Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA TARIAN DAYAK MANYI DAN

IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh

CICILIA APRIANI
NIM. 2277700052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PROGRAM MIPA DAN TEKNOLOGI
IKIP – PGRI PONTIANAK
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, berbagai

tradisi atau adat istiadat, budaya, bahasa daerah yang beragam sehingga

menjadikan Indonesia sebagai Negara yang penuh pesona (Rizky dan Wibosono,

2015). Setiap budaya yang berada di Indonesia memiliki kekhasan masing-

masing yang biasanya menonjolkan ciri khas dari daerah tersebut dengan beragam

alur cerita di baliknya. Kesenian merupakan bagian dari budaya yang menjadi

sebuah sarana dalam mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa (Sutardi,

2007). Seni tari adalah hasil karya cipta manusia yang diungkapkan lewat media

gerak yang memiliki keindahan (Dewi, 2012), sehingga seni tari merupakan salah

satu hasil karya Indonesia yang terus berkembang pesat di masyarakat.

Kajian ilmu Matematika dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari

secara optimal. Kurangnya pengaplikasian ilmu Matematika dalam kehidupan

sehari-hari membuat seolah matematika adalah ilmu abstrak, yang hanya memuat

rumus dan angka. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan konsep pembelajaran

matematika yang dapat membuat siswa terikat dengan lingkungan masyarakat di

sekitarnya. Dalam rangkaian pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu dengan

melakukan pengintegrasian antara pembelajaran Matematika dengan budaya yang

ada di sekitar masyarakat, sehingga siswa dapat melakukan implementasi atas

pelajaran yang telah diberikan oleh guru dengan kehidupan nyata yang dialami di

kehidupannya (Winiarsih, Hakim, dan sari, 2021). Pentingnya pendidikan dan

kebudayaan mejadikan keduanya haruslah berjalan dengan seimbang. Hal itulah


yang mendorong pendidikan matematika menemukan cara pembelajaran

matematika yang lebih fleksibel yaitu berdampingan dengan budaya yang ada

pada masyarakat. Dalam pembelajarannya, matematika dapat diajarkan dengan

memanfaatkan budaya sebagai sumber belajar (Putri, 2017).

Matematika sebagai ilmu dasar sehingga mempunyai peranan yang sangat

penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan dalam segala bidang.

Pernyataan tersebut berlandaskan pada asumsi bahwa penguasaan matematika

akan menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata pelajaran lain, baik

pada jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Hal di atas di dukung oleh hasil penelitian 15 tahun terakhir di Indonesia,

menunjukan bahwa prestasi belajar dalam mata pelajaran matematika berkolerasi

positif dengan prestasi belajar dalam mata pelajaran lain, baik eksata maupun non

eksata (Fitrie, 2002).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,

mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang

pendidikan sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan bepikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Kemampuan ini sangat diharapkan menjadi modal untuk menyelesaikan

permasalaham yang ada dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

pesat mengikuti perubahan zaman. Matematika sangat erat kaitannya dengan ide-

ide dan konsep yang abstrak. Sehingga berpengaruh pada proses pembelajaran

matematika (Herowati, siroj dan basir, 2010). Proses pembelajaran matematika


saat ini cenderung terlalu kering, teoritis, kurang kontekstual dan bersifat semu

(Indriyani, 2016). Pembelajaran matematika menjadi kurang memperhatikan

pasrtisipasi aktif siswa, sehingga berdampak kurangnya pemaknaan materi serta

menimbulkan pembeljaran matematika menjadi tidak menyenangkan. Pernyataan

ini membuat minat siswa untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan

berspekulasi bahwa pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami.

Oleh karena itu, pembelajaran matemtika diperlukan memberi jembatan antara

matematika dalam kehidupan sehari-hari yang berbasis budaya lokal dengan

matematika disekolah.

Etnomatematika adalah salah satu cara khusus yang digunakan masyarakat

dalam aktivitas matematika yang meliputi aktivitas pengelompokan, membilang,

mengukur, berhitung, merancang bangunan atau alat, menentukan lokasi,

membuat pola, permainan dan sebagainya (Rachmawati, 2012). Selanjutnya,

etnomatematika merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

memahami matematika dengan menggali konsep-konsep matematika yang

terdapat dalam budaya masyarakat. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran

matematika, sebelum budaya tersebut diterapkan perlu adanya pengkajian terlebih

dahulu. Hasil kajian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan

pembelajaran yang kemudian diterapkan dalam pembelajaran disekolah. Langkah

awal yang perlu dilakukan dalam menggali dan menilai budaya masyarakat adalah

dengan menggali unsur-unsur budaya masyarakat yang mengandung konsep-

konsep matematika (Desmawati, 2018).


Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan

mayoritas penduduknya adalah suku Dayak, menjadi penduduk asli yang sudah

menghuni pulau Kalimantan sejak zaman dahulu. Kebudayaan Dayak masih

sangat kental dengan kehidupan masyarakat di setiap daerah yang ada di povinsi

Kalimantan Barat. Memiliki adat istiadat, bahasa, tarian, lagu daerah yang

beranekaragam. Keanekaragaman budaya tersebut menjadi kebanggaan yang

harus di lestarikan. Salah satu hal yang harus dijaga dan dilestarikan yaitu

kesenian yang terus berkembang di setiap lapisan masyarakat Kalimantan Barat.

Kesenian merupakan bagian dari budaya yang menjadi sebuah sarana dalam

mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa (Sutardi, 2002). Seni tari adalah

hasil karya cipta manusia yang diungkap lewat media gerak yang memiliki

keindahan (Dewi, 2012). Budaya-budaya ini dapat diintegrasikan dalam berbagai

sektor kehidupan masyarakat salah satunya bidang pendidikan agar

menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya tersebut. Akan tetapi, budaya dayak

jarang bahkan tidak dimanfaatkan dalam pembelajaran di sekolah khususnya

pembelajaran matematika. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas

cenderung fokus pada buku teks, dan masih terbiasa pada kebiasaan mengajar

dengan menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh soal dan meminta

siswa mengerjakan latihan soal yang terdapat dalam buku teks yang digunakan

dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa tanpa memanfaatkan

konteks sosial budaya yang terdapat dalam masyarakat suku dayak dalam proses

pembelajaran matematika. Dari sekian ragam budaya dayak yang ada, budaya

tarian dayak manyi dapat dijadikan sebagai sumber untuk dihubungkan dalam
pembelajaran matematika karena terdapat aktivitas-aktivitas matematika yang

digunakan. Dengan demikian, penggunaan budaya dalam pembelajaran

matematika tentunya akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa kajian

etnomatematika dalam budaya dapat dijadikan sebagai smber belajar dalam proses

pembelajaran matematika. sebagaimana dapat ditunjukan pada penelitian yang

dilakukan oleh Marcelina Sandra Dewi (2020) dengan judul penelitian “Kajian

Etnomatemtika Pada Tarian Dayak Grasak dan Implementasinya Pada

Pembelajaran Matematika Tingkat SMA”. Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasannya menarik kesimpulan bahwa tarian dayak grasak mengadung

aktivitas fundamnetal matematis diantaranya adalah menghitung (Counting),

mengukur (Measuring), mendesain (Designing), menempatkan (Locating),

bermain (playing), dan menjelaskan (Explaining) serta aspek-aspek matematika

yang terkandung didalam nya meliputi materi persamaan nilai mutlak bentuk

linear satu variabel, sistem persamaan linear tiga variabel, dan rasio trigonometri

(cosinus) pada kelas X dan materi matriks dan operasinya (penjumlahan), dan

transformasi geometri pada kelas XI, serta pada kelas XII meliputi materi jarak

titik ke titik dalam ruang, kaidah pencacahan aturan perkalian. Selain itu, terdapat

pula penelitian yang dilakukan oleh Lia Dewi Asterina (2021) dengan judul

“Kajian Etnomatematika Pada Kegiatan Rasulan di Kelurahan Semanu Gunung

Kidul Yogyakarta dan Implementasinya pada pembelajaran maatematika”. Dalam

penelitian ini menunjukan bahwa aspek matematika pada tradisi Rasulan dalam

pembelajaran matematika tingkat SMP meliputi materi kelas VII yaitu Persamaan
Linear Satu Variabel dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel, serta materi

penyelesaian masalah Kontekstual yang Berkaitan dengan Luas dan Keliling

Segiempat dan Segitiga (Persegi dan Persegipanjang). Kelas VIII meliputi materi

penyelesaian masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun

ruang sisi datar (balok). Kelas IX meliputi materi penyelesaian masalah yang

berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi lengkung

(kerucut).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian

dengan tujuan untuk mendeskripsikan konsep-konsep matematika apa saja yang

terdapat pada budaya tarian dayak manyi dan implementasinya terhadap

pembelajaran matematika di sekolah, serta menumbuhkan kesadaran untuk

menghargai dan mencintai budaya. Dengan demikian peneliti mengangkat judul

penelitian “Kajian Etnomatematika Pada Tarian Dayak Manyi Dan

Implementasinya Terhadap Pembelajaran Matematika”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja etnomatematika yang terdapat pada tarian dayak Manyi di

Kalimantan Barat?

2. Konsep matematika apa saja yang terdapat pada tarian dayak Manyi di

Kalimantan Barat?

3. Bagaimana pengimplementasian etnomatematika yang terdapat pada tarian

dayak Manyi di Kalimantan Barat dalam pembelajaran matematika.


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan etnomatematika yang terdapat pada budaya tarian dayak

Manyi di Kalimantan Barat.

2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan konsep matematika yang terdapat pada

tarian dayak Manyi di Kalimantan Barat.

3. Mengimplementasikan etnomatematika yang terdapat pada tarian dayak

Manyi di Kalimantan Barat dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Siswa dapat mengenali lebih jauh tentang budaya di daerahnya dan dapat

memahami penerapan pembelajaran menggunakan konteks budaya tersebut.

2. Bagi Guru

Guru dapat memakai sebagai referensi dalam pembelajaran matematika di

kelas dengan menggunakan konteks budaya yang ada.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui konsep matematika yang terkandung dalam

tarian dayak Manyi dan menunjukkan bahwa budaya tersebut dapat

diimplementasikan dalam pembelajaran matematika di kelas.

4. Bagi Masyarakat Kalimantan Barat


Masyarakat dapat mengetahui aspek-aspek matematika yang terdapat

dalam budaya tarian dayak Manyi serta dapat mengetahui keterkaitan

pembelajaran matematika di kelas dengan budaya daerah sendiri maupun

budaya lainnya.

5. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharapkan bisa menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya yang

melakukan penelitian yang sejenis atau yang akan mengembangkan penelitian ini

yang berhubungan dengan keterkaitan budaya setempat dengan matematika.

E. Definisi Operasional

Untuk mengetahui kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka diberikan

beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Eksplorasi dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang bertujun untuk

menggali etnomatematika pada tarian daya Manyi di Kalimantan Barat.

2. Etnomatematika pada tarian dayak Manyi di Kalimantan Barat yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah untuk mencari dan mengumpulkan data berkaitan

engan unsur-unsur matematika yang terdapat pada budaya tarian dayak Manyi

di Kalimantan Barat.

3. Implementasi tehadap pembelajaran matematika yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah mengimplementasikan etnomatematika dalam budaya

tarian dayak Manyi pada pembelajaran matematika di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai