Anda di halaman 1dari 20

1

INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN TINGGI


Usaha Menuju World Class University di Indonesia
By Nila Mutia dan Khusnul Khotimah
We are living in a period of crisis, demikian dikatakan oleh Michael
Apple (2001), yang mengacu pada era globalisasi dimana krisis telah
mempengaruhi seluruh ekonomi, politik dan budaya organisasi). Ibarat
virus yang menjalar dengan cepat, globalisasi telah membawa perubahan
gaya hidup, teknologi, ekonomi dan pengetahuan sehingga mampu
menjangkau keberadaan antar negara di belahan manapun di dunia dan
membuat persaingan antar individu, kelompok, organsiasi maupun antar
negara menjadi sangat terbuka , termasuk juga di bidang pendidikan.
Di satu sisi globalisasi membawa dampak perubahan yang positif
karena ilmu pengetahuan melalui teknologi informasi dan komunikasi
terkini dapat diakses dengan cepat oleh siswa, dosen, peneliti di negaranegara berkembang seperti Indonesia via televisi dan internet , globalisasi
membuka ranah yang sangat strategis dalam membentuk tatanan sosial
melalui transformasi intelektual dan sosial, terutama kampus yang
dianggap sebagai centre of exellence, agar mampu berpikir lokal dan
bertindak global. Namun di sisi lain globalisasi juga bisa bisa berorientasi
negatif dengan masuknya paham neoliberalisme dalam

pendidikan

sehingga membuat pendidikan diibaratkan sebagai ekonomi pasar bebas


yang dikendalikan sebagai komoditas bisni dan memarjinalkan nasib
kaum terpinggirkan.
Karena Pendidikan sangat penting untuk mewujudkan tatanan sosial,
politik dan pembangunan ekonomi bangsa agar menuju masyarakat yang
hidup sejahtera dan merupakan salah satu indikator peningkatan daya
saing global Indonesia dimana pada tahun 2014, peringkat daya saing
Inonesia naik menjadi peringkat 34, dari 144 negara. Maka usaha untuk
terus menerusa meningkatkan kualitasnya terutama pendidikan tinggi di

Indonesia adalah tugas kita bersama. Pendidikan tinggi sebagai pintu


gerbang sempurna siswa untuk memasuki dunia kerja dengan matang
diharapkan mempu memberikan kontribusi dalam persaiangan indonesia
dimata dunia, Kelangsungan hidup dan keberhasilan Pendidikan tinggi
sepenuhnya tergantung pada kemampuannya untuk menyesuaikan diri
dengan dinamika bisnis dan lingkungan kerja , seperti yang dilakukan oleh
jepang dan korea selatan yang terus menggolbakan institusi mereka ,
terutama teknologi dan komunikasinya
Jumlah mahasiswa asing di Indonesia dalam dua tahun mengalami
peningkatan signifikan sebesar 20 persen. Dari jumlah sekitar 8.000
mahasiswa asing pada 2011 meningkat menjadi sebanyak 10.000
mahasiswa asing pada tahun 2014, dimana tingginya minat mahasiswa
asing menempuh pendidikan di Indonesia karena kekayaan budaya
Indonesia yang beraneka ragam mulai dari bahasa, kuliner dan
antropologi. Selain itu juga dalam biodiversitas di bidang pertanian,
kehutanan dan kelautan dan diversitas geologi, serta inter religi, fenomena
tersebut sangat menggembirakan dalam daya saing Indonesia di mata
internasional agar memperoleh keunggulan guna menghadapi tantangan
harapan hari ini dan membangun hari besok, melaui kesadaran
berkompetisi internasional antar lembaga ( Wang , 2011) .
A. Definisi Internasionalisasi Pendidikan Tinggi
Dalam perbincangan sehari-hari, istilah internasionalisasi kurang
popular dibanding dengan istilah globalisasi. Banyak orang yang masih
menyamakan istilah Internasionalisasi dengan globalisasi, sesungguhnya
globalisasi memberikan penekanan pada kondisi di seluruh dunia yang
mempengaruhi persepsi ruang, mobilitas tindakan, sifat komunikasi dan
orientasi

untuk

interaksi

sosial,

sedangkan

internasionalisasi

memfokuskan perhatian pada tindakan yang disengaja baik individu,


kelompok atau

lembaga sosial karena mereka secara aktif berusaha

untuk menyeberang batas-batas negara dalam mengejar manfaat sosial,


ekonomi, politik dan budaya .
Definisi Internasionalisasi

pendidikan

tinggi

bervariasi

dan

bergantung pada kelompok pemangku kepentingan, pemerintah, sektor


swasta, lembaga, anggota fakultas, disiplin akademik, dan mahasiswa
Menurut Knight (1999) definisi Internasionalisasi pada level perguruan
tinggi adalah proses mengintegrasikan/dimensi antar internasional ke
dalam pengajaran, penelitian dan elemen pelayanan lembaga (Jane
Knight & Asosiasi Internasional Universitas, 2006) Definisi ini lebih
diterima, mengingat penekanan pada proses dan tiga dimensi fungsional
penting universitas, yaitu: pengajaran, penelitian dan pengabdian
mansyarakat. Knight kemudian menyempurnakan kembali

definisi ini

dengan menyertakan pendekatan bottom-up dan top-down, di mana ia


menganggap pengaruh penting dari tingkat nasional/sektoral di dimensi
internasional pendidikan tinggi adalah melalui kebijakan, pendanaan,
program dan kerangka regulasi.
Soderqvist
(2002:12)

memperkenalkan

sebuah

definisi

internasionalisasi pendidikan tinggi yang berfokus pada proses perubahan


dan pandangan holistik manajemen di tingkat kelembagaan. Soderqvist
mendefinisikan internasionalisasi institusi pendidikan tinggi sebagai
sebuah proses perubahan dari sebuah institusi pendidikan tinggi nasional
menjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi internasional terkemuka
dengan dimasukkannya dimensi internasional dalam segala aspek dari
manajemen holistik untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar
dan untuk mencapai kompetensi yang dikehendaki. Dari beberapa definisi
tersebut tergambar bahwa makna internasionalisasi pendidikan tinggi
adalah

perubahan

pengelolaan

pendidikan

dengan

pendekatan

internasional baik menyentuh kurikulum , staf maupun pengajarnya.


Eksport pelayanan pendidikan tinggi dimulai akhir 1980-an dan awal
1990-an dan sekarang telah menjadi

global, berorientasi pasar dan

merupakan industri privat tidak hanya antar negara-negara berkembang


tetapi juga wilayah asia dan pasifik misalnya Australia dan Singapore yang

telah membangun jaringan untuk kantor-kantor akademik internasional


mereka dan berkolaborasi dengan partner mereka untuk menarik siswa
ke negaranya bahkan Australia

sekarang mejadi negara ketiga tujuan

siswa dunia sesudah AS dan Inggris (Dunn and Wallace, 2004;


Marginson, 2002).
Baru-baru ini,
berkembang

di

semangat
Indonesia

Internasionalisasi

dengan

semakin

pendidikan
banyaknya

mulai

lembaga

pendidikan yang melakukan akreditasi dan standarisasi tidak hanya oleh


Badan Akreditasi Nasional (BAN), tetapi juga badan regional dan
internasional semacam Asean University Network (AUN) ataupun
Association of Southeast Asia Institute of Higher Learning (ASAIHL),
International standard Organization (ISO). Semakin berkembang sekolah
atau perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dalam berbagai bentuk
seperti pertukaran guru dan pelajar, pengadaan pilot project bersama,
twining programs, sisters schools dan lain sebagainya. Pendidikan tinggi
Indonesie, beberapa ada yang sudah menuju ke arah internasionalisasi,
baik membuka kelas-kelas internasional untuk mahasiswa indonesia dan
mahasiswa luar yang akan belajar pada progam kelas internasional,
maupun mahasiswa asing yang belajar pada beberapa progam tertentu,
tentu dengan standar dan kurikulum internasional, hal ini dilakukan untuk
mendongkrak peringkat perguruan tinggi tersebut baik di tataran lokal
maupun internasional
Kejelasan internasionalisais PT di Indonesia telah terjawab dengan
dikeluarkannya Undang-Undang

no 12 tahun 2012 tentang kerjasama

internasional yaitu Pasal 50 (1) Kerja sama internasional Pendidikan


Tinggi merupakan proses interaksi dalam pengintegrasian dimensi
internasional ke dalam kegiatan akademik untuk berperan dalam
pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai keindonesiaan. (2)
Kerja sama internasional harus didasarkan pada prinsip kesetaraan dan
saling

menghormati

dengan

mempromosikan

Ilmu

Pengetahuan,

Teknologi, dan nilai kemanusiaan yang memberi manfaat bagi kehidupan


manusia. (3) Kerja sama internasional mencakup bidang Pendidikan,

Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. (4) Kerja sama


internasional dalam pengembangan Pendidikan Tinggi dapat dilakukan,
antara lain, melalui: a. hubungan antara lembaga Pendidikan Tinggi di
Indonesia dan lembaga Pendidikan Tinggi negara lain dalam kegiatan
penyelenggaraan Pendidikan yang bermutu; b. pengembangan pusat
kajian Indonesia dan budaya lokal pada Perguruan Tinggi di dalam dan di
luar negeri; dan c. pembentukan komunitas ilmiah yang mandiri. (5)
Kebijakan nasional mengenai kerja sama internasional Pendidikan Tinggi
ditetapkan dalam Peraturan Menteri.
Walaupun internasionalisasi pendidikan tinggi juga masih banyk
dipertentangkan karena dianggap akan mematikan lembaga pendidikan
tinggi didalam negeri namun menggulirnya globalisasi harus dihadapi dan
internasionalisasi adalah mesin untuk mengaktifkan globalisasi ini, maka
sudah saatnya Pendidikan tinggi Indonesia memiliki visi untuk menjadi
petarung di tingkat Dunia, tentu dengan segala kekuatan dan kelemahan
serta tantangan dan peluang yang dimiliki oleh Perguruan tinggi tersebut.
A. Pentingnya Internasionalisasi Pendidikan tinggi
Lembaga dan universitas mengembangkan strategi mereka sendiri
untuk internasionalisasi penelitian dan pengajaran mereka. Ada beberapa
alasan yang berbeda

untuk internasionalisasi pendidikan tinggi dan

dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok: politik, ekonomi,


akademik, dan sosial-budaya (Knight & de Wit, 1995). Alasan politik sering
dianggap lebih penting di tingkat nasional daripada di tingkat institusional.
Alasan ekonomi telah meningkatkan pentingnya relevansi keberadaan
hegomonitas negara-negara maju di seluruh dunia. Sebuah cara yang
efektif untuk meningkatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif
adalah untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tenaga
kerja dan untuk berinvestasi dalam penelitian terapan. Alasan akademik
terkait langsung dengan peningkatan proses mengajar dan belajar dalam
mencapai keunggulan dalam penelitian dan kegiatan.ilmiah Alasan sosialbudaya untuk internasionalisasi sangat jelas pada dampak potensial dari

globalisasi Pendidikan tinggi yang secara tradisional menjadi bagian dari


perjanjian pertukaran, bahkan saat ini ekonomi, informasi dan sistem
komunikasi global menunjukkan aspek lain dari alasan sosial-budaya
(Jane Knight, 1999, hlm. 201-238).
Dalam literatur lain, Knight (1999, pp. 9-10) telah menambahkan
alasan lain untuk internasionalisasi, yang merupakan pengembangan
sumber

daya

manusia,

pembangunan

bangsa

aliansi
dan

strategis,

pembangunan

perdagangan
sosial/budaya,

komersial,
identitas

budaya, pengembangan kewarganegaraan, keamanan nasional, bantuan


teknis, perdamaian dan saling pengertian, dan pertumbuhan ekonomi dan
daya saing. Hayhoe (1989) percaya bahwa perjanjian kerja sama
internasional, mobilitas akademik, beasiswa internasional, pengembangan
teknis dan ekonomi, studi kurikulum internasional, nilai-nilai budaya,
sejarah dan politik konteks adalah alasan yang paling penting untuk
Internasionalisasi
ditambahkan

pendidikan

tinggi.

Elemen

internasional

yang

dalam kegiatan mengajar, pembelajaran, penelitian dan

jaringan sektor Potensi sangat signifikan dalam membangun nasional dan


institusional.
Tuntutan institusi pendidikan tinggi untuk berkiprah tidak hanya
pada tataran nasional dan regional saja, bahkan juga harus mampu untuk
menembus batas internasional, menjadi sesuatu hal yang tak terelakkan
lagi, terdapat alasan bagi sebuah lembaga pendidikan tinggi untuk
menginternasionalkan dirinya yaitu untuk :
a) Meningkatkan kesiapan siswa didunia kerja
b) Mewujudkan internasionalisasi kurikulum yang relevan dengan kondisi
perkembangan global
c) Meningkatkan profil lembaga tersebut sebagai sebuah
internasional
d) Memperkuat

penelitian

dan

produksi

pengetahuan

lembaga
dengan

mengembangkan kelompok penelitian yang lebih kuat .


e) Mewujudkan diversifikasi fakultas dan staf perguruan tinggi untuk
berorientasi internasional
f) memanfaatkan kekuatan kelembagaan melalui kemitraan strategis ;
g) memperbesar komunitas akademik untuk patokan kegiatan mereka

h) memobilisasi sumber daya internal intelektual ;


i) menambahkan pentingnya kontemporer hasil belajar pengalaman
siswa ;
Internasionalisasi pendidikan tinggi juga dapat memberikan
dampak terhadap status quo, terutama isu-isu yang tak terduga akibat
masuknya pengaruh dari negara lain terhadap pembangunan sosial atau
politik sehingga perlu memperkenalkan cara-cara berpikir alternatif,
dengan mempertanyakan model pendidikan yang sesuai dan dampaknya
pada pemerintahan dan manajemen. Lembaga harus responsif dan
mengatur berbagai aspek secara konsisten dalam rangka memperoleh
Manfaat internasionalisasi serta mampu mengelola risiko.
Internasionalisasi

pendidikan

juga

merupakan

upaya

mengorientasikan dan menstandarkan mutu dan proses pendidikan


melalui kerjasama internasional (antar Negara dan diantara Negara).
Dalam internasionalisasi pendidikan, ideologi, tujuan, identitas budaya dan
kepentingan nasional masih menjadi dasar untuk membangun kerjasama,
dan kerjasama itu dilakukan dengan kesadaran dan sukarela. Setiap
sekolah bebas memilih sekolah mitra dari luar negeri, memilih jenis dan
program kerjasama, memililih waktu dan durasinya.
Jane Knight menganggap bahwa Internasionalisasi

sebagai

masalah mengintegrasikan unsur transnasional ke dalam " tujuan , fungsi


atau pengiriman pendidikan post dan secondary pendidikan. Artinya,
perguruan tinggi dan Universitas memiliki peran internasional mereka
ketika mereka membentuk kembali tujuan institusi untuk menarik
mahasiswa internasional, menyebarkan program-program mereka di
perbatasan

nasional,

berkonsentrasi

pada

progam

pendidikan

internasional, merestrukturisasi peran kerja SDMnya atau memberikan


sistem kompensasi untuk merekrut mahasiswa, mempertahankan atau
mengelola

karyawan,

Internasionalisasi
berkualitas.

melalui

4(empat)

pendekatan

dalam

yaitu: Activity, Competency, Ethos, Process secara

Menurut Prof. H.A.R. Tilaar, dalam seminar di UGM, menuturkan


adanya internasionalisasi yang mewarnai dunia pendidikan Indonesia,
merupakan sebuah pertanda positif adanya sebuah harapan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan guna menghadapi persaingan global.
Namun Internasionalisasi pendidikan masih perlu dikaji kembali pada
konsep dan implikasinya. Dalam konsep, perlu dirancang agar dapat
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dalam dunia global. Namun,
tanpa disadari program ini kemudian berubah menjadi komoditas bisnis.
Indonesia melalui pendidikan nasional dapat memberikan kontribusi positif
dalam perubahan global, sebenarnya hal inilah yang disebut pendidikan
berkelas internasional.
Internasionalisasi

bukan

diartikan

sebagai

membumi

internasionalkan seluruh progam studi pada sebuah perguruan tinggi di


indonesia, namun dimaknai sebagai tahapan-tahapan yang harus diikuti
perlahan-lahan untuk mencapai tingkat internasional, bisa khusus
beberapa progam studi yang menyediakan kelas internasional agar dapat
memperkaya pendidikan yang diberikan oleh lembaga

melalui

mitra

untuk strategi internasionalisasi nasional agar mendapatkan keuntungan


dengan artikulasi hasil yang jelas dan terukur .
B. Komponen Internasionalisasi Pendidikan Tinggi
1. World Citizenship Consciousness
Salah satu cara yang lebih kuat agar

internasionalisasi

muncul adalah melalui konseptualisasi kewarganegaraan. Konsep ini


memberikan makna bahwa peran masyarakat bukan hanya menjadi
bagian wilayah nasional, subgroup cultural atau warga negara,
sebaiknya mereka diharapkan mampu berpartisipasi

untuk melihat

peluang-peluang pekerjaan, perdagangan dalam skala internasional.


Contohnya Keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam penelitian
ilmiah telah menjadi ciri khas dari universitas internasionalisasi

sepanjang sejarah mereka. Internationalization telah menjadi hal yang


kompleks dan komprehensif dalam beberapa dekade dan fakultas
dipandang sebagai mekanisme utama internasionalisasi.
2. Collaborative science and Scholarship
Internasionalisasi
kerjasama

ilmiah

pendidikan

dan

tinggi

diharapkan

juga

terlihat

pengembangan

dalam
standars

internasional dapat terlihat dalam penulisan jurnal ilmiah . Mahasiswa


mengunjungi suatu negara lain untuk pelatihan dan penelitian untuk
bergabung

secara

internasional

melalui

penelitian

kolaboratif

internasional yang melewati batas negarnya, selama karir akademik


mereka, melibatkan tim multinasional dari reseraches dan dukungan
keuangan multinasional, kemudian praktek dalam pembangunan
proses industri dalam bentuk-bentuk proyek baru yang diikuti oleh
mahasiswa dalam

teknologi, seperti nanoteghology, bioteknologi,

biometrik, teknologi jaringan dan teknologi informasi (taylor, 2001) .


Pembangunan ini memerlukan tenaga kerja yang lebih berpendidikan
dan membuka pasar global untuk produk dan ide-ide, mendorong
lembaga pendidikan tinggi untuk mengambil sikap internasional untuk
menanggapi kebutuhan tersebut (Carnoy, 2005; Carnoy & Rhoaten
2002 , Altbach , 2004; Marginson , 2007) Internasionalisasi perguruan
tinggi yang berfokus pada penelitian dan pengajaran lintas nasional
difasilitasi oleh perjanjian penelitian dan pengembangan multinasional
dengan organisasi bisnis dan industri internasional (Marginson &
Considine , 2000;slaughter & Roades , 2004) , perjanjian tersebut bisa
berupa beasiswa mengikat untuk memfasilitasi ide-ide mereka

3. Dispersal Operations :Campus and center establishment


Syarat

awal

untuk

sukses

di

pasar

global

adalah

desentralisasi pelayanan sehingga kebutuhan khusus dan preferensi


pelanggan dan klien dapat dilayani secara efisien dan efektif .

1
0

Desentralisasi ini, dikombinasikan dengan centralizations standar


produksi yang dapat dicapai dengan memiliki daftar produk dan
layanan yang standar untuk dicampur dan dicocokkan oleh petugas
(Wallace & brady, 2001) dalam berbagi pengetahuan dan produksi
barang jadi dengan cepat agar mengarah ke " spasialisasi " pekerjaan,
Pengetahuan spasialisasi dan produksi barang jadi dengan cepat
mengarah ke " spasialisasi " pekerjaan. Spasialisasi adalah istilah
yang diciptakan oleh wallace & Brady untuk mengkarakterisasi
pekerjaan yang tidak lagi terikat ke lokasi tertentu

melewati bata

GEOGRAFIS

Batie,

(dikutip

dalam

mitchell,

Yildis

&

2011).

Spasialisasi ini tercermin dalam ledakan on line, Program pendidikan


jarak jauh, institusi kampus, dan restrukturisasi kerja profesional yang
menjadi kewajiban terbatas sehingga menghasilkan kontrak teretentu
bagi guru dan juga para staf.
4. International Enterpreneurialism
Pengembangan

pasar

internasional

untuk

penelitian

di

perguruan tinggi dan pengajarannya telah mendorong peningkatan


tajam

dalam

ketersediaan

konsep

enterpeneur

pengetahuan

univarsitas.

menciptakan

Peningkatan

persaingan

di

antara

lembaga pendidikan tinggi untuk bersaing dengan pertumbuhan


pengetahuan

khusus

dan

menguasai

pangsa

pasar

dalam

pengembangan dan distribusinya. Untuk tetap kompetitif, lembaga


pendidikan

tinggi

membutuhkan

sumber

daya

yang

semakin

substantial yaitu fiskal dan memperoleh dukungan keuangan yang


diperlukan,

membutuhkan,

membangun

dan

mempertahankan

reputasi untuk mencapai keunggulan akademik. Reputasi ini, pada


gilirannya, ditukar dengan mencari mahasiswa terbaik dan berbakat
dari fakultas,
juga

bahkan jika itu berarti investasi besar-besaran perlu

merekrut dengan melintasi perbatasan nasional. Selain itu,

meningkatnya

perusahaan

swasta

membutuhkan

tenaga

kerja

1
1

berpendidikan yang mempengaruhi pilihan kurikuler (Schmidth , 2002;


pembantaian & Leslie , 1997) Pendidikan tinggi internasional akan
menyediakan akses yang cukup besar di beberapa negara dan akan
menjadi " niche market " pada orang lain .Program dan praktek yang
muncul saat ini harus memastikan bahwa upaya internasional dalam
pendidikan tinggi sebagai jaringan yang bermanfaat bagi masyarakat
dan mampu memperkuat perguruan tinggi.
5. Neo liberal managerialism: The mechanism of competition for
resources
Neoliberalisme

pendidikan

setidaknya

menyebabkan

tiga

permasalahan krusial dalam pendidikan, pertama, adalah semakin


mahalnya biaya pendidikan yang mesti ditanggung masyarakat luas,
terutama dari kalangan menengah ke bawah. Hal ini karena institusi
pendidikan publik seperti kampus-kampus negeri tidak lagi akan
mendapatkan subsidi, melainkan hanya dalam bentuk hibah. Kedua,
dari sisi sosial-budaya. Korporatisasi institusi pendidikan akan
membangun kultur korporasi dalam institusi pendidikan tersebut,
dengan berbagai kebijakan pendidikan yang mengutamakan kapital, di
sini iklim akademik akan luntur berganti menjadi iklim korporasi yang
mengutamakan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas. Ketika kampus
negeri mulai tidak lagi disubsidi, maka kampus dipaksa untuk
membuka badan usaha komersil, tentu di antaranya termasuk
lembaga

penelitian

dan

pusat

studi,

semuanya

mesti

dapat

memberikan sumbangan dana bagi pemenuhan biaya operasional


kampus. Penelitian akan lebih banyak penelitian proyek, atau
penelitian kebijakan publik ketimbang riset untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, yang muncul adalah riset-riset yang membela dan
melegitimasi sang pemberi modal. Ketiga, dari sisi filosofi manusia.
Personalitas.

Karakter

dan

kepribadian

siswa

dalam

nalar

1
2

neoliberalisme tersebut pada akhirnya menjadikan mereka bermental


kerdil, yakni sekadar bercita-cita menjadi orang sukses sebagaimana
digambarkan oleh neoliberalisme, sebagai para eksekutif muda, yang
berdasi, orang kantoran, yang sebenarnya tiada lebih dari sekrup,
mur, dan baut dari mekanisme pelanggenngan status quo kelas
kapitalis-borjuis.

