Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia

Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6


p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

Integrasi Etnomatematika Dalam Kurikulum Matematika Sekolah


Alfonsa M. Abi1)
1)
Prodi Pendidikan Matematika STKIP SOE, NTT, Indonesia
E-mail:fonsa_fan@yahoo.com

Abstrak. Etnomatematika merupakan matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu. Itu berarti
etnomatematika bukan sekedar bicara tentang etnis atau suku. Karena pengajaran matematika di sekolah dan matematika
yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda, maka pembelajaran matematika sangat perlu
memberikan muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal dengan
matematika sekolah. Melihat kurikulum 2013 yang menanamkan pemikiran ilmiah dan pendidikan karakter, menjadi
rasional untuk mengintegrasikan etnomatematika dan pembelajaran matematika. Tulisan ini membahas kemungkinan
pengintegrasian etnomatematika ke dalam kurikulum matematika dan model pembelajaran yang mendukung
pembelajarannya.

Kata Kunci: Integrasi, Etnomatematika, Matematika Sekolah, CTL

Hiebert & Capenter (dalam Alfonsa, 2015)


I. PENDAHULUAN mengingatkan kepada semua pihak bahwa
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pengajaran matematika di sekolah dan matematika
yang dikenal dengan pembelajaran kontekstual yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari
merupakan sebuah model pembelajaran yang sangat berbeda. Bentuk-bentuk aktivitas, artefak
mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata maupun ide yang dijalani oleh peserta didik telah
peserta didik. Model pembelajaran ini mendorong membudaya. Mereka tidak perlu membayangkan
peserta didik mendefinisikan hubungan antara apa yang tidak pernah dialami, cukuplah mengerti
pengetahuan yang telah dimiliki dan penerapannya dan memahami karena mereka telah melakukan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan melihatnya setiap hari bahkan terlibat dalam
masyarakat. Model ini sudah digaungkan sejak mencipta. Inilah yang disebut kebudayaan dan
lama dan terbukti mengatasi kesulitan peserta beberapa kalangan pada era 80-an mulai
didik dalam belajar serta menciptakan peserta melakukan penelitian dan pengembangan dalam
didik yang kreatif, inovatif dan kritis seperti pembelajaran matematika yang mereka sebut
penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dengan etnomatematika. Etnomatematika mulai
sebelumnya. Hal ini bukan berarti model dintegrasikan ke dalam kurikulum matematika
pembelajaran yang lain tidak bagus. Tetapi jika sekolah dengan asumsi awal untuk melestarikan
pembelajaran disesuaikan dengan kehidupan nilai dari kebudayaan yang semakin hilang ditelan
peserta didik tentulah tidak akan terlalu sulit perkembangan zaman.
disesuaikan terutama pada pembelajaran Penelitian yang dilakukan oleh D’Ambrosio
matematika yang mana memiliki tingkat (1986) menjadi titik tolak dari penyadaran peran
keabstrakan yang tinggi. Konsep abstrak dan etnomatematika pada pembelajaran. Argumentasi
hanya ada dibayang-bayang peserta didik mampu ini didukung pula oleh Bishop (198.) hingga
ditransformasikan ke dalam kehidupan mereka. Ini menyebar ke daerah Afrika (e.g. [1], [2]), Jepang
merupakan salah satu motivasi bahwa matematika dan Tionghoa [3]. Melihat keragaman budaya
memiliki kegunaan yang besar dalam kehidupan yang ada di Indonesia maka [4], [5] dan [6]
dan merupakan bagian dari kehidupan mereka. melakukan penelitian dan pengembangan bahan
Dengan demikian, matematika tidak perlu ditakuti. ajar berintegrasi etnomatematika dan

1
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

menyimpulkan bahwa peran etnomatematika serta melibatkan operasi. Tetapi uniknya,


