Anda di halaman 1dari 3

Materi : Penyakit Umat Dalam Dakwah (Amradul Ummah Fid Da'wah)

Tanggal : Kamis, 21 April 2021

Resume:
Lemahnya ma’nawiyah dalam dakwah. Efek mental akibat sikap infirodi [individu] dalam dakwah dapat
dilihat dari gejala-gejala berikut:
1. Emosional dalam menghadapi keadaan hingga berlaku serampangan
2. Figuritas bahkan kultus hingga menimbulkan diktatorisme dalam dakwah
3. Superioritas [merasa paling hebat] yang menyebabkan egoisme
4. Meremehkan orang lain hingga ia menyempal dan memecah-belah umat
Lemahnya aktivitas dalam dakwah akibat sifap infirodi dalam dakwah dapat dilihat dari gejala-gejala
berikut:
1. Improvisasi yang asal-asalan. Dakwah yang dilakukan secara spontanitas demikian tidak dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
2. Parsial [sebagian-sebagian] dalam melakukan perbaikan sehingga yang terjadi justru kontradiksi
dan pertentangan.
3. Tradisional dan konserfatif hingga meninbulkan kedangkalan argumen dan wawasan
4. Perbaikan yang dilakukan bersifat tambal sulam. Hal ini disebabkan berbagai keterbatasan yang
ada pada individu. Betapapun hebatnya, sebagai manusia maka seorang dai tidak luput dari
kekurangan. Baik aspek kemampuan maupun usia. Dakwah tambal sulam yang demikian tidak akan
membuahkan hasil. Energinya habis percuma karena belum selesai perbaikan pasa suatu sisi,
kekurangan terjadi di tempat lain. Belum selesai perbaikan pada bagian kedua, bagian pertama yang
kemarin sudah mulai usang.
Pengobatan terhadap penyakit jiwa ini dapat dilakukan dengan:
 Penyadaran bahwa sikapnya itu berbahaya bagi diri dan dakwah. Ia tidak dapat memberikan
kontribusi maksimal
 Meluruskan orientasi dakwahnya untuk Islam, bukan untuk kepentingan individu, keluarga
maupun golongan
 Tawadlu [rendah hati]. Hanya Allah saja yang pantas menyandang sifat takabur karena Allah
Mahahebat.
 Objektifitas dalam menilai diri, orang lain, maupun realitas umat.
 Kesadaran akan pentingnya manhaj dalam dakwah.
 Kesadaran untuk melakukan dakwah secara integral dan menyeluruh
 Modernisasi metodologi dakwah dan tidak konservatif, hingga umat tercerahkan.
 Perubahan secara total, hingga umat tersadarkan fikiran, semangat dan aktivitasnya.

5.
Materi : Qadhaya Asasiyah dalam Dakwah
Tanggal : Kamis, 21 April 2021

Resume:
1. Ar-Ruyatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
Pertama kali yang harus dimiliki oleh seorang daiyah adalah pandangan yang jelas terhadap jalan
dakwah, mengenal petunjuk-petunjuknya serta seluruh yang berkait dengannya. Hal ini membuat ia
memiliki kejelasan jalan sejak langkah pertama. S ebaliknya, ketidakjelasan pandangan akan
menjadikan ragu terhadap keselamatan perjalanannya. Bahkan akan menyebabkan ia dilanda
kegoncangan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dan takut meneruskan perjalanan
dakwah.
2. Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
bagaimana sebagai organisasi atau gerakan dakwah adalah tetap adanya orang yang memikul beban
dawah, kemudian berusaha mewujudkan sasaran-sasarannya dan yang terpenting mewariskannya
kepada orang lain.
3. An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
Ketika sudah memiliki pandangan yang jelas, kemudian membangun kesinambungan dalam dakwah
tentu menjadi penting untuk menjaga pertumbuhannya dan memupuk kekuatannya. Setelah
terjaminnya kesinambungan, pertumbuhan dan kekuatan gerakan merupakan qadhiyah asasiyah.
Pertumbuhan dan perkembangan harus mencakup semua unsur, terbentuknya individu muslim,
keluarga muslim dan masyarakat muslim terbentuknya basis yang kokoh dan ini dilakukan secara
bertahap.
4. Al-Muhafatazhatu ala Al-Asholah ( Memelihara Orisinalitas )
Agar gerakan dakwah terjamin berada di jalan yang benar, maka ia harus menjaga dan memelihara
orisinalitasnya. Sebab sekecil-kecilnya penyimpangan atau berkurangnya orisinalitas pasti akan
melahirkan penyimpangan yang semakin besar sejalan dengan kesinambungan, pertumbuhan dan
kekuatan yang terus semakin berkembang. Untuk melindungi pemahaman yang benar Syaid Imam
Hasan Al Bana, menyampaikan beberapa hal yang harus dijaga orisinalitasnya, yaitu :
a. Asas aqidah, quwwah ( kekuatan) dan wihdah (persatuan).
b. Perhatian terhadap tarbiyah dan aspek ruhaniyah.
c. Beriltizam dengan jalan dakwah dan tahapan-tahapannya.
d. Penjagaan maksimal terhadap hubb (kecintaan) dan ukhuwwah (persaudaraan).
e. Penekanan terhadap aktifitas produktif dengan tenang dan tidak boleh terkalahkan oleh
kepentingan pribadi.
f. Penjagaan dan penataaan wujud prinsip syura, sehingga dapat menelorkan hasil yang
diharapkan.
g. Pemeliharaan terhadap sifat takamul (integral) dan Itidal (proporsional)
5. At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
Guna mencapai sasaran dan tujuan dakwah, Amal Islami harus berjalan dengan perencanaan yang
teliti, tidak boleh asal-asalan, spontanitas atau reaksioner.
Materi : Takwinul Ummah
Tanggal : Kamis, 21 April 2021

Resume:

Terbentuknya al-ummah ditopang oleh dua faktor: takwinus syakhshiyyah (pembentukan pribadi) dan
takwinu ruhul jama’ah (pembentukan semangat persatuan, kesatuan, atau kebersamaan).

Takwinus syakhshiyah yang dimaksud disini adalah takwinus syakhshiyyatil Islamiyah; membentuk
kepribadian Islam. Yakni pribadi-pribadi yang tertanam dalam jiwanya: al-iman (keimanan), dan at-
taqwa (ketakwaan), serta tumbuh darinya islamiyyatul hayah (islamisasi kehidupan).

Sedangkan takwinu ruhil jama’ah yang dimaksud disini adalah upaya untuk membentuk rasa persatuan,
kesatuan, atau kebersamaan masyarakat Islam, ditandai dengan terwujudnya kondisi: al-i’tisham bi
hablillah (berpegang teguh pada tali [agama] Allah), ‘adamut tafarruq (tidak berpecah belah), ta’liful
qulub (menautkan hati), dan al-ukhuwwatul Islamiyyah (persaudaraan Islam).

Pertama, al-i’tisham bi hablillah (berpegang teguh pada tali Allah). Maksudnya adalah berpegang teguh
kepada kitabullah, yakni Al-Qur’anul karim; dan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yakni sunnahnya; berpegang teguh kepada dinul Islam agar tidak tergelincir dari agama itu.
Kedua, ‘adamut tafarruq (tidak berpecah belah). Maksudnya adalah terbebas dari hal-hal dapat
menjerumuskan ke dalam perpecahan yang timbul dari perbedaan dalam agama. Terbebas dari bercerai
berai, permusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan umat Islam lemah dan mudah
dihancurkan.
Ketiga, ta’liful qulub (menautkan hati). Maksudnya adalah menyatukan hati di atas cinta kepada-Nya dan
cinta kepada Rasul-Nya, dan tumbuhnya rasa saling mencintai antara satu dengan yang lain. Menjadi
saudara seagama, saling mengasihi dan saling menasihati. Bekerjasama dan bersatu dalam kalimat
Islam.
Keempat, al-ukhuwwatul Islamiyyah (persaudaraan Islam). Maksudnya adalah tumbuhnya rasa
persaudaraan dengan jalinan hati, rasa saling mencintai, saling mengasihi dan saling menasihati serta
bekerjasama dengan didasari agama dan keimanan.

Anda mungkin juga menyukai