Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan yang dilakukan di setiap

sekolah sebagai lembaga pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok sehingga menjadi komponen penting yang tidak bisa

dilupakan dan ditinggalkan dalam proses pendidikan. Hal ini

menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran

tidak lepas dari pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan

pembelajaran sendiri juga dapat diartikan ke dalam berbagai macam

pendapat yang berupa kalimat-kalimat penjelas.

Menurut Yamin (2013:16) “Pembelajaran adalah bagaimana

membuat pebelajar mengalami proses belajar”. Dalam pegertian tersebut

secara tidak lagsung menunjukan bahwa dalam pembelajaran terdapat

suatu kegiatan memilih, menggunakan dan mengembangkan metode untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum

pembelajaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, dalam belajar siswa


tidak hanya berinteraksi dengan guru yang merupakan salah satu sumber

belajar yang dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,

tetapi siswa juga dapat berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar

yang dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Sedangkan menurut Trianto (2009:17) “Pembelajaran merupakan

interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya”. Hal ini

menunjukkan bahwa sebelum adanya interaksi yang dilakukan oleh guru

dan siswa, tujuan pembelajaran harus ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga

pada saat pembelajaran berlangsung akan langsung terarah pada tujuan

yang akan dicapai. Namun dalam hal ini guru dan siswa harus dapat saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang

dilakukan oleh guru sebagai upaya agar siswa dapat belajar dan

memberikan tanggapan yang baik terhadap apa pun yang disampaikan

oleh guru. Namun dalam hal ini jika siswa tidak dapat berkomunikasi baik

dengan guru maka langkah dalam pencapaian tujuan pembelajaran akan

terhambat. Dan dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi yang dilakukan oleh

guru dan siswa sebagai upaya dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilakukan, dimana pada

pembelajaran tersebut hanya menitik beratkan pada bagaimana caranya

agar siswa dapat belajar.

b. Hakikat Matematika

Sampai saat ini muncul banyak pendapat tentang arti matematika.

Dimana setiap ahli matematika mempunyai definisi yang berbeda-beda

tentang matematika. Menurut Hamzah dan Masri (2009:109) “Matematika

adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,

berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang

unsur-unsurnya logika dan antuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan

individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika,

aljabar, geometri, dan analisis”. Dengan konsep tersebut dapat

memunculkan istilah-istilah baru yang mungkin tidak perna kita dengar,

ini menunjukkan bahwa matematika memiliki arti yang luas yang dapat

dikaitkan dengan ciri khasnya yang sudah lama kita tahu bahwa

matematika merupakan ilmu hitung yang kepastiannya tidak diragukan

dan sering kali kita gunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Purwanto (2008:27) “Hakikat matematika itu

berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak, aturan-aturan,

pengetahuan tentang bilangan, struktur dan hubungannya diatur menurut


aturan yang logis dan tersusun secara hirarkis dan terorganisir secara

sistematik”. Sesuai dengan karakteristiknya, matematika merupakan

bidang ilmu yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan bidang ilmu

yang lain. Misalnya saja mata pelajaran bahasa Indonesia, ilmu

pengetahuan alam (IPA) juga memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda.

Sehubungan dengan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa hakikat

matematika adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang memiliki ide,

konsep, dan aturan-aturan yang tepat dan tetap yang dihubungkan dengan

aturan-aturan yang logis, tersusun secara hirarkis dan terorganisir secara

sistematik.

c. Pembelajaran Matematika

Dalam praktek kehidupan nyata sering kali didengar kata

pembelajaran matematika, dimana kata tersebut terdiri dari kata

pembelajaran dan matematika. Dan sesuai dengan apa yang telah

dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa sebagai

upaya dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang telah

ditetapkan sebelum pembelajaran dilakukan, dimana pada pembelajaran

matematika tersebut hanya menitik beratkan pada bagaimana caranya agar

siswa dapat belajar matematika yang telah kita ketahui bahwa matematika

memiliki ide, konsep, dan aturan-aturan yang tepat dan tetap yang dapat
dihubungkan dengan aturan-aturan yang logis, tersusun secara hirarkis dan

terorganisir secara sistematik.

2. Pemahaman Siswa

Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian tujuan

pembelajaran yaitu agar siswa dapat belajar dan memahami sesuatu

berdasarkan pengalaman belajarnya. Menurut Abdurrahman (2010:254)

“Konsep merupakan pemahaman dasar siswa”. Ini menunjukkan bahwa

sebelum siswa belajar lebih jauh tentang mata pelajaran tertentu, maka siswa

dituntut untuk memahami dengan benar apa yang akan dipelajari. Sebab

rendahnya kemampuan siswa dalam pemahaman akan berdampak buruk pada

pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Dalam dunia nyata yang terjadi

di lingkungan sekolah, banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar anak yang kesulitan dalam belajar memiliki anggapan

bahwa dalam menyelesaikan persoalan yang harus menggunakan pemahaman,

penguasaan konsep dan keterampilan dalam berhitung merupakan suatu hal

yang sulit.

Hal ini dijelaskan pula oleh Lerner (dalam Abdurrahman, 2010:262)

bahwa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh anak dalam

menyelesaikan tugas-tugas dalam mata pelajaran matematika adalah

kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2) nilai tempat, (3) perhitungan,
(4) penggunaan proses yang keliru, dan (5) tulisan yang tidak terbaca. Oleh

sebab itu untuk mengatasi kesulitan belajar matematika yang di alami oleh

siswa, pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dipastikan bahwa siswa

benar-benar paham dan menguasai konsep pembelajaran yang telah diberikan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa adalah

kemampuan dasar yang dimiliki siswa untuk melakukan belajar.

3. Pemahaman Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa matematika adalah mata

pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa, dan kebanyakan dialami oleh

siswa yang kesulitan dalam belajar. Hal ini disebabkan adanya pemikiran pada

diri siswa yang selalu beranggapan bahwa mereka tidak bisa dan tidak mampu

dalam menguasai mata pelajaran matematika. Meskipun demikian, semua

siswa harus tetap dituntut untuk mempelajarinya, karena matematika

merupakan mata pelajaran pokok dan merupakan sarana dalam memecahkan

persoalan yang sering kali dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

Seperti halnya belajar bahasa, dalam matematika juga terdapat suatu persoalan

yang memerlukan pemahaman untuk menyelesaikannya, misalnya soal cerita.

Pada soal cerita, siswa dituntut untuk menggunakan pemahamannya karena

tanpa pemahaman yang kuat siswa akan kesulitan dalam menentukan langkah

apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut.


Menurut Abdurrahman (2010:262) “kesulitan dalam bahasa dapat

berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Karena anak

yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam

memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis”. Ini

menunjukkan bahwa matematika bukan hanya mata pelajaran hitung namun

dalam matematika juga memerlukan kemampuan membaca yang sering kali di

gunakan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa, dimana kemampuan

membaca siswa akan berpengaruh pula pada pemahaman siswa dalam

memahami suatu persoalan yang berbentuk soal cerita.

Sedangkan menurut Winarni dan Harmini (2011:123) langkah-langkah

untuk menyelesaiakan soal cerita yang dapat digunakan sebagai pedoman

penyelesaian adalah sebagai berikut.

a. Temukan atau cari apa yang ditanyakan oleh soal cerita itu

Langkah pertama untuk menyelesaikan soal cerita yaitu pahami terlebih

dahulu soal tersebut, sehingga akan diketahui apa yang menjadi inti dari

persoalan tersebut.

b. Cari informasi atau keterangan yang esensial

Setelah diketahui apa yang menjadi inti persoalan tersebut, maka pahami

dan tentukan apa saja yang telah diketahui dari soal tersebut sehingga akan

memudahkan langkah selanjutnya dalam mencari penyelesaian.

c. Pilih operasi atau pengerjaan yang sesuai


Tentukan operasi yang sesuai dengan apa yang telah diketahui, baik

menggunakan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun

pembagian.

d. Tulis kalimat matematikanya

Tulislah apa saja yang telah diketahui dengan menggunakan operasi yang

sesuai dan menggunakan permisalan variabel (a, b, c, …) jika diperlukan

untuk menuliskan ke dalam kalimat atau model matematikanya.

e. Selesaikan kalimat matematikanya

Selesaikan kalimat matematika yang telah terbentuk dengan menggunakan

salah satu metode penyelesaian yang sesuai, baik metode eliminasi,

substitusi, gabungan (Substitusi dan Eliminas), maupun metode grafik

yang akan membantu dalam memudahkan penyelesaian.

f. Nyatakan jawaban dari soal cerita itu dalam bahasa Indonesia sehingga

menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut.

Setelah di peroleh hasil penyelesaian dari soal cerita tersebut, langkah

selanjutnya yaitu menyatakan hasil jawaban yang telah di peroleh ke

dalam kalimat bahasa Indonesia yang di susaiakan dengan inti persoalan.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan yang telah di paparkan tersebut,

menunjukkan bahwa pemahaman dalam suatu bahasa merupakan kemampuan

dasar siswa untuk menyelesaikan suatu persoalan yang berbentuk soal cerita.

Namun untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal cerita khususnya pada

materi SPLDV dapat menggunakan langkah-langkah penyelesaian yang telah


di jelaskan oleh Winarni dan Harmini. Sehingga untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita,

khusunya pada materi SPLDV dapat di lihat dari proses penyelesaian yang

dilakukan oleh siswa.

4. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

a. Standar Kompetensi:

2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah

b. Kompetensi Dasar:

2.2 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan

dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya

c. Indikator Pembelajaran

1) Kognitif

Menyelesaikan model matematika berbentuk sistem persamaan linear

dua variabel (SPLDV)

2) Afektif

Mengembangkan sikap sosial yang meliputi: berani untuk

menyatakan pendapat, dan menghargai pendapat teman, kerja sama

Mengembangkan sikap berkarakter meliputi: rasa ingin tahu, mandiri,

kreatif, disiplin, tanggung jawab


d. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

1) Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Menurut Murzaini (2009:55) Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV) adalah kumpulan dari dua persamaan linear yang

melibatkan dua variabel yang sama. Bentuk umum dari sistem

persamaan linear dua variabel dapat ditulis sebagai berikut.

ax + by = c dan dx + ey = f

Dimana a, b, c, d, e, dan f bilangan real dan a, b, c, d, e, f ≠ 0.

Contoh:

x+y=5¿ }¿ ¿¿ x dan y merupakan variabel

2) Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Penyelesaian SPLDV dapat dilakukan dengan berbagai

metode, yaitu antar lain: Substitusi, eliminasi, gabungan (substitusi

dan eliminasi) dan grafik.

a) Metode Substitusi

Penyelesaian SPLDV dengan metode substitusi, yaitu

dengan cara memasukkan atau menggantikan salah satu variabel

dengan variabel dari persamaan yang kedua.


Contoh:

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x + y = 6

dan 3x + y = 10!

Jawab:

Diketahui : x + y = 6 ………….. Persamaan (1)

3x + y = 10 ………….. Persamaan (2)

Ditanya : Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x + y =

6 dan 3x + y = 10

Penyelesaian:

Dari Persamaan pertama x + y = 6 diubah menjadi y = 6 - x

Substitusi y = 6 – x ke persamaan dua 3x + y = 10

3x + y = 10 ⇔ 3x + (6 – x) = 10

⇔ 3x – x + 6 = 10

⇔ 2x + 6 = 10

⇔ 2x = 10 – 6

⇔ 2x =4

4
⇔x = 2

⇔ x =2
Substitusi nilai x = 2 ke persamaan pertama x + y = 6

x+y=6 ⇔ 2+y=6

⇔ y=6–2

⇔ y=4

Jadi, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x + y = 6 dan

3x + y = 10 adalah {(2, 4)}.

b) Metode Eliminasi

Penyelesaian SPLDV dengan metode substitusi, yaitu

dengan cara menghilangkan salah satu variabel untuk menentukan

pengganti-pengganti variabel yang lainnya.

Contoh:

Tentukan nilai x dan y yang memenuhi sistem persamaan x + y = 6

dan 3x + y = 10 dengan menggunakan metode eliminasi!

Jawab:

Diketahui :x+y=6 ………….. Persamaan (1)

3x + y = 10 ………….. Persamaan (2)

Ditanya : Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan x + y

= 6 dan 3x + y = 10
Penyelesaian:

Dari persamaan (1) dan (2) eliminasi (menghilangkan) variabel x

untuk memperoleh nilai y.

x+y=6 |¿3|

3x + y = 10 |¿1| , sehingga diperoleh

3x+3y=18¿ 2y=8¿
¿ ¿−¿
3x+y=10¿ 8
y= ¿
2
y=4

Eliminasi (menghilangkan) variabel y untuk memperoleh nilai x.

x+y=6¿
−2x=−4−
3x+y=10¿
−4
x = −2

x= 2

Jadi nilai x dan y memenuhi sistem persamaan x + y = 6 dan 3x + y

= 10 adalah {(2, 4)}


c) Metode Gabungan (Substitusi dan Eliminasi)

Contoh:

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 3x + y =

10 dan x + y = 6 dengan menggunakan metode gabungan!

Jawab:

Diketahui : 3x + y = 10 ………….. Persamaan (1)

x+y=6 ………….. Persamaan (2)

Ditanya : Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 3x + y

= 10 dan x + y = 10

Penyelesaian:

Gunakan metode eliminasi, dengan mengeliminasi variabel x:

3x + y = 10 |¿1|

x+y=6 |¿3| sehingga diperoleh

3x+y=10¿
−2y=−8−
3x+3y=18¿
−8
y = −2

y=4
Selanjutnya gunakan metode substitusi:

Substitusi nilai y = 4 kesalah satu persamaan

x+y=6 ⇔ x+4=6

⇔ x=6–4

⇔ x=2

Jadi himpunan penyelesaianya adalah {(2, 4)}

d) Metode Grafik

Pada dasarnya untuk menyelesaikansistem persamaan

linear dengan menggunakan metode grafik yaitu dengan cara

mencari pasangan koordinat titik potong grafik.

Contoh:

Dari sistem persamaan linear dua variabel: 3x + y = 9 dan

x + y = 6. Jika diselesaikan dengan metode grafik adalah sebagai

berikut:

Jawab:

Dengan menggunakan metode substitusi cari titik potong dari

persamaan 3x + y = 9, sehingga diperoleh:


Misalkan x = 0 ⇔ 3(0) + y = 9

⇔ y=9

y=0 ⇔ 3x + 0 = 9

9
⇔ x= 3


x=3

Jadi titik koordinat dari persamaan 3x + y = 9 adalah (0,9) dan

(3,0)

Dengan menggunakan metode substitusi cari titik potong dari

persamaan x + y = 6, sehingga diperoleh:

Misalkan x=0 ⇔ 0+y=6

⇔ y=6

y=0 ⇔ x+0=6

⇔ x=6

Jadi titik koordinat dari persamaan x + y = 6 adalah (0,6) dan (6,0)

Lukis grafik dengan menggunakan titik koordinat yang telah

diketahui dari setiap persamaan tersebut.


y

10
8 3x + y =
10
6
(2,4)
4

2 x+y=
6 x
2 4 6 8

Gambar 2.1

Grafik himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua

variabel

Dari gambar grafik tersebut terlihat bahwa perpotongan kedua

grafik teletak pada titik (2,4). Jadi himpunan penyelesaian dari

sistem persamaan linear dua variabel: 3x + y = 9 dan x + y = 6

adalah {(2,4)}.

3) Membuat Model Matematika dari Masalah Yang Berkaitan dengan

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


Dalam kehidupan sehari-hari sering kali di jumpai suatu

persoalan yang melibatkan sistem persamaan linear dua variabel dan

untuk menyelesaikannya, maka langkah yang harus di lakukan adalah

sebagai berikut.

a) Ubahlah terlebih dahulu pernyataan-pernyataan dalam soal

tersebut kedalam bentuk sistem persamaan linear.

b) Langkah selanjutnya yaitu menganalisis pernyataan-pernyataan

tersebut kedalam suatu bentuk kalimat matematika atau model

matematika dengan memisalkan setiap objek yang menjadi inti

dari persoalan tersebut.

4) Menyelesaikan Model Matematika dari Masalah yang Berkaitan

dengan Kehidupan Sehari-hari dan Penafsirannya

Untuk menyelesaikan model matematika dari masalah yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maka dapat diselesaikan

dengan menggunakan metode penyelesaian yang telah diajarkan.

Contoh:

Harga sebuah buku dan sebuah pensil Rp. 650,00. Harga dua buah

buku dan tiga buah pensil Rp. 1.450,00.

1) Nyatakan kalimat di atas dalam bentuk persamaan linear

2) Tentukan harga dari sebuah buku dan sebuah pensil

Jawab:
Misalkan: Harga Buku = x

Harga Pensil = y

1) Bentuk persamaan linear dengan menggunakan variabel x dan y.

Harga sebuah buku dan sebuah pensil Rp. 650,00

Bentuk persamaan linearnya adalah x + y = 650,00

Harga dua buah buku dan tiga buah pensil Rp. 1.450,00

Bentuk persamaan linearnya adalah 2x+ 3y = 1.450,00

2) Penyelesaian sistem persamaan di atas adalah:

Eliminasi variabel x

x + y = 650,00 |¿2|

2x+ 3y = 1.450,00 |¿1| sehingga diperoleh

2x+2y=1300¿
−y=−150−
2x+3y=1450¿
y = 150

Substitusi y = 150 pada persamaan x + y = 650

x + y = 650,00 ⇔ x + 150 = 650

⇔ x = 650 – 150
⇔ x = 500

Setelah diperoleh nilai x = 500 dan y = 150, maka kembalikan ke

permisalan semula, yaitu sebagai berikut.

Harga Buku = x = Rp. 500,00

Harga Pensil = y = Rp. 150,00

Jadi harga sebuah buku adalah Rp. 500,00 dan harga sebuah pensil

Rp. 150,00.

Anda mungkin juga menyukai