sangatlah penting sebagai sarana untuk matematika adalah ibu dan sekaligus pelayan
memotivasi, menstimulasi peserta didik, dapat sehingga dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta
mengatasi kejenuhan dan memberikan nuansa baru terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
pada pembelajaran matematika. Karena yang membuat matematika adalah ilmu yang
etnomatematika sudah dikenal oleh peserta didik sangat berguna. Namun, di lain pihak dalam
sehingga dalam mengajak peserta didik untuk mempelajari matematika terdapat banyak kesulitan
mengidentifikasi dan mengaitkan bagian dari dan keluhan. Diantaranya adalah matematika
budaya yang sudah mereka kenal ke dalam suatu adalah ilmu yang abstrak, sulit dipahami dan
materi matematika dengan panduan yang masih menjadi momok di kalangan peserta didik
diberikan guru akan lebih mudah. maupun guru.
Alfonsa (2015), telah mengeksplorasi Salah satu langkah untuk mengurangi
sebagian budaya masyarakat suku Amanuban dan pandangan negatif terhadap matematika adalah
memperoleh relasi yang sangat dekat antara dengan pembelajaran kontekstual atau membawa
matematika dan budaya yang dimiliki. Walaupun dunia nyata peserta didik ke dalam pembelajaran
di kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki 3 itu sendiri. Hal ini sejalan dengan etnomatematika.
(tiga) suku besar yaitu Mollo, Amanuban dan Secara etimologis, etnomatematika berasal dari
Amanatun tidak terdapat perbedaan yang jauh kata ethno dan matematic. Ethno berarti etnis dan
antara kebudayaan yang dimiliki ketiga suku ini. matematic berarti matematika. Menurut [1],
Hal yang paling mencolok hanyalah dialek. etnomatematika adalah matematika yang
Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi latar diterapkan oleh kelompok budaya tertentu,
belakang dari kajian ini adalah bagaimana peran kelompok buruh/petani, anak-anak dari
etnomatematika dalam pembelajaran matematika masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional,
khususnya pada daerah kabupaten Timor Tengah dan lain sebagainya. Ini berarti etnomatematika
Selatan. Kajian literatur ini diharapkan bukan sekedar bicara tentang etnis atau suku.
memberikan dampak yang luas baik bagi pihak Hiebert & Capenter (1992) mengingatkan kepada
sekolah dalam pengembangan bahan ajar dan semua pihak bahwa pengajaran matematika di
implementasinya dalam pembelajaran maupun sekolah dan matematika yang ditemukan anak
kepada masyarakat sebagai usaha sadar untuk dalam kehidupan sehari-hari sangat berbeda. Oleh
melestarikan budaya yang dimiliki. sebab itu pembelajaran matematika sangat perlu
memberikan muatan/menjembatani matematika
II. PEMBAHASAN dengan kehidupan sehari-hari yang berbasis pada
James dan James dalam [7] menjelaskan budaya lokal dengan matematika sekolah. Dengan
matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai asumsi bahwa etnomatematika yang diangkat
bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang sudah dikenal dan dapat membantu peserta didik
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan dalam belajar matematika.
jumlah yang banyak dan terbagi dalam tiga bidang Model pembelajaran yang mendukung
yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Ada pula pembelajaran berbasis etnomatematika adalah
kelompok lain yang beranggapan bahwa model Contextual Teaching and Learning (CTL).
matematika adalah ilmu yang dikembangkan CTL merupakan konsep pembelajaran yang
untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk menekankan pada keterkaitan antara materi
ilmu, dan matematika adalah ilmu yang pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
dikembangkan untuk kepentingan sendiri. didik secara nyata, sehingga mereka mampu
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang menghubungkan dan menerapkan kompetensi
bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. [8]
dan ketat. mengungkapkan bahwa dalam CTL terdapat 8
Objek matematika adalah abstrak, (delapan) komponen yang harus dilakukan dalam
pembahasannya deduktif, harus logis,berjenjang, proses pembelajaran yaitu (1) membuat

2
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

keterkaitan yang bermakna; (2) melakukan Gagne dalam [7] mengklasifikasikan objek
pekerjaan yang berarti; (3) melakukan matematika ke dalam objek langsung dan objek
pembelajaran yang diatur sendiri; (4) bekerja sama; tak langsung. Objek langsung mencakup fakta,
(5) berpikir kritis dan kreatif; (6) membantu konsep, prinsip, dan keterampilan. Objek tak
individu untuk tumbuh dan berkembang; (7) langsung mencakup kemampuan berpikir logis,
mencapai standar yang tinggi; serta (8) kemampuan memecahkan masalah, bersikap
menggunakan penilaian autentik. Peserta didik positif, tekun, teliti, kerja sama, dan jujur, yang
akan belajar secara bermakna seperti yang memiliki keterkaitan dengan pembentukan
dikemukan teori belajar Ausubel dalam [7] karena karakter peserta didik. Pendapat Gagne juga
model CTL menekankan keterlibatan peserta didik didukung oleh Dienes yang mengungkapkan
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang bahwa setiap konsep (atau prinsip) matematika
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi dapat dipahami dengan tepat hanya jika mula-
kehidupan nyata sehingga mendorong peserta mula disajikan melalui berbagai representasi
didik untuk menerapkannya dalam kehidupan. konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep
CTL mendukung pendekatan saintifik pada untuk menunjuk suatu struktur matematika, suatu
kurikulum 2013. Dikarenakan pembelajaran model definisi tentang konsep yang jauh lebih luas
CTL dimulai dengan menkonstruk masalah, daripada definisi Gagne.
kemudian bertanya, menemukan, adanya aktivitas Penggunaan benda-benda konkrit yang ada di
masyarakat belajar (dalam hal ini peserta didik), sekitar peserta didik dalam mendukung
membuat model penyelesaian, adanya kegiatan pembelajaran matematika bukanlah hal yang
refleksi, dan terakhir adalah penilaian hasil belajar. mudah dalam pelaksanaannya, namun bukanlah
Kegiatan ini mengindikasikan bahwa peserta didik hal baru dalam dunia pendidikan terutama dalam
berpikir dan bertindak secara ilmiah. Langkah- membelajarkan matematika yang dianggap abstrak
langkah pembelajaran model CTL dijabarkan dan banyak simbol. Sifat keabstrakan matematika
sebagai berikut: ini memberi kesempatan kepada guru dalam
a. Pertama, peserta didik didorong untuk memilih strategi, model dan media dalam
mengemukakan pengetahuan awal tentang mengajarkan matematika agar tujuan
konsep yang dibahas. Bila perlu peserta didik di pembelajaran yang dimaksud dapat tercapai. Hal
pancing dengan memberikan pertanyaan yang ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh [4],
problematik tentang kehidupan sehari-hari. [5], dan [6] dalam penelitian mereka. Mereka
b. Kedua, peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba mengungkapkan kebudayaan yang
menyelidiki dan menemukan konsep melalui dimiliki masing-masing daerah yang dapat
pengumpulan, pengorganisasian, diimplementasikan ke dalam pembelajaran
perinterpretasian data dalam sebuah kegiatan matematika yang mereka sebut etnomatematika.
yang telah dirancang oleh guru. Kemudian Pembelajaran model CTL melibatkan
secara berkelompok peserta didik berdiskusi lingkungan sekitar siswa. [9] menyimpulkan
tentang masalah yang bahas. bahwa CTL dapat meningkatkan kualitas
c. Ketiga, peserta didik menyampaikan, membuat pembelajaran matematika karena peserta didik
model dan membuat rangkuman serta ringkasan mengalami langsung materi atau konsep yang
hasil pekerjaan bimbingan guru. diajarkan. Materi pelajaran ditemukan sendiri oleh
d. Keempat, peserta didik dapat membuat peserta didik, bukan hasil pemberian dari orang
keputusan menggunakan pengetahuan dan lain. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau
keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas
mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan digunakan untuk saling membelajarkan. Hal ini
saran baik secara individu maupun secara dibenarkan [10] yang membuktikan bahwa
kelompok yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran kontekstual bermedia
pemecahan masalah. objek nyata meningkatkan hasil belajar peserta
didik secara signifikan. Oleh karena itu, CTL

3
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

mampu meningkatkan pemahaman konsep dan etnomatematika yang digunakan disesuaikan


