Anda di halaman 1dari 15

Karya Ilmiah Seputar Pendidikan Sekolah Dasar SDN 02 Purwoharjo

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah


Teknik Penulisan Karya Ilmiah
(IDIK 4013)

Di Susun Oleh :
FAIZAL YUSUF DWIKANTARA
836702124
JURUSAN PGSD S1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ SEMARANG
DAFTAR ISI
SLCJHHB

ADVUHAIUBCA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendekatan pembelajaran yang merupakan tuntutan kurikulum tingkat
satuan pendidikan belum dilaksanakan secara maksimal. Guru masih sering
melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara murni mata pelajaran
dan terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang berhubungan dengan Matematika tanpa mengaitkannya dengan mata
pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa terjebak dalam
rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik
dan motivasi belajar siswa pun rendah. Siswa juga belum terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep yang dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak
terpusat pada guru.
Berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan dan seiring
bergulirnya kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembelajaran yang dikemas
dan dirancang guru harus mengoptimalkan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah digariskan. Untuk mencapai hal tersebut maka
guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan psikologis siswa SD kelas III. Pada periode ini, siswa masih
memandang dunia sebagai sesuatu yang terpadu dan konkrit, sehingga
pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas ini harus bersifat tematis
dan integratif. Dengan pembelajaran secara tematis dan integratif diharapkan
dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa,
serta dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
khususnya prestasi belajar Matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk mengeliminir
kesenjangan-kesenjangan yang menjadi permasalahan dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran tematik pada pembelajaran Matematika. Oleh

3
karena itu pada karya tulis ilmiah ini menulis mengenai “Peningkatan
Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tematik (Pokok)
pada Siswa Kelas III SDN 02 PURWOHARJO”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka secara spesifik
masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran
tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas III SD”

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar
Matematika. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bahwa pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika siswa kelas III SD.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Mendapatkan teori baru tentang peningkatan prestasi belajar Matematika
melalui pembelajaran tematik pada siswa kelas III sekaligus sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Matematika kelas III SD dengan model pembelajaran tematik.
b. Bagi Instansi Terkait
Merupakan masukan dalam mengambil kebijakan yang dapat
menunjang peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran
Matematika di sekolah.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakikat Prestasi Belajar Matematika


1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah
“Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.
Sedangkan menurut Winkel (1991: 60) yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “Bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai
seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari
sesuatu”.
Senada dengan pendapat kedua ahli tersebut, Anton Sukarno
(1994:16) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah suatu hasil
maksimal yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.
Dari ketiga pendapat di atas, maka yang dimaksud prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam rangka mengaktualisasikan
dan mempotensikan diri lewat belajar.
Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu
angka yang dicapai oleh masing-masing siswa dalam periode waktu
tertentu sebagai hasil dari belajarnya, yang merupakan perwujudan dari
potensi dirinya.

2. Pengertian Matematika
Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13) “Matematika adalah salah
satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang berguna memahami
dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa
ini”.

5
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust seperti dikutip
Mulyono Abdurrahman (1999: 252), “Matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengeskpresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berfikir”.
Senada dengan pendapat tersebut, Kline dalam Mulyono
Abdurrahman (1999: 252) mengemukakan bahwa “Matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Dari pendapat-pendapat di atas, berarti bahwa Matematika adalah
salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
bahasa simbolis untuk memudahkan manusia berfikir dengan
menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Matematika adalah
salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memudahkan manusia berfikir dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting
sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar
yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing
(Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati, 1993: 9).
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai
berikut:

6
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas:
Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan
dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang
dimiliki.
3) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minta kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
4) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
 Lingkungan keluarga.
 Lingkungan sekolah.
 Lingkungan masyarakat.
 Lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi,
dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar
siswa.

7
4. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dapat memilih materi
yang mampu menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi
siswa, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK. Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari ciri Matematika itu
sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan konsisten.
Karenanya kegiatan belajar dan mengajar Matematika seyogyanya
juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta
didik yang belajar Matematika itupun berbeda-beda kemampuannya, maka
kegiatan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaaan
individu dan karakteristik siswa. (Djauzak Ahmad, 1994: 13)
Selanjutnya, Djauzak Ahmad (1994: 17) menyatakan bahwa
“Tujuan pembelajaran Matematika secara umum adalah mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan
melalui latihan dan dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat dan
efektif”. Di samping itu siswa diharapkan mampu menggunakan
Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga disebutkan “Tujuan
pembelajaran Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir
secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 4) merumuskan tujuan
pembelajaran Matematika, sebagai berikut:
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan ) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan Matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut.

8
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan tersebut dianggap telah tercapai apabila siswa telah memiliki
sejumlah kemampuan di bidang Matematika. Agar tujuan pembelajaran
Matematika tersebut dapat dicapai secara optimal, guru harus dapat
menerapkan pendekatan pembelajaran Matematika secara tepat.
Moch Ichsan (2003: 8-9) mengemukakan empat macam pendekatan
pembelajaran Matematika, yaitu:
1) Pendekatan belajar aktif (Student Active Learning = SAL)
SAL adalah suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas para siswa
secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru harus dapat
menciptakan suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain
dengan menyajikan bahan pelajaran mengesankan dan merangsang
daya kreativitas, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
berkesan.

2) Pendekatan terpadu
Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata pelajaran Matematika
dengan mata pelajaran lainnya. Dengan mengetahui keterkaitan konsep
dari beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi pengertian
kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu
konsep.

3) Pendekatan konstruktivis
Yaitu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui
tiga fase, yaitu: fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan aplikasi
konsep untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.

9
4) Pendekatan realistik (Realistic Mathematics Education = RME)
Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal
yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “process of doing
mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari seorang
fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa berfikir.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk
dikembangkan. Hadi Mulyono (2000: 13) memberikan pengertian
pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:
1) Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat
perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-
gejala dan konsep lain yang berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang
studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak.
3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak
secara simultan.

Berdasarkan hakikat pembelajaran tematik, Tim Pengembang


PGSD (2001: 58-59) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik
pembelajaran sebagai berikut:
1) Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi
lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian
yang ada di hadapan mereka.

10
2) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti
diterangkan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antar skemata yang dimiliki siswa.
3) Otentik
Pembelajaran tematik juga memungkinkan siswa memahami secara
langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Ini karena mereka
dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan
fakta dan peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
4) Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar
kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik pada dasarnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan
kemampuan siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang
aktivitas-aktivitas dari masing-masing bidang studi yang ada
kaitannya. Meskipun hal itu bisa saja dilakukan, hal ini bisa tidak
sesuai dengan landasan filosofis, psikologis dan praktis dari
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan
dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek
kurikulum yang bisa dipelajari melalui pengembangan tema tersebut.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Guru masih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika
secara murni mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Matematika hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan Matematika
tanpa mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah.
Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep yang
dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain itu,
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang
mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena siswa kurang
mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga
pengalaman yang diperoleh sebagai hasil belajar menjadi kurang bermakna.
Pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar siswa.

B. Perencanaan Tindakan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, penulis melakukan langkah-
langkah untuk merencanakan model pembelajaran tematik, antara lain:
a. Membuat/memilih tema.
b. Melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang
sesuai dengan tema.
c. Membuat pengelompokan jaringan indikator.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan
jaringan indikator yang telah dibuat.

12
Kegiatan awal untuk setiap pertemuan memuat doa bersama, absensi siswa
dan appersepsi. Tahap appersepsi berupa cerita atau menyanyi bersama yang
bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa
pada tema yang akan dibicarakan.
Kegiatan inti adalah kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam
pembelajaran. Sedangkan kegiatan akhir merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengakhiri satu pertemuan, meliputi kegiatan evaluasi
dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.

C. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tematik sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang
dilaksanakan meliputi kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran antara
lain kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan diawali dengan kegiatan
awal berupa doa bersama, absensi siswa dan appersepsi. Dilanjutkan dengan
kegiatan inti yang pada setiap pertemuannya menyampaikan 1 indikator
Matematika sebagai core (inti pembelajaran).
Adapun contoh indikator Matematika dengan Kompetensi Dasar
“Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka” yang
menjadi core (inti pembelajaran) pada setiap pertemuan adalah :
a. Menjumlah dua bilangan tanpa teknik menyimpan, bilangan sampai 100,
untuk pertemuan ke-1.
b. Menjumlah dua bilangan dengan teknik menyimpan, bilangan sampai 100,
untuk pertemuan ke-2 dan ke-3.

Indikator-indikator Matematika tersebut dikaitkan dengan indikator mata


pelajaran lain yang sesuai dengan tema, yang tertulis dalam RPP.
Pembelajaran pada setiap pertemuan selalu diakhiri dengan evaluasi dan
memberikan tindak lanjut berupa tugas portofolio. Dan pada akhir pertemuan
dilaksanakan ulangan harian untuk mengetahui prestasi belajar Matematika.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulisan karya imiah dengan pembelajaran
tematik dalam pembelajaran Matematika pada kelas I dapat disampaikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika dilakukan
dengan mengaitkan mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran
lainnya melalui konsep-konsep yang dapat dipadukan dalam naungan tema
tertentu.
2. Dengan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar
Matematika siswa kelas I.
3. Dengan menerapkan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan
peran aktif (pastisipasi) siswa dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian
penutup penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga
Matematika khususnya untuk kelas rendah (kelas 1 dan 2), baik droping
maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam penanaman
konsep-konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan memberdayakan model pembelajaran tematik.
2. Bagi Guru
Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung
pembelajaran tematik dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya
berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika siswa

14
DAFTAR PUSTAKA

Anton Sukarno. 2011. Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak


Berkesulitan Belajar. Surakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kurikulum 2011 Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar.
Djauzak Ahmad.2011. Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.
Soppeng: Balai Pustaka.
Hadi Mulyono. 2000. Pembelajaran Terpadu. Surakarta: Sebelas Maret University
Pers.
Hartono & Edy Legowo. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Soppeng: Depdiknas.
H.Jemmain. 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar.
Soppeng: BPG.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2009. Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Soppeng: Remaja
Rosdakarya.

15

Anda mungkin juga menyukai