Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD DAN

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK


INDONESIA (PMRI)

Disusun
Oleh

Nama : Alin Ikmalia


NPM : 2102090117
Unit : IV/D
Mk : Pembelajaran Matematika SD
Dospem : Asrul Karim, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN-ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji syukur Alhamdullillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena atas Ridha, dan rahmat-Nya lah, Penulis dapat menyelesaikan Makalah
ini, yang berjudul “Pembelajaran Matematika SD dan Pendekatan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI)”.
Dalam Penulisan makalah ini, Penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti
bagi kami.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga
semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan
kearah yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir
kata, Penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pembelajaran Matematika SD.....................................................................2
B. Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)..................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting,
karena matematika sebagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan merupakan sarana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Matematika adalah salah satu bidang studi
yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Dengan belajar matematika
kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Alasan pentingnya
matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Di bawah
ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika yang praktis menurut
Russfendi (2006:2008), yaitu: 1) Dengan belajar matematika kita mampu
berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan yang lainnya 2)
Matematika merupakan prasyarat untuk beberapa mata pelajaran lainnya. 3)
Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis. 4)
Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang
berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
persoalan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran Matematika SD ?
2. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembelajaran Matematika SD.
2. Untuk mengetahui Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Matematika SD
1. Hakekat Pembelajaran
Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses namun para ahli
mendefinisikan belajar menurut visi mereka masing-masing, tetapi secara
garis besar mereka tetap mengacu pada pengertian umum bahwa belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku. Hilgard dan Bowe, dalam buku
Theories of Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di
mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang. Gagne dalam buku The Conditions of Learning menyatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.
Morgan dalam buku Introduction to Psychology menyatakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai hasil dan pengalaman (M. Ngalim Purwanto, 2000: 84)
Menurut William Burton mengajar adalah upaya dalam
memberikan perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan
kepada siswa agar terjadi proses belajar mengajar (A. Tabrani
Rusyan,1989: 26).
Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang optimal(Erman
Suherman, 1996 : 7). Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar. Dalam pembelajaran terdapat pengakuan siswa untuk
belajar dan kemampuan ini akan terwujud dengan bimbingan guru.

2
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
a. Faktor internal (faktor dalam siswa), yakni kondisi-kondisi jasmani
dan rohani siswa, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara
belajar (M. Dalyono, 1997: 55-58).
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa (M. Dalyono, 1997: 59-60).
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Jadi karena faktor-faktor tersebut di atas,
muncul siswa yang berprestasi tinggi dan siswa berprestasi rendah atau
gagal sama sekali. Seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor
internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor
eksternal), mungkin akan memilih pendekatan hasil belajar yang lebih
mementingkan kualitas pembelajaran. Seorang guru yang kompeten dan
profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang
menghambat proses belajar mereka.

3. Pengertian Matematika
Istilah matematika diambil dari bahasa Yunani yaitu “mathema”
yang berarti “relating to learning”, istilah ini memmpunyai akar kata
mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge science).
Berdasarkan etimologis menurut Tinggih (SPMK, Tim 2001) kata
matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.
Matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran).
begitu pula menurut Ruseffendi (1980:148) matematika terbentuk sebagai
hasil pemikiran yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Arti dan definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterpkan
secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama

3
makin sukar dibuat, karena cabang matematika makin lama makin
bertambah, dan makin bercampur satu sama lain. (Ruseffendi, 1991:42)
Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika yang
di pandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang
berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol;
matematika adalah bahasa numeric; matematika adalah bahasa yang
dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional;
matematika adalah metode berpikir logis; matematika adalah sarana
berpikir; matematika adalah sains formal yang murni; matematika
adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu
yang mempelajari pola, bentuk, dan struktur; matematika adalah ilmu yang
abstrak dan deduktif; matematika adalah aktivitas manusia. Jamas dan
James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri.
Sedangkan, Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya
mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika


Mata pelajaran matematika berfungsi sebagai alat, pola pikir, dan
ilmu pengetahuan yang dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika
di sekolah adapun fungsi tersebut sebagai berikut:
a. Matematika sebagai alat unttuk memahami atau menyampaikan suatu
informasi.