berpikir kritis peserta didik. [11] mengemukakan dengan konsep matematika yang terkandung di
bahwa kemampuan berpikir matematis peserta dalam bentuk etnomatematika itu sendiri. [4]
didik yang menggunakan pendekatan kontekstual menyatakan penerapan etnomatematika sebagai
lebih baik. Selain pemahaman konsep dan berpikir sarana untuk memotivasi, menstimulasi peserta
kritis peserta didik meningkat, CTL juga mampu didik, dapat mengatasi kejenuhan dan memberikan
meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. nuansa baru pada pembelajaran matematika.
Hal ini disampaikan oleh [12] bahwa peningkatan Karena Etnomatematika sudah dikenal oleh
kemampuan komunikasi matematik peserta didik peserta didik sehingga dalam mengajak peserta
yang memperoleh pembelajaran dengan didik untuk mengidentifikasi dan mengaitkan
pendekatan kontekstual lebih baik daripada yang bagian dari budaya yang sudah mereka kenal ke
memperoleh pembelajaran konvensional. Dengan dalam suatu materi matematika dengan panduan
model pembelajaran CTL, pengintegrasian budaya yang diberikan guru akan lebih mudah.
ke dalam kurikulum pengajaran menjadi salah satu Danoebroto (2012) menggunakan model
solusi yang murah dan menyenangkan. Hal inilah pembelajaran matematika berbasis pendidikan
yang mengakibatkan munculnya ilmu multikultural yang dikembangkan dari lima
etnomatematika. dimensi pendidikan multikultural James Banks
Menurut [1], etnomatematika adalah yaitu integrasi budaya dalam konten matematika,
matematika yang diterapkan oleh kelompok konstruksi pengetahuan matematika melalui
budaya tertentu, kelompok buruh/petani, anak- konteks dan pemahaman budaya, kesetaraan
anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas pedagogik, mengurangi prejudice dan
profesional, dan lain sebagainya. Ini berarti memberdayakan kultur sekolah yang kondusif.
etnomatematika bukan sekedar bicara tentang etnis Pembelajaran matematika berbasis pendidikan
atau suku. Pembelajaran matematika sangat perlu multikultural bertujuan untuk mengoptimalkan
memberikan muatan/menjembatani antara prestasi belajar matematika sekaligus
matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis menumbuhkan kesadaran, kesepahaman, toleransi,
pada budaya lokal dengan matematika sekolah. saling pengertian dan semangat kebangsaan
Jadi dapat diartikan bahwa etnomatematika adalah individu peserta didik sebagai bagian dari
integrasi budaya dalam pembelajaran matematika masyarakat yang multikultur.
atau dengan kata lain matematika yang berunsur Terdapat bentuk-bentuk hasil budaya
budaya. Budaya yang diangkat tergantung di mana masyarakat yang memuat konsep matematika dan
dan kepada siapa matematika itu diajarkan. dibangun menjadi sebuah pendekatan dalam
Dengan asumsi bahwa etnomatematika yang pembelajaran. Pembelajaran ini yang kemudian
diangkat sudah dikenal dan dapat membantu disebut sebagai pembelajaran berbasis budaya.
peserta didik dalam belajar matematika. Tentu saja setiap bentuk etnomatematika
Zaenuri, dkk (2014) menjelaskan bahwa disesuaikan dengan konsep matematika yang
berbagai bentuk etnomatematika pada budaya sepadan dan tidak menghambat peserta didik
masyarakat berelasi dengan konsep-konsep dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu,
matematika, seperti aturan sinus dan aturan pembelajaran perlu dikemas sebaik mungkin.
cosinus, luas dan keliling persegi panjang, persegi, Alfonsa (2015) menyimpulkan bahwa konsep
jajar genjang, dan belah ketupat, luas permukaan matematika telah dimiliki dan dihidupi masyarakat
dan volum kubus, prisma, limas, dan tabung, serta sejak lama. Hal ini terealisasi dari bentuk
himpunan sehingga dapat diintegrasikan dalam etnomatematika suku Amanuban yang memuat
pembelajaran matematika, baik di jenjang banyak konsep-konsep matematika terutama
pendidikan dasar (SMP) dan menengah dalam bidang geometri dan aljabar. Konsep
(SMA/SMK). Penelitian lainnya mendukung geometri yang terekam dalam kebudayaan
bahwa etnomatematika dapat diintegrasikan ke masyarakat suku Amanuban yaitu lingkaran,
dalam pembelajaran dan tentu saja persegi, persegi panjang, belah ketupat, kerucut,

4
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

limas, prisma, segi banyak, balok, tabung dan matematika yang ditemukan anak dalam
kubus. Selain luas permukaan, konsep volume pun kehidupan sehari-hari sangat berbeda, maka
dapat dianalisis dari bentuk-bentuk pembelajaran matematika sangat perlu
etnomatematika yang ada. Operasi bilangan bulat memberikan muatan/menjembatani antara
baik itu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis
pembagian dapat anda temukan dalam permainan pada budaya lokal dengan matematika sekolah.
tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Konsep Melihat kurikulum 2013 yang menanamkan
peluang dan barisan aritmatika serta konsep yang pemikiran ilmiah dan pendidikan karakter,
lain perlu dianalisis secara mendalam. Hubungan menjadi rasional untuk mengintegrasikan
bentuk etnomatematika dengan konsep etnomatematika dan pembelajaran matematika.
matematika disajikan pada tabel 1. Tulisan ini membahas kemungkinan
TABEL 1 pengintegrasian etnomatematika ke dalam
RELASI PADA TIAP TINGKATAN kurikulum matematika dan model pembelajaran
yang mendukung pembelajarannya.
Konsep Matematika Bentuk Etnomatematika
Walaupun semua bentuk etnomatematika
Peluang Gerakan tari Bonet, pilihan
warna dan motif, campuran secara umum dapat diintegrasikan ke dalam
jagung bose pembelajaran tetapi jika tidak dikemas secara baik
Panjang garis singgung Tambur, sisir (kil noni), destar, justru akan menghambat proses belajar
lingkaran, luas & busur gula merah
lingkaran matematika. Untuk itu perlu diadakan penelitian
Tabung Tempat kapur (kal ao) dan ok lanjutan yang lebih mendalam dalam membahas
tuke, bentuk bakul dan taka konsep-konsep matematika dalam sebuah
Kecepatan Aturan permainan faela dan
huila beba kebudayaan, adanya pengembangan bahan ajar
Kerucut Bentuk gasing & bentuk berbasis etnomatematika yang kemudian diukur
pengukus ubi tingkat miskonsepsinya dalam pembelajaran.
Jaring-jaring kubus dan luas Bentuk daerah permainan
daerah sikidoka
Phytagoras Aturan main oto
DAFTAR PUSTAKA
Operasi bilangan bulat Aturan permainan kuti kelereng [1] Gerdes, P. “On Ethnomathematics and the Transmission of
& kayu do’i Mathematical Knowledge In and Outside Schools in Africa South of
Satuan waktu & panjang Jangka waktu pengolahan lahan, the Sahara.”Les Sciences Hors D'occidentali Me Siecle. (5): 229-246.
1996.
hasil tenun [2] Lipka, J. & Irhke, D. A. “Ethnomathematics applied to classrooms in
Penjumlahan dan perkalian; Kegiatan panen Alaska: Math in a Cultural Context. ” The Journal of Mathematics and
perbandingan Culture. 3 (1):8-10. 2009.
Persegi panjang Bentuk hasil tenunan & [3] Uloko, E.S. & Imoko, B. I. “Effects of ethno mathematics teaching
anyaman tikar, ikat Pinggang approach and gender on students’ achievement in Locus.” Journal
(fut noni) dan aluk, bentuk kue National Association Social Humanity Education. 5 (1): 31-36. 2007.
lemet [4] Sirate, F. S. ”Implementasi Etnomatematika Dalam Pembelajaran
Luas belah ketupat Motif buna Matematika Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar.” Lentera
Pendidikan. 15 (42): 41-54. 2012.
Barisan aritmatika Susunan motif dari muti [5] Hartoyo, A. ”Eksplorasi Etnomatematika Pada Budaya Masyarakat
Luas permukaan segienam Bentuk nyiru Dayak Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar.”
beraturan Jurnal Penelitian Pendidikan. 1 (13): 14-23. 2012.
Luas limas segienam Bentuk tobe [6] Tandililing, E. ”Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah
Luas belah ketupat Motif anyaman Dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai
Luas permukaan prisma Oko Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Di
Balok Ketupat Sekolah.” Prosiding. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Penguatan
Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang
III. KESIMPULAN DAN SARAN Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
Etnomatematika merupakan matematika yang [7] Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, Bandung: Jica. 2003.
[8] Johnson, E. B. CTL (Contextuak Teaching & Learning). Bandung:
kelompok buruh/petani, anak-anak dari Kaifa. 2014.
masyarakat kelas tertentu, kelas-kelas profesional, [9] Yenti, I. N. “Pendekatan Kontekstual (Ctl) Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran Matematika.” Ta’dib. 2 (12): 118-125. 2009
dan lain sebagainya. Ini berarti etnomatematika [10] Lestari, S. “Pembelajaran Kontekstual Bermedia Objek Nyata pada
bukan sekedar bicara tentang etnis atau suku. Perkalian dan Pembagian untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar.” Jurnal Pendidikan Sains. 4 (2): 238-249. 2014.
Karena pengajaran matematika di sekolah dan

5
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 1-6
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443
[11] Senjawati, E. I. “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMk di
Kota Cimahi.” Prosiding. Makalah dipresentasikan dalam Seminar
Nasional Pendidikan Matematika dengan tema ” Implementasi
Kurikulum 2013 Melalui Inovasi Pembelajaran Matematika untuk
Menunjang Optimalnya Hardskill dan Softskill siswa” pada tanggal 27
Nopember 2014 di STKIP Siliwangi. 2014.

Anda mungkin juga menyukai