Anda di halaman 1dari 7

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN SERTA RESILIENSI

MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Ahmad Septiadi
e-mail: ahmad.septiadi10@gmail.com

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

ABSTRAK

Lemahnya kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa salah satunya dipengaruhi oleh faktor
pembelajaran matematika cenderung abstrak sehingga konsep-konsep matematika sulit dipahami. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji masalah pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran serta
resiliensi matematis siswa SMA melalui pembelajaran berbasis masalah. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di salah satu sekolah SMA di Bandung Barat.
Adapun sampelnya yaitu satu kelas yang dijadikan kelas eksperimen dan satu lagi dijadikan kelas kontrol. Kedua
kelas diberikan pretes, kemudian pembelajaran yang digunakan melalui pembelajaran berbasis masalah secara
berkelompok diberikan kepada kelas eksperimen dan pembelajaran biasa kepada kelas kontrol. Instrumen terdiri
dari tes kemampuan komunikasi matematis, penalaran matematis dan skala resiliensi matematis. Hasil penelitian
menunjukan bahwa : (1) pencapaian peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa, (2)
pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa, (3) resiliensi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada yang pembelajarannya
menggunakan pembelajaran biasa, (4) terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi dan penalaran matematis
siswa, (5) tidak terdapat asosiasi antara kemampuan komunikasi dan resiliensi matematis siswa, (6) tidak
terdapat asosiasi antara kemampuan penalaran dan resiliensi matematis siswa, (7) Gambaran pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah siswa terlibat aktif dalam menemukan konsep matematis dan siswa, akan tetapi
masih merasa kesulitan terhadap soal-soal cerita.

Kata kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemampuan Penalaran Matematis, Resiliensi Matematis,
dan Pembelajaran Berbasis Masalah

PENDAHULUAN mengambil keputusan, tetapi matematika juga suatu


1. Latar Belakang Masalah alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan
Matematika mempunyai ragam karakteristik yang jelas, tepat dan ringkas . Kedua, sebagai aktivitas
menarik. Hal ini sesuai dengan tujuan umum sosial dalam pembelajaran matematika di sekolah,
pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh matematika juga sebagai wahana interaksi antarsiswa
National Council of Teachers of Mathematics (2000) dan juga sebagai sarana komunikasi guru dan siswa.
yaitu: (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical Selain kemampuan komunikasi matematis, salah satu
communication); (2) belajar untuk bernalar kemampuan matematis yang penting untuk dikuasai
(mathematical reasoning); (3) belajar untuk siswa, yaitu penalaran matematis. Sumarmo (2014)
memecahkan masalah (mathematical problem menyatakan bahwa kemampuan penalaran dalam
solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide pembelajaran matematika perlu dikembangkan
(mathematical connections); dan (5) membentuk karena dapat membantu siswa meningkatkan
sikap positif terhadap matematika (positive attitudes kemampuan dalam matematika, yaitu dari hanya
toward mathematics). sekadar mengingat menuju kemampuan pemahaman.
Selain kemampuan komunikasi dan penalaran
Salah satu doing math yang sangat erat kaitannya
matematis, aspek afektif yang perlu diperhatikan
dengan karakteristik matematika adalah komunikasi
untuk menunjang keberhasilan belajar siswa adalah
matematis. Baroody (1993) menyatakan bahwa
resiliensi matematis. Para peneliti (dalam Sumarmo,
sedikitnya ada dua alasan penting mengapa
2015) mendefinisikan resiliansi matematik sebagai
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu
sikap bermutu dalam belajar matematika yang
dikembangkan di sekolah. Pertama, matematika tidak
meliputi: percaya diri akan keberhasilannya melalui
hanya sekadar alat bantu berpikir, alat untuk
usaha keras; menunjukkan tekun dalam menghadapi
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau
kesulitan; berkeinginan berdiskusi, merefleksi, dan
meneliti. 5. Bagaimana gambaran kinerja siswa SMA dalam
Beberapa penelitian mengenai kemampuan menyelesaikan soal-soal kemampuan komunikasi
komunikasi, kemampuan penalaran serta resiliensi dan penalaran?
matematis, membuat penulis tertarik juga untuk 6. Bagaimana gambaran kinerja siswa SMA dalam
melihat apakah ada hubungan antara ketiganya pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
Beberapa penelitian mengenai kemampuan biasa?
komunikasi dan penalaran matematis pada salah satu 3. Definisi Operasional
topik mata pelajaran matematika belum juga Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda, maka
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari hasil beberapa istilah perlu didefinisikan secara
penelitian yang dilakukan Mikrayanti (2012) dan operasional. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai
Ibrahim (2011) diperoleh kesimpulan bahwa berikut:
kemampuan komunikasi dan penalaran matematis 1. Kemampuan Komunikasi Matematis adalah
siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan proses dalam mencari, memilah-milah,
model pembelajaran konvensional masih rendah. merumuskan, menerapkan, mengatur,
Berdasarkan beberapa temuan di atas, terlihat belum menghubungkan, dan menjadikan campuran
optimal maka di perlukan solusi. Salah satunya yaitu antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang
pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran sudah mempunyai arti itu dapat dipahami.
berbasis masalah merupakan suatu pendekatan yang Dengan indikator sebagai berikut :
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana a. menghubungkan gambar dan diagram
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari kedalam ide matematika;
solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang b. menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis,
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik dan tulisan dengan gambar, grafik dan aljabar;
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang c. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, atau simbol matematika
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau d. membaca dengan pemahaman suatu presentasi
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus matematika;
dipecahkan. e. menyusun konjektur, menyusun argumen,
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik meneliti merumuskan definisi dan generalisasi;
tentang “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi 2. Kemampuan Penalaran matematis adalah
dan Penalaran serta Resiliensi Matematis Siswa SMA kemampuan untuk berpikir atau pemahaman
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah mengenai permasalahan-permasalahan matematis
