Anda di halaman 1dari 21

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA AKSARA SUNDA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Mata Kuliah Etnomatematika

oleh :

Elda Mustapidah Yudiantini

192151002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Eksplorasi Etnomatematika
pada Aksara Sunda” tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etnomatematika. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Mega Nur Prabawati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
etnomatematika;
2. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan berupa moril dan
materil.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kata sempurna serta masih
banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan didalamnya. Sehingga penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun supaya kedepan menjadi lebih baik. Semoga proposal
ini bisa bermanfaat dan menjadi motivasi dalam melestarikan kebudayaan-kebudayaan
yang ada di daerah masing-masing.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tasikmalaya, 5 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Definisi Operasional ............................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................... 9

A. Kajian Teori ............................................................................................................ 9


B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 14
C. Kerangka Penelitian ............................................................................................. 15
D. Fokus Penelitian ................................................................................................... 15
Bab III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 17

A. Prosedur Penelitian ............................................................................................... 17


B. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 18
C. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 19
D. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu umum yang menjadi dasar kebutuhan bagi ilmu
lainnya sekaligus berperan penting dalam membantu perkembangan ilmu tersebut.
Banyak konsep matematika yang digunakan dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari baik itu yang disadari maupun yang tidak
disadari. Matematika adalah alat dalam membantu ilmu lain untuk menemukan solusi
dari berbagai permasalahan yang ada baik yang bersifat kompleks terhadap ilmu
pengetahuan ataupun yang bersifat kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.

Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat terkadang kita tidak menyadari


bahwa matematika sangat erat kaitannya dengan berbagai aktivitas yang kita lakukan.
Maka dari itu perlu adanya eksplorasi lebih lanjut mengenai kondisi demikian yang
disebut dengan etnomatematika. Istilah ethnomathematics, yang selanjutnya disebut
etnomatematika, diperkenalkan oleh D’Ambrosio, seorang matematikawan Brasil pada
tahun 1977.

Secara bahasa, “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu
pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan
symbol. Kata dasar “mathema” berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan
melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan,
dan pemodelan. Akhiran “tics “berasal dari techne, dan bermakna sama seperti teknik.
Sedangkan secara istilah etnomatematika diartikan sebagai mode, gaya, dan teknik
(tics) menjelaskan, memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan budaya
(mathema) dalam sistem budaya yang berbeda (ethnos)” (D’Ambrosio, 1999, 146).

Pembelajaran berbasis budaya atau yang sering disebut sebagai etnomatematika


mengacu pada konsep-konsep matematika yang tertanam pada praktik-praktik budaya
dan mengakui bahwa semua budaya dan semua orang mengembangkan metode unik
untuk memahami dan mengubah realitas komunitas budaya (Orey,2002).
Pembelajaran matematika disekolah yang berbasis budaya merupakan salah satu cara
yang dipersepsikan dapat menjadikan pebelajaran matematika lebih bermakna dan
kontekstual yang sangat terkait dengan kontruksi budaya.

4
Sardjiyo Paulina Pannen (melalui Supriadi, 2005) mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang
lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya
yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan
dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar
tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya.

Etnomatematika adalah matematika yang dipraktikan diantara kelompok budaya


diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari
kelompok usia tertentu, dan kelompok professional (Powel,1997:16). Etnomatematika
dapat dibagi menjadi enam kegiatan mendasar yang selalu dapat ditemukan pada
sejumlah kelompok budaya. Menurut Sylviyani (2017) Keenam kegiatan tersebut
adalah aktivitas: menghitung/membilang, penentuan lokasi, mengukur, mendesain,
bermain dan menjelaskan. Dapat disimpulkan bahwa etnomatematika merupakan
matematika yang dipraktikan oleh kelompok budaya tertentu yang menggunakan
konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai aktivitas matematika
seperti aktivitas membilang, mengukur, dan mendesain. Etnomatematika yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat yang sesuai dengan kebudayaannya masing masing
dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dan metode pengajaran.

Pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan budaya Sunda, konsep


etnomatematika Sunda menurut Supriadi (2014, 2016a,2016b) adalah semua ide
seseorang dengan didasari oleh pandangan budaya Sunda (nilai-nilai budaya Sunda)
yang dikembangkan melalui proses berpikir matematika, dengan memandang bahwa
matematika adalah produk budaya. Salah satu budaya Sunda yang akan digunakan
adalah Aksara Sunda.

Aksara Sunda merupakan bentuk penulisan dari bahasa Sunda yaitu bahasa daerah
yang berasal dari Jawa Barat, salah satu aksara tradisi hasil karya ortografi masyarakat
Sunda melalui perjalanan sejarahnya sejak 5 abad yang lalu hingga saat ini. Aksara
tersebut digunakan untuk sarana komunikasi yang dikenal dengan Bahasa Sunda, salah
satu bahasa yang memiliki jenis huruf tersendiri yang di kenal dengan aksara
Ngalagena atau Konsonan, aksara Swara atau Vocal, aksara Rarangken dan aksara
Angka, yang saat ini kurang dipahami masyarakat Jawa Barat. Hal ini terjadi karena
minimnya pengetahuan tentang pengenalan huruf tersebut. Pengenalan aksara Sunda
biasanya dimulai dari jenis aksara Ngalagena yang merupakan aksara dasar sebagai

5
proses pembelajaran. Aksara Ngalagena terdiri dari 18 buah aksara yang merupakan
huruf untuk bunyi dalam bahasa Sunda yaitu ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba,
ma, ya, ra, la, wa, sa, ha , fa, qa, va, xa, za , kha, sya. Setiap huruf memiliki perbedaan
bentuk satu dengan lainnya namun ada beberapa huruf yang mempunya kesamaan.
Dengan banyaknya jenis huruf dan kurangnya pembelajaran dalam pengenalan aksara
Sunda dalam hal ini sangat menyulitkan sebagian masyarakat Jawa Barat untuk
mengenali terutama yang bukan masyarakat Sunda.

Beberapa penelitian tentang etnomatematika, yaitu I made Dharma Atmaja (2014)


menuliskan tentang etnomatemtika pencipta lagu dan kaitannya dengan materi
pembelejaran matematika, Zaenuri et al (2017) mengekplorasi etnomatematika di Kota
Kudus, Dedi Muhtadi, et al. (2017) meneliti etnomatematika pada suku Sunda berupa
aktivitas mengukur, menaksir, dan membuat pola.

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai kajian


etnomatika, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang eksplorasi etnomatematika
pada aksara Sunda, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendukung pengembangan
ilmu matematika serta budaya, yang dapat menjaga budaya Sunda agar tetap ada dan
selalu menjadi kebanggaan untuk masyarakat sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa
rumusan masalah yang disusun diantaranya :
1. Bagaimanakah konsep matematika yang terdapat pada pola aksara sunda?
2. Apa sajakah aktivitas etnomatematika pada masyarakat Sunda?

C. Definisi Operasional
a. Etnomatematika

Etnomatematika merupakan hasil interaksi budaya masyarakat dengan


matematika, yang dikaji secara akademik diartikan sebagai matematika yang
diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok petani, anak-anak dari
masyarakat tertentu, kelas-kelas professional dan lain sebagainya. Jika ditinjau dari
sudut pandang riset maka etnomatematika didefinsikan sebagai antropologi budaya
dari matematika dan pendidikan matematika. Pada dasarnya perkembangan
matematika sampai kapanpun tidak akan terlepas dari budaya yang ada pada
masyarakat. Matematika merupakan unsur penting yang selalu digunakan oleh
masyratakat baik disadari ataupun tidak.

