Anda di halaman 1dari 12

LAPORA PKP PADA MATA PELAJARAN MATEMAIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTRUKTIVIS REALISTIK UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK
OPERASI HITUNGAN BILANGAN BULAT KELAS V MINU SUMBERPASIR
KECAMATAN PAKIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pemantapan Kemampuan Pofesional (PKP)

Oleh:
Nama : Fifi Nur Hidayati
Nim : 858797368
Program Studi : S1- PGSD

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-UT MALANG
POKJAR KEPANJEN KABUPATEN MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada jenjang pendidikan formal, sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan
yang menanamkan pengetahuan dasar untuk pendidikan selanjutnya. Sekolah Pendidikan
di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemajuan dasar kepada peserta
didik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai
dengan tingkat perkembangan belajarnya. Hal ini sejalan dengan hakikat belajar yang
menyatakan bahwa belajar adalah proses yang kompleks dan unik. Kompleks karena
mengikat semua aspek kepribadian baik jasmani maupun rohani. Unik artinya setiap
orang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain karena adanya perbedaan
individu seperti minat, bakat, kemampuan, kecerdasan, dan jenis belajar.
Hakikat dari perbuatan belajar adalah usaha mengubah tingkah laku atau
kepribadian bagi orang yang belajar. Perubahan tersebut baik dari segi pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap atau nilai. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan
salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting. karena matematika merupakan
salah satu sarana dalam membentuk siswa untuk berpikir secara ilmiah.
Menyadari pentingnya pelajaran Matematika di tingkat sekolah dasar, maka
pembelajaran harus ditingkatkan agar hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah.
peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan hasil
belajar matematika. kualitas hasil belajar matematika ditentukan oleh kualitas proses
pembelajaran di kelas atau di sekolah. peningkatan kualitas pendidikan hanya dapat
dicapai melalui peningkatan kualitas proses pembelajaran matematika yang bermuara
pada peningkatan hasil belajar matematika. Sedangkan agar proses pembelajaran
berlangsung efektif, maka semua faktor internal (dari dalam diri siswa) antara lain
meliputi bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual), minat, motivasi, sikap,
dan faktor eksternal (dari luar lingkungan). diri siswa) yang meliputi: tujuan
pembelajaran lainnya, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media/alat
peraga pembelajaran, organisasi kelas, pemaksaan (reinforcement), iklim sosial kelas,
waktu, sistem, dan teknik evaluasi harus diperhatikan.
Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar siswa, maka interaksi
antara faktor-faktor tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas proses dan hasil
belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siswa
tersebut, diharapkan siswa dapat berkembang dan mampu mempersiapkan diri untuk
melanjutkan pendidikan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya bagi peserta
didik dan pada umumnya dapat meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang
dan jenis pendidikan. Berawal dari proses dan peningkatan mutu pendidikan, akhir-
akhir ini telah dikembangkan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang
tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga berusaha membangun struktur
kognitif siswa.
Pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran membangun struktur kognitif siswa dan dapat memotivasi siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal lain yang dapat digunakan untuk membantu
pencapaian tujuan pembelajaran adalah penerapan metode demonstrasi. Demonstrasi
adalah metode yang digunakan dalam mengajarkan manipulatif dan keterampilan,
mengembangkan pemahaman, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik baru
dan meningkatkan cara melakukan sesuatu.
Metode ini menunjukkan penerapan ilmu dengan contoh yang lebih objektif dan
nyata. Selama kegiatan pembelajaran, tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam
waktu yang relatif lama atau menyerap semua pelajaran yang diberikan oleh guru.
mereka saling dipengaruhi oleh hal-hal sepele antara sesama siswa di kelas. guru harus
mampu menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang sedang berlangsung,
sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran guna mencapai hasil
belajar yang optimal.
1. Identifikasi Masalah
Hasil observasi awal yang peneliti temukan di kelas mengungkapkan
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika yaitu: hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika tergolong
rendah. hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai ulangan harian mata
pelajaran matematika khususnya pada mata pelajaran operasi hitung bilangan
bulat sebesar 62. Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal
65 (KKM dari sekolah).
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dapat diketahui
bahwa salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya hasil
belajar siswa di atas adalah pembelajaran yang berlangsung di kelas V Minu
bersifat deklaratif dimana guru hanya menyampaikan sebanyak mungkin
materi kepada siswa, tanpa melibatkan siswa. dalam proses pembelajaran
sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran. akibatnya proses
pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan sehingga
berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa. Dari uraian di atas
dipandang perlu untuk segera meningkatkan pembelajaran matematika dalam
bentuk penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V Minu Sumber Pasir
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V Minu Sumber Pasir
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang dibelajarkan dengan menggunakan metode
pembelajaran konstruktivis realistik pada materi pelajaran operasi hitung bilangan
bulat?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V Minu Sumber
Pasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang dibelajarkan dengan metode
pembelajaran konstruktivisme realistik pada materi pelajaran operasi hitung bilangan
bulat?

C. Tujuan Penelitian Peningkatan Pembelajaran


Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
pembelajaran adalah:
1. Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa Minu V Minu Sumber Pasir
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konstruktivis realistik pada materi pelajaran operasi hitung bilangan
bulat
2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa V Minu Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang melalui model pembelajaran konstruktivis realistik pada
materi pelajaran operasi hitung bilangan bulat.
D. Manfaat Penelitian Peningkatan Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, sebagai latihan dalam melakukan penelitian ilmiah dalam mengatasi
permasalahan yang dialami guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas, serta
menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran
konstruktivis realistik.
2. agar siswa mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya penerapan model
pembelajaran konstruktivis realistik saat belajar, mendorong siswa untuk menyenangi
matematika dan berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan
mengkomunikasikannya secara lisan dan menuliskan ide dan pendapatnya secara
sistematis.
3. bagi guru diharapkan dapat memahami dan berinovasi dengan menerapkan model
pembelajaran konstruktivis realistik dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
pada bidang studi matematika khususnya pada mata pelajaran minus sumber pasir
4. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dan masukan
bagi sekolah mengenai model pembelajaran sehingga dapat menjadi masukan dalam
pengelolaan kurikulum ke depan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang didasarkn
pada pemahaman bahwa proses pembelajaran yang dilakukan siswa merupakan proses
konstruksi pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang dilakukan oleh siswa.(
Mangun Wardoyo Sigit, hal 4). Dalam proses pembelajaran ini, guru dituntut untuk
menjadi fasilitator yang baik, yang mampu menggali potensi yang dimiliki oleh siswa.
1. Pengertian pembelajaran konstruktivisme
Bidell dan Fischer mengungkapkan bahwa konstruktivisme memiliki
karakteristik adanya perolehan pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi
sendiri oleh individu dalam lingkungan tertentu. Sedangkan konstruktivisme menurut
bruning merupakan perspektif psikologis dan filosofis yang memandangbahwa
masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang
mereka pelajari dan pahami.(Schunk Dale, hal 320)
Menurut Brooks konstruktivisme adalah suatu pendekatan dalam proses belajar
yang mengarahkan pada penemuan konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran
serta inisiatif siswa.( Mangun Wardoyo Sigit, hal 22).
Pandangan konstruktivisme menurut Kukla adalah semua konsep yang didapat
oleh setiap organisme merupakan suatu hasil dari proses konstruksi. Sedangkan
Richarson menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan sebuah keadaan dimana
individu menciptakan pemahaman mereka sendiri berdasarkan pada apa yang mereka
ketahui dan percayai, serta ide dan fenomena dimana mereka berhubungan. ( Mangun
Wardoyo Sigit, hal 22)
Dari pendapat berbagai tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konstruktivisme adalah suatu pembelajaran dimana dalam memperoleh
pengetahuan siswa akan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman
dan fenomena-fenomena yang mereka ketahui.
2. Tokoh konstruktivisme dan pandangannya
a. Vygotsky
Ide dasar yang menjadi kajian penting pemikiran Vygotsky adalah ide bawa potensi
untuk perkembangan kognitif dan pembelajaran berdasarkan transisi di antara Zona of
Proximal Development (ZDP).( Trianto, hal 13) ZDP adalah area teoritis mengenai
pemahaman atau perkembangan kognitif yang dekat tapi berada di luar level
pemahaman pembelajaran saat ini. Artinya bahwa jika pembelajar ingin membuat
kemajuan, mereka harus dibantu untuk bisa berpindah dari zona ini dan kemudian
masuk pada level yang tinggi dan lebih baru. Dalam perkembangan kognitifnya
seorang individu harus keluar dari ZDP untuk menuju level berikutnya dan
seterusnya.
Menurut Vygotsky terdapat empat tahapan pembentukan konsep pengetahuan
yaitu yang meliputi pada tahap pertama anak-anak membentuk konsep dengan cara
trial and error, kemudian tahap kedua menggunakan strategi namun tidak
menggunakan atribut pokok yang pasti. Tahapan ketiga mengidentifikasi satu atribut
ketika melakukan sesuatu. Tahapan keempat merupakan tahapan dimana organisme
memproses beberapa atribut yang berbeda dalam proses yang bersama-sama.( Mangun
Wardoyo Sigit, hal 34) Teori ini belum diuji secara luas seperti halnya teori
perkembangan kognitif Piaget.
b. Piaget
Prinsip-prinsip teori piaget terkait perkembangan kognitif meliputi skema,
asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi. Piaget berpandangan bahwa pembelajaran
merupakan penyesuaian dari pengaruhpenyesuaian terhadap lingkungan. Piaget
mendeskripsikan tiga proses dalam penyesuaian yaitu proses asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi.(Trianto, hal 15) Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokan
informasi baru. Seorang individu dalam proses belajar akan mendapatkan informasi
baruyang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema yang ada.
Skema merupakan elemen dalam struktur kognitif organisme. Skema yang ada dalam
organisme akan menentukan perilaku yang akan dilakukan dalam rangka merespon
lingkungan fisik.
Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar informasi yang baru dan
kontradiktif bisa diterjemahkan. Informasi yang telah terkumpul dalam skema-
skema yang telah ada sebelumnya kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema
(pengetahuan) yang baru.
Adapun ekuilibrasi merupakan dorongan secara terus menerus ke arah
keseimbangan atau ekuilibrium. Keseimbangan yang dimaksud yaitu keadaan dimana
tidak ada kontradiksi yang erjadi pada representasi mental lingkungan hidup.
Menurut piaget proses perkembangan pengembangan intelektual manusiaterdiri
dari empat tahap yaitu 1) sensorimotor (lahir sampai dua tahun), 2) praoperasional
(dua sampai tujuh tahun), 3) operasi konkret (tujuh sampai sebelas tahun) dan 4)
operasi formal (sebelas tahun ke atas). (Trianto, hal 15)

3. Karakteristikpembelajaran konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa karakteristik yang dapat dilihat
dari proses pembelajarannya. Karakteristik pembelajaran konstruktivisme menurut
Hanafiah dan Suhana adalah sebagai berikut: : ( Mangun Wardoyo Sigit, hal 39)
a. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.
c. Pandangan yang berbeda dari peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses
pembelajaran.
d. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai
kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.

e. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik


dalamproses pencarian yang alami.
f. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan
peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.proses pembelajaran
dilakukan secar konstektual, yaitu peserta didik dihadapkan pada masalah nyata.
Pendapat lain terkait karakteristik pembelajaran konstruktivisme dinyatakan
oleh wanaputra yang meliputi: ( Mangun Wardoyo Sigit, hal 40)
a. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi
b. Dimungkinkan perspektif jamak (multiple perspective) dalam proses belajar.
c. Peran utama siswa dalam proses belajar.
d. Penggunaan scaffolding dalam pembelajaran.
e. Pendidik lebih sebagai tutor, fasilitator dan mentor.
f. Kegiatan dan evaluasi belajar yang otentik.
4. Metode-metode pembelajara konstrutivisme
Metode-metode yang diterapkandalam pelaksanaan pembelajaran
konstruktivisme tentunya merupakan metode yang di dalamnya memuat atau
merepresentasikan karakteristik pembelajaran konstruktivis.( Mangun Wardoyo Sigit,
hal 44) Metodepembelajaran tersebut antara lain:
a. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
b. Contextual Teaching And Learning (CTL)

c. Inquiry learning
d. Pembelajaran berbasis masalah (problem bassed learning)
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Berikut disampaikan data hasil belajar matematika siswa kelas V MINU
Sumberpasir Kecamatan Pakis pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dari
siklus pertama sampai siklus ketiga
Tabel 4.1

Hasil tes formatif pembelajaran siklus I

No Nilai siswa Banyaknya siswa


1. 10
2. 20
3. 30
4. 40 3
5. 50 2
6. 60 3
7. 70 4
8. 80 3
9. 90 5
10. 100
Jumlah siswa 20
Jumlah nilai 1420
Rata-rata kelas 71

Bila hasil pengamatan pada siklus I disajikan dalam grafik diagram batang
adalahsebagai berikut:
Grafik 4.1

Hasil Evaluasi Siklus I


Table 4.2

Hasil tes formatif pembelajaran siklus II

No Nilai siswa Banyaknya siswa


1. 10
2. 20
3. 30
4. 40
5. 50 1
6. 60 2
7. 70 6
8. 80 3
9. 90 5
10. 100 3
Jumlah siswa 20
Jumlah nilai 1600
Rata-rata kelas 80

Hasil pembelajaran tes tertulis pada siklus II disajikan dalam grafik sebagai
berikut:
6
Grafik 4.2

5 Hasil Evaluasi Siklus II

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2 Nilai
siswa

0
Grafik 4.3

Prosentase Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa persentase ketuntasan belajar dari


siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 65% menjadi 85%. Hasil siklus
II sudah mencapai indikator keberhasilan, sehingga tidak perlu dilakukan
perbaikan. Berikut dipaparkan hasil refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus II
sebagai berikut:

1) Dengan menerapkan model pembelajaran Realistic Constructivist, siswa dapat


memahami materi yang telah diajarkan sehingga anak tertarik untuk belajar.

2) Dari analisis hasil evaluasi pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa


ketuntasan belajar mencapai 85%. Hasil ketuntasan belajar siswa sudah
mencapai indikator keberhasilan yaitu 85%. Oleh karena itu, tidak perlu
memperbaiki pembelajaran.

3) Guru telah menggunakan model pembelajaran Realistic Constructivist dengan


baik dan runtut sehingga hasil belajar anak dalam pembelajaran Matematika
meningkat.

B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika menglami peningkatan setelah dilakukan perbaikan pada
siklus kedua dan ketiga. Pada siklus pertama Masih terdapat 35% dari jumlah siswa
mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini dibuktikan bahwa adanya 20 siswa yang
mengikuti tes tertulis, terdapat 7 siswa (35%) siswa belum tuntas dan 13 siswa (65%)
tuntas. Target yang diharapkan adalah 85% dari jumlah siswa harus mendapatkan nilai
diatas KKM. Pada Pembelajaran pada siklus kedua telah mencapai indikator keberhasilan
yaitu 85% tuntas. Banyaknya siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM adalah 17 dan
yang nilainya dibawah KKM adalah 3 siswa. Peningkatan hasil belajar juga disertai
dengan peningkatan ketrampilan guru dan aktivitas siswa pada saat perbaikan
pembelajaran siklus II berlangsung.
Pada siklus 1 tidak tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator yang
ditetapkan. Hal ini disebabkan karena guru belum melaksanakan pembelajaran dengan
baik yang diakibatkan oleh guru belum menguasai Langkah Langkah pembelajaran
moduel kontruktivis realistik. Hal ini dijadikan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus berikutnya. Pada siklus berikutnya telah terjadi peningkatan
hasil belajar secara signifikan. Adanya peningkatan hasil belajar tersebut merupakan
dampak dari perbaikan metode pembelajaran yang dilakukan, dimana guru menggunakan
model pembelajaran kontrutivis realistik sehingga siswa dapat mengungkapkan dengan
baik materi yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai