Anda di halaman 1dari 19

Analisis Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Berdasarkan Self-


Efficacy

OLEH
I I F L AT I FAT U L Q O L B I YA H
1584202079

P R O G R A M S T U D I P E N D I D I K A N M AT E M AT I K A
FA K U LTA S K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H TA N G E R A N G
2019
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan yang bermutu merupakan kunci utama untuk
meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat memajukan
negaranya. Pendidikan bertujuan untuk menumbuhkembangkan
potensi manusia agar menjadi manusia dewasa, beradab, dan
terbentuknya kepribadian atau berkarakter. Matematika sebagai salah
satu pelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif, kreatif dan
terarah dalam menggali dan mengembangkan keterampilan berpikir
dan pengetahuannya serta dapat membentuk dan mengembangkan
karakter siswa.

Namun berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan,


kemampuan komunikasi matematis siswa masih berada pada kategori
rendah, artinya siswa hanya mampu menyelesaikan permasalahan
matematika yang sederhana dan familiar, serta siswa kurang dalam
mengkomunikasikan pemahaman mereka terhadap permasalahan
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, 70% siswa memiliki
kemampuan komunikasi matematis yang rendah. Hal ini
diakibatkan oleh kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap hal
yang baru. Masih banyak siswa saat proses pembelajaran hanya
diam dan mencatat, sedikit dari mereka yang aktif dalam proses
pembelajaran. Rata-rata siswa masih ragu dan pasif dalam
menyampaikan ide-ide matematis mereka. Diperkuat pula oleh
hasil uji coba awal Rata-rata siswa tidak dapat menjawab soal
dengan baik. Sebagian dari siswa kesulitan dalam membuat
ilustrasi dari permasalahan, siswa kesulitan menentukan
langkah awal dari informasi yang terdapat dalam soal. Selain itu
ada sebagian siswa yang kebingungan dalam menuliskan
informasi yang terdapat pada soal dan apa yang ditanyakan
dalam soal tersebut.
Selain dari kemampuan komunikasi matematis, ada juga aspek
afektif yang turut memberikan pemahaman terhadap
keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dengan baik. Aspek psikologis atau afektif
tersebut salah satunya adalah self-efficacy. Karena self-efficacy
yang dimiliki seseorang memberi pengaruh terhadap
kemampuan komunikasi matematis.

Hal ini dimaksudkan bahwa semakin tinggi self-efficacy


seseorang tehadap kemampuan yang dimilikinya baik dalam
merumuskan konsep, menyampaikan ide, dan mempertajam ide
untuk meyakinkan orang lain, maka semakin tinggi pula
kemampuan komunikasi matematisnya. Dan sebaliknya
semakin rendah self-efficacy seseorang maka semakin rendah
pula kemampuan komunikasi matematisnya.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini menganalisis kemampuan komunikasi matematis
siswa berdasarkan self-efficacy. Kemampuan komunikasi
matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi
matematis tertulis. Kemampuan komunikasi matematis tersebut
selanjutnya dianalisis berdasarkan self-efficacy siswa.

C. Rumusan Masalah
bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan
self-efficacy?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis
siswa berdasarkan self-efficacy.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat


berperan dalam membantu a. Bagi Guru
pemikiran terhadap upaya b. Bagi Siswa
peningkatan kemampuan
c. Bagi Sekolah
komunikasi matematis siswa
berdasarkan self-efficacy. d. Bagi Peneliti
BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
a. Definisi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa


dalam menyampaikan ide atau gagasan matematisnya secara
lisan maupun tulisan. Kemampuan komunikasi matematis lisan
seperti menyampaikan atau menjelaskan ide atau gagasan
matematis melalui bicara atau langsung saat berdiskusi.
Kemampuan komunikasi matematis tertulis seperti
menjelaskan ide atau gagasan matematis secara tertulis dari
suatu gambar, grafik, tabel dengan bahasa sendiri. Dan ide atau
gagasan matematis tersebut berupa konsep matematis, strategi
pemecahan masalah, dan lain-lain.
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan beberapa indikator para ahli, indikator


kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
 Menyatakan benda-benda nyata , situasi, dan peristiwa
sehari-hari ke dalam bentuk model matematika.
 Menjelaskan ide, dan model matematika (gambar, tabel,
diagram, grafik, atau ekspresi aljabar) ke dalam bahasa
biasa.
 Menjelaskan ide dan definisi matematis.
1. Memodelkan situasi-situasi dengan 1. Menyatakan benda-benda nyata, situasi, dan
menggunakan gambar, grafik, dan ekspresi peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk model
aljabar. matematika (gambar, tabel, diagram, grafik,
2. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran atau ekspresi aljabar).
tentang ide-ide dan situasi-situasi 2. Menjelaskan ide, dan model matematika
matematika. (gambar, tabel, diagram, grafik, atau
3. Menjelaskan ide dan definisi matematis. ekspresi aljabar) ke dalam bahasa biasa.
4. Membaca, mendengarkan, 3. Menjelaskan dan membuat pertanyaan
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide- matematika yang dipelajari.
ide matematis. 4. Mendengarkan, berdiskusi dan menulis
5. Mendiskusikan ide-ide matematis dan tentang matematika.
membuat dugaan-dugaan dan alasan-alasan 5. Membaca dengan pemahaman suatu
yang meyakinkan. presentasi matematika tertulis.
6. Menghargai nilai, notasi matematika, dan 6. Membuat konjektur, menyusun argumen,
perannya dalam masalah sehari-hari dan merumuskan definisi, dan generalisasi.
pengembangan matematika dan disiplin
ilmu lainnya.
1. Written text, yaitu memberikan jawaban
dengan menggunakan bahasa sendiri,
membuat model situasi atau persoalan
menggunakan lisan, tulisan, konkret, grafik
dan aljabar, menjelaskan dan membuat
pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan,
dan menulis tentang matematika, membuat
konjektur, menyusun argumen, dan
generalisasi.
2. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide
matematika.
3. Mathematical expressions, yaitu
mengekspresikan konsep matematika
dengan menyatakan peristiwa sehari-hari
dalam bahasa atau simbol matematika.
2. Self-efficacy
a. Definisi Self-efficacy

self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan


kemampuan yang dimilikinya dalam dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya diberbagai situasi serta mampu
menentukan tindakan yang harus dilakukannya dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
•Dimensi magnitude, yaitu bagaimana Dimensi strength, yaitu seberapa tinggi
siswa dapat mengatasi kesulitan keyakinan siswa dalam mengatasi
belajar yang meliputi: kesulitan belajarnya, yang meliputi:
a) Usaha yang dilakukan dapat
a) Berpandangan optimis dalam meningkatkan prestasi dengan baik;
mengerjakan pelajaran dan tugas; b) Komitmen dalam menyelesaikan
b) Seberapa besatr minat terhadap tugas-tugas yang diberikan;
pelajaran dan tugas; c) Percaya dan mengetahui keunggulan
c) Mengembangkan kemampuan dan yang dimiliki;
prestasi; d) Kegigihan dalam menyelesaikan
d) melihat tugas yang sulit sebagai tugas;
suatu tantangan; e) Memiliki tujuan yang positif dalam
e) Belajar sesuai dengan jadwal yang melakukan berbagai hal;
diatur f) Memiliki motivasi yang baik
f) Bertindak selektif dalam mencapai terhadap dirinya sendiri untuk
tujuannya. pengembangan dirinya.
Dimensi generality, yaitu
menunjukkan apakah keyakinan
kemampuan diri akan berlangsung
dalam domain tertentu atau berlaku
dalam berbagai macam aktivitas dan
situasi yang meliputi:
a) Menyikapi situasi yang berbeda
dengan baik dan berpikir positif;
b) Menjadikan pengalaman yang
lampau sebagai jalan mencapai
kesuksesan;
c) Suka mencari situasi baru;
d) Dapat mengatasi segala situasi
dengan efektif;
e) Mencoba tantangan baru
B. Penelitian Yang Relevan

1. Juhrani, dkk (2017) dengan judul penelitian “Analisis


Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Self-
efficacy Siswa Pada Model Pembelajaran Mea”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan Self-
efficacy tinggi dapat menggunakan semua indikator
kemampuan komunikasi matematis dengan maksimal.
Sedangkan dengan Self-efficacy sedang dan rendah
belum bisa mengungkapkan ide-ide matematis secara
maksimal.
2. Nurdiana, dkk (2018) dengan judul “Kemampuan Komunikasi
Matematis Ditinjau dari Self-efficacy Menggunakan Model
Discovery Learning Terintegritas Pemberian Motivasi”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan Self-efficacy
tinggi baik dalam pencapaian indikator komunkasi matematis.
Self-efficacy sedang cukup baik dalam pencapaian indikator
kemampuan komunikasi matematis. Dan Self-efficacy rendah
kurang baik dalam pencapaian indikator kemampuan
komunikasi matematisnya.

3. Hamidah (2012) dengan judul “Pengaruh Self-efficacy Terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang
maka semakin tinggi pula kemampuan komunikasi
matematiknya. Sebaliknya semakin rendah self-efficacy
seseorang maka semakin rendah pula kemampuan komunikasi
matematiknya.
BAB III METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah
melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Prosedur penelitian
yang akan dilakukan saat penelitian diantaranya yaitu:

1. Tahap Perencanaan
 Menyiapkan materi yang akan menjadi bahan penelitian yaitu
himpunan.
 Membuat kisi-kisi instrument tes kemampuan komunikasi
matematis siswa SMP sesuai dengan indikator kemampuan
komunikasi matematis yang akan di teliti.
 Membuat pedoman wawancara dan angket.
 Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tes
yang akan dilakukan.
2. Tahap Pelaksanaan
 Melakukan instrumen tes kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas VII di SMP Negeri 2 Balaraja.
 Menganalisis hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas VII di SMP Negeri 2 Balaraja.
 Memilih subyek penelitian setelah menganalisis hasil tes
kemampuan komunikasi, yang diambil dari hasil tes yang diperoleh
siswa dan dibagi menjadi tiga kemampuan yaitu kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.

3. Tahap Analisis data


 Memberikan skor dari hasil tes yang dilakukan oleh siswa.
 Mereduksi data (data reduction).
 Penyajian data (display data).
 Menarik kesimpulan dan memverifikasi.
Teknik Pengumpulan Data:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Tes
4. Kuesioner (angket)

Instrumen Penelitian:
1. Tes
2. Wawancara
3. Kuesioner (angket)
Teknik Analisis Data:
1. Penskoran
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
4. Menarik Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai