Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Dwiatmanto, M. Si.

Akuntansi Biaya

Kelas G

Disusun oleh Kelompok 6 :

Adila Novia Ramawanti 215030200111108

Sausan Salsabila Putri 215030200111110

Maghfiroh Kamila 215030201111097

Erisa Holivia 215030207111115

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "HARGA POKOK
PRODUK BERSAMA" dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini memberikan panduan dalam
pembelajaran Akuntansi Biaya bagi para mahasiswa maupun masyarakat umum. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Biaya dan
menambah wawasan kami dan para pembaca.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Dwiatmanto, M. Si. selaku
dosen mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberi bantuan dengan arahan dan petunjuk yang
jelas sehingga mempermudah penulis menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung selesainya makalah ini tepat waktu. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat terbuka pada
kritik dan saran yang membangun sehingga paper ini dapat ditulis lebih baik lagi. Semoga paper
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam perkembangan ilmu
Akuntansi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3. Tujuan.............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Harga Pokok Bersama dan Sampingan ............................................................. 5
2.2. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan ..................................................... 5
2.3. Metode dalam Mengalokasikan Biaya Bersama .................................................................. 6
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan maupun perkembangan suatu perusahaan. Pertumbuhan ekonomi tersebut menuntut
setiap perusahaan yang ada untuk memiliki kemampuan bersaing yang lebih kompetitif. Dengan
demikian pimpinan perusahaan harus memikirkan kembali dengan jelas mengenai kebijakan apa
saja yang perlu diterapkan didalam perusahaan, agar nantinya perusahaan dapat bersaing dengan
kompetitor-kompetitor lainnya.
Perusahaan industri merupakan perusahaan yang mengelola faktor-faktor produksi dalam
rangka menghasilkan hasil atau output. Perusahaan menggunakan teori akuntansi biaya dengan
tujuan untuk mengetahui total jumlah biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk menghasilkan
suatu output berupa barang. Perusahaan yang bergerak dibidang industri biasanya memiliki
permasalahan yang rumit salah satunya dalam menentukan biaya produksi dan harga pokok
produksi.
Permasalahan dibidang industri misalnya seperti penentuan harga pokok produk utama dan
produk sampingan. Pembebanan biaya produk akan mempengaruhi harga pokok produksi.
Penetapan harga pokok yang benar akan membantu perusahaan dalam efisiensi biaya serta
menghasilkan penjualan sebagai sumber utama pendapatan. Harga pokok main product dan by
product dapat diartikan sebagai biaya yang timbul karena pemrosesan atau pembuatan secara
bersama, dan jenis barang yang dihasilkan adalah dari faktor yang sama, maka akan menimbulkan
biaya bersama.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari konsep harga pokok produk bersama dan produk sampingan
2. Sebutkan metode apa saja yang digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari harga pokok produk bersama dan produk sampingan
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Harga Pokok Bersama dan Sampingan

Produk bersama atau dapat disebut sebagai joint product merupakan berbagai jenis produk
yang dihasilkan secara bersama-sama atau serentak menggunakan satu atau lebih bahan baku (raw
material), tenaga kerja (labor), dan fasilitas pabrik yang sama. Hal tersebut menyebabkan struktur
biaya yang digunakan sama satu sama lain karena dibuat dari dan dengan proses yang sama pula.
Dengan adanya biaya yang bersifat homogen maka harga jual atau nilai serta kuantitas dari
masing-masing produk biasanya akan sama dan tidak ada produk yang dianggap superior diantara
produk lainnya. Contohnya yaitu saat terjadinya proses penyulingan minyak bumi. Produk yang
dihasilkan dari proses penyulingan tersebut ada beberapa macam yaitu solar, minyak tanah,
minyak mentah, bensin, dan solar. Produk-produk tersebut memiliki harga jual yang relatif sama,
tetapi dalam proses produksi menghasilkan dua produk dengan nilai jual dan kualitas yang
berbeda.
Biaya produk bersama (Joint Product Cost) merupakan biaya sejak awal proses atau biaya
yang dikeluarkan sejak awal dimana bahan baku diolah sampai dengan bergabai macam produk
dipisahkan (Spilt Of Point) identitasnya. Biaya awal proses meliputi biaya bahan baku, baiaya
tenaga kerja dan biaya over head pabrik, serta biaya yang dikeluarkan untuk mengelola beberapa
jenis produk. Titik pemisah (Spilt Of Point) merupakan suatu titik atau waktu, dimana masing-
masing produk bersama dan produk sampingan dapat didefinisikan. Jika dalam sebuah proses
produksi menghasilkan dua produk dengan nilai jual serta kuantitas yang berbeda maka produk-
produk tersebut bukan lagi dikategorikan sebagai produk bersama. Selanjutnya, produk
sampingan dapat diartikan sebagai produk yang diproduksi secara bersama-sama dengan produk
lainnya, namun produk ini merupakan hasil sampingan dari produk utama, jumlah maupun harga
jual relatif lebih rendah dari produk utamanya.

2.2. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan


1. Karakteristik Produk Bersama
a. Merupakan produk-produk utama yang dihasilkan dengan sengaja sesuai dengan tujuan
produksi, melalui suatu proses atau serangkaian proses dan dilakukan secara simultan.
b. Nilai penjualan adalah relatif lebih besar bila dibandingkan dengan produk-produk
sampingan yang dihasilkan, dan relatif sama diantara produk-produk umum.
c. Biasanya dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar.
d. Seringkali memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
e. Salah satu produk tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi yang lain.

2. Karakteristik Produk Sampingan


a. Dihasilkan bersama dengan produk utama dalam suatu proses atau serangkaian proses
tanpa dimaksudkan untuk membuat produk ini.
b. Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil atau tidak berarti, bila dibandingkan dengan
produk-produk utama.
c. Dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang lebih sedikit.
d. Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
e. Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk-produk utama.

2.3. Metode dalam Mengalokasikan Biaya Bersama


a. Metode Biaya Harga Pasar
Metode ini mengasumsikan setiap produk yang dihasilkan secara bersama
mempunyai nilai jual atau nilai pasar yang berbeda, nilai pasar yang berbeda tersebut
disebabkan karena tingkat pemakaian biaya yang berbeda pada masing-masing produk
bersama. Anggapannya adalah bahwa jika suatu produk harganya lebih mahal dari produk
lain. Hal tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya lebih
besar, dengan kata lain, jika bukan karena biaya maka harga jual tidak akan ada. Harga
pasar terdiri dari :
1. Metode produk gabungan yang dapat dijual pada titik pisah batas (split-off point)
Metode harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar
relatif dari produk gabungan. Metode ini menggunakan total harga pasar dari setiap produk,
yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit.
Contoh :
Perusahaan pengolah susu "Difany” dalam bulan Mei 2015 memproses 1.000 galon
susu segar (raw milk). Dari proses produksi tersebut dihasilkan 2.500 unit produk olahan
susu A dan 7.500 unit produk olahan susu B. Ringkasan data yang berhubungan dengan
produk bersama tersebut adalah:

Biaya bersama (biaya 1.000 galon susu segar dan Rp. 40.000.000
biaya pengolahan sampai titik pisah (split off point)

Produk Produk
Olahan A Olahan B

Persediaan awal 0 0

Produksi bulan Mei 2015 (unit) 2.500 7.500

Penjualan (unit) 2.000 3.000

Persediaan akhir (unit) 500 4.500

Harga jual per unit (Rp) 8.000 4.000

Dari data di atas, jika perusahaan menggunakan metode nilai jual saat titik pisah,
Hitunglah:
1. harga pokok produk masing-masing produk bersama (Produk Olahan A dan Produk
Olahan B).
2. Laba kotor (gross margin) dari masing-masing produk bersama

Penyelesaian
1. Harga pokok produk masing-masing produk bersama (Produk Olahan A dan
Produk Olahan B).

Keterangan Produk Olahan Produk Olahan Total


A B

Harga pokok produk bersama

Nilai jual produk saat titik


pisah:

A=(2.500 X 8.000); B= (7.500 20.000.000 30.000.000 50.000.000


X 4.000)

Bobot 40% 60% 100%

Alokasi biaya bersama 40%; 16.000.000 24.000.000 40.000.000


60%
Biaya produksi per unit 6.400 3.200

KETERANGAN:
- Nilai jual produk saat titik pisah (nilai jual X harga jual per unit produk A)
Produk A = 2.500 X 8.000 = 20.000.000
Produk B = 7.500 X 4.000 = 30.000.000
- Bobot
Produk A = 20.000.000 : 50.000.000 X 100% = 40%
Produk B = 30.000.000 : 50.000.000 X 100% = 60%

- Alokasi biaya bersama


Produk A = 20.000.000 : 50.000.000 X 40.000.000 = 16.000.000 (40%X40.000.000)
Produk B = 30.000.000 : 50.000.000 X 40.000.000 = 24.000.000 (60%X40.000.000)

- Biaya produksi per unit


Produk A = 16.000.000 : 2.500 = 6.400
Produk B = 24.000.000 : 7.500 = 3.200

Perhitungan Laba Kotor

Penjualan (2.000 @8.000; 3.000 16.000.000 12.000.000 28.000.000


@4.000)

Harga pokok penjualan: 12.800.000 9.600.000 22.400.000


(2.000 @6.4000; 3.000 @3.200)

Laba kotor/ gross margin 3.200.000 2.400.000 5.600.000


(penjualan - harga pokok penjualan)

Persentase laba kotor (laba kotor 20% 20% 20%


dibagi penjualan)

(laba kotor : penjualan x 100%)

2. Metode produk gabungan yang tidak dapat dijual pada titik pisah batas (nilai jual hipotesis)
Produk yang tidak dapat dijual di titik pisah-batas karena tidak memiliki harga
pasar. oleh karena itu, diperlukan pemrosesan tambahan sebelum dapat dijual di pasar.
Contoh :
1. Perusahaan pengolah susu "Difany" dalam bulan Mei 2015 memproses 1.000 galon
susu segar (raw milk).
2. Dari proses produksi tersebut dihasilkan 2.500 unit produk olahan susu A dan 7.500
unit produk olahan susu B.
3. Dari 2.500 unit Produk Olahan Susu A dapat diproses lebih lanjut untuk menjadi 2.000
unit Produk Olahan Susu A* dengan tambahan biaya Rp. 28.000.000. Produk Olahan
Susu A* dapat dijual dengan harga 25.000 per unit.
4. Dari 7.500 unit Produk Olahan Susu B dapat diproses lebih lanjut menjadi 5.000 unit
Produk Olahan Susu B* dengan tambahan biaya pengolahan Rp. 52.000.000. Produk
Olahan Susu B* dapat dijual dengan harga 22.000 per unit.
5. Penjualan selama bulan Mei 2015 adalah 1.200 unit Produk Olahan Susu A* dan 4.500
unit Produk Olahan Susu B*
Dari data di atas, jika perusahaan menggunakan metode nilai realisasi bersih, hitunglah:
1. Harga pokok produk masing-masing produk bersama (Produk Olahan A* dan Produk
Olahan B*).
2. Laba kotor (gross margin) dari masing-masing produk bersama
Keterangan Joint Cost Produk Produk
Olahan A Olahan B
Joint cost (biaya 1.000 40.000.000
galon susu segar dan proses
sampai titik pisah)

Biaya tambahan 28.000.000


memproses 2.500 PO A
menjadi 2.000 PO A*

Biaya tambahan 52.000.000


memproses 7.500 PO B
menjadi 5.000 PO B*

Produk Olahan A Produk Olahan B Produk Olahan Produk Olahan


A* B*

Persediaan awal (unit) 0 0 0 0

Produksi (unit) 2.500 7.500 2.000 5.000

Transfer untuk proses lebih (2.500) (7.500)


lanjut

Penjualan (unit) 1.200 4.500

Persediaan akhir (unit) 800 500

Harga jual (unit) 25.000 22.000

Keterangan Produk Olahan A* Produk Olahan B* Total

Harga pokok produk bersama

Nilai jual produk: 50.000.0000 110.000.000 160.000.000


A* = (2.000 x 25.000); B* =
(5.000 x 22.000)

Dikurangi biaya tambahan 28.000.000 52.000.000 80.000.000

Nilai realisasi bersih 22.000.000 58.000.000 80.000.000

Bobot 27,5% 72,5% 100%

Alokasi biaya bersama 27,5% : 11.000.000 29.000.000 40.000.000


72,5%

Biaya produksi per unit: 19.500 16.200


(11.000.000 + 28.000.000) /2.000
(29.000.000 + 52.000.000) /5.000

Perhitungan Laba Kotor

Penjualan 30.000.000 99.000.000 129.000.000


(1.200 @25.000; 4.500 @22.000)

Harga pokok penjualan: 23.400.000 72.900.000 96.300.000


(1.200 @19.600; 4.500 @16.200)

Laba kotor/ gross margin 6.600.000 26.100.000 32.700.000

Persentase laba kotor (laba kotor 22% 26,4% 25,3%


dibagi penjualan)

b. Metode Biaya Rata-Rata per Unit


Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost method) berusaha untuk mengalokasikan
biaya gabungan ke produk gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi
biaya gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit.
Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi total biaya gabungan dengan total jumlah
unit yang diproduksi. Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua
produk yang dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya menerima pembagian biaya
gabungan yang besarnya proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Selama semua produk
gabungan diukur dengan unit fisik yang sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga pasar per
unit, metode ini wajar. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur dengan satuan yang sama,
dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini sebaiknya tidak digunakan.
contoh :
asumsikan produk gabungan A, B, C, dan D diproduksi dengan biaya gabungan sebesar
$120,000. Kuantitas yang diproduksi adalah: A, 20.000 unit; B, 15.000 unit; C, 10.000 unit; dan
D, 15.000 unit. Produk A dijual seharga $0,25; B,seharga $3; C, senarga $3,50; dan D, seharga $5,
Harga ini mcrupakan-harga pasàr dari produk tersebut pada titik pisah batas. Dengan kata lain,
diasumsikan bahwa produk-produk tersebut dapat dijual, pada sitik tersebut.

total biaya produk gabungan 120.000


total jumlah unit yang diproduksi = 60.000 = 2
produk unit produksi pembiayaan biaya produksi
gabungan

A 20.000 40.000

B 15.000 30.000

C 10.000 20.000

D 15.000 30.000

C. Metode Rata-Rata Tertimbang


dalam metode rata-rata tertimbang memperhatikan faktor pembobotan pada setiap unit
yang di produksi. metode ini beranggapan bahwa setiap peroduk memiliki pembobotan yang
berbeda-beda. Faktor pembobotan didasarkan pada atribut-atribuat seperti ukura unit, tingkat
kesulitan, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit tersebut, tenaga kerja yang digunakan,
dan jumlah bahan baku yang digunakan. Barang dari semua jenis dikalikan dengan faktor
pembobotan guna mengalokasikan biaya gabungan.
contoh :
Produk A - 3 Point
Produk B - 12 Point
Produk C -13,5 Point
Produk D - 15 PoInt
Menggunakan data dari contoh sebelumnya alokasi biaya gabungan di ilustrasikan sebagai berikut
:

Produk Unit Produksi Poin Rsta-rata Biaya per Unit Pembagian Biaya
Tertimbang Produksi
Gabungan

A 20.000 3 60.000 0,20 12.000

B 15.000 12 180.000 0,20 36.000

C 10.000 13,5 135.000 0,20 27.000

D 15.000 15 225.000 0,20 45.000

600.000 120.000

Total Biaya Produksi = 120.000 = 0,20/ unit


Total Rata-Rata Tertimbang 600.000

d. Metode Unit Kuantitatif


Metode unit kuantitatif (quantitative unit method) mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan
satuan pengukuran yang sama. Misalnya ton atau meter persegi. Produk gabungan harus
dikonversikan ke satuan yang sama.

contoh :
PT. Rindu Menanti memproduksi tiga produk secara bersama yaitu produk A,B,C. Biaya bersama
yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut adalah Rp.150.000.000. Data lain
yang berhubungan dengan data produk :

Keterangan Produk A Produk B Produk C

Unit produksi Rp.30.000 Rp.48.000 Rp.42.000

Harga jual setelah proses lanjutan Rp.3.000 Rp.2.500 Rp.5.000

Biaya proses lanjutan Rp.18.000.000 Rp.25.000.000 Rp.46.000.000


Diminta :
a. Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk
b. Hitunglah biaya produksi masing-masing produk

Penyelesaian
a. Alokasi joint cost masing-masing produk
A = 30.000/120.000 x Rp 150.000 = Rp 37.500.000
B = 48.000/120.000 x Rp 150.000 = Rp 60.000.000
C = 42.000/120.000 x Rp 150.000 = Rp 52.500.000
Rp 150.000.000
b. Biaya produksi masing-masing produk
Biaya produksi = Alokasi joint produk + Biaya proses lanjutan
A = Rp 37.500.000 + Rp 18.000.000 = Rp 55.500.000
B = Rp 60.000.000 + Rp 25.000.000 = Rp 85.000.000
C = Rp 52.500.000 + Rp 46.000.000 = Rp 98.500.000
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Produk bersama atau yang juga dikenal dengan joint product adalah berbagai jenis produk
yang dihasilkan secara bersamaan atau serempak menggunakan satu atau beberapa raw material
(bahan baku), labor, dan fasilitas pabrik yang sama. Maka dari itu, produk bersama memiliki
struktur biaya yang sama satu sama lain karena dibuat dari dan dengan proses yang sama. Pada
metode biaya rata-rata per unit, metode rata-rata terimbang, dan metode unit kuantitatif dapat
menghasilkan biaya produk yang melebihi harga pasar dari satu atau lebih produk gabungan.
Akibatnya, produk gabungan tersebut tampaknya tidak menguntungkan sementara produk
gabungan yang lain tampak menguntungkan. Oleh karena itu, cara perhitungan biaya
memengaruhi biaya produk dan merupakan pilihan yang arbitrer.

DAFTAR PUSTAKA
William K Carter, Akuntansi Biaya Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat Jakarta.2002

Anda mungkin juga menyukai