6
7

Kesimpulannya adalah pada penelitian ini, etnomatematika merupakan


penerapan matematika yang dilakukan oleh masyarakat Sunda yang ditemukan
pada aktivitas kebudayaan berupa Aksara Sunda.
b. Budaya/kebudayaan
Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama-sama menyusun
kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya, menjadi
masyarakat. Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan
mengembangkan kebudayaan: tak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya
tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada
kebudayaan tanpa masyarakat. Kebudayaan adalah reka-cipta manusia dalam
masyarakatnya.
c. Aksara Sunda
Aksara dapat diartikan sebagai huruf atau sistem tanda-tanda grafis yang
dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran,
aksara merupakan salah satu ciri adab serta alat untuk mempersatukan suku bangsa.
Masyarakat Sunda sebelum mengenal aksara, kehidupan sehari-harinya masih
termasuk sederhana, tetapi setelah mengenal aksara kehidupan masyarakatnya
menjadi lebih meningkat dan maju. Aksara juga selain memperlihatkan jati diri
bangsa bisa dianggap selaku batas kehidupan manusia antara zaman prasejarah ke
zaman sejarah
Aksara Sunda baku atau saat ini lazim disebut aksara sunda adalah sistem
penulisan aksara sunda kuno yang dipergunakan untuk menuliskan Bahasa sunda
kontemporer yang merupakan aksara hasil kreativitas dan kearifan lokal yang
mendapat pengaruh dari aksara Pallawa.

D. Tujuan Penelitian
Meninjau pada rumusan masalah yang telah disusun ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai oleh penulis, diantaranya :
1. Untuk mengetahui aktivitas etnomatematika pada masyarakat yang menggunakan
aksara Sunda
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep matematika yang terdapat pada Aksara
Sunda

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bisa memberikan data informasi dan pengetahuan, sumber
pembelajaran, studi literatur maupun bahan kajian berkaitan dengan penerapan
8

matematika berbasis budaya. Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi pengetahuan
bahwa banyak aktivitas-aktivitas masyarakat yang dilakukan menggunakan konsep-
konsep matematika secara tidak disadari. Serta bisa membuka paradigma masyarakat
mengenai matematika yang sebenarnya mudah dipelajari dan mudah digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
9

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
a. Etnomatematika
Etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang
matematikawan Brasil pada tahun 1977.Definisi etnomatematika menurut
D'Ambrosio adalah: Secara bahasa, awalan "ethno" diartikan sebagai sesuatu
yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa,
jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol.

Kata dasar "mathema" cenderung berarti menjelaskan, mengetahui,


memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran "tics " berasal dari
techne, dan bermakna sama seperti teknik. Sedangkan secara istilah
etnomatematika diartikan sebagai: matematika yang dipraktekkan diantara
kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok
buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional"
(D'Ambrosio, 1985). Dari definisi tersebut maka ethnomnatematika memiliki
pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar ethno (etnik) maka
etnomatematika didefinisikan sebagai antropology budaya (culture
antropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika.

Berdasarkan definisi tersebut, etnomatematika dapat diartikan sebagai


matematika yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat
pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu,
masyarakat adat dan lain sebagainya.

D'Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya


etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam
melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika
akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan
mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda
merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan,
berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain danlainnya).
Dengan demikian, sebagai hasil dari sejarah budaya matematika dapat
memiliki bentuk yang berbeda-beda dan berkembang sesuai dengan
10

perkembangan masyarakat pemakainya. Etnomatematika menggunakan


konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai aktivitas
matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain
sebagainya.

Etnomatematika didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dipakai oleh


suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas matematika.
Di mana aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang,
menentukan lokasi, bermain, menjelaskan, dan sebagainya.

D‟Ambrosio telah mendefinisikan beberapa domain atau aktivitas


matematika dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya aktivitas
mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,
membuat pola, membilang, membuat rancang bangunan, permainan,
menjelaskan, dan sebagainya. Beberapa aktivitas etnomatematika yang di
terapkan di masyarakat tersebut dijelaskan oleh Sirate (2011:125) sebagai
berikut:

1) Aktivitas Membilang
Aktivitas membilang berkaitan dengan bentuk pertanyaan “berapa
banyak”. Beberapa jenis alat yang sering digunakan adalah penggunaan
bagian tubuh dan benda benda disekitar yang digunakan 7 sebagai alat
ukur. Unsur pembentuk aktivitas membilang dapat menggunakan jari
tangan, tangan, batu, tongkat, daun, tali rotan atau bahan alam lainnya
secara tradisional. Selain itu aktivitas membilang juga dapat dibentuk
dengan gerakan atau pukulan. Aktivitas membilang umumnya
menunjukkan aktivitas penggunaan dan pemahaman bilangan ganjil dan
genap serta lainnya.
2) Aktivitas Mengukur
Mengukur umumnya berkaitan dengan pertanyaan “berapa (panjang,
lebar, tinggi, banyak)”. Alat yang digunakan pun berafariasi baik jenis
maupun penggunaannya. Alat ukur yang sering digunakan untuk ukuran
banyaknya sering digunakan satu ikat/satu batang. Ukuran lainnya yang
11