C. Analisa kondisi Perguruan Tinggi Indonesia


Perguruan tinggi merupakan wadah penyaluran pendidikan yang
memiliki peran sangat besar dalam pembangunan bangsa. Dilihat dari
sektor demografisnya, Indonesia memiliki kekuatan dalam kenakeragaman
budaya dan jumlah tenaga kerja yang sangat besar, hal ini merupakan
sebuah kekuatan yang patut diperhitungkan oleh negara-negara lain, dalam
mempelajari lebih dari seribu suku budaya dan kesenian yang terbesar
didunia ini, disamping itu jumlah perguruan tinggi yang cukup besar di
Indonesia mencapai 3.151 Perguruan Tinggi (PT). Dari banyaknya
Perguruan Tinggi tersebut sebanyak 3.068 atau 97% merupakan PTS,
sedangkan PTN hanya berjumlah 83 atau 3%.dapat pula menjadi nilai atau
posisi tawar (bargaining position) yang baik, bahkan beberapa perguruan
tinggi tersebut telah menjalin kerjasama dengan beberapa negara Amerika,
Inggris, atau Australia yang cukup dikenal sebagai Negara yang terbaik
dan memiliki pengalaman yang panjang dalam pengelolaan perguruan
tinggi.
Sejalan dengan perkembangannnya Pendidikan tinggi
internasionalisasi, ternyata masih menyisahkan
nasional yang perlu di
dipecahkan

sejak

menuju

permasalahan di tataran

hadapi dan akan semakin kompleks jika tidak

awal,

dikhawatirkan

akan

menggangu

realisasi

internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Pertama masih adanya


progam studi yang belum terakreditasi nasional. Jumlah total program studi
di Indonesia ada 22.306 prodi. Namun, yang sudah terakreditasi oleh

1
3

BANPT hingga Desember 2014 ini hanya 18.568 prodi, sehingga masih ada
3.738 program studi di perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS)
belum terakreditasi, Bahkan 546 di antaranya tidak terdaftar sehingga harus
ditutup,ke dua Mutu pendidik. Data kualifikasi dosen tahun 2014
menunjukkan bahwa pendidik/dosen di perguruan tinggi yang mempunyai
kualifikasi derajat pendidikan di bawah S2 masih sebesar 42%. Ketiga
Kurangnya artikel / publikasi ilmiah/ dan referensi ilmih di setiap perguruan
tinggi. Data tentang jurnal (berkala ilmiah) bahwa Indonesia menempati
peringkat 61 dari 238 negara dengan jumlah publikasi 20.166, bandingkan
dengan peringkat
dokumen.

pertama yaitu AS yang menghasilkan 7.063.329

Keempat

terbatasnya

fasilitas

fasilitas

pendidikan

dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah koleksi buku dan


referensi perpustakaan maupun ruang baca masih amat terbatas, baik
dalarn jumlah, ragam, maupun kemutakhiran koleksi buku. Dan kelima
biaya

pendidikan

penyelenggaraan

pendidikan

tinggi

yang

tidak

memerlukan biaya yang tidak kecil. Sementara itu, hingga kini masyarakat
masih harus menanggung biaya yang tidak sedikit untuk menempuh
pendidikan tinggi serta Kurangnya tenaga pengelola kependidikan yang
menguasai bahas asing dan SDM yang mampu mengelola

secara

profesional
D.

Strategy untuk mewujudkannya


Terdapat strategi-strategi yang kami uraikan dibagi dalam 2 (tahap), yaitu :
1.Peran pemerintah
Tanggung jawab negara di bidang pendidikan begitu besar, yakni
menjamin agar warga negaranya cerdas dan memperoleh akses
pendidikan. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pendidikan tinggi lahir untuk memberikan keluasan lembaga pendidikan
tinggi untuk mengelola secara mandiri program-program hingga kepada

1
4

pembiayaan pendidikannya. Pendidikan tinggi di Indonesia baru memulai


untuk menuju standar internasional dengan membangun standar nasional
yang saat ini sedang digalakkan. Standarisasi ini merupakan upaya dalam
memenuhi tuntutan globalisasi yang saat ini sedang berlangsung Yaitu
menuju World Class University (WCU). Perlu penyusunan pondasi untuk
menguatkan sistem pendidikan tinggi diataranya upaya kebijakan
pemerintah yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi-perguruan tinggi di
Indoneia yang dapat dilihat melalui program-program peningkatan kualitas
pendidikan tinggi dengn menerapkan standar nasional pendidikan tinggi
melalui

Peraturan

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Republik

Indonesia Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan


Tinggi. Standar Nasional Pendidikan Tinggi terdiri atas:
a. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas, Standar Nasional Pendidikan
terdiri atas: a) standar kompetensi lulusan; b) standar isi pembelajaran;
c) standar proses pembelajaran; d) standar penilaian pembelajaran; e)
standar dosen dan tenaga kependidikan; f) standar sarana dan
prasarana pembelajaran; g) standar pengelolaan pembelajaran; dan h)
standar pembiayaan pembelajaran.
b. Standar Nasional Penelitian terdiri atas, a) standar hasil penelitian; b)
standar isi penelitian; c) standar proses penelitian; d) standar penilaian
penelitian; e) standar peneliti; f) standar sarana dan prasarana
penelitian;

g)

standar

pengelolaan

penelitian;

dan

h)

standar

pendanaan dan pembiayaan penelitian.


c. Standar Nasional Pengabdian Masyarakat terdiri atas, a) standar hasil
pengabdian kepada masyarakat; b) standar isi pengabdian kepada
masyarakat; c) standar proses pengabdian kepada masyarakat; d)
standar penilaian pengabdian kepada masyarakat; e)

standar

pelaksana pengabdian kepada masyarakat; f) standar sarana dan


prasarana pengabdian kepada masyarakat; g) standar pengelolaan
pengabdian kepada masyarakat; dan h) standar pendanaan dan
pembiayaan pengabdian kepada masyarakat.
d.

1
5

Terkait dengan peran pemerintah tersebut, terdapat 3 (tiga) jenis


pendekatan yang harus digunakan guna mencapai cita-cita menjadi WCU
(lihat Gambar 1)

Sumber: diolah oleh Tiyo Widod, 2011

Penjelasan:
a.

Picking

winners.

Pemerintah

dapat

mempertimbangkan

untuk

melakukan perbaikan dan perluasan (upgrading) beberapa universitas


yang telah ada yang dinilai memiliki potensi untuk ikut bersaing di arena
internasional.
b. Hybrid formula. Pemerintah mendorong sejumlah perguruan tinggi yang
telah ada untuk melakukan merger atau transformasi sehingga terbentuk
universitas baru yang sesuai dengan kriteria WCU.
c. Clean-slate approach. Pemerintah mendirikan universitas baru mulai
dari awal.
Tiga pendekatan tersebut di atas memiliki karakteristik yang berbedabeda. Perbedaan dapat dicari dari dimensi-dimensi seperti 1) kemampuan
untuk menarik minat bakat; 2) biaya; 3) tata kelola (governance); 4) budaya
institusi; dan 5) manajemen perubahan.

1
6

Sumber: Jamil Salmi (2011)

2. Pendekatan perguruan tinggi


Menurut Knight dalam Scoot (2000:99) mendefinisikan
Strategi
integrasi

Internasionalisasi

pendidikan

internasional/antar

dimensi

tinggi
ke

sebagai

dalam

proses

pengajaran,

penelitian dan pelayanan dari institusi. Masih dalam Scott, Davis


dan Olsen (2009:735) mengidentifikasi enam strategi dalam
program internasionalisasi: (1) program pelajar internasional, (2)
layanan

dukungan

penyelenggaraan

siswa

pendidikan

berskala
internasional

internasional;
jarak

jauh;

(3)
(4)

internasionalisasi pengajar, melalui internasionalisasi dari isi dan

1
7

bentuk dari kurikulum dan melalui pengalaman internasional; (5)


internasional

bantuan

teknis

dan

pelatihan;

dan

(6)

internasionalisasi dalam penelitian. Internasionalisasi pendidikan


tinggi

berimplikasi

pada

pengejaran

image

dan

kualitas

internasional dalam menjadikan intitusi sebagai intitusi yang top


dan memiliki kompetisi global.
Fenomena internasionalisasi pendidikan tinggi di indonesia,
beberapa progm studi yang khas dapat didorong untuk mampu
berorientasi

global sehinga akan menambah daya saing

pendidikan indonesia di mata dunia, melalui progam-progam studi


khas

ke

Indonesiaan

yang

berwawasan

global,

dan

jika

memungkinkan Strategi internasionalisasi pendidikan tinggi di


Indonesia

beberapa

alternatifnya

dapat

ditujukan

untuk

mewujudkan world class university. Dimana universitas harus


benar-benar siap agar

berhasil dalam kompetisi di arena

internasional, konsep World Class University sendiri adalah :


a. Universitas yang memiliki SDM yang secara teratur
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka pada jurnal-jurnal
paling top dalam disiplin ilmu masing-masing. Lulusan suatu WCU
dapat secara mudah bekerja di (negara) mana saja di dunia.
(Ambrose King, dalam Mohrman, 2005)
b. Universitas yang masuk dalam rangking utama universitas dunia
karena memiliki keunggulan (excellence) berstandard dunia
(Altbach, 2003)
c. Universitas yang:Dikelola secara efisien namun produktif.,memiliki
kualitas pembelajaran yang prima, memproduksi lulusan yang
berkualitas dunia dan menghasilkan penelitian yang berkualitas
dunia (Frazer, 1994 dan Lang, 2004)
d. Universitas yang memiliki reputasi internasional di bidang
penelitian, pembelajaran dan kontribusi bagi masyarakat luas.
(Levin,2006)

1
8

Untuk menjadi Universitas kelas dunia (WCU = world-class


university).

D i p e r l u ka n

sebuah

pengakuan

secara

I n t e r n a s i o n a l yang selama ini dilakukan oleh lembaga- lembaga


penilai

seperti,

WCU

berdasarkan

Supplement;

berdasarkan

berdasarkan

Webometrics,

Times

Shanghai

Higher

Jiatong

Education
University;

dll. Beberapa diatara pengakuan

internasional terebut indikatornya meliputi kualitas penelitian


ilmiah, kualitas pengajar dan pemanfaatan teknologi informasi.
. Peran serta perguruan tinggi menuju WCU terebut dpat
diwujudkn melalui strategy yang diperlukan sebagai berikut :
a. Dukungan pendanaan yang memadai untuk membangun
infrastruktur sarana dan pasarana yang modern, laboraturium
dengan

menggandeng

laboraturium

dan

mitra

simulator

industri
canggih

untuk

penyediaan

sebagaimana

yang

berkembang didunia industri saat ini. setadan peningkatan


kualitas SDM perguruan tinggi baik kerjasama dengan pihak
ketiga/swasta maupun bantuan dari pemerintah.
b. Pembentukan sistem nilai yang menjadi kunci untuk mencapai
tingkatan sebagai universitas bertaraf internasional (world class
university) baik instrumen legal sampai terbentuknya budaya
berkualitas global dari setiap komponen dari perguruan tinggi.
Unsur penting dan utama dalam mencapai tingkatan tersebut
adalah Etika Akademik yang mengandung nilai moralitas (sistem
nilai baik dan buruk) yang harus dimiliki
c.

Reformasi kurikulum untuk memperluas kapasitas perguruan tinggi


dalam kerja sama internasional, memperkaya pengalaman belajar
siswa dengan dimensi multikultural, dan untuk meningkatkan
kesadaran mereka tentang kewarganegaraan global

d. Menjalin kerjasama dan kemitraan antar Negara lembaga-lembaga


dalam membangun program pascasarjana dan pusat penelitian di
bidang keunggulan komparatif( Altbach & Salmi, 2011) dengan

1
9

melibatkan

pejabat pemerintah, akademisi dan peneliti atas

kebijakan dari seluruh dunia untuk membahas berbagai isu yang


terkait dengan universitas kelas dunia. dan bergabung dengan
komunity untuk keunggulan akademik
e. Menciptakan lingkungan belajar

yang berkualitas dan beretika

timur yang kental agar mampu menyaring budaya luar yang tidak
sesuai dengan bangsa Indonesia, serta memberikan pelayanan
secara internasional dengan menggunakan Model dan metode
pembelajaran yang menjunjung tinggi kebebasan akademik dan
mendorong inovasi teoritis. Pembelajarannya lebih banyak
menggunakan metode diskusi dan seminar, bukannya mencatat
dan menghafal. Etos kerjasama dan

saling

belajar juga

merupakan karakteristik dari perguruan tinggi kelas dunia.


f. Membangun budaya Transformasi dengan
interdisciplinarity,
berdasarkan

fleksibilitas

kualitas

dan

penelitian

prinsip-prinsip yang:

interaksi
mendalam.

dengan

dunia

Restrukturisasi

organisasi memungkinkan universitas untuk memiliki lebih sedikit


dan lebih kuat departemen, struktur manajemen yang ramping,
serta untuk mengembangkan pertemuan penelitian interdisipliner
sebagaimana tuntutan masyarakat .
g. Tidak

melakukan

diskriminasi

dalam

pelaksanaan

kegiatan

akademik; Menghormati hukum dan hak azasi manusia maupun


tidak merusak lingkungan hidup serta membahayakan manusia
dan tidak menggunakan binatang percobaan secara sewenangwenang
Internasionalisasi pendidikan tinggi ke depan bukanlah suatu ironi.
Tetapi realitas kekinian yang sudah semakin mengarahkan probability itu
menjadi suatu kenyataan yang tanpa batas. Eksistensi dan suksesi
perguruan tinggi di era liberalisasi ke depan sangat ditentukan oleh
kuatnya kesiapan akademis dan kematangan infrastrukturnya untuk

2
0

menjadi

lebih

modern.

Indonesia

yang

begitu

besar

haruslah

menyiapkan perangkat kompetitif pendidikan tinggi sedini mungkin


sehingga ke depan Perguruan tinggi

di Indonesia memiliki good

governance system pendidikan tinggi yang unggul sehingga agar mampu


berkompetisi di level nasional, bahkan internasional tanpa kehilangan
morality

character

sebagai

dasar

aplikasinya.

Indonesia

bidang

mengambil keuntungan dengan menngkatnya devisa negara dari


masuknya mahasiswa internasional ke negara kita dan menambah citra
publikasi positip Indonesia di mata dunia
Referensi:
Anantha Raj A. Arokiasamy (2010) The Impact of Globalization on Higher
Education in Malaysia, Genting Inti International College, Pahang,
Malaysia
Apleton, Joe, et all, (2008) Hands-on Internationalisation, Leeds Metropolitan
University International
Donoghue , Simon, (2008) Our Journey Towards World Class Leading
Transformational Strategic Change ,University of Leeds, UK Mike
Kennerley, University of Leeds, UK,
Hazelkorn, Ellen (2013), World-Class Universities or World Class Systems:
Rankings and Higher Education Policy Choices, Dublin Institute of
Technology ARROW@DIT
Qi Wang, Ying Cheng and Nian Cai Liu (Eds.), (2012) Building World-Class
Universities Different Approaches to a Shared Goal, SENSE PUBLISHERS
ROTTERDAM / BOSTON / TAIPEI

.............UU No. 12 Tahun 2012 tentang Peguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai