Disusun Oleh:
Kelompok 13
D1 Akuntansi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya penyusunan
paper Akuntansi Biaya dengan judul Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk
Gabungan dapat diselesaikan dengan baik. Paper ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Akuntansi Biaya.
Setiap orang di dunia ini pasti tidak luput dari yang namanya kesalahan, begitupun
dengan penulis sendiri. Penulis menyadari pula bahwa paper ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dalam paper ini kemungkinan terdapat kesalahan ataupun
kekurangan yang tidak dapat dihindarkan. Dengan demikian, penulis sangat menghargai
saran dan kritik dari pembaca agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjadi lebih
baik kedepannya. Kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan paper ini, penulis
sampaikan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
1.3. Tujuan............................................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar dari biaya bersama & produk sampingan.
2. Mengetahui akuntansi produk bersama & produk sampingan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Sifat-Sifat Produk
Sifat Produk Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
menurut kondisi siap jual pada titik pemisahan :
a. Produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal tanpa memerlukan
pemrosesan lanjutan.
b. Produk sampingan yang memerlukan pemrosesan lanjutan agar dapat dijual
Sifat Produk gabungan yaitu
c. Biaya bahan yang dapat dibebankan pada semua kategori pemilihan
d. Biaya pengolahan selanjutnya yang akan dikeluarkan secara serentak untuk
semua kategori pemilahan yang berbeda-beda tersebut.
3
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk
tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama (main product).
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama,
tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
setelah terpisah dari produk utamanya yaitu seperti proses penggilingan padi.
Produk sampingan berupa gabah, menir, sekam, bekatul, dan dedak dapat
langsung dijual setelah terpisah dari beras.
4
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi
dikenakan peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap
total pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing
produk bersama.
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan
metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit
kuantitatif.
1. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya
bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode
ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses
produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan
nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam
metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga
jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya
bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk
bersama.
Contoh :
5
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma.
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp
20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk
tertera pada table berikut:
Produk Jumlah unit Harga unit
Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300
Penyelesaian :
Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/
unit unit unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
b. Metode nilai jual hipotesis
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga
tidak dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan
proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui sebelum dijual
(setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan
biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih
lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses
lanjutan setelah pemisahan.
Contoh :
6
Unit Produksi 5.000 10.000 7.000
Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses Rp400 Rp300 Rp500
lanjutan/unit
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode
nilai pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah
sebagai berikut:
Nilai
Hrg Biaya
Produk jual Jmlh Alokasi**
jual/ Tmb Nilai jual Rasio HPP /kg
bersama Hipotesi Prduk (20.000.000)
kg han
s*
Alfa 22,06
1.000 400 600 5.000 3.000.000 4.412.000 882,4
%
Beta 36,76
800 300 500 10.000 5.000.000 7.352.000 735,2
%
Gamma 41,18
1.300 500 800 7.000 5.600.000 8.236.000 1.176,6
%
13.600.00
100% 20.000.000
0
*(Harga jual – biaya tambahan)
**(rasio x 20.000.000)
2. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi
gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan
jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa
diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda.
Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua produk
7
yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang
sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi.
Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas
masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi
1000 liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah
Rp 2.000 (Rp 2.000.000/1000)
Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya
per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak Tanah 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui
bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya
bersamanya sebagai berikut:
8
Produk Jumlah Angka Jumlah produk x angka Alokasi biaya bersama
produk penimbang penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang
menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :
Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama
(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000
9
nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.
Meskipun demikian ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan titik metode akuntansi yang
digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi dua
golongan:
a. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk
sampingan atau persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan
produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode
ini biasa disebut metode-metode tanpa harga pokok (non-cost methods).
b. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama
kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk
atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Metode-metode ini dikenal
dengan nama metode metode harga pokok (cost methods). Metode-metode
Tanpa Harga Pokok.
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk
sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk
sebelum dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
a. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-
off point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan
penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari
produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang
seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini
penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi
dapat dikategorikan sebagai berikut :
b. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan
diluar usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
sampingan dikurangi dengan returnya, dicatat dalam rekening
“Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode
akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan penjualan
produk sampingan dicantumkan dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok
penghasilan di luar usaha (other income). Metode ini tidak mencoba untuk
menentukan harga pokok sampingan. Metode ini cocok bila digunakan
pada perusahaan yang:
- Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat
ditentukan.
- Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat
yang diperoleh.
- Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan
pembebanan harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak
11
mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk
utama.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung,
yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx
Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan
pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan
metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode
pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
16
BAB III
PEUTUP
3.1. Kesimpulan
Biaya bersama merupakan biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang
harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan
produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan
secara massa. Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya
relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya
lebih tinggi. Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan
unit kuantitatif. Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan
unit kuantitatif.
Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada
umumnya dianggap tidak perlu karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Meskipun demikian ada beberapa metode untuk
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan titik
metode akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat
dibagi menjadi dua golongan:
a. Metode-metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk
sampingan atau persediaannya.
b. Metode-metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada
produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar
biaya yang dialokasikan tersebut.
Adapun beberapa metode yang terdapat pada akuntansi produk samping, yakni
sebagai berikut:
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
b. Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)
17
3.2. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi topik
bahasan dalam paper ini. Kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan ejaan dalam
penulisan kata, serta penulisan kalimat yang kurang jelas dan lugas. Tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannnya dengan materi ini. Semoga
paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 5 (hlm. 333). Universitas Gadjah Mada.
A.Sulolipu, 2014/2015, Harga Pokok Produk Bersama, Fakultas Ekonomi, Universitas
Muslim Indonesia, Makassar.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 5 (hlm. 342). Universitas Gadjah Mada.
19