mengandung unsur matematika ialah seperti panjang, ukuran volume atau


isi.
3) Aktivitas Membuat Rancang Bangun
Sumber gagasan lain dalam matematika yang bersifat universal dan
penting adalah kegiatan membuat rancang bangun yang telah diterapkan
semua jenis suku dan budaya. Kegiatan membuat rancang bangun telah
diterapkan oleh semua jenis budaya yang ada. Jika kegiatan menentukan
letak berhubungan dengan posisi dan orientasi, maka kegiatan merancang
bangun berhubungan dengan semua alat perkakas yang digunakan untuk
keperluan merancang suatu bangun atau merancang suatu alat. Konsep
matematika terutama membilang 8 pada kegiatan merancang bangun dapat
dilihat pada perencanaan dan pelaksanaannya.
4) Aktivitas dalam Bermain
Berbagai konsep geometri juga ditemukan dalam permainan suatu
suku tertentu, misalnya jenis permainan yang terdapat dimasyarakat dayak
yaitu cabang galah ditemukan konsep matematika seperti kosep garis lurus
dan konsep bangun datar (bujur sangkar dan persegi panjang), konsep titik
, konsep sudut, konsep pojok, konsep simetri, konsep rotasi dan
sebagainya..
5) Aktivitas Menjelaskan
Membuat penjelasan merupakan kegiatan yang mengasah
pemahaman manusia yang berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh
dari lingkungannya yang berkenaan dengan kepekaan seseorang dalam
membaca situasi alam. Dalam matematika, membuat penjelasan berkaitan
dengan bentuk pertanyaan “mengapa” bentuk geometri itu sama atau
simetri, mengapa keberhasilan yang satu merupakan kunci keberhasilan
yang lain, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan hukum matematika.
Dari pengertian-pengertian mengenai etnomatematika di atas, dapat
disimpulkan bahwa etnomatematika digunakan untuk mengekspresikan
hubungan antara budaya dan matematika untuk memudahkan peserta didik
dalam memahami materi metamatika sekaligus dapat memperkenalkan
dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Etnomatematika
terbentuk atas kebiasaan yang sering dilakukan kemudian bercampur
dengan tradisi lingkungan setempat dalam bentuk praktik-praktik
12

matematis. Seperti halnya aksara Sunda yang merupakan salah satu budaya
di Indonesia, dimana hampir setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri.
b. Budaya/kebudayaan
Ditijau dari bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
“Budhayah” yang artinya bentuk jamak dari “Budhi” yang berarti budi atau
akal. Jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil budi atau akal manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup. Kebudayaan akan terus berubah seiring
dengan perkembangan zaman, serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Menurut Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat itu
sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari suatu generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.

Pendidikan dan kebudayaan memiliki pengaruh timbal balik. Peran


pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan sangat besar karena
pendidikan adalah tempat manusia dibina, ditumbuhkan dan dikembangkan
potensi potensinya. Semakin dikembangkan potensi seseorang maka akan
semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaannya.
Sehingga dengan melandaskan budaya dalam pembelajaran matematika,
diharapkan dapat menumbuhkan antusiasme siswa dalam belajar. Matematika
akan mudah dipahami oleh siswa karena dihantarkan dengan budaya yang
merupakan sesuatu yang dekat dan merupakan bagian dari kehidupan siswa

c. Aksara Sunda
Aksara dapat diartikan sebagai huruf atau sistem tanda-tanda grafis yang
dipakai manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran,
aksara merupakan salah satu ciri adab serta alat untuk mempersatukan suku
bangsa. Masyarakat Sunda sebelum mengenal aksara, kehidupan sehari-
harinya masih termasuk sederhana, tetapi setelah mengenal aksara kehidupan
masyarakatnya menjadi lebih meningkat dan maju. Aksara juga selain
memperlihatkan jati diri bangsa bisa dianggap selaku batas kehidupan
manusia antara zaman prasejarah ke zaman sejarah. Aksara Sunda baku atau
saat ini lazim disebut aksara sunda adalah sistem penulisan aksara sunda kuno
yang dipergunakan untuk menuliskan Bahasa sunda kontemporer yang
13

merupakan aksara hasil kreativitas dan kearifan lokal yang mendapat


pengaruh dari aksara Pallawa.

Aksara Sunda berjumlah 32 buah yang terdiri atas 7 aksara swara „vokal
mandiri‟ (a, é, i, o, u, e, dan eu) dan 23 aksara ngalagena„konsonan‟ (ka-ga-
nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, wa-sa-ha, fa-va-qa-xa-za,) [4].
Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal mandiri
yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati posisi
awal, tengah maupun akhir sebuah kata. Sedangkan aksara ngalagena adalah
tulisan yang secara silabis dianggap dapat melambangkan bunyi fonem
konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah kata maupun suku kata yang bisa
menempati posisi awal, tengah maupun akhir sebuah kata. Jadi, aksara Sunda
ini bersifat silabik, yakni tulisan yang dapat mewakili sebuah kata dan
sukukata [4]. Perlu dijelaskan bahwa aksara ngalagena dalam sistem tata tulis
aksara Sunda Kuno berjumlah 18 buah. Namun, dalam upaya memenuhi
fungsi aksara Sunda sebagai alat rekam bahasa Sunda yang senantiasa
berkembang akibat terjadinya proses serapan unsur kosa kata asing, maka para
pakar di bidang paleografi Sunda dan pihak birokrat di lingkungan Provinsi
Jawa Barat beserta para tokoh masyarakat sepakat untuk mengaktifkan 5
lambang aksara ke dalam sisten tata tulis aksara Sunda Baku, sehingga
jumlahnya menjadi 23 buah. Kelima buah aksara dimaksud bukan berarti
sebagai ciptaan baru, akan tetapi dengan cara mengaktifkan beberapa varian
lambang aksara Sunda Kuno yang intensitas kemunculannya tidak begitu
tinggi. Lambang aksara fa dan va merupakan varian lambang aksara pa;
lambang aksara qa dan xa adalah varian lambang aksara ka; lambang aksara
za adalah varian lambang aksara ja. Dalam sistem tata tulis aksara Sunda
dikenal adanya tanda vokalisasi, yaitu rarangkén atau penanda bunyi yang
dapat berfungsi untuk mengubah, menambah maupun menghilangkan bunyi
vokal pada aksara ngalagena. Lambang vokalisasi yang dimaksud berjumlah
13 macam yang dalam penempatannya terbagi ke dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama, sebanyak 5 buah yang ditempatkan di atas aksara dasar.
Kelompok kedua, sebanyak 3 buah yang ditempatkan di bawah aksara dasar.
Kelompok ketiga, sebanyak 5 buah yang ditempatkan sejajar dengan aksara
dasar, yang dibagi lagi menjadi: 1 buah ditempatkan di sebelah kiri aksara
dasar, 2 buah ditempatkan di sebelah kanan aksara dasar, dan sebanyak 2 buah
ditempatkan di sebelah kanan dengan sedikit menjulur ke bagian bawah aksara
14

dasar. Di samping itu, dikenal pula lambanglambang bilangan berupa angka


dasar yang memiliki nilai hitungan mulai dari nol sampai sembilan [4]. Wujud
fisik aksara Sunda termasuk tanda vokalisasinya dapat ditulis pada posisi
kemiringan antara 45º-75º. Perbandingan ukuran fisik aksara dasar, baik
aksara swara „vokal‟ maupun aksara ngalagena „konsonan‟ pada umumnya
ditulis 4:4, kecuali untuk aksara ngalagena /ra/ adalah 4:3; untuk /ba/, dan
/nya/ adalah 4:6; serta untuk aksara swara /i/ adalah 4:3. Sedangkan untuk
perbandingan ukuran fisik tanda vokalisasi pada umumnya ditulis 2:2, kecuali
untuk panyecek /+ng/ adalah 1:1; panglayar /+r/ adalah 2:3; panyakra / +ra/
adalah 2:4; pamaéh adalah 4:2; dan pamingkal /+ya/ adalah 2:4 (bawah) dan
3:2 (samping kanan). Perbandingan ukuran fisik angka dasar pada umumnya
ditulis 4:4, kecuali untuk angka /4/ dan /5/ adalah 4 : 3.

Berikut bentuk - bentuk aksara Sunda

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Supriadi “Pembelajaran Etnomatematika Sunda Dalam Materi Kurva Dengan
Menggunakan Aksara Kaganga” . Hasil penelitian menyatakan bahwa:
Kemampuan pemahaman matematika antara mahasiswa yang mendapatkan
15

pembelajaran matematika dengan pembelajaran etnomatematika Sunda lebih baik


daripada pembelajaran konvensional. Pembelajaran matematika dengan
menggunakan aksara kaganga membuat mahasiswa tertarik, senang dan
termotivasi untuk belajar matematika sambil melestarikan budaya Sunda.

C. Kerangka Penelitian
Etnomatematika merupakan suatu kajian yang mengkolaborasikan antara
matematika dengan budaya. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan
menjadi salah satu bentuk dari pelestarian budaya yang ada di provinsi Jawa Barat
maka akan digali lagi mengenai aksara Sunda yang mengandung aspek geometris.
Beberapa indikator yang ada pada etnomatematika mengukur, membilang,
menentukan arah dan lokasi, membuat rancangan bangun, dan bermain, karena
matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau
aktivitas lingkungan yang bersifat budaya.

Matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena yang


mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan. Dari bentuk pola
aksara Sunda, dilihat dari segi sudut, garis berpotongan dan beberapa huruf yang
seperti sifat roatsi dari bentuk-bentuk inilah penelitian ini bertujuan untuk
mengekplorasi konsep matematika pada bentuk aksara Sunda berdasarkan kajian
geometris. Penulis akan menganalisa bentuk aksara yang baru, dengan metode
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian
ini adalah peneliti itu sendiri. Alat bantu yang digunakan berupa pedoman
wawancara, dan lembar dokumentasi. Setelah data terkumpul dilakukan analisis
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dan dilanjutkan dengan memeriksa
keabsahan data. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi
metode. Penelitian ini terfokus pada mengenai bentuk aksara Sunda yang
merupakan bagian dari konsepkonsep matematika yakni meliputi aspek kajian
geometris, berupa geometri dimensi satu, sudut, garis.

D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah etnomatematika pada Aksara
Sunda uuntuk mengungkap mengenai pola bentuk aksara Sunda pada aspek kajian
geometris, berupa geometri dimensi satu, sudut dan garis. Maka dari ituu peneliti
tertarik untuk mengungkap konsep-konsep matematika yang ada dalam aksara
Sunda. Maka diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menunjukan adanya
keselarasan antara budaya dan matematika.
16
17

Bab III
METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian
a. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dapat digolongkan


kedalam penelitian kualitatif. Merupakan penelitian di mana data dianalisis berupa
data kualitatif.41 Dalam penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis yang
tidak menggunakan analisis statistik atau cara kuantitaf lainnya. Karakteristik
penelitian kualitatif, yaitu :

1. Dilakukan dalam kondisi yang alamiah, langsung kesumber data dan peneliti
adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berupa


katakata atau gambar sehingga tidak menemukan angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau atau
aoutcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan data analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan


etnografi yaitu pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan mendapatkan
deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian
lapangan (fieldwork) yang intensif. Pendekatan ini memusatkan usaha untuk
menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka, dalam
pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan,
budaya tersebut ada dalam pikiran manusia. Tugas etnograf adalah menemukan
dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut. Sehubungan dengan penelitian
ini, peneliti berusaha menggali informasi melalui kepustakaan, pengamatan
(observasi) serta proses wawancara dengan beberapa tokoh atau warga masyarakat
Bandung, yang mengetahui informasi mengenai objek yang akan digali. Penelitian
ini bertujuan mendekripsikan hasil ekplorasi bentuk etnomatematika masyarakat
Sunda berupa konsep-konsep matematika pada aksara Sunda.
18

b. Sumber Data Penelitian

1) Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Bandung. Alasan peneliti


mengadakan penelitian di Bandung karena narasumber mempunyai banyak
informasi yang peneliti butuhkan bertempat tinggal di Bandung dan menurut
Kompas.com akan diadakan juga museum aksara Sunda Nusantara di
Bandung, dan ini akan menambahkan data yang dibutuhkan.

2) Pelaku

Pelaku dari penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri dan sumber datanya
yaitu pengrajin salah satu tokoh masyarakat yang mendalami Aksara Sunda di
zaman sekarang.

3) Aktivitas

Aktivitas yang dilakukan peneliti terhadap sumber data adalah wawancara


dan observasi. Wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur,
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya, sedangkan
observasi yang digunakan yaitu observasi non-partisipan dan observasi
langsung

B. Teknik Pengumpulan Data


a. Metode Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data berupa peristiwa tempat


atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Teknik observasi yang digunakan
yaitu observasi partisipatif yang merupakan seperangkat strategi dalam
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap. Peneliti ini
terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber penelitian. Observasi partisipatif berguna untuk
mengamati prilaku yang muncul dalam objek penelitian, dalam observasi ini
peneliti hanya mendatangi lokasi penelitian, tetapi sama sekali tidak berperan
sebagai apapun selain sebagai pengamat.

b. Metode Wawancara
19

Jenis wawancara yang akan digunakan oleh penulis untuk penelitian jenis
ini yaitu menggunakan teknik wawancara semiterstruktur yang sudah in-depth
interviewing untuk memperoleh berbagai data bersifat primer yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dalam
wawancara disusun dulu sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.

c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang lainnya.
Teknik mengkaji dokumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencatat apa
yang tertulis dalam dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang
sedang diteliti, kemudian, berusaha untuk memahami maksud ataupun maknanya.
Tujuan dari metode ini digunakan untuk mencari data sekunder dari aksara Sunda

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah human instrument, yaitu peneliti berperan
sebagai instrumen yang tidak dapat digantikan oleh orang lain.Berperan sebagai
pengumpulan data yang berkaitan dengan bentuk atau pola aksara Sunda.
Peneliti mengumpulkan data secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan
hasil pengelihatan, pendengaran, persepsi, penghayatan dari peneliti mengenai
berbagai bentuk aksara Sunda. Dalam penelitian ini peneliti membuat instrumen
pengumpulan data yang terdiri dari instrument utama dan instrument bantu.
Instrument utama berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan
instrumen bantu yaitu berupa lembar observasi, lembar dokumentasi, lembar
cek dan data lapangan. Berikut adalah pasangan antara metode dengan
instrumen pengumpulan data.
No Metode Instrumen
1. Wawancara Pedoman Wawancara
2. Observasi Lembar Observasi
3. Dokumentasi Lembar Dokumentasi

D. Waktu Dan Tempat Penelitian


a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bandung.
b. Tempat Penelitian
20

Waktu yang ditempuuh untuk pelaksanaan penelitian ini ada beberapa


tahap, diantaranya
1. Tahap perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Penyesuaian
DAFTAR PUSTAKA
Septi Indriyani. "Eksplorasi Etnomatematika pada Aksara Lampungla." Skripsi (2017): 1-
160.

D’Ambrosio, U. (1997). Ethnomathematics and its Place in the History and Pedagogy of
Mathematics. Dalam Ethnomathematics Challenging Eurocentrism in
Mathemathics Education (hlm. 13-24). Albany:State University of New York

S. Supriadi. " Pembelajaran Etnomatematika Sunda Dalam Materi Kurva Dengan


Menggunakan Aksara Kaganga." Jurnal Ilmu Pendidikan: 225-304.

Ruth Mayasari Simanjuntak. " Eksplorasi Etnomatematika Pada Aksara Batak." Journal of
Mathematics Education and Applied (2020): 52-59.

Arisetyawan, A., Suryadi, D., Herman, T., Rahmat, C., & No, J. D. S. (2014). Study of
Ethnomathematics: A lesson from the Baduy Culture. International Journal of
Education and Research, 2(10), 681-688

Barton, B. (1996). Ethnomathematics: Exploring cultural diversity in mathematics


(Doctoral dissertation, ResearchSpace@ Auckland).

21

Anda mungkin juga menyukai