2. Rumusan Masalah secara logis untuk memperoleh penyelesaian,
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan memilah apa yang penting dan tidak penting dalam
dalam penelitian ini di identifikasi dan dirumuskan menyelesaikan sebuah permasalahan tersebut, dan
sebagai berikut : menjelaskan atau memberikan alasan atas
1. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan penyelesaian dari suatu permasalahan.
komunikasi matematis siswa SMA yang Dengan indikator sebagai berikut
menggunakan pembelajaran berbasis masalah a. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
lebih baik daripada yang menggunakan melalui tulisan, gambar, sketsa atau diagram
pembelajaran biasa? b. Kemampuan mengajukan dugaan
2. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan c. Kemampuan memberikan alasan terhadap
penalaran matematis siswa SMA yang beberapa solusi
menggunakan pembelajaran berbasis masalah d. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen
lebih baik daripada yang menggunakan e. Kemampuan menarik kesimpulan atau melakukan
pembelajaran biasa? generalisasi.
3. Apakah resiliensi matematis Siswa SMA yang 3. Resiliensi Matematis Siswa
menggunakan pembelajaran berbasis masalah resiliansi matematik memiliki empat kriteria yaitu:
lebih baik daripada yang menggunakan a. percaya diri akan keberhasilannya melalui usaha
pembelajaran biasa? keras dan menunjukan tekun dalam menghadapi
4. Apakah terdapat asosiasi antara : kesulitan;
a. Kemampuan komunikasi dan penalaran b. berkeinginan berdiskusi;
matematis siswa SMA? c. mampu merefleksi kemampuannya
b. Kemampuan komunikasi matematis dan d. mampu meneliti kemampuannya
resiliensi matematis siswa SMA? 4. Pembelajaran Berbasis Masalah
c. Kemampuan penalaran matematis dan Adapun langkah-langkah Pembelajaran berbasis
resiliensi matematis siswa SMA? masalah adalah sebagai berikut :
a. Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada diagram kedalam ide matematika;
Masalah (b) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis,
b. Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk secara lisan dan tulisan dengan benda nyata,
Belajar gambar, grafik dan aljabar;
c. Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri (c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
dan Kelompok atau symbol matematika
d. Fase 4: Mengembangkan dan (d) membaca dengan pemahaman suatu presentasi
Menyajikan Artefak (Hasil Karya) matematika;
dan Mempamerkannya (e) menyusun konjektur, menyusun argument,
e. Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses merumuskan definisi dan
Pemecahan Masalah. generalisasi;
4. Hipotesis Penelitian (f) mengungkapkan kembali suatu uraian atau
1. Pencapaian kemampuan komunikasi matematis paragraph matematika dalam bahasa sendiri.
yang menggunakan pembelajaran berbasis b. Kemampuan Penalaran Matematis
masalah lebih baik daripada yang Penalaran matematis adalah kemampuan untuk
menggunakan pembelajaran biasa. berpikir atau pemahaman mengenai permasalahan-
2. Peningkatan kemampuan komunikasi permasalahan matematis secara logis untuk
matematis yang menggunakan pembelajaran memperoleh penyelesaian, memilah apa yang penting
berbasis masalah lebih baik daripada yang dan tidak penting dalam menyelesaikan sebuah
menggunakan pembelajaran biasa. permasalahan tersebut, dan menjelaskan atau
3. Pencapaian kemampuan penalaran matematis memberikan alasan atas penyelesaian dari suatu
yang menggunakan pembelajaran berbasis permasalahan. indikator (aspek) kemampuan
masalah lebih baik daripada yang penalaran matematis berdasarkan Romadhina (2007),
menggunakan pembelajaran biasa. adalah sebagai berikut :
4. Peningkatan kemampuan penalaran matematis 1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika
yang menggunakan pembelajaran berbasis melalui lisan, tulisan, gambar, sketsa atau diagram
masalah lebih baik daripada yang 2. Kemampuan mengajukan dugaan
menggunakan pembelajaran biasa. 3. Kemampuan melakukan manipulasi matematika
5. Resiliensi matematis siswa SMA yang 4. Kemampuan memberikan alasan terhadap
menggunakan pembelajaran berbasis masalah beberapa solusi
lebih baik daripada yang menggunakan 5. Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen
pembelajaran biasa. 6. Kemampuan menarik kesimpulan atau melakukan
6. Terdapat asosiasi antara: generalisasi
a. kemampuan komunikasi dan penalaran c. Resiliensi Matematis
matematis; Dalam resiliensi matematika terdapat beberapa
b. kemampuan komunikasi dan resiliensi sikap positif yang dapat membangun sikap positif
matematis siswa SMA mereka dalam matematika sehingga siswa dapat
c. kemampuan penalaran matematis dan mengatasi beberapa kesulitan. Sumarmo (2014)
resiliensi matematis siswa SMA. menyatakan bahwa “Sikap positif tersebut antara
lain termuat dalam rasa percaya diri (self
KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN confident), kemampuan diri (self efficacy), konsep
1. Kajian Teori diri (self concept), tekun dan tangguh menghadapi
a. Kemampuan Komunikasi Matematika tantangan atau kesulitan dalam belajar
Komunikasi adalah proses interaksi untuk matematika.
berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang d. Pembelajaran Berbasis Masalah
pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model
dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
dalam otak seseorang untuk mencari data atau mendapat pengetahuan penting, yang membuat
menyampaikan informasi yang kemudian dikemas mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan memiliki model belajar sendiri serta memiliki
secara langsung maupun tidak langsung kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
menggunakan bahasa yang berbentuk kode-kode pembelajarannya menggunakan pendekatan yang
visual, kode-kode suara, atau kode-kode tulisan sistemik untuk memecahkan masalah atau
indikator yang dikemukakan Sumarmo (2014) menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
adalah sebagai berikut : dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
(a) menghubungkan benda nyata, gambar dan dengan pengertian Menurut Wardani (2002)
bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah atau dilakukan tes akhir untuk mengetahui
Problem Based Learning (PBL) dapat diartikan kemampuan komunikasi dan penalaran
“sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang matematik siswa setelah diberi perlakuan.
menekankan kepada proses penyelesaian masalah Adapun disain penelitan yang digunakan dalam
yang dihadapi secara ilmiah”. Sedangkan menurut penelitian ini adalah disain kelompok kontrol
Dasari (2003) “Problem Based Learning (PBL) pretes-postes (Ruseffendi, 2006)
merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata”. O X O
Ibrahim dan Nur (Ratnaningsih, 2003) O O
mengemukakan lima strategi dalam menggunakan Keterangan :
model pembelajaran berbasis masalah (PBL) O : Pretes = Postes komunikasi dan penalaran
yaitu: matematis siswa
1) Permasalahan sebagai kajian. X : menggunakan pembelajaran berbasis
2) Permasalahan sebagai penjajakan masalah
pemahaman : Pengambilan sampel tidak acak kelas
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak b. Populasi dan Sampel
terpisahkan dari proses Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten
autentik Bandung Barat. Adapun subjek sampelnya adalah
e. Penelitian yang Relevan seluruh siswa kelas XI. Pemilihan kelas-kelas ini
Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa tidak dilakukan secara acak, melainkan dipilih
hasil penelitian sebelumnya. Penelitian kelas-kelas yang memiliki jadwal tidak beririsan
Mikrayanti (2012) yang berjudul “Meningkatkan karena peneliti bertindak sebagai pengajar.
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Pengambilan sampel pada siswa kelas XI ini
Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas :Studi dengan mempertimbangkan pengalaman belajar
Kuasi Eksperimen Pada Siswa SMA di Kabupaten mereka yang relatif masih sedikit, sehingga
Bima” menunjukkan bahwa kemampuan diharapkan dapat dibentuk kebiasaan belajar yang
pemecahan masalah matematik siswa yang baik. Selain itu, SMA tersebut untuk prestasi
pembelajarannya menggunakan pendekatan pelajaran matematika di atas rata-rata sehingga
Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik memungkinkan dilaksanakannya model
dibandingkan dengan pembelajaran biasa. pembelajaran baru
Penelitian Disertasi Ibrahim (2011) yang berjudul c. Analisis Data Penelitian
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Setelah melakukan penelitian, peneliti
Penalaran, dan Pemecahan Masalah Matematis memperoleh data pretes dan nilai postest dari hasil
Serta Kecerdasan Emosional Melalui test setelah diberikan perlakuan pembelajaran
Pembelajaran Berbasis-Masalah Pada Siswa pada masing-masing kelas. Data nilai tersebut
Sekolah Menengah Atas” menunjukkan bahwa yang akan dijadikan tolak ukur untuk menjawab
peningkatan rata-rata kemampuan matematika hipotesis pada penelitian ini. Data yang dihasilkan
siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan
masalah lebih tinggi daripada rata-rata hasil pengolahan datanya dilakukan dengan
belajar matematika siswa yang menggunakan menggunakan bantuan Software SPSS (Statistical
pembelajaran biasa. Product and Service Solution) versi 17.0 for
2. Metode dan Desain Penelitian Windows.
a. Desain Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen 1. Analisis Hasil dan Pembahasan Data Awal
yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah. (Pretest) Kemampuan Komunikasi dan
Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa Penalaran Matematis
yang diteliti tentang kemampuan komunikasi dan Berdasarkan hasil output software SPSS17 nilai
penalaran matematis. Kelompok pertama dari sig (2 tailed) adalah 0.351 artinya lebih dari
menggunakan pembelajaran berbasis masalah 0.05, maka interpretasinya adalah Ho diterima.
(kelompok eksperimen) dan kelompok kedua Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
menggunakan pembelajaran biasa (kelompok terdapat perbedaan antara kemampuan
kontrol). Sebelum diberikan perlakuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen
pembelajaran, diadakan tes awal kemampuan dengan kelas kontrol.
komunikasi dan penalaran matematik kemudian
Berdasarkan hasil output software SPSS 17 bahwa Dari kedua hasil output diatas, dapat disimpulkan
signifikansi (2-tailed) adalah 0.732 yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
lebih dari 0,05 maka Ho diterima. Dengan kedua kelas, yaitu peningkatan kemampuan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat komunikasi dan penalaran melalui pembelajaran
perbedaan antara kemampuan penalaran berbasis masalah lebih baik daripada pembelajaran
matematis kelas eksperimen dengan kelas kontrol. biasa.
Dari kedua hasil output diatas, dapat disimpulkan 4. Asosiasi Kontingensi Kemampuan Komunikasi
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan Kemampuan Penalaran.
pada kedua kelas. Berdasarkan output SPSS 17 berdasrkan kriteria
2. Analisis Hasil dan Pembahasan Data Akhir tertentu dan diuji dengan Chi kuadrat didapat
(Postest) Kemampuan Komunikasi dan nilai dari Asym Sig (2-tailed) sebesar 0.000
Penalaran Matematis artinya Ho ditolak . sehingga dapat disimpulkan
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa sig 0.000 bahwa terdapat asosiasi antara kemampuan
hal ini menunjukan bahwa Sig < 0.05 sehingga Ho komunikasi dan penalaran dan berdasarkan nilai
ditolak. Dari hasil pengolahan data postes diatas C, asosiasi tergolong tinggi
dapat dilihat bahwa kemampuan komunikasi 5. Asosiasi Kontingensi Kemampuan Komunikasi
siswa kelas eksperimen yang menggunakan dan Resiliensi Matematis
pembelajaran berbasis masalah lebih baik Berdasarkan output SPSS 17 berdasrkan kriteria
daripada kemampuan komunikasi matematis tertentu dan diuji dengan Chi kuadrat didapat
siswa kelas kontrol yang menggunakan nilai dari Asym Sig (2-tailed) sebesar 0.788
pembelajaran biasa. artinya Ho diterima . sehingga dapat disimpulkan
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa sig 0.000 bahwa tidak terdapat asosiasi antara kemampuan
hal ini menunjukan bahwa Sig < 0.05 sehingga Ho komunikasi dan resiliensi matematis
ditolak. Dari hasil pengolahan data postes diatas 6. Asosiasi Kontingensi Kemampuan Komunikasi
dapat dilihat bahwa kemampuan penalaran siswa dan Kemampuan Penalaran
kelas eksperimen yang menggunakan Berdasarkan output SPSS 17 berdasrkan kriteria
pembelajaran berbasis masalah lebih baik tertentu dan diuji dengan Chi kuadrat didapat
daripada kemampuan penalaran matematis siswa nilai dari Asym Sig (2-tailed) sebesar 0.906
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran artinya Ho diterima . sehingga dapat disimpulkan
biasa. bahwa tidak terdapat asosiasi antara kemampuan
Dari kedua hasil output diatas, dapat disimpulkan komunikasi dan resiliensi matematis
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada 7. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran
kedua kelas, yaitu kemampuan komunikasi dan Berbasis Masalah.
penalaran melalui pembelajaran berbasis masalah Gambaran kegiatan siswa selama
lebih baik daripada pembelajaran biasa pembelajaran berbasis masalah siswa
3. Analisis Hasil dan Pembahasan Uji Gain menunjukan lebih aktif dibandingkan dengan
Kemampuan Komunikasi dan Penalaran
kelas pembelajaran biasa. Diantaranya siswa
Matematis
Berdasarkan hasil output software SPSS17 nilai lebih aktif bertanya, berdiskusi dengan
dari sig adalah 0.000 artinya kurang dari 0.05, anggota kelompoknya, siswa aktif dalam
maka interpretasinya adalah Ho ditolak. Dengan mengungkapkan pendapat ketika temannya
demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan sedang mempresentasikan hasil kegiatan,
kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen siswa termotivasi dalam menemukan konsep
yang menggunakan pembelajaran berbasis matematika, siswa mengetahui bagaimana
masalah lebih baik daripada kemampuan proses memperoleh rumus dan siswa lebih
komunikasi matematis siswa kelas kontrol yang terambil dalam menyelesaikan soal-soal
menggunakan pembelajaran biasa. matematika.
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa sig 0.000
8. Analisis Kesulitan Siswa Ketika
hal ini menunjukan bahwa Sig < 0.05 sehingga Ho
ditolak. Dari hasil pengolahan data postes diatas
Menyelesaikan Soal Matematika
dapat dilihat bahwa Peningkatan kemampuan Kesulitan siswa menyelesaikan soal-soal
penalaran siswa kelas eksperimen yang komunikasi dan penalaran matematis
menggunakan pembelajaran berbasis masalah diperoleh dari presentasi rata-rata tiap butir
lebih baik daripada kemampuan penalaran soal dibagi dengan skor ideal tiap butir soal.
matematis siswa kelas kontrol yang menggunakan Siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran biasa. menyelesaikan soal-soal matematika apabila
presentase rata-rata dibagi skor ideal tiap butir Dasari, D. (2003). Pengembangan Pembelajaran
soal dibawah 60%. Berdasarkan tabel 4.3x Matematika Berdasarkan Kurikulum
siswa mengalami kesulitan mengerjakan Berbasis Kompetensi: Bandung : JICA
penalaran dalam soal nomor 4 pada kelas IMSTEP FMIPA
pembelajaran berbasis masalah yakni
Ibrahim,-. (2011). Peningkatan Kemampuan
menyelesaikan soal mencari mean . namun Komunikasi, Penalaran, dan Pemecahan
pada kelas pembelajaran biasa siswa Masalah Matematis serta Kecerdasan
mengalami kesulitan mengerjakan soal nomor Emosional melalui Pembelajaran Berbasis-
3 dan nomor 4 yakni menyelesaikan soal Masalah Pada Siswa Sekolah Menengah
peluang. Selanjutnya siswa kelas Atas. Disertasi Pada SPs UPI Bandung :
pembelajaran berbasis masalah tidak Tidak diterbitkan.
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
komunikasi matematis, namun siswa kelas Mikrayanti,-. (2012). Meningkatkan kemampuan
pembelajaran biasa mengalami kesulitan penalaran dan komunikasi matematis siswa
mengerjakan soal komunikasi matematis pada sekolah menengah atas melalui
pembelajaran berbasis masalah :studi
nomor 3 yakni dalam mengekspresikan ,
kuasi eksperimen pada siswa sma di
mendemonstrasikan dan melakukan ide-ide kabupaten bima. S2 thesis, Universitas
matematika dalam bentuk model matematika Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan
dan menyelesaikannya.
National Council of Teacher of Mathematics. (2000).
KESIMPULAN Principles and Standards for School
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Mathematics. Reston, VA: NCTM.
seluruh tahapan penelitian yang dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan Ratnaningsih, N (2003). Mengembangkan
pembelajaran matematika menggunakan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : Sekolah Menengah Umum (SMU) Melalui
1. Pencapaian dan peningkatan kemampuan Pembelajaran Berbasis Masalah .Tesis UPI
komunikasi matematis siswa yang memperoleh Bandung : Tidak diterbitkan
pembelajaran berbasis masalah lebih baik
daripada yang pembelajarannya menggunakan Romadhina, D. (2007). Pengaruh Kemampuan
pembelajaran biasa. Penalaran dan Kemampuan Komunikasi
2. Pencapaian dan peningkatan kemampuan Matematik terhadap Kemampuan
penalaran matematis siswa yang memperoleh Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok
pembelajaran berbasis masalah lebih baik Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
daripada yang pembelajarannya menggunakan Siswa Kelas IX SMP Negeri 29 Semarng
pembelajaran biasa. Melalui Model Pembelajaran Pemecahan
3. Resiliensi matematis siswa yang memperoleh Masalah [online]. Tersedia di
pembelajaran berbasis masalah lebih baik http://digilib.unnes.ac.id [02 Juli 2016]
daripada yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran biasa. Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada
4. Terdapat asosiasi yang tinggi antara kemampuan Membantu Guru Mengembangkan
komunikasi dan penalaran matematis siswa SMA. Kompetensi dalam Pengajaran Matematika
5. Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan untuk meningkatkan CBS. Bandung : Tarsito
komunikasi dan resiliensi matematis siswa SMA.
6. Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan Sumarmo. U. (2014). Berpikir dan Disposisi
penalaran dan resiliensi matematis siswa SMA. Matematik serta Pembelajarannya.
Bandung:Fakultas Pendidikan MIPA UPI.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarmo. U. (2015). Resiliansi Matematik
Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, (Mathematical Resilience). Jurnal STKIP
and Communicating, K-8 Helping Children Siliwangi Bandung.
Think Mathematically. New York: Macmillan
Publishing Company. Wardani, S (2002). Pembelajaran Pemecahan
Masalah Matematika Melalui Model
Kooperatif tipe Jigsaw.Tesis pada PPs UPI
Bandung : Tidak diterbitkan.

Surapranata, S. (2004).Analisis, Validitas,


Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes-
Implementasi Kurikulum 2004. Jakarta: Rosda

Suyitno, Amin. (2004). Dasar-Dasar dan Proses


Pembelajaran Matematika I. Semarang:
Jurusan Matematika FMIPA Unnes.

Wardhani, Sri. (2005). Pembelajaran dan Penilaian


Aspek Pemahaman Konsep, Penalaran dan
Komunikasi, Pemecahan Masalah.
Yogyakarta: Materi Pembinaan Matematika
SMP di Daerah Tahun 2005 (PPPG
Matematika).

Anda mungkin juga menyukai