Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN PRAKSIS MANAJEMEN PENDIDIKAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu: Hesti Aries Tina, S. Pd. I., M. Pd.

Oleh:
Ahmad Arofi Nafsak (KKI-23020190065)
Ike Loveny Nur Safitri (KKI-23030190018)
Annida Khaerunnisa’ (KKI-23030190052)
Nurul Izzah (KKI-23030190081)

PROGRAM KHUSUS KELAS INTERNSIONAL (PKKI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Ilmu Pendidikan dengan judul “Konsep Dasar dan
Praksis Manajemen Pendidikan”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu Ilmu Pendidikan, Ibu Hesti Aries Tina, S. Pd. I., M. Pd. yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Salatiga, 14 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Makro, Meso, Dan Mikro Dalam Sistem Pendidikan
Nasional.......................................................................................................................................5
B. Manajemen Dan Kaitannya Dengan Kurikulum Dan Kebijakan Pendidikan...............................6
C. Konsep dasar manajemen sekolah................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen adalah salah satu komponen yang sangat penting di dalam
pelaksanaan segala sesuatu, termasuk juga dalam bidang Pendidikan. Manajemen di
dalam Pendidikan sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan, yaitu
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Oleh karena itu,
manajemen Pendidikan ini perlu dipahami lebih dalam lagi. Pada kesempatan kali ini
penulis akan memaparkan beberapa hal tentang Manajemen Pendidikan, yang telah
penulis cantumkan di dalam makalah yang berjudul “Konsep Dasar Dan Praksis
Manajemen Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manajemen Pendidikan makro, meso, dan mikro dalam
sistem Pendidikan nasional?
2. Bagaimana manajemen dan kaitannya dengan kurikulum dan kebijakan
Pendidikan?
3. Bagaimana konsep dasar manajemen sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen Pendidikan makro, meso, dan mikro
dalam sistem Pendidikan nasional.
2. Untuk mengetahui manajemen dan kaitannya dengan kurikulum dan kebijakan
Pendidikan.
3. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen sekolah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Makro, Meso, Dan Mikro Dalam Sistem
Pendidikan Nasional
Jenis perencanaan pendidikan yaitu:
a. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan
yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu
pada tingkat nasional. Tujuan yang harus dicapai negara (khususnya dalam bidang
peningkatan SDM) adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan
tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif
pendidikan harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan
tenaga pembangunan yang terampil dan sesuai dengan bidangnya dan memiliki
jiwa Pancasila. Perencanaan makro pada umumnya ditangani oleh pemerintah
pusat, atau dapat juga oleh kelompok tertentu tetapi mereka ditunjuk oleh
pemerintah pusat pula.
Contoh dari perencanaan makro adalah tentang model penerimaan
siswa/mahasiswa baru karena berlaku di seluruh tanah air, begitu pula
perencanaan tentang kurikulum inti untuk SMA.
b. Perencanaan Meso
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan
ke dalam program-program yang berskala kecil. Pada tingkat ini perencanaan
sudah lebih bersifat operasional disesuaikan dengan departemen atau unit-unit
(intermediate unit). Perencanaan meso adalah perencanaan yang ruang lingkupnya
mencakup wilayah pendidikan tertentu, misalnya suatu propinsi dan dasar
terjadinya perencanaan meso adalah akibat dari kondisi dan situasi daerah yang
berbeda-beda. Perencanaan meso di bidang pendidikan menengah dan dasar pada
umumnya diprakarsai oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di daerah bersangkutan. Sedangkan untuk perencanaan lembaga
pendidikan tinggi bisa diprakarsai tiap perguruan tinggi di wilayah itu dengan
mengikut sertakan semua perguruan tinggi yang ada di daerah itu.

5
c. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat institusional
dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Kekhususan-
kekhususan dari lembaga mendapat perhatian, namun tidak boleh bertentangan
dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan makro maupun meso.
Contoh perencanaan mikro, yaitu kegiatan belajar mengajar.

B. Manajemen Dan Kaitannya Dengan Kurikulum Dan Kebijakan Pendidikan


1. Manajemen dan kaitannya dengan kurikulum
Manajemen kurikulum adalah suatu proses usaha bersama (kerja sama) dalam
suatu organisasi melalui proses yang sistematis dan terkoordinasi yang mengatur
dan memperlancar pencapaian tujuan pengajaran di sekolah secara efektif dan
efisien.
Pemahaman tentang konsep dasar manajemen kurikulum merupakan hal yang
penting bagi para kepala sekolah yang kemudian merupakan modal untuk
membuat keputusan dan implementasi kurikulum yang akan dilakukan oleh guru.
Republik Indonesia sampai saat ini telah melahirkan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Pendidikan Nasional, disusul dengan
Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, kemudian disusul dengan
Permendiknas 23 tentang Standar Kompetensi Kelulusan dan Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23.
Pembakuan Undang-Undang dan Permendiknas itu menjadi kekuatan hukum
bagi penyelenggara Pendidikan untuk menata kurikulum dalam penyelenggaraan
Pendidikan di Indonesia sehingga dengan demikian undang-undang dan peraturan
Menteri pendidikan nasional itu perlu dibaca dan dipahami.
2. Manajemen dan kaitannya dengan kebijakan Pendidikan
Landasan kebijakan pendidikan merupakan konsep hukum yang mendasari
ditetapkannya suatu aturan dalam bidang pendidikan agar tercipta keselarasan
antara kebutuhan dengan situasi dan kondisi dalam proses pendidikan. Kebijakan
pendidikan merupakan rumusan dari berbagai cara untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dijabarkan di dalam berbagai kebijakan pendidikan.
Kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak,
mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan

6
masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan
keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.
Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:
a. Memiliki tujuan Pendidikan
Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih khusus,
bahwa ia harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk
memberikan kontribusi pada pendidikan.
b. Memenuhi aspek legal-formal
Kebijakan pendidikan tentunya akan diberlakukan, maka perlu adanya
pemenuhan atas pra-syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan pendidikan
itu diakui dan secara sah berlaku untuk sebuah wilayah. Maka, kebijakan
pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hirarki
konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah
dan resmi berlaku di wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan suatu
kebijakan pendidikan yang legitimat.
c. Memiliki konsep operasional
Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum,
tentunya harus mempunyai manfaat operasional agar dapat
diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk memperjelas
pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan akan
kebijakan pendidikan adalah fungsi pendukung pengambilan keputusan.
d. Dibuat oleh yang berwenang
Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang
memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan
kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan. Para
administrator pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dan para politisi
yang berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur minimal
pembuat kebijakan pendidikan.
e. Dapat dievaluasi
Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang
sesungguhnya untuk ditindaklanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau
dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa

7
diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan memiliki karakter dapat
memungkinkan adanya evaluasi terhadapnya secara mudah dan efektif.
f. Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem jua, oleh
karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh
aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki
efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan
pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh
strukturnya akibat serangkaian faktof yang hilang atau saling berbenturan
satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar
pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan hukum secara
internal. Kemudian, secara eksternal pun kebijakan pendidikan harus
bersepadu dengan kebijakan lainnya; kebijakan politik; kebijakan moneter;
bahkan kebijakan pendidikan di atasnya atau disamping dan dibawahnya.
Dalam mengimplementasikan desentralisasi di bidang pendidikan,
sebagai wujud dari implementasi kebijakan pemerintah maka
diterapkanlah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan MBS, maka
sekolah-sekolah yang selama ini dikontrol ketat oleh pusat menjadi lebih
leluasa bergerak, sehingga mutu dapat ditingkatkan. Pemberdayaan
sekolah dengan memberikan otonomi yang lebih besar tersebut merupakan
sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat, sekaligus sebagai
sarana peningkatan efisiensi pendidikan. Tanggung jawab pengelolaan
pendidikan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh sekolah dan
masyarakat dalam rangka mendekatkan pengambilan keputusan ke tingkat
yang paling dekat dengan peserta didik. MBS ini sekaligus memperkuat
kehidupan berdemokrasi melalui desentralisasi kewenangan, sumber daya
dan dana ke tingkat sekolah sehingga sekolah dapat menjadi unit utama
peningkatan mutu pembelajaran yang mandiri (kebijakan langsung,
anggaran, kurikulum, bahan ajar, dan evaluasi). Program MBS sendiri
merupakan program nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 (1):
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”

8
Dalam konteks, MBS memungkinkan organisasi sekolah lebih
tanggap, adaptif, kreatif, dalam mengatasi tuntutan perubahan akibat
dinamika eksternal, dan pada saat yang sama mampu menilai kelebihan
dan kelemahan internalnya untuk terus meningkatkan diri.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orangtua, kelenturan
pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, serta hal lain yang
dapat menumbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan
pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat (stake-
holders), terutama yang mampu dan peduli terhadap masalah pendidikan.
Implikasinya adalah pemberian kewenangan yang lebih besar kepada
kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya. Juga, melakukan
perubahan kelembagaan untuk memenuhi dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta memberdayakan
sumber daya manusia, yang menekankan pada profesionalisme.

C. Konsep dasar manajemen sekolah


a. Pengertian manajemen sekolah
Istilah manajemen sekolah sering disandingkan dengan istilah administrasi
sekolah. Berkaitan dengan hal itu, terdapat tiga pandangan yang berbeda; pertama,
administrasi lebih luas daripada manajemen; kedua, manajemen lebih luas dari
administrasi; dan ketiga, pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik
dengan administrasi. Namun berdasarkan fungsi pokoknya istilah manajemen dan
administrasi mempunyai fungsi yang sama. Karena perbedaan kedua istilah
tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa
manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal,
efektif, dan efisien.(Mulyasa,2002)

9
b. Fungsi manajemen
1. Perencanaan (planning)
Merupakan proses sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Perencanaan juga
merupakan kumpulan kebijakan yang secara sistematis disusun dan
dirumuskan berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan serta dapat
digunakan sebagai pedoman kerja dalam perencanaan terkandung makna
pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan, permasalahan yang dihadapi
dan alternatif pemecahannya serta untuk melaksanakan prioritas kegiatan yang
telah ditentukan secara proporsional.
2. Pelaksanaan (actuating)
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata
dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan,
setiap organisasi harus memiliki kekuatan agar tujuan pendidikan dapat
terealisasikan.
3. Pengawasan (controlling)
Merupakan upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan
meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan.
4. Pengorganisasian (organizing)
Merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur
organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya agar dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut
dilaksanakannya keempat fungsi pokok manajemmen tersebut secara terpadu
dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang kegiatan manajemen
pendidikan. Melalui manajemen sekolah yang efektif dan efisien tersebut,
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan secara keseluruhan.
c. Manajemen komponen-komponen sekolah
1. Manajemen kurikulum
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum
nasional maupun muatan lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar

10
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler,
dan instruktsional.
Manajer sekolah atau kepala sekolah diharapkan dapat membimbing dan
mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta
melakukan melakukan pengawasan serta perbaikan didalam pelaksanaanya
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum, kepala sekolah harus
menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam
program tahuan, catur wulan, dan bulanan. Beberapa prinsip yang harus
diperhatikan diantaranya: tujuan yang dikehendaki harus jelas; program harus
sederhana dan flesksibel dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;
program yang dikembangkan harus menyekuruh dan jelas pencapaiannya; dan
harus ada koordinasi antarkomponenn pelaksa program di sekolah. Selain itu,
perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan
jadwal pelajaran,pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksaan
evaluai belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan
kelas,pencatatan kemajuan belajar peserta didik, serta meningkatkan perbaikan
pegajaran serta pengisian waktu jam kosong.
2. Manajemen tenaga kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus
dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji,
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota
mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier
tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan dan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan mencakup: perencanaan pegawai; pengadaan
pegawai; pembinaan dan pengembangan pegawai; promosi dan mutasi;
pemberhentian pegawai; kompensasi dan; penilaian pegawai.
3. Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik dan meliputi aspek yang lebih luas secara
operasional dapat membantu upaya pertumbuhan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

11
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib,
dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, tugas manajemen kesiswaan yang utama antara lain:
penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan
pembinaan kedisiplinan.
4. Manajemen keuangan
Sumber keuangan pada suatu sekolah dikelompokkan atas tiga sumber,
yaitu: pemerintah pusat maupun daerah; orang tua atau peserta didik;
masyarakat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan
masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan
kebutuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar pemerintah,
masyarakat, an orang tua. Adapun dimensi pengeluaran meliputi biaya rutin
dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun,
seperti gaji pegawai, biaya opersional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas
dan alat-alat pengajaran (yang habis pakai). Sementara biaya pembangunan
misalnya, biaya pembelian dan pengembangan tanah, pembanguna gedung,
rehab gedung, penambahan furniture, serta biaya atau pengelauaran untuk
barang-barang yang tidak habis pakai. (Mulyasa. 2002)
Tujuan manajemen kuangan untuk mengatur semua upaya pemerolehan
dana dari berbagai sumber dapat dilakukan sebaik-baiknya. Sedangkan
komponen utama manajemen keuangan meliputi; prosedur anggaran; prosedur
akuntansi keuangan; pembelajaran, pergudangan, dan prosedur
pendistribusian; prosedur investasi, dan; prosedur pemeriksaan. Adapun
bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat beeharga lainnya yang
dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggung jawaban.
5. Manajemen sarana prasana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses

12
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran. Adapun prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengjaran, seperti
halaman, kebun, taman sekolah, atau lapangan olahraga.
Manajemen sarana prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal.
6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Hubungan sekolah dengan
masyarakat bertujuan untuk; memajukan kualitas pembelajaran, dan
pertumbuhan anak; memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup
dan penghidupan masyarakat; menggairahkan masyarakat untuk menjalin
hubungan dengan seklah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara
yang bias dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap
sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga
akan baik. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah
dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang
jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Kepala sekolah yang baik merupakan
salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah
dengan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa
yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang di pikirkan orang tua
tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa membina dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik untuk mewujudkan sekolah
yang efektif dan efisien dan menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan
berkualitas. (Mulyasa, 2002)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen memiliki peranan yang sangat penting dalam segala hal, bahkan
dalam dunia Pendidikan. Manajemen Pendidikan memiliki konsep dasar dan praksis
yang akan bermanfaat dalam memaksimalkan hasil kinerja Lembaga pendidik ketika
kita mau mempelajari dan mempraktekannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. 2002. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA


Suryosubroto, B. Dimensi-Dimensi Manajemen Pendidikan di Sekolah. 2004. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya
http://silvyaeka12.blogspot.com/2016/04/jenis-jenis-perencanaan-pendidikan.html (diakses
12 November 2019)

15

Anda mungkin juga menyukai