dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang
sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat
menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia
ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.
Dalam perusahaan daging kalengan misalnya, setiap kali penyembelihan
ayam, babi ataupun sapi, akan memperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi
kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa tidak ia harus
memanfaatkan kulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam bentuk kulit).

3
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk
tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama (main product).
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama,
tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utama.

Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utamanya yaitu seperti proses penggilingan padi.
Produk sampingan berupa gabah, menir, sekam, bekatul, dan dedak dapat
langsung dijual setelah terpisah dari beras.

2.2. Akuntansi Produk Bersama dan Produk Sampingan


A. Akuntansi Produk Bersama
Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi
masalah pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk
mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya
ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk pada pendapatan perusahan.
Oleh karena itu, perlu diketahui secara teliti biaya yang dibebankan pada masing-
masing produk sebagai dasar perhitungan harga pokok setiap produk.
Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya
tidak langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit
diperhitungkan kepada masing-masing produk, oleh karena itu untuk memudahkan
dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya.
Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:
1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan
pelaporan keuangan internal dan eksternal.
2. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang
rusak.
4. Biaya bahan yang hancur.
5. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja
eksekutif.

4
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi
dikenakan peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap
total pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing
produk bersama.
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan
metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit
kuantitatif.
1. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya
bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode
ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses
produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan
nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.

Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam
metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga
jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya
bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk
bersama.

Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:


a. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses
produksi lanjutan dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya
bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-masing produk sesuai dengan
perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk
bersama.

Contoh :

5
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma.
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp
20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk
tertera pada table berikut:
Produk Jumlah unit Harga unit
Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

Penyelesaian :
Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/
unit unit unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
b. Metode nilai jual hipotesis
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga
tidak dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan
proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui sebelum dijual
(setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan
biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.

Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih
lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses
lanjutan setelah pemisahan.

Contoh :

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

6
Unit Produksi 5.000 10.000 7.000
Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses Rp400 Rp300 Rp500
lanjutan/unit
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode
nilai pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah
sebagai berikut:

Nilai
Hrg Biaya
Produk jual Jmlh Alokasi**
jual/ Tmb Nilai jual Rasio HPP /kg
bersama Hipotesi Prduk (20.000.000)
kg han
s*
Alfa 22,06
1.000 400 600 5.000 3.000.000 4.412.000 882,4
%
Beta 36,76
800 300 500 10.000 5.000.000 7.352.000 735,2
%
Gamma 41,18
1.300 500 800 7.000 5.600.000 8.236.000 1.176,6
%
13.600.00
100% 20.000.000
0
*(Harga jual – biaya tambahan)
**(rasio x 20.000.000)
2. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi
gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan
jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa
diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda.
Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua produk

7
yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang
sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi.
Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas
masing-masing produk yang dihasilkan.

Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi
1000 liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah
Rp 2.000 (Rp 2.000.000/1000)
Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya
per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak Tanah 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

3. Metode rata-rata tertimbang


Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak
dapat memberika solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya
bersama karena tidak mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk.
Sehingga mucullah metode yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari
ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan
sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama. Penentuan
alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah
unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar
untuk alokasi.

Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui
bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya
bersamanya sebagai berikut:

8
Produk Jumlah Angka Jumlah produk x angka Alokasi biaya bersama
produk penimbang penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

4. Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan
berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan
sebagainya. Jika produk bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka harus
ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan
yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan bahwa
setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan
baku dalam ukuran satuan yang sama.

Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang
menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :
Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama
(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

B. Akuntansi Produk sampingan


Dalam uraian tentang produk bersama telah dibahas mengenai bagaimana
mengalokasikan biaya bersama ke berbagai produk bersama titik dalam produk
sampingan titik berat pembahasannya adalah bagaimana memperlakukan
pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama kepada
produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu karena

9
nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.
Meskipun demikian ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan titik metode akuntansi yang
digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua
golongan:
a. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk
sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan
produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode
ini biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok (non-cost methods).
b. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama
kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk
atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode-metode ini dikenal
dengan nama metode metode harga pokok (cost methods). Metode-metode
Tanpa Harga Pokok.

Berikut ini diuraikan beberapa metode perlakuan terhadap pendapatan


penjualan produk sampingan.
a. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan
diluar usaha.
b. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama.
c. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang
harga pokok penjualan.
d. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang
total biaya produksi.

Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan


diluar usaha titik. Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan
produk sampingan dikurangi dengan penjualan retur nya dicatat dalam rekening
"Pendapatan Penjualan Produk Sampingan" dan pada akhir periode akuntansi
ditutup ke rekening laba rugi titik rekening pendapatan penjualan produk
sampingan dicantumkan dalam laba rugi dalam kelompok penghasilan diluar usaha
(other income).
1. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
10
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak
diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan prduk
sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama.
Dalam rangka perhitungan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri
dapat dibebankan ke produk sampingan.

Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk
sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk
sebelum dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
a. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-
off point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan
penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari
produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang
seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini
penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi
dapat dikategorikan sebagai berikut :
b. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan
diluar usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
sampingan dikurangi dengan returnya, dicatat dalam rekening
“Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode
akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan penjualan
produk sampingan dicantumkan dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok
penghasilan di luar usaha (other income). Metode ini tidak mencoba untuk
menentukan harga pokok sampingan. Metode ini cocok bila digunakan
pada perusahaan yang:
- Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat
ditentukan.
- Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat
yang diperoleh.
- Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebanan harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak

11
mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk
utama.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:

Unit Produksi Produk Utama 16.200 unit

Unit Penjualan Produk Utama 13.500 unit

Unit Persediaan Awal Produk Utama 500 unit

Harga Jual per Unit Rp750

Biaya produksi/unit produk utama Rp500

Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp600.000

Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp2.925.000

Laporan laba-rugi sebagai berikut:


Penjualan produk utama Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-
lain sehingga akan menambah laba operasi secara langsung.
a. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan
pendapatan penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi
dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun
12
sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi
biaya bersama seperti dalam metode pertama. Dengan menggunakan data
perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi menggunakan metode ini akan
tampak sebagai berikut:
Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Penjualan bersih Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 1.050.000
Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk
sampingan sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total
pendapatan menjadi Rp 10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.
Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga
pokok penjualan.
Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode ini
maka akan menjadi:
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000 -
Rp 6.150.000 -
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
13
Laba operasi Rp 1.050.000
Dalam kasus ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000
dikurangkan pada harga pokok penjualan sehingga HPP menjadi Rp6.150.000
(HPP sebelum dikurangkan sebesar Rp 6.750.000).
b. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya
produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000
dikurangkan pada total biaya produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga
menghasilkan biaya produksi netto sebesar Rp7.500.000. Pegurangan ini
menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi Rp464,07 (7.500.000+250.000 :
16.700) Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00 menjadi
Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS Rp 600.000-
Rp 7.500.000+
Tersedia dijual Rp 7.750.000
Persediaan akhir (3.200 x 464,07) Rp 1.485.024 -
Rp 6.264.976 -
Laba Kotor Rp 3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 935.024
c. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama
atau pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke
produksi sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke
produk sampingan. Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah
pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk utama. Angka-
angka yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan
metode yang ada pada metode pertama.
Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah
14
pemisahan (proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban
pemasaran dan administrasi juga dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai
tarif yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung,
yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx
Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan
pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan
metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode
pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

2. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)


Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama
dengan produk bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada
produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk
sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang
berdasarkan dpada metode harga pokok, yaitu:
a. Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang
produk sampingannya digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli
bahan dari pemasok luar. Harga pokok yang diperhitungkan adalah
sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku
di pasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi
15
biaya produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk
utama ini akan mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama
menjadi lebih rendah.
Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000kg produk utama 700.000
Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk 50.000
utama
Biaya pemasaran dan administrasi&umum 100.000
Persediaan akhir produk 1000kg

Laporan laba rugi :


Pendapatan penjualan produk utama Rp 1.080.000
HPP:
Biaya produksi Rp 700.000
Dikurangi: biaya pengganti produk smpingan Rp 50.000 -
Rp 650.000
Dikurangi: Persediaan akhir (1000kg x Rp65)* Rp 65.000-
Rp 585.000-
Laba bruto Rp 495.000
Biaya pemasaran dan admnstrasi&umum Rp 100.000-
Laba bersih sebelum PPh Rp 395.000
*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65

16
BAB III
PEUTUP

3.1. Kesimpulan
Biaya bersama merupakan biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan
secara massa. Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya
relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya
lebih tinggi. Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan
unit kuantitatif. Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan
unit kuantitatif.

Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada
umumnya dianggap tidak perlu karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Meskipun demikian ada beberapa metode untuk
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan titik
metode akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat
dibagi menjadi dua golongan:
a. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk
sampingan atau persediaannya.
b. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada
produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar
biaya yang dialokasikan tersebut.
Adapun beberapa metode yang terdapat pada akuntansi produk samping, yakni
sebagai berikut:
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)

17
3.2. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi topik
bahasan dalam paper ini. Kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan ejaan dalam
penulisan kata, serta penulisan kalimat yang kurang jelas dan lugas. Tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannnya dengan materi ini. Semoga
paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 5 (hlm. 333). Universitas Gadjah Mada.
A.Sulolipu, 2014/2015, Harga Pokok Produk Bersama, Fakultas Ekonomi, Universitas
Muslim Indonesia, Makassar.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 5 (hlm. 342). Universitas Gadjah Mada.

19

Anda mungkin juga menyukai