PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cepat dari berbagai tempat di dunia. Kita dituntut untuk mengikuti perkembangan
IPTEK dan mengembangkannya, agar tidak tertinggal. Salah satu informasi yang
harus diikuti dan dikembangkan adalah informasi tentang ilmu yang berguna dan
negara dan bangsa kita. Kita di sekolah wajib mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan
agar kita dapat berfikir logis, kritis, sistematis dan kreatif. Cara berfikir seperti itu
Mengajarkan matematika menuntut seni mengajar yang khas serta peran aktif dari
siswa. Guru harus memahami betul cara mengajar yang baik sesuai dengan
keadaan siswa agar siswa aktif dalam belajar matematika. Sehingga belajar
Lingkung siswa kurang aktif contohnya siswa tidak membuat pekerjaan rumah,
kurang bertanya dan sering keluar masuk saat pembelajaran. Pada saat guru
memberikan latihan banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan latihan dan
berusaha mencontoh jawaban temannya. Hal ini terjadi karena guru tidak
mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa merasa
Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan guru kurang membuat
mengakibatkan semakin rendahnya hasil belajar siswa atau tidak sesuai dengan
nyata siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
sehingga dalam proses pembelajaran siswa bekerja dan mengalami sendiri. Cara
ini diharapkan pembelajaran lebih bermakna, siswa lebih aktif belajar dan hasil
Lingkung”.
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
(kurang kontekstual)
C. Batasan Masalah
2. Hasil belajar pada penelitian merupakan hasil belajar yang dibatasi pada
ranah kognitif
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Lingkung.
F. Manfaat Penelitian
berikut:
bermakna.
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kurikulum 2013
Dasar (KD) yang merupakan arah dan landasan dalam mengembangkan materi
Namun, dalam kurikulum 2013 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) itu diganti menjadi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang
Hasan (dalam Novan Ardy Wiyani, 2013:99) “Kompetensi Inti (KI) merupakan
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran”. Dengan
antara pencapaian hard skill dan soft skill.Kompetensi Inti (KI) ini berfungsi
itulah yang menjadi Kompetensi Inti (KI) sebagai pengikat untuk organisasi
vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal
prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yag berkesinambungan antara konten
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar (KD) satu mata pelajaran dengan
konten Kompetensi Dasar dari lima mata pelajaran yang berbeda dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat.
berkaitan. KI 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, KI 2
waktu peserta didik belajar tentang KI 1 dan KI 2. Jadi, setiap mata pelajaran
Guru juga membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Pertanyaan yang
diberikan siswa menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari berbagai sumber. Informasi tersebut menjadi dasar dari kegiatan
2. Pendekatan Saintifik
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin
kelas siswa.
1) Mengamati
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu
benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
2) Menanya
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin
terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
3) Mengumpulkan Informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
5) Mengkomunikasikan
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
3. Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia. Perubahan ini
merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah mengalami
proses belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran baik guru maupun
aturan tertentu. Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut siswa harus
mempunyai kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, belajar mandiri, dan
bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
menunjukkan beberapa hal kepada siswa antara lain, berkaitan antara matematika
a. Konstruktivisme
sedikit demi sediki, hasilnya deperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
tiba-tiba.
b. Tanya jawab
Dalam konsep ini kegiatan Tanya jawab yang dilakukan oleh guru maupun
keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan
ke kelas.
c. Inkuiri
data, kesimpulan.
d. Komunitas belajar
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli keatas, bekerja
masyarakat.
e. Pemodelan
dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang
diberikan. Guru memberi model tentang cara belajar dan guru bukan satu-satunya
model, tetapi dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan
elektronik.
f. Refleksi
mengidentifikasi hal yang diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat
g. Penilaian otentik
periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya dari hasil tetapi lebih pada proses.
Untuk mencapai dan melaksanakan tujuh komponen diatas peran guru tetap
guru menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata, yang
kontekstual adalah melibatkan situasi dunia nyata siswa sebagai sumber terapan
siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep-konsep
matematika dengan bantuan orang dewasa. Pembelajaran tidak dimulai dari
ditemukan sendiri oleh siswa. Maka disini siswa dituntut bekerja lebih aktif,
matematika.
5. Pengelompokan Siswa
Lie (2010: 40) mengatakan bahwa “kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan
dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua sampai lima orang.
Sebagaimana yang dikemukakan Lie (2010: 45) yaitu “jumlah anggota dalam satu
belajar itu bertujuan untuk terjadinya suatu perubahan. Perubahan yang dilakukan
bisa saja dalam segi keterampilan, sikap dan kebiasaan baru lainnya. Hal ini
dalam belajar.
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa, dapat diambil tindakan
metode yang digunakan guru kurang membuat siswa aktif dan kurangnya
keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa kurang
Agar memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa, maka salah satu
tugas guru adalah memilih teknik atau pendekatan yang sesuai. Pemilihan
konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata
Pembelajaran Matematika
Hasil Belajar
8. Hipotesis Tindakan
diuji kebenaranya secara empiris. Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian ini adalah pra eksperimen. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas
siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan kelas kontrol
Tabel 1.
Rancangan Penelitian
Kelas sampel Perlakuan Hasil belajar
Kelas eksperimen T X1
Kelas control - X2
Sumber: Suryabrata (2006:104)
Dengan:
T = Perlakuan
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMAN 1 Enam
2. Sampel
“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto,
2010: 174). Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas dari
populasi sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel pada
antara lain diajar oleh guru yang sama dan jadwalnya berdekatan. Selanjutnya
untuk melihat keadaan awal sampel maka pada kedua kelas dilakukan uji
2014/2015.
normal atau tidak, uji yang akan digunakan adalah uji liliefors. Hipotesis yang
diuji adalah:
X i−X
Zi = ........................................................................................................
S
(1)
Dimana:
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
rumus F (Zi) = P(Z Zi). Harga F hitung dibandingkan harga F tabel dengan
4) Menghitung harga S (Zi) yaitu proposi skor baku yang lebih kecil atau dengan
Zi dengan rumus :
.(2)
6) Ambil harga paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut, misalkan L 0
untuk menerima atau menolak H0, bandingkan L0 dengan Ltabel pada taraf nyata
berdistribusi normal.
c. Melakukan uji homogenitas varians
Ho : S21=S 22
Hi : S21 ≠ S 22
rumus:
2
S1
F= 2 .............................................................................................................(3)
S2
Dengan :
2
S2 = Varians terkecil
perhitungan lebih kecil dari harga F yang ada di tabel berarti kedua kelas
Ho : µ1 = µ2
Hi : µ1 ≠ µ2
digunakan uji statistik t seperti yang dirumuskan oleh Sudjana (2005: 239).
x 1−x 2
t=
s
√ 1 1 ...................................................................................................(4)
+
n1 n2
dan
Dengan :
1. Variabel
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sesuai dengan
variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan
b. Variabel terikat yaitu gejala yang timbul akibat perlakuan yang diberikan oleh
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
c. Variabel kontrol yaitu mata pelajaran, materi pembelajaran dan waktu yang
2. Data
b. Data sekunder yaitu jumlah siswa kelas XI yang menjadi populasi penelitian
dan nilai ujian tengah semester kelas XI SMAN 1 Enam Lingkung sebelum
dilakukan penelitian.
D. Prosedur Penelitian
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
2. Pelaksanaan
kurikulum 2013, sedangkan perlakuan terhadap kedua kelas sampel berbeda. Pada
Tabel 2.
Skenario Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pendahuluan (10 menit) Pendahuluan (10 menit)
a. Guru mencek kehadiran siswa. a. Guru mencek kehadiran siswa.
b. Guru memberikan appersepsi b. Guru memberikan appersepsi
tentang pelajaran yang akan tentang pelajaran yang akan
dipelajari. dipelajari.
c. Guru memotivasi siswa tentang c. Guru memotivasi siswa tentang
materi yang akan dipelajari. materi yang akan dipelajari.
d. Guru menyampaikan tujuan d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. pembelajaran yang harus dicapai.
e. Guru mengaitkan materi
pembelajaran dengan kegiatan
sehari-hari. Guru memberikan
contoh penerapannya
Kegiatan Inti (70 menit) Kegiatan Inti (70 menit)
Eksplorasi Eksplorasi
a. Siswa dibimbing oleh guru untuk a. Siswa dibimbing oleh guru untuk
memahami materi yang akan memahami materi yang akan
dipelajari. dipelajari.
Elaborasi Elaborasi
a. Guru membagi siswa berkelompok a. Guru menjelaskan materi
yang heterogen dan meminta siswa pelajaran.
duduk pada kelompok yang telah b. Guru memberikan contoh soal.
ditentukan c. Guru memberikan soal latihan
b. siswa diminta mengerjakan untuk untuk meningkatkan
Lembar Kerja Siswa (LKS) pemahamannya.
bersama teman sekelompoknya d. Guru mengontrol siswa dalam
c. saat siswa berdiskusi guru menyelesaikan soal latihan
berkeliling dikelas untuk
mengawasi siswa dan memantu
siswa yang kesulitan.
Konfirmasi Konfirmasi
a. guru meminta perwakilan dari a. Guru memfasilitasi untuk siswa
salah satu kelompok memperoleh pengalaman yang
mempresentasikan hasil diskusi bermakna dalam mencapai
kelompoknya (auditory) kompetensi dasar dengan
b. Kelompok lain menanggapi, menjawab pertanyaan siswa.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
melengkapi, dan menyimpulkan
hasil diskusi (auditory)
c. Guru memfasilitasi untuk siswa
memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar dengan
menjawab pertanyaan siswa.
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini, setelah semua pokok materi pelajaran selesai dibahas dan
a. Mengadakan tes hasil belajar pada kedua kelas sampel setelah penelitian
b. Mengolah data dari kedua sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
c. Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat sesuai dengan teknik analisis
E. Instrumen Penelitian
ranah kognitif. Soal tes berbentuk soal objektif. Tes disusun berdasarkan kisi-kisi
soal yang berpedoman pada pokok bahasan yang diajarkan dalam penelitian ini.
Sebelum tes diberikan ke anggota sampel, terlebih dahulu diuji cobakan. Uji coba
tes bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf
kesukaran tes secara keseluruhan. Soal yang memenuhi kriteria sebagai alat ukur
1. Validitas
Validitas adalah tingkat ketepatan tes, untuk mengetahui valid atau tidaknya
suatu tes cukup dianalisis dengan validitas isi atau validitas kurikulum. Menurut
guru. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi karena
peneliti dalam membuat tes berdasarkan kurikulum KTSP dan materi tersebut
akan peneliti ajarkan. Soal tes divalidasi kepada dosen pembimbing dan guru
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan ketetapan hasil suatu tes apabila digunakan pada
subjek. Selain itu reliabilitas tes digunakan untuk mengukur kepercayaan dari tes
tersebut. Untuk mengukur reliabilitas tes digunakan rumus Kuder Ricahr (dalam
r 11=(
n
n−1
) 1−
(
M (n−M )
nSt 2 ) ................................................................................(6)
Dimana:
M=
∑x ...................................................................................................................
N
(7)
2
(∑ x t )
St2 = ∑ xt − 2
N
N
.....................................................................................................(8)
Dengan:
1. 1,00 Sempurna
2. 0,80 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi
3. 0,60 ≤ r11< 0,80 Tinggi
4. 0,40 ≤ r11< 0,60 Cukup
5. 0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
6. 0,00 ≤ r11< 0,20 Sangat rendah
Sumber : Slameto(2003:215)
Kriteria reliabilitas yang akan dipakai adalah 0 , 40−0.80 (reliabilitas cukup dan
tinggi).
Tingkat kesukaran soal adalah suatu bentuk analisa item yang berguna
untuk mengetahui apakah suatu soal terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang
baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran.
indeks kesukaran soal ini digunakan rumus yang dikemukakan oleh Suharsimi
B
P = .....................................................................................................................
JS
(9)
Dengan:
P = Taraf kesukaran
Tabel 4.
Taraf Kesukaran
Sumber : Arikunto(2008:210)
Kriteria indeks kesukaran yang akan dipakai adalah 0,31 sampai dengan 0,70
4. Daya Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
(10)
Dengan:
D = Daya beda
BA
PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai
JA
indeks kesukaran)
BB
PB = = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P sebagai
JB
indeks kesukaran)
Tabel 4.
Kriteria Daya Beda
Sumber : Arikunto(2008:218)
Item yang akan dipakai adalah yang memiliki klasifikasi daya beda 0,2 1−¿ 1,00
yang diajukan diterima atau ditolak. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas sampel.
1. Uji Normalitas
2. Uji Homogenitas
mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan
Ho : σ 21=σ 22
Hi : σ 21 ≠ σ 22
3. Uji hipotesis
kita ajukan diterima atau ditolak dengan melakukan uji satu pihak. Kriteria
a. Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan mempunyai varians yang
homogen. Uji yang digunakan seperti yang dirumuskan oleh Sudjana (2005:
x1- x2
√
t = s 1 1 .................................................................................................(11)
+
n1 n2
Dimana:
( n 1 -1 ) S21 + ( n 2 -1 ) S22
S2 = .............................................................................(12)
n 1 + n 2 -2
Dengan:
jika t < t 1- α dengan dk = n1+n2–2 dan peluang (1–α ). Untuk harga lainnya
Ho ditolak.
b. Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan tidak mempunyai varians
yang homogen, maka dilakukan uji t’. Seperti yang dirumuskan oleh Sudjana
(2005 : 241):
X1 - X2
√
t’= S21
( )
2
S2 ..............................................................................................(13)
+
n1 n2
−W 1 t 1 +W 2 t 2 ' W 1 t 1 +W 2 t 2
Kriteria Pengujian H 0diterima: <t <
W 1 +W 2 W 1 +W 2
Dimana:
2
S1
W1 = ..........................................................................................................(14)
n1
2
S2
W2 = ..........................................................................................................(15)
n2
c. Jika tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan uji
whitney atau uji U. Seperti yang dirumuskan oleh paul suparno (2010: 112):
n 1 ( n1+1 )
u1 = n 1 n2 + − ΣR1
2 ............................................................................(18)
n2 ( n2+1 )
u2 = n1 n2 + − ΣR 2
2 ............................................................................(19)
tabel U Whitney.