Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Etnomatematika
DISUSUN OLEH :
NAFISATUL WARDIYAH
12018004
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula salam dan taslim tak henti-
hentinya kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kami berikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Permohonan maaf dan kritikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan
karena kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan di dalam makalah kami
ini, karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah
kami ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Penulis
Pontianak, 19 November 2021
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah pembelajaran yang
bersifat mekanistik dengan tidak mengaitkan matematika dengan realitas kehidupan.
Peserta didik sebagai bagian dari masyarakat memasuki dunia pendidikan formal memiliki
latar belakang pengetahuan yang pada dasarnya sudah terbentuk sejak berada dalam
lingkungan masyarakat sekitarnya termasuk dalam kehidupan keluarga. Aktifitas yang
dilakukan dalam keseharian secara tidak langsung memanfaatkan konsep matematika.
Misalnya kebiasaan bangun pagi dengan berpatokan pada jam bangun, kebiasaan
berbelanja dan lain sebagainya. Kebiasaan yang menunjukkan budaya masyarakat sekitar
yang dikaitkan dengan konsep matematika dikenal dengan etnomatematika.
Etnomatematika merupakan matematika yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan
masyarakat tertentu. Dengan memanfaatkan kebiasaan yang dialami peserta didik dan
mengaitkannya dengan konsep matematika yang dipelajari mereka akan merasakan
manfaat belajar matematika.
Gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetauan matematika yang telah
ada. Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji maka bukan
tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil budaya
setempat. Menurut Bishop (1994b), matematika merupakan suatu bentuk budaya.
Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek
kehidupan masyarakat dimanapun berada. Selanjutnya Pinxten (1994) menyatakan bahwa
pada hakekatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada
ketrampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Dengan demikian matematika
seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena yang mereka lakukan berdasarkan apa
yang mereka lihat dan rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan
mempunyai peran yang besar pada perkembangan pemahaman individual, termasuk
pembelajaran matematika (Bishop, 1991). Pendidikan matematika sesungguhnya telah
menyatu dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Kenyataan tersebut bertentangan
dengan aliran "konvensional" yang memandang matematika sebagai ilmu pengetahuan
yang "bebas budaya" dan bebas nilai. Para pakar etnomatematika berpendapat bahwa pada
dasarnya perkembangan matematika sampai kapanpun tidak terlepas dari budaya dan nilai
yang telah ada pada masyarakat.
3
Dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah tujuan guru adalah pembentukan
skema baru. Pembentukan skema baru ini sebaiknya dari skema yang telah ada pada diri
siswa. Oleh sebab itu tepat sekali jika dalam mengajarkan matematika formal (matematika
sekolah), guru sebaiknya memulai dengan matematika yang tidak formal yang diterapkan
oleh anak di masyarakat. Jika pada diri anak terbentuk skema dengan baik tentang
matematika yang dipakai dalam dunia sehari-hari, maka untuk menambah pengetahuan
yang telah ada tersebut guru memperkuat skema yang telah ada atau membentuk skema
baru berdasarkan skema yang telah ada.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
makalah ini ialah bagaimana analisis aktivitas etnomatematika di MTs Negri 1 Pontianak.
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bangaimana aktivitas
atau penerapan etnomatematika dalam pembelajaran di MTs Negri 1 Pontianak.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etnomatematika
Etnomatematika adalah sebuah studi yang mengkaji hubungan antara matematika dan
budaya. Matematika sebagai ilmu dasar pun berkembang di seluruh negara. Setiap negara
mempunyai budaya (culture) yang berbeda sehingga perkembangan matematika pun
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh culture yang ada.
Study Etnomatematika adalah suatu kajian yang meneliti cara sekelompok orang pada
budaya tertentu dalam memahami, mengekspresikan, dan menggunakan konsep-konsep
serta praktik-praktik kebudayaannya yang digambarkan oleh peneliti sebagai sesuatu yang
matematis. Sebagaimana dikemukakan oleh Barton bahwa “Ethnomathematics is a field of
study which examines the way people from other cultures understand, articulate and use
concepts and practices which are from their culture and which the researcher describes as
mathematical” (Barton, 1994).
Matematika dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisadihindari dalam kehidupan
sehari-hari, karena budayamerupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlakudalam
suatu masyarakat sedangkanmatematika merupakan pengetahuan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Namun terkadang matematika dan budaya
dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan tidak berkaitan.
Bishop (1994) menyatakan bahwa matematika merupakan suatu bentuk budaya.
Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi dalam seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Selanjutnya Pinxten (1994) menyatakan bahwa pada hakekatnya,
matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada ketrampilan atau aktivitas
lingkungan yang bersifat budaya. Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi
oleh latar budayanya, karena yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan
rasakan. Budaya akan mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar
pada perkembangan pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika.
Lebih lanjut, Bishop (1994) menyatakan bahwa etnomatematika dapat dibagi menjadi
enam kegiatan mendasar yang selalu dapat ditemukan pada sejumlah kelompok budaya.
Keenam kegiatan matematika tersebut adalah aktivitas: menghitung/membilang,
penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan.
Objek etnomatematika merupakan objek budaya yang mengandung konsep
matematika pada suatu masyarakat tertentu. Sebagaimana pendapat Bishop, maka objek
5
etnomatematika digunakan untuk kegiatan matematika seperti aktivitas menghitung,
penentuan lokasi, mengukur, mendesain, bermain dan menjelas-kan. Objek
etnomatematika tersebut dapat berupa permainan tradisional, kerajinan tradisional, artefak,
dan aktivitas (tindakan) yang berwujud kebudayaan.
Memasukkan etnomatematika dalam kurikulum sekolah bukanlah hal baru. Dengan
memasukkan etnomatematika dalam kurikulum sekolah akan memberikan nuansa baru
dalam pengajaran matematika di sekolah dengan pertimbangan bahwa bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam suku dan budaya, dan setiap suku memiliki cara tersendiri
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pertimbangan lain bahwa matematika yang
diperoleh di sekolah tidak cocok dengan cara hidup masyarakat setempat, sehingga
matematika sulit dipahami oleh siswa karena ada dua skema yang diperoleh yaitu skema
yang diperoleh di lingkungan dan skema yang diperoleh di sekolah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat konsep matematika
yang dilakukan para siswa khususnya siswa MTs. Negri 1 Pontianak pada saat proses jual
beli. Konsep tersebut terdiri dari operasi bilangan yaitu penjumlahan, pengurangan, dan
perkalian. Dimana konsep tersebut dapat dijadikan bahan inspirasi dan bahan rujukan
pembelajaran matematika kontekstual. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ide
alternatif pembelajaran matematika di luar kelas.
8
DAFTAR PUSTAKA