PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Generasi muda saat ini sedang berada pada masa serba instan yakni masa
globalisasi. Era globalisasi ialah zaman yang di dalamnya terjadi proses
“mendunia” sehingga memberikan pengaruh terhadap tatanan kehidupan.
Proses “mendunia” ini terjadi diberbagai bidang, misalnya bidang iptek,
ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
[1]
Pemerintah merespon globalisasi secara terbuka melalui Pasal 50
ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) yang berbunyi: Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu-satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. Berdasar azas legalitas ketentuan
UU Sisdiknasini, menjamurlah berbagai SBI (Sekolah Bertaraf
Internasional) di semuakabupaten/kotadalam Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tantangan pendidikan di era global
2. Untuk mengetahui pentingnya guru dalam perkembangan
globalisasi
3. Untuk mengetahui pentingnya usaha mengahadapi tantangan
pendidikan dalam perkembangan globalisasi
[2]
BAB II
PEMBAHASAN
[3]
internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran,
dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
[4]
2. Peran Pendidik dalam Mengahadapi Pendidikan di Era Globalisasi
(2) Consumption abroad, adalah bentuk penyediaan jasa pendidikan tinggi yang
paling dominan, mahasiswa belajar di perguruan tinggi luar negeri atau Mode 2;
(3) Commercial presence, atau kehadiran perguruan tinggi luar negeri dengan
membentuk partnership, subsidiary, twinning arrangement dengan perguruan
tinggi lokal., atau Mode 3, dan
(4) Presence of natural persons, dosen atau pengajar asing mengajar pada lembaga
pendidikan lokan, atau Mode 4. Liberalisasi pendidikan tinggi menuju
perdagangan bebas jasa yang dipromosikan oleh WTO adalah untuk mendorong
agar pemerintah negara-negara anggota tidak menghambat empat mode
penyediaan jasa tersebut dengan kebijakan-kebijakan intervensionis.
[5]
globalisasi yang telah berlangsung pada semua bidang kehidupan (seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosiologi, kebudayaan pertahanan keamanan, politik
internasional dan lain-lain) akan memberikan dampak negatif pada negara-negara
yang tidak memiliki jatidiri yang jelas. Adanya globalisasi sudah barang tentu
akan memunculkan negara-negara sebagai subyek dan objek yang masing-masing
perannya sangat berbeda.
Banyak gejala lain, globalisasi ditandai oleh ambivalensi – yaitu tampak sebagai
“berkah” di satu sisi tetapi sekaligus menjadi “kutukan” di sisi lain. Tampak
sebagai “kegembiraan” pada satu pihak tetapi sekaligus menjadi “kepedihan” di
pihak lainnya. Ciri ambivalensi seperti ini dalam globalisasi adalah persoalan
sentral yang maha penting. Di situ terletak locus problematicus yang menyimpan
tantangan besar bagi pendidikan sekolah (Tanje, 2008). Mastuhu dalam
Wicaksono (2008) mengemukakan bahwa Globalisasi sering diterjemahkan
“mendunia” atau “mensejagat”.
[6]
perdagangan dan investasi modal, maka ekonomi antar-negara semakin
terintegrasi menuju ekonomi global di mana ekonomi nasional yang distingtif
dilepas dan diartikulasikan kembali kedalam suatu sistem melalui proses dan
kesepakatan internasional
Dalam konsep ini, kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses
mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan
pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari
konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.
[7]
Globalisasi mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak lagi
semata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batasbatas
teritorial. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai sebuah proses
(atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam spatial
organisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari segi ekstensitas,
intensitas, kecepatan dan dampaknya-yang memutar mobilitas antar-benua atau
antar-regional serta jejaringan aktivitas (Scholte, 2002 dalam Suroso, 2010).
Tantangan yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala
bagi suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti Indonesia
sendiri. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan baik dari masyarakat,
peserta didik, pendidik, hingga pemerintah. Indonesia patut bersyukur dengan
limpahan SDA yang tak terhitung nilainya, namun demikian hal itu jangan sampai
membuat sumber daya manusianya terlena dan melupakan pentingnya dunia
pendidikan demi memperkaya pengetahuan umum, intelektual dan kemajuan
bangsanya sendiri. Untuk mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut,
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi
pemerintah juga harus serius dalam menangani permasalahan ini agar SDM
Indonesia memperoleh rating kualitas pendidikan yang memadai. Untuk itu
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan psiko
motorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan karakter
peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill, agar setelah lulus mereka
tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan daripada hanya sekadar
mengandalkan aspek kognitif (pengetahuan).
[8]
3. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya.
Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses pembelajaran peserta
didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan siswa bukan
hanya sekedar transferof knowledge tapi pembelajaran harus meliputi transfer of
value and skill, serta pembentukan karakter (caracter building).
[9]
9. Pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk
mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah
memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk
pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan political will
kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan.
[10]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam era globalisasi sekarang ini dunia sudah berubah dan aturan untuk
menjadi suatu Negara pun berubah total yang awalnya suatu negara harus
memiliki batas batas territorial yang jelas sehingga dapat membedakan Negara
yang satu dengan yang lainnya, yang warga Negara asing tidak boleh
sembarangan mengakses dan masuk wilayah negara lain namun berbanding
terbalik dengan kondidsi saat ini yang dlam kenyataannya tidak ada lagi batas
wilayah di faham globalisasi dna orang lain bebas mengakses informasi daroi
negara lain bahkan dengan sangat mudah
Banyak sekali hal hal yang baru dan mengubah cara cara hidup manusia
sehari hari, nilai nilai dapat dengan mudah tertanam dalam diri individu melalui
teknologi global karena globalisasi dikemas dengan sangat menarik untuk
terutama para pemuda yang masih aktif pemikiran dan masa pemnbentukan
karakter, dan titu semua tergantung para pendidik dalam lembaga pendidikan
untuk membatasi dan membimbing mereka agar tidak terjerumus dalam efek
negative globalisaisi dan dapat mengambil dengan sebaik baiknya sisi positifnya
dalam hal ini pendidikan dapat mengemas materi materi dalam proses kegiatan
mengajar dengan aplikasi atau forum dalam internet dan membuatnya lebih
mudah diakses karena dalam dunia yang sudah tanpa batas anak dengan mudah
mendapatkan informasi yang ada di dunia dengan mudah sehingga bukan tidak
mungkin guru akan kalah pengetahuan dari pada muridnya
Namun hal ini tidak masalah jika hal itu merujuk pada sii positif anak dan
mereka dapat menempatkan diri untuk menjadi generasi yang berkualitas dan
dapat bersaing di era global ini.
[11]
SARAN
[12]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baedowi, dkk. 2015. Potret Pendidikan Kita. Jakarta: PT Pustaka Alvabet.
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/tantangan-pendidikan-di-era-
global.html yang diakses pada 27 September pukul 18.22
https://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2016/02/17/tantangan-
duniapendidikan-dalam-menghadapi-globalisasi/ yang diakses pada 4 oktober
2017 pukul 16.58
https://www.academia.edu/12552898/Tantangan_Pendidikan_di_Era_Global
[13]