4
b. Matematika merupakan pola pikir dalam memahami suatu pengertian
maupun penalaran. Hubungan diantara pengretian dan penalarannya
dikembangkan melalui pola pikir indiktif maupun dedukif.
c. Matematika sebagai ilmu atau pengetahuan, yang selalu mencari
kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima bila
ditemukan kebenaran yang terbaru sepanjang kenbenaran tersebut
mengikuti pola pokir yang sah.
Sejalan dengan fungsi matematika di atas, maka tujuan umum
pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar adalah :
a. Menumbuhkan dan mengambangkan keteramilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di SLTP.
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Amin
Suyitno dkk, 2001: 12).
Siswa sekolah dasar setelah selesai mempelajari matematika bukan
saja diharapkan memiliki sikap kritis, cermat dan jujur, serta berfikir yang
logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga
harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta
memiliki pengetahuan matematika yang cukup sebagai bekal untuk
mempelajari matematika lebih lanjut dan mempelajari ilmu-ilmu lain.

B. Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


1. Pengertian
Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
matematika realistik merupakan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-
hal yang nyata dan pernah dialami siswa. Pendekatan pembelajaran
matematika ini menekankan keterampilan proses yaitu memberikan
kesempatan atau menciptakan peluang sehingga siswa aktif belajar

5
matematika. Selain itu, siswa tidak hanya mendapat pengetahuan dari
satu arah namun siswa aktif dan seakan menemukan sendiri konsep
yang dipelajari. Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian
kuantitatif dan kualitatif yang telah ditunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik
mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal
keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi.
Salah satu filosofi yang mendasari pendekatan matematika
realistik adalah bahwa matematika bukanlah suatu kumpulan aturan
atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa pelajari.
Menurut Freudhental (1991) bahwa matematika bukan merupakan suatu
subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan suatu pelajaran yang dinamis
yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya. Pendekatan
matematika realistik adalah teori pembelajaran sekaligus teori belajar
yang dikembangkan di Negeri Belanda sejak awal 70-an (Zukardi, 2001)
Menurut Traffer dan goffre (Zainuri, 2007:3) terdapat dua tipe
matematisasi dalam pendekatan realistik, yaitu:
a. Matematika Horizontal
Proses matematika pada tahap mengubah persoalan sehari-hari
menjadi persoalan matematika sehingga teralisasi atau situasi nyata
diubah ke dalam simbol-simbol dan model-model matematika
b. Matematika Vertikal
Proses matematika pada tahap penggunaan simbol, lambang,
kaidah-kaidah matematika yang berlaku secara umum. Matematika
Horizontal dan Vertikal merupakan bagi siswa dari situasi abstrak ke
situasi kongkrit atau dari informal ke formal. Dimana situasi
yang dekat dengan alam siswa dikaitkan dengan permasalahan
dalam pembelajaran matematika. Kuiper dan knuver (1993)
mengemukakan bahwa kelebihan menggunakan pembelajaran
pendekatan matematika realistik, antara lain:

6
1) Membuat matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna,
tidak terlalu formal, dan tidak terlalu abstrak.
2) Mempertimbangkan kemampuan siswa.
3) Menekan belajar matematika pada learning by doing
4) Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa
menggunakan penyelesaian yang baku.
5) Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika
Pada dasarnya pendekatan matematika realistic membimbing siswa
untuk menemukan kembali konsep matematika yang pernah ditemukan
oleh para ahli atau bila memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri hal-hal yang belum pernah ditemukan.
Hal penting dalam menerapkan pendekatan matemtaika realistic
adalah terjadinya interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan
siswa. Melalui interaksi kelas berkaitan skema anak akan menjadi
lebih kuat. Dengan demikian, pembelajaran matematik relistik
mempunyai kontribusi yang sangat tinggi untuk meningkatkan
kemampuan matematis siswa.

2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Matematika Realistik


Perkembangan pembelajaran yang semakin kompleks menuntut
setiap guru untuk berperan aktif dalam mencari solusi pendekatan yang
memungkinkan untuk disampaikan pada siswa sekolah dasar. Pendekatan
Matematik realistic yang dikembangkan di Negara Belanda ini sangat
menarik untuk disampaikan di Indonesia.
Di dalam pendidikan matematik realistic, pembelajaran harus
dimulai dari sesuatu yang nyata. Sehingga siswa dapat terlibat proses
pembelajaran matematika. Peran guru adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator dalam konsep matematika. Peran guru juag harus berubah, dari
seorang validator (menyatakan pekerjaan siswa itu salah atau benar),
menjadi seseoarng yang berperan sebagai pembimbing yang menghargai
setiap kontribusi (pekerjaan atau jawaban siswa).

7
Traffers (Zainurrie, 2007:4) mengemukakan tentang prinsip utama
dalam pendekatan matemattik realistic yaitu:
a. Constucting and Concretising
Pembelajaran matematika yang menekankan pada upaya
pembentukan suatu aktivitas pembelajaran yang nyata. Didominasi
oleh masalah-masalah dalam konteks, yaitu sebagai sumber dan
sebagai terapan konsep matematika.
b. Level and Models
Pembelajaran konsep atau kemampuan yang menekankan suatu
proses dalam menemukan suatu jawaban. Perhatian diberikan pada
pengembangan model-model, situasi, skema, dan symbol-simbol.
c. Reflection and Special Assigments
Pengambilan suatu fakta dalam proses pembelajaran meperlihatkan
suatu refleksi aktivitas dari mulai mengingat sendiri sampai pada
proses penyampaian pada orang lain. Sumbangan para siswa, sehingga
siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif,
artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkontruksi sendiri,
sehgingga dapatt membimbing siswa sari level matematika informal.
d. Social Context and Interaction
Pembelajaran bukan berabri aktivitas sendiri akan tetapi sesuatu
yang terjai dalam suatu kelompok dan ini berarti secara langsung dan
meransgsang hubungan pada konteks sosial budaya. Interaktivitas
sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
e. Tructuring and Interweaping
Pembelajaran matematika yang bukan hanya kumpulan
pembelajaran yang mengasikkan yang tidak berhubungan dengan
pengetahuan dan kemampuan akan tetapi suatu pengetahuan dan
kemampuan yang tersususn rapi dari suatu struktur yang ada.
Kelima prisnsip tersebut dalam filosofi realistic merupakan prinsip
yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Dalamm
pengembangan realistic yang ada umumnya menggunakan pendekatan

8
development research, dengan dua karakter yaitu percobaan berfikir dan
implementasi pembelajaran.
Materi dalam pembelajaran matematik realistic merupakan materi
terbuka yang disitiassikan dalam kenyataan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
penerapan matematika realistic dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Keterkaitan penerapan pendekatan ini yang berkesinambungan, sangat
mendukung siswa untuk melatih kemampuan berpikir secara nyata dengan
memperhatikan media yang digunakan dan tersedia di sekolah. Dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran matematika,
terlebih dulu siswa harus benar-benar memahami tentang apa yang diketahui, apa
yang ditanya, bagaimana penyelesaian dan bagaimana membuat kesimpulan akhir
dalam menyelesaikan soal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran
agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya: diharapkan para pendidik
dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih pendekatan pembelajaran yang
tepat agar memicu semangat dan aktifitas belajar siswa, seperti pembelajaran yang
menerapkan pendekatan yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif.
Diharapkan guru untuk dapat menerapkan pembelajaran yang bersifat realistic
pada materi-materi yang dianggap sesuai untuk menggunakan pendekatan
pembelajaran tersebut karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://ptkguruku.blogspot.com/2014/08/makalah-matematika.html

Soviati Evi. 2011. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan PMRI, (Bogor:
Makmal Pendidikan dompet Dhuafa).

Kusaeri dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: LAPIS-PGMI).

11

Anda mungkin juga menyukai