Anda di halaman 1dari 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH KEBAYA


BETAWI DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH KEBAYA


BETAWI DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH KEBAYA


BETAWI DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH KEBAYA


BETAWI DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN
A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

sangat penting bagi kehidupan manusia. Secara tidak sadar manusia telah

menerapkan matematika dalam kehidupannya, misalnya dalam

menghitung, mengukur, membandingkan, dan lain sebagainya. Hal ini

menunjukkan bahwa matematika memiliki kaitan yang erat dengan

kehidupan manusia. Pada dasarnya, ilmu matematika telah banyak

digunakan dalam kehidupan manusia sejak masa prasejarah.

Kemajuan peradaban manusia hingga saat ini, tidak terlepas dari

peran penting matematika. Oleh karena itu mempelajari matematika

dengan baik merupakan suatu keharusan yang dilakukan semua kalangan

khususnya peserta didik. Namun, masih banyak peserta didik yang merasa

cemas ketika berhadapan dengan matematika sehingga matematika

dianggap merupakan pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Penyebab

matematika sulit untuk dimengerti karakteristik dari matematika yang

abstrak, persepsi dari peserta didik yang sudah beranggapan bahwa

matematika itu sulit, dan pembelajaran matematika yang membosankan.

Agar peserta didik tidak merasa bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit, maka diperlukan pembelajaran yang menarik salah

satunya yaitu dengan mengkaitkan materi pembelajaran dengan realita

yang ada disekitar peserta didik. Oleh karena itu peserta didik tidak

memandang
pembelajaran matematika hanya sekadar konsep atau teori melainkan

penerapan matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

peserta didik tidak hanya menganggap bahwa matematika itu abstrak

namun matematika dapat dibayangkan atau kontekstual. Sehingga dapat

mengurangi kecemasan pada peserta didik terhadap matematika dan

menganggap pembelajaran matematika terasa lebih bermakna bagi peserta

didik.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk membuat matematika lebih

kontekstual salah satunya yaitu menggunakan etnomatematika.

Etnomatematika terdiri dari dua kata yaitu etno yang berarti etnis atau

budaya dan matematika. Jadi dapat diartikan bahwa etnomatematika

adalah matematika dalam budaya atau budaya dalam matematika.

Etnomatematika merupakan jembatan antara budaya dengan matematika

maupun matematika dengan budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk

jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Budaya juga

memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat dan adat istiadat. Tidak

hanya itu, budaya juga mencakup seluruh pola kehidupan yang ada di

masyarakat. Sehingga budaya dapat kita temukan disekitar dalam

kehidupan sehari-hari terutama pada masyarakat Indonesia yang memiliki

budaya yang beragam dan masih sangat kental.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan

pulau didalamnya. Dengan kondisi tersebut maka tidak heran jika

Indonesia memiliki beragam suku, agama, ras serta budaya. Menurut

sensus BPS
tahun 2010, Indonesia memiliki 1.331 kategori suku bangsa di tanah air.

Suku dan budaya yang ada di Indonesia memiliki karakteristik dan

keunikkan masing-masing. Hal itulah yang menjadi keunggulan Indonesia

dibandingkan dengan negara lain. Dalam kehidupan masyarakat di

Indonesia tidak lepas dari budaya yang melekat mulai dari upacara adat

untuk memperingati hari-hari besar, pakaian adat, maupun bangunan atau

rumah adat yang dimiliki dari masing-masing daerah yang ada di

Indonesia.

Rumah adat di Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing

sesuai dengan kultur atau budaya yang ada didaerah tersebut. Seiring

perkembangannya zaman rumah adat yang ada di Indonesia perlahan-

lahan mulai menghilang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

masyarakat Indonesia lebih memilih membangun rumah yang modelnya

minimalis ketimbang mempertahankan adat atau budaya yang dimiliki.

Masyarakat Indonesia lebih tertarik dengan model rumah minimalis

dikarenakan berbagai macam alasan yaitu seperti lahan yang ada semakin

sempit maupun harga yang diberikan untuk rumah minimalis lebih murah.

Terdapat 6 rumah adat di Indonesia yang hampir punah namun

kaya akan kearifan lokal, salah satunya ialah Rumah Kebaya Betawi. Hal

yang membuat Rumah Kebaya Betawi ini menarik yaitu terlihat dari segi

arsitekturnya yang unik. Selain itu, Rumah Kebaya Betawi juga memiliki

makna filosofis yang mendalam serta banyak unsur budaya didalamnya,

baik dari segi bentuk ornamen pada Rumah Kebaya maupun pada bagian-

bagian rumah.
Berkaitan dengan permasalahan diatas peneliti ingin meneliti

terkait unsur matematika dan budaya yang ada. Budaya yang dimaksudkan

yaitu terkait rumah Kebaya Betawi. Budaya dan matematika merupakan

dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Etnomatematika merupakan jembatan antara budaya dengan

matematika maupun matematika dengan budaya. Melalui etnomatematika

masyarakat khususnya peserta didik dapat lebih mengenal aspek-aspek

matematis apa saja yang terdapat pada suatu budaya yaitu Rumah Kebaya

Betawi sehingga peserta didik merasa tidak asing lagi dengan matematika.

Selain itu, dapat dikaji materi dalam pembelajaran matematika yang

relevan dengan aspek matematis pada Rumah Kebaya Betawi

Berdasarkan aspek-aspek matematis tersebut peneliti dapat

mengkaji materi dalam pembalajarn matematika yang relevan dengan

Rumah Kebaya Betawi sehingga dapat dijadikan pembelajaran di sekolah

khususnya dalam mata pelajaran matematika bagi peserta didik maupun

guru. Selain itu, peserta didik maupun guru dapat mengenal dan

mengetahui budaya yang terdapat pada Rumah Kebaya Betawi baik dari

segi aspek sejarah maupun aspek filosofi. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada Rumah Kebaya dan membuat skripsi dengan

judul “Kajian Etnomatematika Pada Rumah Kebaya Betawi dan

Implementasinya Terhadap Pembelajaran Matematika”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana sejarah dan filosofi dari Rumah Kebaya Betawi?


2. Apa saja aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yang

terdapat pada Rumah Kebaya Betawi?

3. Apa saja materi dalam pembelajaran matematika yang relevan dengan

aspek matematis pada Rumah Kebaya Betawi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui sejarah dan filosofi dari Rumah Kebaya Betawi.

2. Mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis menurut Bishop

yang terdapat pada Rumah Kebaya Betawi.

3. Mengetahui materi dalam pembelajaran matematika yang relevan

dengan aspek matematis pada Rumah Kebaya Betawi.

D. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada sejarah dan filosofi dari Rumah Kebaya

Betawi. Penentuan aspek matematis menurut Bishop (Counting, Locating,

Measuring, Designing, Playing, dan Explaining), serta materi pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang relevan dengan pembelajaran

matematika yang terdapat pada Rumah Kebaya Betawi.


E. Penjelasan Istilah

1. Etnomatematika

Etnomatematika dapat diartikan sebagai suatu interaksi budaya

dengan matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya yang

berbeda mengenai ukuran, perhitungan, kesimpulan, perbandingan,

klasifikasi, dan lain-lain.

2. Rumah Kebaya Betawi

Rumah Kebaya Betawi merupakan salah satu rumah adat

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Disebut rumah kebaya karena atap

pada rumah kebaya berlipat-lipat seperti kebaya.

F. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan untuk memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai aspek matematis dari Rumah Kebaya Betawi bagi guru

maupun peserta didik dalam pembelajaran matematika.

2. Dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pembelajaran bagi

peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dalam bidang

etnomatematika.

3. Bagi Peneliti untuk menambah informasi dan pengetahuan

mengenai Rumah Kebaya Betawi, Etnomatematika, dan materi yang

berkaitan.
A. Kajian Teori

1. Etnomatematika

Etnomatematika diperkenalkan pertama kali oleh seorang

matematikawan etnomatematika mengusulkan untuk memasukkan

konsep etno yang lebih luas dan dapat diidentifikasi secara budaya

dengan jargon, kode, simbol, mitos, cara berfikir dan menyimpulkan.

Etnomatematika sebagai matematika yang dipraktikkan oleh

kelompok budaya yang berbeda yang diidentifikasi sebagai masyarakat

adat, kelompok pekerja, kelas profesional, dan kelompok anak-anak dari

kelompok usia tertentu, dan lain-lain. Pandangan D’Ambrosio dari

etnomatematika adalah motif yang dengannya budaya spesifik

berkembang sepanjang sejarah, teknik dan gagasan untuk belajar

bagaimana bekerja dengan ukuran, perhitungan, kesimpulan,

perbandingan, klasifikasi, dan kemampuan untuk memodelkan

lingkungan alam dan sosial yang kita gunakan untuk menjelaskan dan

memahami fenomena.

kata "matematika" berasal dari Bahasa Yunani “mathema” yang

berarti belajar (learning), belajar (study), sains dan seni. Ketiga

komponen yang mengacu pada kata 'matematika'; belajar,


belajar, dan sains, adalah nilai-nilai bersama dari seluruh umat manusia.

Dengan kata lain, mereka universal, karena semua manusia belajar

(learn), belajar untuk belajar (study to learn) dan mengembangkan

teknik atau mendisiplinkan pengetahuan mereka untuk meningkatkan

penerapannya dalam kehidupan mereka. Secara etimologis ini

memanifestasikan bahwa matematika itu sendiri bersifat universal.

Sebaliknya, awalan bahasa Yunani 'ethnos' adalah singkatan dari

sekelompok orang yang hidup bersama. Ini dapat diartikan sebagai

sesuatu milik kelompok sosial atau etnis tertentu. Oleh karena itu 'etno-

matematika' merujuk secara etimologis matematika etnik (atau 'berbeda

secara sosial dari yang lain'). Sehingga etnomatematika dapat diartikan

sebagai suatu interaksi budaya dengan matematika yang dipraktikkan

oleh kelompok budaya yang berbeda mengenai ukuran, perhitungan,

kesimpulan, perbandingan, klasifikasi, dan lain-lain.

Etnomatematika merupakan jembatan antara antropolog dan

sejarah budaya dan matematikawan adalah langkah penting menuju

pengakuan bahwa berbagai mode pemikiran yang dapat mengarah pada

berbagai bentuk matematika; ini adalah bidang yang dapat kita sebut

etnomatematika. Jadi dapat disimpulkan bahwa etnomatematika

merupakan jembatan antara budaya dengan matematika. Etnomatematika

memiliki tujuan, tujuan dari kajian etnomatematika adalah memberikan

kontribusi tidak hanya untuk memahami budaya dan pemahaman


matematika, tetapi untuk menghargai hubungan antara matematika dan

budaya.

2. Aktivitas Fundamental Matematis

Berikut aktivitas fundamental matematis

a. Counting (Membilang)

Aktivitas Counting terdiri dari Kuantifikasi (masing-masing,

beberapa, banyak, tidak ada): Nama-nama nomor kata sifat;

Penghitungan jari dan tubuh; Angka penghitungan; Nilai tempat;

Nol; Basis 10; Operasi pada angka; Kombinatorik; Ketepatan;

Perkiraan; Kesalahan; Pecahan; Desimal; Positif; Negatif; Besar tak

terhingga, kecil; Membatasi; Pola angka; Kekuasaan; Hubungan

nomor; Panah diagram; Representasi aljabar; Acara; Kemungkinan;

Representasi frekuensi.

Contoh : Menghitung jumlah suatu benda, waktu penyelesaian,

perhitungan pola angka, berapa banyak kemungkinan, dan

sebagainya

b. Locating (Menentukan Lokasi)

Aktivitas Locating terdiri dari Preposisi; Deskripsi rute; Lokasi

lingkungan; Utara, Selatan, Timur, Barat bantalan kompas; Atas /

bawah; Kiri kanan; Maju / Mundur; Perjalanan (jarak); Garis gelap

dan melengkung; Sudut saat berputar; Rotasi; Sistem lokasi:


Koordinat kutub 2D / 3D koordinat; Pemetaan; Garis lintas garis

bujur; Lokus; Keterkaitan; Lingkaran; Elips; Vektor; Spiral.

Contoh : Cara menentukan lokasi atau letak dari suatu bangunan,

pendeskripsian arah, menemukan hubungan antara objek,

pengaturan objek dalam suatu keruangan dan bentuk area.

c. Measuring (Mengukur)

Aktivitas Measuring terdiri dari Pengukur komparatif (lebih cepat,

lebih tipis); Kualitas Pemesanan; Unit pengembangan (berat-berat-

berat); Unit akurasi; Perkiraan; Panjangnya; Daerah; Volume;

Waktu; Suhu; Berat; Unit konvensional; Standar; Satuan; Sistem

Unit (metrik); Uang; Unit majemuk.

Contoh : Mengukur luas area, mengukur volume, mengukur berat

dan membandingkan.

d. Designing (Merancang)

Aktivitas Designing terdiri dari Desain; Abstraksi; Bentuk; Bentuk;

Estetika; Objek dibandingkan dengan sifat bentuk; Besar kecil;

Kesamaan; Kesesuaian; Properti bentuk; Bentuk, angka, dan

padatan geometris yang umum; Jaring; Permukaan; Pengubinan;

Simetri; Proporsi; Perbandingan; Model skala; Pembesaran;

Kekakuan bentuk.
Contoh : Desain pembuatan dari suatu pola, bentuk suatu pola,

bentuk pola yang simetri, dan perbandingan dua atau lebih bentuk

suatu benda.

e. Playing (Bermain)

Aktivitas Playing terdiri dari Pertandingan; Menyenangkan; Teka-

teki; Paradoks; Pemodelan; Realitas yang dibayangkan; Aktivitas

terikat aturan; Alasan hipotetis; Prosedur; Strategi Perencanaan;

Permainan kooperatif; Permainan kompetitif; Permainan Solitaire;

Peluang, prediksi.

Contoh : Keunggulan atau yang membedakan suatu benda atau

kegiatan, aturan pembuatan, material yang digunakan dan langkah-

langkah dalam pembangunan.

f. Explaining (Menjelaskan)

Aktivitas Explaining terdiri dari Kesamaan; Klasifikasi; Konvensi;

Klasifikasi objek secara hierarkis; Penjelasan cerita; Penghubung

logis; Penjelasan linguistik: Argumen logis; Bukti; Penjelasan

simbolik: Persamaan, Ketimpangan, Algoritma, Fungsi; Penjelasan

gambar: Grafik, Diagram, Bagan, Matriks; Pemodelan matematika;

Kriteria: validitas internal, generalisasi eksternal.

Contoh : Menjelaskan pembangunan sesuai dengan fungsinya,

menjelaskan makna simbol dari pola, dan menjelaskan sejarah

mengenai objek atau kegiatan.


Berikut merupakan uraian tentang karakteristik matematika

a. Counting atau menghitung

Praktik dan alat-alat menghitung baik secara fisik maupun

mental, sudah ada ribuan tahun dalam berbagai bentuk. Aktivitas

menghitung dikaitkan dengan bilangan yang nampak dalam

ungkapan bahasa daerah yang digunakan kelompok budaya itu.

Demikian juga alat-alat yang digunakan dalam menghitung

bervariasi antara satu kelompok budaya dengan kelompok

budaya yang lain. Dengan demikian akan berbeda pula sistem

bilangan yang digunakan.

b. Locating atau melokalisir, menentukan

Locating berkaitan dengan menemukan suatu jalan,

menempatkan suatu objek, menentukan arah, dan menemukan

hubungan objek satu dengan yang lain. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan spasial, bagaimana konseptualisasi keruangan dan

bagaimana suatu objek diposisikan dalam lingkungan spasial.

Pemetaan, navigasi, dan pengaturan objek-objek keruangan

terdapat dalam semua budaya dan semuanya membentuk

pengetahuan matematika yang penting.


1. Measuring atau mengukur

Aktivitas mengukur umumnya menggunakan berbagai ukuran

tidak baku seperti menggunakan bagian dari tubuh untuk

mengukur panjang. Untuk mengukur waktu, benda cair dan

berat digunakan cara dan alat yang berbeda dalam setiap

budaya. Aktivitas mengukur ini juga berkaitan dengan bilangan

dengan demikian mencakup pula aktivitas membandingkan,

mengurutkan, dan mengkuantifikasi karakter suatu objek.

2. Designing atau merancang, menciptakan

Aktivitas designing berkaitan dengan pembuatan pola untuk

membuat objek-objek atau artefak budaya yang digunakan di

rumah, dalam perdangangan, dekorasi, berperang, permainan,

dan tujuan keagamaan. Designing juga berkaitan dengan hal-hal

yang berskala besar seperti rumah, perkampungan, jalan, kebun,

lapangan, desa, dan kota. Semua ini menjadi sumber bagian

dalam pembentukan pengetahuan matematika anggota kelompok

budaya.

3. Playing atau permainan

Playing berkaitan dengan berbagai permainan tradisional dan

tarian tradisional dalam masyarakat yang melibatkan jenis

penalaran matematika, probabilitas, dan berpikir strategis.


Permainan memuat aturan permainan, prosedur, material yang

digunakan, dan kriteria yang dibakukan.

4. Explaining atau menjelaskan

Explaining merujuk ke berbagai aspek kognitif mempertanyakan

dan mengonseptualisasi lingkungan. Penjelasan membangun

koneksi yang bermakna antara fenomena yang berbeda dalam

merespon pertanyaan “mengapa”. Untuk menjelaskan berbagai

fenomena yang lebih kompleks dan dinamis seperti proses

kehidupan, pasang surut dan aliran peristiwa, setiap budaya

mempunyai cerita, cerita rakyat, dan penutur cerita. Cerita

merupakan suatu fenomena universal, dan dalam kaitan dengan

pengetahuan matematika dalam budaya, hal yang paling penting

adalah kemampuan bahasa penutur cerita untuk mengaitkan

wacana dalam berbagai cara. Dalam kaitan dengan penelitian,

maka perhatian ditujukan pada kelogisan konektivitas dalam

bahasa yang memungkinkan proposisi dikombinasikan,

dipertentangkan, diperluas, dibatasi, dielaborasi, dan lainnya.

Dari semua hal ini pengetahuan pembuktian telah dibangun yang

memenuhi kriteria konsisten dan meyakinkan.

Dalam penelitian ini semua aktivitas digunakan yaitu counting,

locating, measuring, designing, playing. Berdasarkan teori

Etnomatematika oleh Bishop.


a. Kebudayaan

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk

jamak dari kata buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Kebudayaan

dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, dilihat

sebagai konsep kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya

manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan

dari hasil budi dan karyanya itu kebudayaan sebagai kumpulan yang

kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat

istiadat dan setiap kemampuan lain atau kebiasaan yang diperoleh oleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Dapat disimpulkan kebudayaan

merupakan hasil karya manusia dari pengetahuan, kepercayaan, seni,

hukum, moral, adat istiadat serta kebiasaan yang dilakukan.

Unsur-unsur universal atau ruang lingkup dari kebudayaan yang

terdapat disemua kebudayaan

1. Sistem religi dan upacara keagamaan


2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan
Berdasarkan penjelasan unsur-unsur kebudayaan , dalam hal ini

Rumah Kebaya Betawi merupakan salah satu unsur kebudayaan dalam

sistem teknologi atau peralatan hidup yaitu tempat berlindung atau

rumah.
Kebudayaan memiliki makna serta yang sangat luas karena

didalamnya berisi filosofi, nilai-nilai, dan cara hidup dari suatu

masyarakat. Filosofi atau filsafat merupakan sebuah sistem pemikiran,

atau cara berpikir, yang terbuka artinya terbuka untuk dipertanyakan dan

dipersoalkan kembali. Secara etimologis filsafat adalah cinta akan

kebenaran yang berarti suatu dorongan terus-menerus, suatu dambaan

untuk mencari dan mengejar kebenaran. Dalam pengertian ini filsafat

adalah sebuah upaya, sebuah proses, sebuah pencarian, sebuah quest,

sebuah perburuan tanpa henti akan kebenaran. Filsafat dapat diartikan

juga sebagai upaya untuk memahami ide atau konsep, filsafat dilihat pula

sebagai “pemikiran tentang pemikiran” atau “berpikir tentang berpikir”

Filsafat dalam kebudayaan menurut Poespowardojo membicarakan

mengenai apakah dan bagaimanakah kodrat kebudayaan, sehingga dapat

diketahui sejauh mana bentuk-bentuk atau penampakan budaya dapat

dinilai menurut kenyataan yang sebenarnya. Sehingga dapat disimpulkan

secara keseluruhan filsafat dapat diartikan upaya untuk memahami ide

atau konsep mengenai kebenaran, dimana dalam kebudayaan terkait

bentuk atau penampakan budaya menurut kenyataan yang sebenarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti meneliti terkait aspek filosofis

terkait Rumah Kebaya Betawi dimana yang dimaksud filosofis adalah

ide, makna, atau konsep mengenai aspek Rumah Kebaya Betawi.


Setiap kebudayaan juga terdapat sejarah didalamnya. Sejarah dalam

bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang menyerap kata

syajarah dari bahasa Arab yang berarti pohon, keturunan, asal-usul,

silsilah, riwayat. Pada abad ke-15 kebudayaan Barat masuk dan

membawa kata historie (Belanda) history (Inggris) yang berasal dari

bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu. Dalam bahasa Indonesia

menurut Poerwadarminta dalam Madjid danlebih merujuk pada kata

history (Inggris) yang berarti

(1) silsilah, asal usul; (2) kejadian, peristiwa yang benar-benar telah

terjadi pada masa lampau; (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran

tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar telah terjadi pada masa

yang lampau, riwayat. Dapat disimpulkan sejarah adalah kejadian atau

peristiwa yang terjadi pada masa lampau mengenai kehidupan manusia.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti meneliti terkait aspek sejarah

dari Rumah Kebaya Betawi. Hal ini dapat dilihat terkait asal usul Rumah

Kebaya, cerita mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa

lampau, serta pengetahuan dan riwayat yang didapat terkait Rumah

Kebaya Betawi.
4. Rumah Kebaya Betawi

Gambar 1. Rumah Kebaya Betawi (sumber : http://jakarta-


tourism.go.id/)

Arsitektur merupakan salah satu bentuk hasil dari kebudayaan

suatu masyarakat. Arsitektur juga dapat memberikan gambaran

mengenai hasil- hasil dari kebudayaan lainnya seperti kesenian,

teknologi dan lain-lain. Arsitektur tidak dapat terlepas dari keadaan

masyarakat yang menciptakan maupun keadaan lingkungan yang

mempengaruhi. Arsitektur rumah tradisional Betawi terbuka di dalam

menerima pengaruh dari luar dibandingkan dengan arsitektur rumah

tradisional lainnya di Pulau Jawa dan daerah lainnya di Indonesia. Hal

ini dapat dilihat dari pola tapak, pola tata ruang dalam, sistem struktur,

dan bentuk.

Rumah Kebaya atau rumah Bapang merupakan salah satu jenis

rumah tradisional Betawi. Rumah tradisional betawi sendiri memiliki

tiga bentuk utama yaitu rumah Gudang, rumah Joglo, dan rumah Kebaya

atau rumah Bapang. Rumah Betawi ini diberi nama kebaya karena

mempunyai
beberapa pasang atap dan bila dilihat dari samping terlihat berlipat-lipat

menyerupai lipatan kebaya. Rumah Kebaya memiliki bentuk denah

persegi panjang dengan atap berbentuk pelana. Bentuk pelana rumah

kebaya atau bapang ini tidak penuh, tetapi hanya berada ditengah-tengah

bagian rumah saja, yaitu tepat diatas konstruksi kuda-kudanya.

Selebihnya baik kearah depan maupun belakang hanya diberi tambahan

berupa terusan serondoyan.

Secara umum Rumah Kebaya Betawi berstruktrur rangka kayu,

namun pada beberapa tempat bambu juga digunakan untuk bahan

struktur. Pada umumnya rumah Kebaya ini terdiri dari ruang depan, 2

kamar tidur, ruang dalam, dan dapur dengan kamar mandi yang terpisah

dari rumah utama. Pada Rumah Kebaya Betawi terdapat ragam hias atau

ornamen yang menghiasi bangunan rumah. Ornamen pada rumah Betawi

tidak hanya terdapat pada interior namun juga terdapat pada eksterior.

Bentuk ornamen biasanya mengikuti simbol-simbol tertentu dan

memiliki makna filosofis.

5. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini terkait kajian

etnomatematika pada rumah adat yang ada di Indonesia yaitu : Penelitian

yang dilakukan Utami yang berjudul “ Eksplorasi Sumber Belajar Pada

Rancang Bangun Rumah Adat Lampung (Lamban Dalom) dengan

Perspektif Etnomatematika”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

bahwa bagian rumah adat Lampung (Lamban Dalom) memiliki makna

filosofis mendalam yang dibagi menjadi tiga yaitu bagian bawah rumah
mempunyai filosofi hubungan antara roh jahat, bagian tengah rumah

mempunyai filosofi hubungan antar sesama manusia, dan bagian atas

rumah mempunyai filosofi hubungan dengan sang pencipta. Aktivitas

etnomatematika yang terdapat pada rancang bangun rumah adat Lampung

meliputi : (a) aktivitas mengukur : geometri dimensi satu, dimensi dua,

dimensi tiga, tranformasi geometri, bilangan ganjil dan genap, serta

bilangan rasional (b) aktivitas menentukan lokasi (c) aktivitas rancang

bangun. Sumber belajar matematika yang terdapat pada bagian rumah adat

Lampung yaitu pada materi garis sudut, dimensi dua, dimensi tiga, pola

bilangan, dan transformasi geometri.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Muchlian (2018)

yang berjudul “Eksplorasi Etnomatematika Rumah Gadang Minangkabau

Sumatera Barat”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya

aktivitas matematis dalam membuat rancangan bangunan rumah gadang

dan pada pola ukiran motif yang terdapat di dinding rumah gadang serta

makna yang terkandung dalam ukiran tersebut.

Hasil dari penelitian tersebut terdapat bagian dan bentuk dari

rumah adat joglo tulungagung yang dapat digunakan untuk mempelajari

konsep matematika yaitu pada materi bangun datar dan bangun ruang

terkait konsep luas, volume dan kesebangunan.


Penelitian“Etnomatematika dalam Budaya Rumah Adat

Palembang”. Hasil dari penelitian tersebut terdapat pola atau bentuk pada

bagian-bagian rumah Limas ini dapat menjadi alternatif sumber belajar

matematika pada konsep geometri dan geometri transformasi.

Berdasarkan keempat penelitian tersebut, kaitan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui sejarah dan

filosofi, mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis dan mengetahui

materi pembelajaran matematika yang relevan dengan aspek matematis.

Peneliti menggunakan objek lain yaitu Rumah Kebaya Betawi.

6. Kerangka Berfikir

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang penting

bagi kehidupan manusia. Manusia menerapkan matematika dalam

kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, mempelajari matematika

merupakan suatu keharusan yang dilakukan semua kalangan khususnya

peserta didik. Namun, masih banyak peserta didik yang merasa kesulitan

dalam pelajaran matematika sehingga menganggap matematika adalah

pelajaran yang sulit.

Salah satu cara untuk membuat matematika lebih mudah dipahami

yaitu dengan membuat matematika lebih kontekstual melalui

etnomatematika. Etnomatematika merupakan jembatan antara budaya

dengan matematika maupun matematika dan budaya. Melalui


etnomatematika peserta didik dapat mengetahui budaya sekaligus aspek

matematis dari budaya.

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kebudayaan yang

beragam. Mulai dari upacara adat, ras, pakaian, rumah adat dan masih

banyak lagi. Salah satu budaya atau kebudayaan yang menarik bagi

peneliti untuk diteliti adalah rumah adat. Rumah kebaya merupakan salah

satu rumah adat di Indonesia khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Rumah Kebaya sendiri merupakan salah satu rumah adat di Indonesia yang

hampir punah namun memiliki daya tarik tersendiri.

Rumah kebaya dapat dijadikan alternatif untuk memperkenalkan

konsep matematika yang kontekstual dan dapat dilihat secara langsung

agar peserta didik lebih memahami matematika yang bersifat abstrak dan

mengenal rumah kebaya secara bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti

mengkaji Rumah Kebaya Betawi terkait aspek sejarah dan filosofi,

aktivitas fundamental matematis menurut Bishop, dan materi dalam

pembelajaran matematika yang relevan.


Bagan Kerangka Berfikir

Budaya Matematika

Rumah Kebaya merupakan


salah satu rumah adat di
Indonesia yang hampir Siswa merasa kesulitan
punah namun memiliki daya dalam pembelajaran
tarik tersendiri matematika

Kajian Etnomatematika Pada Rumah


Kebaya Betawi dan Implementasinya
Terhadap Pembelajaran Matematika

Aspek sejarah dan filosofi Aktivitas fundametal Materi dalam pembelajaran


Rumah Kebaya Betawi matematis menurut Bishop : matematika yang relevan
Counting pada Rumah Kebaya Betawi
Locating
Measuring
Designing
Playing
Explaining

Gambar 2. Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi

alamiah (naturalistic setting). Penelitian kualitatif adalah penelitian penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

sebagainya., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Menurut Spradley

(1997:3) etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.

Tujuan etnografi menurut Malinowski dalam Spradley (1997:4) adalah

memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan,

untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu,

penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang

telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir, dan bertindak dengan

cara yang berbeda. Jadi, etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi

lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.


B. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pemandu wisata yang berada di Taman

Mini Indonesia Indah pada anjungan DKI Jakarta. Kedua dosen Universitas

Islam 45 Bekasi dan mempunyai minat pada kebudayaan Betawi. Ketiga dan

keempat adalah hubungan masyarakat (humas) Rumah Betawi Rawa Sapi.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dari ini yaitu unsur matematika dan budaya yang ada

pada Rumah Kebaya Betawi yang berada di Taman Mini Indonesia Indah

terkait dengan bentuk bangunan serta makna filosofi yang terkandung.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 19 Juli 2020 di Taman Mini Indonesia Indah,

Jakarta Timur tepatnya pada anjungan DKI Jakarta. Kemudian di Rumah

Betawi Rawa Sapi Bekasi pada 15 Agustus 2020. Terakhir di kediaman subjek

kedua yaitu di daerah Rawa Sapi Bekasi pada tanggal 16 Agustus 2020.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka.

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap objek, situasi,

konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.

Tujuan dari dilakukannya observasi ini adalah untuk mengetahui bentuk,

ornamen, ukiran dan lain sebagainya yang ada pada rumah kebaya dengan
cara peneliti datang ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan secara

langsung.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan informasi melalui interaksi dengan orang yang dapat

memberikan informasi. Peneliti akan melakukan wawancara dengan

narasumber yaitu pemandu wisata yang ada pada anjungan DKI Jakarta di

Taman Mini Indonesia Indah, dosen Universitas Islam 45 Bekasi, dan

humas rumah Betawi Rawa Sapi. Tujuan dari wawancara adalah untuk

memperdalam pengambilan data terkait aspek matematis, sejarah dan

filosofis yang terdapat pada Rumah Kebaya Betawi. Peneliti akan

melakukan wawancara tak-terstruktur yang artinya peneliti mempunyai

kebebasan dalam hal isi, struktur wawancara, merumuskan pertanyaan,

cara menjelaskan kepada responden serta diskusi yang menyertainya. Hal

ini dilakukan guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan

metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian. Peneliti akan mengkaji dari beberapa sumber pustaka

terkait rumah kebaya atau rumah bapang. Tujuan dari studi pustaka adalah

untuk melengkapi informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan

wawancara
F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk menggali

informasi yang valid dan mendalam pada penelitian ini yaitu menggunakan

pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Berikut merupakan instrumen pengumpulan data :

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi mengenai kisi-kisi pedoman wawancara.

Kisi-kisi dibuat agar menjelaskan tujuan dari wawancara sehingga

pertanyaan untuk wawancara dapat dikelompokkan berdasarkan tujuannya.

Berikut merupakan kisi-kisi pedoman wawancara :

Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara


Aspek yang Nomor
Indikator
diamati Pertanyaan
Aspek Sejarah
Pada Rumah a. Sejarah Rumah Kebaya Betawi 1, 2, 3
Kebaya Betawi
Aspek Filosofis a. Terkait pada bagian rumah 5, 20
Pada Rumah
b. Terkait pada ornament 21, 22
Kebaya Betawi
a. Aspek Counting pada Rumah
8, 9
Kebaya Betawi
b. Aspek Locating pada Rumah
14, 15, 16
Kebaya Betawi
Aspek c. Aspek Measuring pada Rumah
10, 11, 12, 17
Matematis Pada Kebaya Betawi
Rumah Kebaya d. Aspek Designing pada Rumah
7, 13, 18, 19
Betawi Kebaya Betawi
e. Aspek Playing pada Rumah
4, 6
Kebaya Betawi
f. Aspek Explaining pada Rumah
22, 23
Kebaya Betawi
2. Pedoman
Observasi

Pedoman observasi berisi mengenai kisi-kisi pedoman observasi.

Kisi-kisi dibuat agar menjelaskan tujuan dari observasi sehingga observasi

dapat dikelompokkan berdasarkan tujuannya. Berikut merupakan kisi-kisi

pedoman observasi :

Tabel 2. Kisi - Kisi Pedoman ObservasI


Aspek yang diamati Indikator Nomor Pernyataan
Aspek Sejarah Pada
Sejarah Rumah Kebaya
Rumah Kebaya 1
Betawi
Betawi
Aspek Filosofis Pada Terkait pada bagian rumah 2
Rumah Kebaya
Terkait pada ornament 3
Betawi
Aspek Counting pada
4
Rumah Kebaya Betawi
Aspek Locating pada
5, 6
Rumah Kebaya Betawi
Aspek Measuring pada
Aspek Matematis 7, 8
Rumah Kebaya Betawi
Pada Rumah Kebaya
Aspek Designing pada
Betawi 9, 10, 11
Rumah Kebaya Betawi
Aspek Playing pada Rumah
12
Kebaya Betawi
Aspek Explaining pada
13, 14
Rumah Kebaya Betawi

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan dan

transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang

bermanfaat, memberi saran kesimpulan dan mendukung pembuatan keputusan.


Terdapat tiga tahap analisis data pada penelitian

1. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti merangkum data yang telah diperoleh. Baik

dari hasil wawancara dengan membuat transkrip wawancara yang telah

dilakukan dengan subjek, hasil observasi dilapangan secara langsung, maupun

dari hasil studi pustaka yang diperoleh. Tujuan dari reduksi data adalah untuk

menyederhanakan data yang telah diperoleh selama penggalian data di

lapangan. Sehingga peneliti dapat membuang data yang tidak ada kaitannya

dengan penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan data atau informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Pada proses

penyajian data ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data

dari proses reduksi data. Peneliti melakukan pengkodean pada setiap subpokok

permasalahan. Peneliti melakukan transkrip hasil wawancara yang dilakukan

dengan narasumber penyajian data secara naratif. Peneliti menjelaskan hasil

observasi menggunakan tabel observasi dan secara naratif. Peneliti menyajikan

hasil dokumentasi secara naratif. Kemudian peneliti memberikan penjelasan

secara naratif mengenai analisis keseluruhan data yang didapatkan dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dilakukan penyajian data ini

adalah untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu

dari sekumpulan data.


3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi

Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis dari penyajian data yang

diperoleh untuk dilakukan penarikan kesimpulan. Tujuan dari penarikan

kesimpulan ini adalah untuk mencari makna dari data yang telah dikumpulkan.

Penarikan kesimpulan diambil berdasarkan hasil dari penyajian data dan

menjawab dari perumusan masalah yang didapatkan dari hasil wawancara,

observasi, serta dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai