Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA

MATERI MEMAHAMI MASALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF, SOSIAL


MENTAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DOSEN PEMBIMBING :

EVA MARGARETHA SARAGIH, S.Pd, M.Pd

KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA VII-B

DISUSUN OLEH :

DEWI FITRI HASIBUAN (18051028)

ADE IRMA (18051030)

RUDI KURNIAWAN (18051045)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ASAHAN

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah Telaah Kurikulum Mm ini dapat terselesaikan meskipun
jauh dari sempurna. Makalah ini kami susun untuk memberikan pengetahuan tentang
“Memahami Masalah Perkembangan Kognitif, Sosial Mental Dalam Pembelajaran
Matematika”.

 Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu 
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca ,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya, serta masih banyak terdapat kekurangan dalam data-data yang diperoleh, kata-
kata, dan isi. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

           Akhir kata,kami ucapkan terima kasih kapada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin .

Kisaran, 13 Oktober 2021

                                                                    

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
1. Masalah perkemb kognitif pada pemb MM...........................................................................2
2. Masalah perkemb Sosial pada pemb MM .............................................................................4
3. Masalah perkemb Mental pada pemb MM............................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................................8
A.    Kesimpulan..........................................................................................................................8
B.     Saran....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam lingkungan
keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. 
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif peserta didik perlu memiliki pemahaman
yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga
tidak kalah penting dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak
dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu
memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif, bahkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Melalui makalah ini kami
mencoba untuk mengangkat masalah perkembangan kognitif peserta didik agar guru dan
orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain :
1. Bagaimana masalah perkembangan kognitif dalam pembelajaran matematika?
2. Bagaimana masalah perkembangan sosial dalam pembelajaran matematika?
3. Bagaimana masalah perkembangan Mental dalam pembelajaran matematika?

3. Tujuan
Sebagai suatu pembahasan yang sangat penting, makalah ini bertujuan agar guru dan
orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran

1
Selain itu, makalah ini juga dapat memperdalam pengetahuan kita dalam masalah
perkembangan kognitif, sosial dan mental pada peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Masalah Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika


1.1 Pengertian Perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli
psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita,
2009).

Ide-ode dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.


Beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak menurut
piaget, antara lain :

1.Anak adalah pembelajar yang aktif.


Menurut Piaget, anak itu tidak hanya mengobservasi dan mengingat semua yang
mereka lihat dan mereka dengar secara pasif. Padahal secara natural mereka memiliki
rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk
membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu.
Dalam memehami dunia mereka sacara aktif, anak menggunakan “schema”(skema)
seperti yang disebutkan oleh Piaget, yaitu konsep-konsep atau kerangka yang ada dalam
pikiran anak yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan
informasi.

2.Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.


Anak-anak itu tidak hanya mengumpulkan semua yang mereka pelajari dari fakta-
fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya anak memberikan gambaran

2
khusus untuk membangun suatu pandangan  menyeluruh tentang dunia dan kehidupan
sehari-hari.

3. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak menggunakan dan beradaptasi terhadap skema yang mereka buat,
ada dua proses yang bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi. Asimilasi
terjadi apabila seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang
sudah ada, yaitu anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi
terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yaitu anak menyesuaikan
skema yang dimilikinya dengan lingkungannya.

4.Proses ekuilibrasi
menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih
komplek. Menurut Piaget, ketika anak melalui proses penyesuaian asimilasi dan
akomodasi system kognisi anak berkembang dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya,
sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yaitu keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dan pengalamannya dilingkungan.

1.2 Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik

a.   Masa kanak-kanak awal


Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya
hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.

b.  Masa kanak-kanak akhir


Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan
sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan
rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman
yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.
Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan mengelompokkan
siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.

c. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami
isi bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman secara serius.

3
2. Masalah perkembangan sosial dalam pembelajaran matematika

Faktor Sosial Tidak semua orang tua peduli terhadap keberhasilan atau
ketidakberhasilan anaknya. Ada yang kepeduliannya berlebihan dan secara bervariasi sampai
ada yang sama sekali tidak peduli. Variasi kepedulian ini berdampak terhadap motivasi
belajar siswa. Keluarga yang memiliki kemudahan untuk memberikan mainan edukatif pada
saat anaknya masih di pendidikan dasar, misalnya mainan yang digunakan untuk menyusun
bangunan yang dapat divariasikan, atau majalah-majalah yang berisi tantangan-tantangan
edukatif, mainan yang memungkinkan anak memanipilasi bentuk atau model, akan
memberikan kesempatan lebih baik daripada anak dalam lingkungan belajar yang tidak
memiliki itu.

Faktor sosial di dalam kelas juga dapat berpengaruh terhadap kelancaran atau
kesulitan belajar siswa. Siswa yang tidak dapat bergaul dengan teman sekelasnya, atau tidak
memiliki teman, merasa terpencil dan merasa sangat terhina oleh sedikit olokan atau ejekan
temannya, bahkan yang tidak langsung sekalipun. Seseorang yang mendapat pengakuan
keberadaannya dalam kelas matematika, misalnya, dapat terdorong semakin maju jika ia
menggunakan hal positifnya. Jadi lingkungan belajar di sekolah pun merupakan salah satu
faktor sosial. Demikian pula siswa yang mengalami masalah sosial berusaha mengambil
perhatian di muka guru dan berusaha mendekati guru karena kurang serasinya hubungan
dengan teman-temannya. Secara umum siswa yang terlalu introvert (tertutup) atau terlalu
extrovert mungkin sebagai reaksi terhadap tekanan sosial dari teman-temannya atau dari
orang tuanya

Faktor sosial merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan
masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan
kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang
terkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang
mendukung seseorang tersebut untuk belajar sepenuh hati. Ada beberapa siswa yang merasa
kurang diperhatikan oleh orang tuanya. Hal ini disebabkan karena kesibukan kedua orang tua
dalam bekerja dan ada juga salah satu orang tuanya bekerja ke luar negeri sehingga
mengakibatkan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang. Kemudian suasana
pembelajaran juga menentukan berhasil tidaknya belajar siswa. Maka dari itu, pembelajaran

4
disekolah hendaknya lebih efektif dan menyenangkan terutama pada mata pelajaran
matematika.

Dalam proses pembelajaran dikelas, guru menjadi pihak yang paling bertanggung
jawab dalam pengelolaan pembelajaran dikelas. Model/metode/strategi/pendekatan
pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif atau tidaknya suasana belajar.
Selanjutnya bagaimana guru menguasai situasi belajar siswa dan mampu menguasai dinamika
kelas yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda.

3. Masalah perkembangan mental dalam pembelajaran matematika

Ciri utama perkembangan masa anak di sekolah dasar terletak pada aspek fisik,
intelektual, dan emosional yang ditandai dengan:

(1) pertumbuhan hasrat ingin tahu,

(2) perkembangan minat,

(3) pembentukan karakter,

(4) pembentukan kepribadian,

(5) perkembangan sosial,

(6) perkembangan otak, dan

(7) perkembangan bahasa.

Peran orang tua menyediakan pengalaman bagi anak yang memacu hasrat ingin tahu
dan menyiapkan pengetahuan dasar, pengalaman langsung dan trial and error sebagai sarana
belajar utama anak dalam melakukan kegiatan yang pertama.

Menurut Piaget tahap perkembangan intelektual yaitu pra operasional (2-6 tahun)
untuk anak usia dini serta tahap operasional konkret (7-12 tahun) untuk anak sekolah dasar.
Konservasi (teridentifikasi keadaan anak siap untuk menerima materi pelajaran matematika)
yaitu konservasi bilangan, konservasi panjang dan konservasi isi. Kegiatan konservasi
diperlukan anak dalam membangun pengetahuannya sehingga pendapat Piaget melandasi

5
aliran konstruktivisme dalam pembelajaran matematika dengan memposisikan guru sebagai
fasilitator dan motivator selama kegiatan kelompok.

Proses asimilasi dan akomodasi membawa anak dalam membangun pemahamannya


serta teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap tingkat perkembangan
intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan.

Teori Vygotsky mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget


menjadi belajar kelompok (pembelajaran kooperatif), dalam membangun sendiri
pengetahuannya anak dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam
dengan guru sebagai fasilitator. Bentuk kegiatan yang direkomendasikan adalah diskusi
kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas mengerjakan kedepan
kelas 2-3 orang dalam waktu yang sama untuk soal yang sama (sebagai bahan pembicaraan
atau diskusi kelas), dan tugas menulis (karya tulis atau karangan). Selain itu tugas bersama
membuat laporan kegiatan pengamatan atau kajian matematika, tugas menyampaikan
penjelasan atau mengkomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu yang terkait
dengan matematika. Membangun sendiri pengetahuannya melalui membaca, diskusi, tanya
jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan, dan presentasi.

Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial dalam pengembangan kemampuan


berpikir anak. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi
diperoleh dari konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-teman atau
orang lain. Kegiatan dalam kelompok anak memanipulasi dan mempersepsi objek sesuai
dengan dunianya, terlepas apakah objek itu sesuai dengan kenyataan atau fungsi objek
tersebut.

Karakteristik anak dapat dideskripsikan sebagai berikut yaitu berpikir simbolik,


egosentrisme, nalar, perolehan konsep, klasifikasi, kemampuan memproses informasi,
kognisi sosial, dan keativitas. Kegiatan memanipulasi benda konkret dalam kegiatan
kelompok sebagai upaya mengembangkan beberapa karakteristik anak.

Kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari yang sederhana ke
yang rumit, mulai yang mudah ke yang sulit, mulai yang nyata atau konkret ke yang abstrak.
Urutan tersebut dapat membantu anak untuk mengikuti pelajaran dan urutan bahan pelajaran
terkait dengan umur anak. Teori ini berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu

6
kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke rumit, mulai
dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak.

Tahap perkembangan mental anak dalam belajar geometri melalui beberapa tahapan yaitu :

 Pertama, tahap pengenalan anak mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri
yang dilihatnya.
 Kedua, tahap analisis anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamati dan sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat
pada benda geometri itu.
 Ketiga, tahap pengurutan anak sudah mulai mampu melakukan penarikan
kesimpulan yang kita sebut berpikir deduktif tetapi kemampuan ini belum
berkembang secara maksimal.

7
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam  proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh
Piaget dan dengan caran system pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi
lebih menekankan bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi pada
teori Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami
semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar
dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya
sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat
menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan
lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal-bakal perkembangan
kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan
berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak
tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk
lingkungan maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada
perkembangan kognitif anak semakin besar.

8
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif agar cara pengajaran kita sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
Jadi pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran Matematika merupakan imperatif
dari dua arah: dari segi psikologis siswa yang belajar dan dari segi bahan Matematika yang
dipelajari. Mengingat proses belajar mula-mula berlangsung pada taraf sosial, maka proses
pembelajaran Matematika di kelas hendaknya bersifat interaktif, baik antara siswa dan guru
maupun antar siswa.
guru Matematika di kelas perlu juga menyediakan kesempatan secukupnya bagi siswa
untuk mengalami internalisasi. Agar tersedia kesempatan untuk internalisasi pada diri siswa,
guru tidak boleh tergesa-gesa dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan perlu
memberikan jeda waktu di sela-sela kesatuankesatuan kegiatan di kelas. Selain itu guru
disarankan untuk: a. Peka terhadap pengetahuan yang mungkin diberikan siswa dalam situasi
belajar. b. Mengusahakan pemecahan masalah interaktif sebagai panduan bagi belajar siswa.
c. Menyajikan beberapa masalah yang menantang. d. Mendorong, menggali, dan menerima
penyelesaian dan strategi yang berbeda
2. Saran
1.Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi
dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2.Selalu belajar serius agar menjadi peserta didik yang nantinya dapat dengan mudah
memahami tentang perkembangan kognitifnya.
3.Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV
Pustaka Setia.
Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online).
(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html, diakses 2
November 2010).
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses
2 November 2010).
Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html, diakses
2 November 2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010).

10

Anda mungkin juga menyukai