Disusun oleh:
Erisa Holivia (Kelompok 2 Akhwat)
BAB I
(Fenomena Kehancuran Gerakan Dakwah di Wilayah Lebanon)
Sebuah fenomena telah menarik perhatian banyak orang dimana terjadi kehancuran
yang menimpa sebagian besar bangunan dakwah, gerakan, kelompok, dan mazhab di wilayah
Lebanon. Fenomena yang terjadi tersebut berdampak pada berbagai kekuatan partai dan
organisasi gerakan, dimana sebagian besar dari mereka musnah dan sebagian lainnya hancur
berkeping-keping. Gerakan Amal telah melahirkan pertikaian antara aktivitas Islam dengan
kelompok Hizbulllah. Pertikaian tersebut memakan banyak korban baik yang meninggal
dunia maupun luka-luka. Partai Sosial Demokrat Suria menyaksikan secara langsung
kehancuran yang terjadi saat berlangsungnya pertempuran dengan Hizbullah.
Gerakan Nashiriyah telah terpecah belah menjadi beberapa faksi, batalion militer
Lebanon pun telah terpecah belah dan memunculkan beberapa kelompok kekuatan militer
nasional. Sepanjang sejarah peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang sangat
mengguncang front Lebanon. Guncangan pertama terjadi ketika kekuatan militer pemerintah
melumpuhkan Partai Tanah Air Merdeka, peristiwa tersebut disebut sebagai Perang Shafra’.
Guncangan selanjutnya disebut sebagai peristiwa Penjagalan Ihdan dimana terjadi
pemusnahan oleh kekuatan militer dengan memusnahkan pemimpin yang membelot Toni
Frangiah, keluarganya, anggota partainya, dan rekan politiknya.
Gerakan Tauhid Islami telah dilanda peristiwa yang memilukan dimana gerakan yang
selama ini kukuh dilakukan di kota Tripoli telah diluluhlantakan oleh berbagai pertikaian
kekuatan militer dari berbagai pihak. Di antara mereka tidak ada yang saling menciptakan
benteng pertahanan dan mereka semua saling terjerumus ke dalam lubang yang sama.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya konflik tersebut yaitu sebagai
berikut.
1. Pertama, mana’ah i’tiqadiyah (imunitas keimanan) yang mulai menghilang dan
bangunan atas fondasi yang tidak tegak lagi seperti sebelumnya. Beberapa organisasi
hanya berwujud organisasi tokoh dan organisasi figur. Hal tersebut membuat
bangunan dari organisasi semakin lemah, rapuh, organisasi akan sulit menghadapi
tantangan, mudah terguncang dan tercerai-berai yang menyebabkan munculnya
berbagai tragedi.
2. Kedua, rekruitmen yang dilakukan hanya memperhatikan aspek kuantitas saja. Jumlah
personel yang banyak hanya akan menyibukkan dan menguras perhatian pemimpin
serta nantinya dapat memicu datangnya problem dan pembakar api pertikaian. Dilihat
dari kacamata Lebanon, rekruitmen dengan berorientasikan kuantitas dapat menjadi
faktor yang menentukan kehancuran.
3. Ketiga, organisasi telah tergadai baik oleh pihak luar, sesama organisasi, maupun
negara. Organisasi secara tidak langsung diperalat untuk kepentingan pihak lain.
4. Faktor keempat yang membuat runtuhnya bangunan organisasi di negeri-negeri Islam
ialah karena terlalu tergesa-gesa dalam meraih kemenangan dan sarana yang masih
kurang memadai.
5. Kelima, muncul pusat-pusat kekuatan, aliran, dan sayap-sayap gerakan dalam tubuh
organisasi.
6. Keenam, adanya campur tangan dari pihak luar. Misalnya dengan menawarkan
berbagai tawaran politik yang menguntungkan berupa tawaran dana maupun jaminan
keamanan. Campur tangan pihak luar seringkali menjadi penyebab langsung lahirnya
pusat-pusat kekuatan, aliran, dan sayap-sayap pertikaian.
7. Ketujuh, lemah dan tidak adanya kesadaran politik dalam gerakan dakwah.
BAB III
(Fenomena Keporak-Porandaan Negeri-Negeri Islam)
4. Orientasi Kemiliteran
Sosok da’i yag berorientasi pada kemiliteran dapat membangkitkan semangat para
pemuda yang belum balig untuk ikut serta memanggul senjata untuk
mengacak-ngacak negeri Islam. Kekuatan militer diibaratkan sebagai pedang bermata
dua, jika tidak dijaga dan dipergunakan dengan baik maka dapat menjadi bencana
bagi pemiliknya. Fenomena ini juga menyebabkan lahirnya operasi militer ganjil di
negeri Islam. Senjata yang mereka gunakan hanya untuk berbuat yang tidak baik
seperti merampas harta, merendahkan wanita, dan menghina kedudukan orang lain.
Sebuah kekuatan militer seharusnya dilapisi dengan nilai-nilai syariat dan
dikendalikan oleh pikiran sehat.
7. Jalan Pintas
Beberapa kelompok dakwah sering kali menempuh jalan pintas dalam melakukan
perubahan Islami di lingkungan masyarakat. Padahal, faktor waktu memiliki nilai dan
kedudukan tersendiri dalam setiap perubahan. Seperti yang kita ketahui bahwa segala
suatu hal tidak bisa dicapai dalam waktu instan, perlu waktu yang lama dalam
mewujudkan dan mencapainya.
8. Lemahnya Aspek Pendidikan
Lemahnya tarbiah atau pendidikan merupakan salah satu penyebab hancurnya
berbagai kelompok Islam. Beberapa hal yang membuat lemahnya aspek pendidikan
ialah terjadinya kepincangan dari sisi konsep pembinaan, lemahnya sang murabi
(pendidik), ataupun bisa kedua-duanya, rapuhnya strategi, dan lain-lain. Lemahnya
pendidikan dapat menyebabkan munculnya problem dalam tubuh gerakan dakwah.
Selain itu, lemahnya pendidikan dapat menjadi lahan subur bertumbuhnya penyakit
hati yang dapat memecah belah organisasi. Kualitas takwa dan wara dari para anggota
gerakan dakwah juga akan terancam.