BAB I
PENDAHULUAN
perubahan sikap siswa terhadap matematika serta kemampuan dan kemauan guru
dalam mengubah paradigma pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika harus
dipahami dengan baik oleh guru sebagai agar proses pembelajaran sesuai dengan
apa yang diharapkan. Menurut Syaban “tujuan yang ingin dicapai pada
pembelajaran matematika yaitu (1) kemampuan pemecahan masalah (problem
solving); (2) kemampuan berargumentasi (reasonning); (3) Kemampuan
berkomunikasi (communication); (4) Kemampuan membuat koneksi (connection)
dan (5) Kemampuan representasi (representation)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai
berikut:
Apakah yang dimaksud dengan ide-ide matematika dalam komunikasi
matematika dan sikap matematika?
Bagaimana sikap dalam menyelesaikan masalah matematika?
Apakah yang dimaksud dengan kompetensi dasar?
Apakah yang dimaksud dengan indikator?
C. Tujuan
Untuk mengetahui ide-ide matematika dalam komunikasi matematika dan
sikap matematika.
Untuk mengetahui sikap dalam menyelesaikan masalah matematika.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompetensi dasar
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan indikator
3
D. Manfaat
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami
komunikasi matematika dan sikap matematika meliputi pengertian ide-ide
matematika, sikap dalam menyelesaikan masalah matematika, kompetensi dasar
dan indikator.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Juter dalam Jurnal Elfiadi (20l6: 159) “students with positive
attitudes perform better in solving problems” sikap positif siswa terhadap
matematika mempengaruhi kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
matematika dengan sukses”. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemampuan
memecahkan masalah matematika adalah berkaitan dengan kemampuan mengatur
diri.
Kemampuan mengatur diri disebut juga dengan istilah regulasi diri (self
regulation) mempunyai dampak pada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Zimmerman dalam Jurnal Elfiadi (2016: 159) mengatakan
bahwa “self-regulated learning as constitutive of success in learning, problem
solving, transfer, and academic success in general” regulasi diri dalam belajar
sebagai dasar kesuksesan belajar, pemecahan masalah dan kesuksesan akademis
secara umum. Selain itu, regulasi diri juga merupakan salah satu faktor penting
dalam membentuk sikap siswa pada matematika. Hal ini sebagaimana pendapat
Boekaerts bahwa “students with good self regulation achieve higher in school,
have a more positive attitude towards learning, show a higher trust in their
abilities, and have more efficient learning and motivational strategies” siswa
dengan regulasi diri yang baik mencapai lebih tinggi di sekolah, memiliki sikap
yang lebih positif terhadap pembelajaran, menunjukkan kepercayaan yang lebih
tinggi dalam kemampuan mereka, dan belajar lebih efisien dengan banyak strategi
dan motivasi.
Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis kemampuan pengolahan
kognitif yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Menurut Robbins
dalam Jurnal Elfiadi (2016: 159) “ability refers to an individual’s capacity to
perform the various tasks in job, intellectual abilities are those needed to perform
mental activities” kemampuan mengacu pada kapasitas individu untuk melakukan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, kemampuan juga sebagai suatu daya untuk
melakukan aktivitas mental yang berupa pembawaan dan hasil latihan. Berkaitan
dengan kemampuan pemecahan masalah, Santrock dalam Jurnal Elfiadi (2016:
7
159) mengatakan bahwa “pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat
untuk mencapai suatu tujuan”.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah
matematika merupakan suatu kemampuan individu untuk menemukan solusi atau
pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi matematika yang dilakukan
melalui suatu proses dan tahapan tertentu.
a. Regulasi Diri
Regulasi diri (self regulation) diartikan sebagai proses dimana
seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Shonkoff dan
Phillips dalam Jurnal Elfiadi (2016: 160) mengatakan “self-regulation as a
child’s ability to gain control of bodily functions, manage powerful emotions,
and maintain focus and attention” regulasi diri sebagai kemampuan seorang
anak untuk mendapatkan kontrol fungsi tubuh, mengelola emosi kuat, dan
mempertahankan fokus dan perhatian. Menurut Esther dan Henk (dalam
Baumiester dalam Jurnal Elfiadi (2016: 160) “the term self regulation often
refers to the exertion of control the self by the self whice involves altering the
way in individual feels, thinks, or behaves in order to persue short or long term
interest”. Istilah regulasi diri sering kali mengacu pada penggunaan suatu
kontrol diri oleh diri sendiri yang mengakibatkan perubahan pada seseorang
dengan melibatkan perasaan, berpikir atau perilaku dalam diri yang
diperintahkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya
Menurut Santrock dalam Jurnal Elfiadi (2016: 161), “self regulatory learning
the self generation and self monitoring of thoughts, feelings, and behaviors in
order to reach a goal” regulasi diri dalam belajar merupakan pembangkitan
diri dan pemantauan diri dari pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai
tujuan.
Regulasi diri bagi seorang anak merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan berbagai kegiatan. Pengendalian diri sejak dini sangat
dibutuhkan oleh anak agar memiliki kemampuan dalam mengatur dirinya
8
C. Kompetensi Dasar
Menurut McAshan dalam Wina Sanjaya (2017: 134), kompetensi itu
adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang
dimiliki oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai
perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik. Dari pendapat ini, maka jelas suatu
kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan apresiasi. Artinya, tanpa
pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon dalam Wina Sanjaya (2017:
134) menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi yaitu
sebagai berikut :
1. Pengetahuan (Knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan
sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk
memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai
tentang langkah-langkah berfikir ilmiah.
2. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan
masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep ekonomi.
3. Keterampilan (Skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat
melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki
keterampilan bagaimana cara menggunaka mikroskop sebagai alat.
4. Nilai (Value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam
segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa dalam melaksanakan
proses berfikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang , dan
lain sebagainya.
5. Sikap ( Attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terrhadap
12
Dari uraian diatas, maka kompetensi bukan hanya ada dalam tataran
pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola
perilaku. Artinya seseorang dikatakan memiliki kompetensi tertentu, apabila ia
bukan hanya sekedar tahu tentang sesuatu itu, akan tetapi bagaimana implikasi dan
implementasi pengetahuan itu dalam pola perilaku atau tindakan yang ia lakukan.
Dengan demikian, maka kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak.
Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional maupun
yang tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang berada pada
kelompok pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak bisa digunakan untuk
rumusan kompetensi dasar. Sehingga langkah-langkah untuk menyusun
kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
D. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetisi dasar yang di tandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan,dan keterampilan (Rusman : 497). Indikator pendidikan adalah
ukuran kuantitatif dan kualitatif pendidikan sebagai alat yang di gunakan dalam
mengevaluasi implementasi sistem pendidikan. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik,mata pelajaran,satuan pendidikan,potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi.
Menurut Amos dan Grace (2017: 203) Sebelum melakukan penyusunan
indikator, maka harus diperhatikan terlebih dahulu komponen-komponen sebagai
berikut :
14
a. Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan kompetensi
minimal yang harus dicapai peserta didik, cara belajar kelompok, dan cara
belajar individual.
b. Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis sesuai dengan
buku pedoman guru, pokok bahasan dikemukakan dengan jelas, ditanyangkan
melalui infokus atau ditulis dipapan tulis. Memberi kesempatan peserta didik
untuk bertanya sampai materi standar tersebut benar-benar dipahami.
c. Peserta didik mengkaji buku teks, untuk menganalisis materi standar atau
sumber belajar yang akan dipelajari. Untuk mengembangkan materi standar
yang telah diuraikan dalam buku teks atau buku pedoman peserta didik, dapat
mendayagunakan perpustakaan sebagai sumber belajar, dapat juga
memfotokopi dari sumber lain seperti majalah dan surat kabar.
d. Memberikan lembaran kegiatan untuk peserta didik. Lembaran kegiatan berisi
tugas tentang materi standar yang telah dijelaskan oleh guru dan telah dipelajari
oleh peserta didik.
e. Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan
lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan, arahan bagi mereka yang
memerlukan.
f. Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan menukar pekerjaan dengan
teman lain, lalu guru menjelaskan setiap jawabannya.
g. Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik, jika ada yang
kurang jelas guru memberikan kesempatan bertanya, tugas atau kegiatan mana
yang perlu penjelasan lebih lanjut.
h. Sesuai dengan pendekatan dan model pembelajaran yang direkomendasikan dan
dilatih dalam pendidikan dan pelatihan kurikulum 2013, yang dimotori oleh
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), guru dalam setiap pembelajaran
harus mengupayakan keterlibatan dan aktivitas peserta didik secara optimal
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai
perspektif; cara berfikir siswa dapat dipertajam; pertumbuhan pemahaman dapat
diukur; pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir; pengetahuan
matematika dan pengembangan masalah siswa dapat ditingkatkan; dan
komunikasi matematika dapat dibentuk.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah
matematika merupakan suatu kemampuan individu untuk menemukan solusi atau
pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi matematika yang dilakukan
melalui suatu proses dan tahapan tertentu. Beberapa strategi yang digunakan
adalah membuat diagram, membuat table, menemukan pola, memecah tujuan,
memperhitungkan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang,
mengabaikan hal yang tidak mungkin dan mencoba-coba.
Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal
yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai
standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi
dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
Indikator pendidikan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif pendidikan
sebagai alat yang di gunakan dalam mengevaluasi implementasi sistem
pendidikan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik,mata pelajaran,satuan pendidikan,potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi.
19
B. Saran
Untuk mencapai suatu pendidikan yang baik, maka kita sebagai calon
pendidik harus bisa memahami komunikasi matematika dan sikap matematika agar
nantinya kita tidak mendapatkan kesulitan saat melakukan pembelajaran kepada
peserta didik.