Anda di halaman 1dari 31

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MEMFASILITASI BERPIKIR

KRITIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN UNTUK SISWA

KELAS VII SMP N 1 KLATEN

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Afifah Ainun Nadjla

NIM : 16600083

Prodi : Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya. Pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa merupakan pendidikan yang

mendukung pembangunan dimasa mendatang karena siswa dapat menghadapi dan

memecahkan masalah dalam kehidupan (Novana, 2014). Hal tersebut menuntut manusia

untuk terus meningkatkan kualitas dan kemampuan diri agar tetap mampu mengikuti

perkembangan yang ada. Maka diperlukan sistem pendidikan yang berimplikasi kepada

pembelajaran yang dilandasi oleh pengetahuan (Suyono, 2012 :6). Pendidikan dimulai dari

berbagai jenjang hingga Perguruan Tinggi, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang

dipelajari di sekolah.

Matematika adalah pola berpikir, pembuktian yang logik, pola yang

mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan menggunakan istilah yang dapat

didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas, representasinya dengan simbol serta padat,

lebih berupa sebuah bahasa simbol tentang ide dibandingkan tentang bunyi (Johnson and

Rising, 1972). Mata pelajaran matematika dipelajari di berbagai jenjang pendidikan dan salah

satunya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada kenyataannya matematika

sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar siswa yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal

menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dikarenakan

matematika bersifat abstrak dan membutuhkan konsep-konsep.


Pembelajaran matematika merupakan serangkaian aktivitas guru dalam memberikan

pengajaran terhadap siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika

dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing). Sasaran dari

pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan

sistematis (Nickson Jajang, 2005:5). Dalam hal ini guru membimbing siswa melakukan

kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Salah

satu pendidikan dan pembelajaran yang penting di sekolah yaitu pembelajaran matematika.

Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang

sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana (KBBI:2008). Perbandingan ada dua

macam yaitu perbandingan senilai dan berbalik nilai. Perbandingan senilai yaitu

perbandingan dari dua atau lebih besaran dimana suatu variabel bertambah, maka variabel

yang lain bertambah pula atau disebut juga dengan perbandingan yang memiliki nilai yang

sama. Sedangkan perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan dari dua atau lebih besaran

dimana satu variabel bertambah, maka variabel yang lain berkurang atau turun nilainya. Pada

materi ini banyak siswa yang hasil belajar nya rendah, bedasarkan wawancara yang saya

lakukan di SMP N 1 Klaten kelas VII bahwa didapat hasil belajar pada pembelajaran

matematika pada materi perbandingan masih tergolong rendah, dibuktikan dengan rata-rata

nilai pembelajaran 69,1%. Maka diperlukanya inovasi media pembelajaran yang dapat

membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan menguatkan materi. Yaitu dengan cara

mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat baik digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan

siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan

pembelajaran maupun memberikan latihan pengembangan. Dengan LKS siswa dapat

mengkontruksi pengetahuan sehingga siswa dapat mengkritisi pelajaran dan dapat berperan

aktif, tidak semata-mata mengerjakan latihan-latihan soal matematika yang bersifat


algoritmik, mekanistik, dan rutin. LKS yang beredar tidak berubah dari tahun ke tahun, yang

berubah hanya cover dan susunannya saja sedangkan isinya tetap sama, padahal kurikulum

yang dipakai telah berubah. (Zulkardi, 2001) mengatakan diperlukan kecakapan guru untuk

materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran sehingga siswa memperoleh kompetensi

yang diharapkan dan pembelajaran lebih bermakna.

Media pembelajaran tersebut berupa LKS, yang merupakan stimulus atau bimbingan

guru dalam pembelajaran yang disajikan secara tertulis berupa informasi maupun soal-soal

(pertanyaan-pertanyaan) dan harus dijawab oleh siswa. Dalam proses pembelajaran

matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau

prinsip. LKS dapat disesaikan dengan kebutuhan siswa di kelas sehingga mempermudah

siswa untuk menggali kemampuan berpikir kritisnya. Pada penelitian sebelumnya telah

dilakukan usaha pengembangan perangkat pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir

kritis siswa melalui pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik dan penggunaan

LKS memiliki potensial efek terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Rusiyanti, 2009).

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa

agar peserta didik secara aktif mengkontrukkonsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan

masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai

tehnik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau

prinsip yang ditemukan (M.Lazim,2013:1).

Dengan LKS berbasis saintifik ini dapat melatih siswa untuk melakukan pengamatan

terhadap gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya. Selanjutnya siswa dibimbing untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai pencerminan rasa ingin tahunya. Dari pertanyaan

yang diajukan siswa diberi kesempatan untuk melakukan penemuan jawaban melalui

kegiatan percobaan dan dilatih untuk menalar atau menjelaskan hasil temuanya. Dengan
demikian siswa memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan langkah-langkah ilmiah

sebagaimana dilakukan ilmuwan selama ini. LKS berbasis saintifik membantu guru dalam

menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Siswa

terdorong untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran melalui pengalaman nyata,

pengembangan LKS ini dilakukan dengan tujuan umum untuk menghasilkan LKS yang dapat

digunakan sebagai alat bantu guru dalam memfasilitasi berpikir kritis siswa. Secara khusus

tujuan pengembangan LKS berbasis saintifik ini yaitu menghasilkan LKS berbasis saintifik

yang memenuhi kriteria layak secara teoritik dari ahli materi: memenuhi kriteria layak dari

segi format, isi dan tampilan dari ahli media: memiliki keterterapan yang tinggi atau layak

dalam pembelajaran menurut pengguna (guru dan siswa).

Bedasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Saintifik Untuk

Memfasilitasi Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Perbandingan Untuk Siswa Kelas VII SMP

N 1 Klaten”. Mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan

bedasarkan indikator berpikir kritis dengan harapan dapat memfasilitasi berpikir kritis siswa.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang adalah :

1. Hasil belajar siswa pada materi perbandingan rendah.

2. LKS dari tahun ke tahun yang selalu sama, baik isinya dan hanya yang berubah cover

saja.

3. LKS belum memfasilitasi berpikir kritis siswa.

4. Presentase penugasan materi perbandingan belum maksimal, dibuktikan dengan hasil

wawancara.
C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini harus difokuskan agar tidak melebar, sehingga peneliti membatasi

ruang lingkup permasalahan pada penelitian, yaitu:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 1 Klaten tahun ajaran

2020/2021

2. Objek penelitian

a. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada pendekatan

saintifik.

b. Materi yang diajarkan dibatasi pada materi pokok Perbandingan kelas VII SMP N

SMP N 1 Klaten, Semester ganjil Tahun ajaran 2020/2021.

c. Hasil belajar materi perbandingan pada aspek kognitif, meliputi C1 (mengingat),

C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis) melalui pre-test

dan post-test. Hasil belajar pada aspek afektif meliputi A1 (penerimaan), A2

(tanggapan), dan A3 (tata nilai). Sedangkan hasil belajar pada aspek psikomotor

meliputi P1 (persepsi), P2 (persiapan), P3 (respon terbimbing), P4 (respon

mekanis), dan P5 (respon kompleks).

d. Penelitian ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang diterapkan di SMP N 1 Klaten

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah dengan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada pokok sub bahasan

perbandingan dapat meningkatkan hasil belajar siswa?


2. Apakah dengan mengembangkan LKS sudah mengubah materi dari tahun ke tahun?

3. Apakah dengan LKS sudah memfasilitasi berpikir siswa pada materi perbandingan?

4. Apakah dengan pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada pokok

sub bahasan perbandingan mempengaruhi tingkat penguasaan materi perbandingan?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui berpengaruh LKS menggunakan pendekatan saintifik terhadap hasil

belajar matematika materi pokok perbandingan pada aspek kognitif siswa kelas VII

SMP N 1 Klaten.

2. Mengetahui berpengaruh LKS menggunakan pendekatan saintifik terhadap isi lembar

kerja siswa matematika materi pokok perbandingan pada siswa kelas VII SMP N 1

Klaten.

3. Mengetahui berpengaruh LKS menggunakan pendekatan saintifik sudah memfasilitasi

terhadap hasil belajar matematika materi pokok perbandingan siswa kelas VII SMP N

1 Klaten.

4. Mengetahui berpengaruh LKS menggunakan pendekatan saintifik terhadap

penguasaan matematika materi pokok perbandingan pada siswa kelas VII SMP N

1Klaten.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan diantaranya:

1. Bagi Guru

a. Sebagai alternatif baru pendekatan pembelajaran untuk membantu guru lebih

mudah dalam menyampaikan materi perbandingan sehingga dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika.


b. Mendapatkan pengalaman belajar dengan model pembelajaran baru yang menarik

bagi siswa dalam aktivitas pembelajaran matematika.

c. Membantu menjawab pemikiran siswa mengenai konsep materi perbandingan

sehingga dapat dipahami secara utuh dan terpadu.

d. Untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa terhadap pelajaran

matematika.

2. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai referensi yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan

kebijakan pendekatan pembelajaran, terutama mata pelajaran matematika.

3. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam merancang dan

mengembangkan pendekatan pembelajaran yang mandiri, tepat, dan praktis dalam

pembelajaran.

b. Meningkatkan motivasi untuk menciptakan inovasi pendekatan pembelajaran baru

untuk meningkatkan kualitas siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika SMP

Belajar merupakan bagian penting dari kehidupan individu. Proses berkembangnya

pengetahuan yang terjadi pada seseorang sebagian besar terjadi karena proses belajar. Banyak

definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut (Sudjana, 2010) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.

Menurut Bell Gleder (2008:4) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh

manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan

(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap

dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar

sepanjang hayat. Dengan demikian, belajar membuat seorang individu mengalami perubahan

sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Sementara menurut Heinich (Benny A. Pribadi,

2009:6), belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan baru, keterampilan,

dan sikap individu yang terjadi melalui sumber-sumber belajar.

Bedasarkan dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan sebuah proses yang mengarah pada perkembangan sikap, pengetahuan baru

maupun keterampilan dari berbagai sumber belajar yang berlaku dan relatif lama.
Pembelajaran memiliki kaitan yang erat dengan belajar. Menurut menurut Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 103 tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan

potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara

pendidikan yang berlangsung disekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka

menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spritual dan

sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk

bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu rekayasa sosio-psikologis untuk

memelihara kegiatan belajar sehingga individu dapat belajar secara optimal dalam mencapai

tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik (Erman

Suherman,dkk.,2003:9). Menurut ( Jamil Suprihatiningrum, 2013:75) pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara

terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya

berupa tempat, tetapi juga metode, media,dan peralatan yang diperlukan untuk

menyampaikan informasi.

Bedasarkan dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah suatu rekayasa sosio-psikologis yaitu rancangan kegiatan yang melibatkan kondisi

sosial dan mental peserta didik yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin

meningkat dalam sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah yaitu matematika. Elea Tinggih

(Erman Suherman, 2001:) matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan

tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),

sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping

penalaran. Menurut Herman Hudojo (2005:35) matematika tidak hanya berhubungan dengan

bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasaranya.

Begle (Herman Hudojo,2005:36) menyatakan bahwa sasaran atau objek penalaahan

matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa matematika berhubungan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungannya

diatur secara logis. Bedasarkan definisi-definisi matematika tersebut dapat disimpulkan

bahwa matematika adalah hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,proses, dan

penalaran yang berkaitan dengan fakta, konsep, operasi dan prinsip.

Bedasarkan pengertian belajar, pembelajaran, dan matematika, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika adalah suatu rekayasa sosio-psikologis yaitu rancangan

kegiatan yang mengibatkan kondisi sosial dan mental peserta didik yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pemikiran tentang ide, proses, dan

penalaran yang berkaitan dengan fakta, konsep, operasi dan prinsip.

Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP dijelaskan

bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik mendapatkan beberapa hal

sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah. Termasuk dalam kecakapan ini adalah melakukan

algoritma atau prosedur, yaitu kompetensi yang ditunjukkan saat bekerja dan menerapkan

konsep-konsep matematika seperti melakukan operasi hitung, melakukan operasi aljabar,


melakukan manipulasi aljabar, dan keterampilan melakukan pengukuran dan

melukis/menggambarkan /merepresentasikan konsep keruangan.

b. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat

generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.

c. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam

penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam

konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang

meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model matematika,menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata).

d. Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan

menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas

keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

f. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan

pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran,

menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai

kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti,cermat, bersikap luwes dan

terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa dengan orang lain.

g. Melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika.

Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-

kegiatan matematika. Kecakapan atau kemampuan-kemampuan tersebut saling terkait erat,

yang satu memperkuat sekaligus membutuhkan yang lain. Sekalipun tidak dikemukakan
secara eksplisit, kemampuan berkomunikasi muncul dan diperlukan di berbagai kecakapan,

misalnya untuk menjelaskan gagasan pada Pemahaman Konseptual, menyajikan rumusan dan

penyelesaian masalah, atau mengemukakan argumen pada penalaran.

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut proses pembelajaran

dirancang dengan berpusat pada siswa. Hal ini untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,

inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar (Permendikbud No. 58 tahun 2014).

Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik siswa SMP. Berdasarkan teori perkembangan

kognitif Piaget. Siswa SMP kelas VII dapat dikategorikan sebagai remaja. Menurut Piaget,

mereka berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini remaja mengalami transisi dari

penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam berpikir.

Kemampuan berpikir abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan dalam tahap operasi

formal. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget masa remaja adalah tahap peralihan dari

penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam penalaran. Remaja mulai

menyadari keterbatasan pemikiran mereka.

Mereka bergumul dengan konsep-konsep yang dihilangkan dari pengalaman mereka sendiri

(Slavin, 2008: 113).

Pada kenyataannya, tidak seluruh remaja pada usia setingkat SMP sudah dapat berpikir

secara formal. Hal ini tergantung pada individu (remaja) itu sendiri. Piaget (Slavin, 2008:

113) mengemukakan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada ketidakasingan

siswa dengan suatu materi tertentu. Saat siswa merasa tidak asing dengan suatu materi

mereka lebih mungkin menggunakan operasi formal. Ketika mereka asing dengan suatu

materi, siswa mengalami kemajuan dengan lebih lambat,cenderung menggunakan pola

penalaran konkret dan tidak sering menggunakan ide-ide mereka sendiri. Berdasarkan

pengamatan Piaget penggunaan pemikiran operasi formal berbeda-beda menurut tugas,

pengetahuan awal, dan perbedaan individu.


2. Pengembangan Bahan Ajar

a. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa

berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Abdul Majid, 2012: 173). Bahan ajar yang

digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa.Lembar Kerja Siswa adalah media

cetak berupa buku yang pada umumnya berisi ringkasan materi, soal-soal latihan, teka-teki

silang, percobaan sederhana, lembar kegiatan observasi, dan diskusi. LKS termasuk media

cetak hasil pengembangan teknologi cetak berupa buku dan berisi materi visual (Azhar,

2007:29). LKS juga merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang

menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika.

LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik dapat

mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam LKS sebaiknya memuat

materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Pada saat yang sama diberi materi

dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut melalui LKS. Selain itu dalam LKS dapat

menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan (Ischak,

1987:20). Tujuan penggunaan. LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.

1. Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan. Guru

mengambil banyak manfaat dari penggunaan LKS. Manfaat tersebut diantaranya

memudahkan guru dalam pengelolaan kelas terutama dalam mengubah suasana belajar yang

semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Manfaat lain yaitu untuk

memudahkan guru dalam mengarahkan peserta didiknya untuk mengembangkan


keterampilan proses. LKS juga sebagai sumber belajar yang termasuk media cetak

mempunyai banyak manfaat. Beberapa manfaat dari media cetak menurut Azhar (2003)

antara lain:

1. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, sehingga siswa yang lambat

maupun cepat dapat menguasai materi pelajaran yang sama.

2. Peserta didik dapat mengulang materi.

3. Memungkinkan perpaduan antara teks dan gambar, sehingga menambah daya tarik.

4. Teks yang terstruktur memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif dengan memberikan

respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun.

5. Materi dapat diproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah walaupun isi

informasi harus direvisi sesuai dengan perkembangan.

LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi, teknis, dan didaktik. Ketiga

persyaratan inilah yang tercermin dalam instrumen penilaian kualitas sebuah LKS.

Persyaratan konstruksi meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,

susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan. Pada hakekatnya syarat

konstruktif haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu

peserta didik. Syarat teknis menekankan pada tulian, gambar dan penampilan.

Sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang

efektif (Hendro & R. E. Kaligis, 1992:41), yaitu:

1. Memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKS yang baik itu adalah yang

dapat digunakan baik oleh peserta didik yang lamban, sedang, maupun pandai.

2. Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS ini berfungsi

sebagai petunjuk jalan bagi peserta didik untuk mencari tahu.

3. Memiliki variasi stimulus berbagai media dan kegiatan peserta didik.


4. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika

pada diri anak.

5. Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik

(intelektual, emosional, dan sebagainya).

Pemanfaatan LKS merupakan jenis kegiatan yang dapat membantu peserta didik

dalam menguasai materi pelajaran (Musringah, 2003: 18). Tingginya tingkat penguasaan dan

pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dengan sendirinya akan meningkatkan

prestasi belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran.

Pemanfaatan LKS bisa dilihat dari intensitasnya, yaitu tingkat kehebatan pemanfaatan yang

dilakukan. Intensitas ini dapat ditunjukan dengan indikator frekuensi pemanfaatan, rutinitas

pemanfaatan, rasa ketertarikan, cara pemanfaatan dan kegunaan. Secara umum LKS sebagai

perangkat pembelajaran menjadi pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS ini sangat baik digunakan untuk memacu keterlibatan

peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun

untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS

bertujuan untuk membantu siswa menemukan konsep atau prinsip dan membantu peserta

didik menguasai materi.

3. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran matematika selalu disajikan dengan berbagai pendekatan pembelajaran.

Pendekatan adalah usaha yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa pendapat ahli mengenai pendekatan

dalam pembelajaran. Menurut M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, pendekatan pembelajaran

diartikan sebagai suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan

pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang pelaksanaannya memerlukan satu atau

beberapa tehnik.Erman Suherman Ar, dkk. menyebutkan bahwa pendekatan (approach)


pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran

agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Jadi, pendekatan adalah cara yang

ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam suatu pembelajaran, salah satunya

adalah Pendekatan Saintifik. Pendekatan Saintifik atau lebih umum dikatakan pendekatan

ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang

menjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupun metode. Pendekatan saintifik atau ilmiah

merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar

mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu

metode ilmiah.

Pendekatan Saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah

saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Proses pembelajaran yang

menggunakan Pendekatan Saintifik untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan cara-cara ilmiah. Informasi bisa

berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi yang hanya dari guru.

Menurut Kosaisih :

Pendekatan Saintifik merupakan pendekatan didalam kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan kreatifitas dan hasil temuan siswa. Pendekatan Saintifik menuntut seorang

guru agar mampu mengarahkan peserta didik untuk mengamati sesuatu dengan baik

menggunakan panca inderanya untuk dapat mempereloh informasi, setelah memperoleh

informasi siswa diharapkan mampu merumuskan masalah dari informasi yang diperoleh.

Pendekatan Saintifik juga mengharapkan siswa agar mampu menalar atau mengolah

informasi melalui penalaran yang rasional. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan

ataupun percobaan harus diproses untuk menemukan adanya keterkaitan suatu informasi
dengan informasi lainnya. Adanya Pendekatan Saintifik ini diharapkan akan mampu

meningkatkan mutu pembelajaran yang baik termasuk dalam proses pembelajaran.

Kemedikbud menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui

proses, mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Lima

pengalaman belajar ini diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran,

metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Dengan menerapkan kelima kegiatan tersebut

peserta didik akan mampu berfikir kritis dan kreatif.

Selain itu, proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik akan

menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan

(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar

melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.


Pembelajaran Saintifik diorientasikan untuk membina peserta didik agar terampil

memecahkan masalah baik masalah yang berhubungan dengan konsep materi pembelajaran

dan lebih jauh memecahkan masalah dalam kehidupan nyata peserta didik. Dalam pandangan

Barringer yang dikutip dari Yunus Abidin, Pembelajaran proses saintifik merupakan

pembelajaran yang menuntut peserta didik berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya

memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Berkaitan dengan hal

tersebut, pembelajaran ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan memecahkan

masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berfikir kreatif, melakukan aktivitas

penelitian, dan membangun konseptual pengetahuan. Jelas bahwa pembelajaran dengan

pendekatan saintifik memang ditujukan untuk membangun kompetensi peserta didik dalam

memecahkan masalah melalui pendayagunaan pengetahuan kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan berpikir kreatif.

Kemendikbud tentang Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 yang

dikutip dari Yunus Abidin, menjelaskan mengenai proses pembelajaran dengan berbasis

pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah ilmiah pendekatan ilmiah.

Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria

ilmiah. Lebih lanjut kemendikbud menjelaskan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah

jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,

atau dongeng semata.


2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas

dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari

alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi

pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya.

Pendekatan Saintifik sebagai asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses

pembelajaran. Berdasakan pengertian pendekatan ini, kemendikbud menyajikan pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Mengamati Menanya Mencoba Menalar Mengkomunikasikan

1) Mengamati

Kegiatan peserta didik diperoleh untuk memperoleh dunia nyata melalui berbagai alat indera

penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Proses mengamati dapat dilakukan

melalui kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati gambar, membaca tabel

dan grafik data, menganalisis peta, membaca buku, mendengar radio, menyimak cerita, dan

berselancar mencari informasi yang ada di media masa atau dan jejaring internet.
2) Menanya

Kegiatan peserta didik untuk menyatakan secara eksplisit dan rasional apa yang ingin

diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu.

Dalam kegiatan menanya, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru, nara sumber,

atau kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan. Bentuk

pertanyaan dapat berupa meminta informasi, konfirmasi, menyamakan pendapat, atau bersifat

hipotetif.

3) Mencoba/mengumpulkan data (informasi)

Melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati

objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber. Mengekspolarasi, mencoba,

berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca

sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket,

wawancara, dan memodifikasi/menambahi/mengembangkan.

4) Menalar (mengasosiasikan/mengolah informasi)

Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengamati
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan dan kegiatan mengumpulkan

informasi, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk

membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait

dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

5) Mengkomunikasikan

Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya. Menyajikan laporan dalam bentuk bagian, diagram, atau

grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan

kesimpulan secara lisan.

a. Langkah-Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Saintifik


Langkah-langkah pendekatan saintifik mengacu pada metode ilmiah. McMillan dan

Schumacher yang dikutip dari Yunus Abidin, menyatakan bahwa metode kerja ilmiah terdiri

atas empat langkah yaitu: (1) define a problem, (2) state the hypotesis to be tested, (3) collect

and analyze data, and (4) interprete the results and draw conclusions about the problem.31

Maka langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu:

1) Identifikasi Masalah

Langkah pertama yang harus dilakukan peserta didik adalah menentukan masalah yang akan

dipelajari. Pembelajaran dilakukan dengan sejumlah masalah, baik masalah yang disajikan

guru dan lebih baik lagi masalah yang disajikan peserta didik. Masalah dalam pembelajaran

mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan membuat pertanyaan dari hasil

pengamatan. Sehingga pada tahap ini muncul salah satu aktivitas pembelajaran yaitu

mengamati (observasi).

2) Membuat Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peserta didik sebagai hasil kegiatan

penalaran. Dalam langkah ini, peserta didik harus menggunakan penalarannya baik secara

induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan.

Sehingga aktivitas pembelajaran yang muncul pada tahap ini yaitu menanya dan menalar.

3) Mengumpulkan dan Menganalisis Data

Kegiatan mengumpulkan dan menganalisis data dilakukan secara eksperimen. Hasil

pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah guna dapat digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan penelitian. Jadi, pada tahap ini muncul

aktivitas mencoba (eksperimen).

4) Menginterpretasi Data dan Membuat Kesimpulan


Kegiatan ini dilakukan oleh si peneliti dalam memberikan makna terhadap hasil analisis yang

telah dihasilkan. Aktivitas pembelajaran yang muncul pada kegiatan ini adalah

mengkomunikasikan.

b. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik.

Suatu pendekatan pembelajaran akan mempengaruhi proses pembelajaran, dan berdampak

pada hasil belajar peserta didik. Namun pada kenyatannya setiap pendekatan pasti memiliki

keunggulan dan kelemahan masing-masing. Adapun keunggulan pembelajaran dengan

pendekatan saintifik, antara lain: (1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya

kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam

menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana

peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil

belajar yang tinggi, (5) untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide,

khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengembangkan karakter peserta

didik.

Selain memiliki kelebihan yang telah disebutkan, suatu pendekatan pembelajaran juga

memiliki kelemahan dalam beberapa hal, sama halnya dengan pendekatan saintifik memiliki

kelemahan sebagai berikut: (1) Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan

lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga apabila guru tidak mau

kreatif maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. (2) Guru

jarang menjelaskan materi pelajaran karena guru banyak yang beranggapan bahwa dengan

kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.

3. Berpikir Kritis

Proses berpikir merupakan suatu pengalaman memproses persoalan untuk

mendapatkan dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang

dihadapi. Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta.
Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam

mencapai kehidupan yang lebih baik (Cahyani, 2017: 31).

Proses berpikir merupakan suatu pengalaman memproses persoalan untuk

mendapatkan dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang

dihadapi. Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta.

Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam

mencapai kehidupan yang lebih baik (Cahyani, 2017: 31).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

adalah kemampuan untuk memproses persoalan dengan analisis, evaluasi, dan interpretasi

untuk mendapatkan suatu gagasan baru. Berpikir kritis merupakan upaya untuk menguji

sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau pengetahuan dengan bukti-bukti yang mendukung

sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat.

Indikator – indikator kemampuan berpikir kritis

Menurut Facione dalam Asmawati (2015: 3), mendefinisikan enam kemampuan

berpikir kritis yaitu eksplanasi, interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, dan pengaturan diri.

Berpikir kritis memungkinkan peserta didik untuk menganalisis pikirannya dalam

menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Berpikir kritis adalah berpikir

logis dan reflektif yang dipusatkan pada keputusan apa yang diyakini atau dikerjakan.

Berpikir kritis diperlukan dalam pembelajaran fisika. Hal ini mengacu bahwa setiap ilmu

memiliki prinsip yang mencirikan ilmuitu rasional sehingga diperlukan kemampuan berpikir

logis. Ada lima kerangka berpikir kritis dalam menganalisis konsep menurut Ennis dalam

Rahmawati (2016: 1113), yaitu: (1) memberi penjelasan sederhana, (2) membangun

keterampilan dasar, (3) menyimpulkan,(4) membuat penjelasan lebih lanjut, serta (5)

menerapkan strategi dan taktik.


Menurut Ennis dalam Wiyono (2009: 22) terdapat 12 indikator kemampuan berpikir

kritis yang dikelompokkan dalam 5 aspek keterampilan berpikir kritis seperti ditunjukkan

pada Tabel berikut ini :

Tabel 2.2: Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Kemampuan Berpikir Kritis


1. Memberikan penjelasan sederhana a. Memfokuskan pertanyaan

( Elementary Clarification) b. Menganalisis pertanyaan dan bertanya

c.Menjawab pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau pernyataan


2. Membangun keterampilan dasar ( basic a. Mempertimbangkan kredibilitas(kriteria

support) suatu sumber)

b.Mengobservasi dan mempertimbangkan

hasil observasi

3.Menyimpulkan (inference) A.Membuat deduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi

b. Membuat induksi dan mempertimbangkan

induksi

c.Membuat dan mempertimbangkan hasil

keputusan
4. Membuat penjelasan lebih lanjut ( advance a. Mendefinisikan istilah,

clariffication) mempertimbangkan definisi.

b.Mengidentifikasi asumsi
5. Strategi dan taktik (Strategies and tactics) a.Memutuskan tindakan

b.Berinteraksi dengan orang lain


Pada penelitian ini, aspek kemampuan berpikir kritis difokuskan pada aspek kemampuan

berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis, yaitu meliputi: 1) memberikan penjelasan

sederhana (elementary clarification); 2) membangun keterampilan dasar (basic support); 3)


menyimpulkan (inference); 4) membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification); serta

5) strategi dan taktik/perencanaan.

4. Perbandingan

Pengertian Perbandingan

Membandingkan dua besaran dapat diartikan dua hal, yaitu:

a. Membandingkan dapat diartikan sebagai mencari selisihnya.

b. Membandingkan juga dapat diartikan sebagai mencari nilai perbandingan atau ukuran dari

kedua obyek itu.

Sebagai contoh, tinggi Damen 180 cm sedangkan tinggi Celine 170 cm. Jika cara

membandingkan yang dimaksud adalah siapa yang lebih tinggi maka jawabannya adalah

Budi dengan selisih tinggi 180 – 170 = 10 cm.

Namun jika yang ditanyakan adalah perbandingan yang berorientasi pada

18
hasil bagi maka 180 : 170 = 180 : 170 = 18 : 17 =
17

a. Perbandingan Senilai

Perbandingan senilai adalah perbandingan antara dua besaran yang ditandai dengan

membesarnya besaran yang satu diikuti membesarnya besaran yang kedua dan sebaliknya

berdasarkan aturan tertentu.

Contoh :

Tabel 2.3 Banyak Pensil dan Harga Pensil

Baris ke - Banyaknya Pensil Harga Pensil (Rp)


1. 1 500
2. 2 1000
3. 3 1500
4. 4 2000
5. 5 2500
6. X Y

Tabel di atas jika direpresentasikan dalam bentuk grafik perbandingan senilai sebagai berikut.
GRAFIK PERBANDINGAN SENILAI
3000

2500

2000
Banyaknya pensil
Column3
Axis Title 1500

1000

500

0
1 2 3 4 5 6

Dari data tabel di atas juga akan diperlihatkan perbandingan senilai sebagai berikut:

Banyaknya pensil baris ke−2 1


Banyaknya pensil baris ke−4
= 2

Harga pensil baris ke−2 1000 1


Harga pensil baris ke−4
= 2000
= 2

Tampak bahwa nilai perbandingan banyak pensil pada baris ke-2 dan ke-4 sama dengan

perbandingan harga pensil pada baris yang bersesuaian

Contoh lain adalah :

Banyaknya pensil baris ke−1 1


Banyaknya pensil baris ke−3
= 3

Harga pensil baris ke−1 500 1


Harga pensil baris ke−3
= 1500
= 3

Ternyata nilai perbandingan banyak pensil pada baris ke-1 dan ke-3 sama dengan

perbandingan harga pensil pada dua baris yang bersesuaian.

Demikianlah seterusnya bila diselidiki lebih lanjut akan selalu bersifat seperti itu.

Perbandingan dengan cara seperti itu kemudian disebut sebagai perbandingan senilai.
b. Perbandingan berbalik nilai

Perbandigan berbalik nilai terdapat pada dua besaran yang jika besaran yang satudiperbesar

maka besaran yang kedua mengecil dan sebaliknya, jika besaran yang satu diperkecil maka

bearan yang kedua memebesar.

Contoh berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas yakni tentang tabel banyak

ternak dan banyak hari yang diperlukan untuk menghabiskan persediaan makanan yang

jumlahnya tertentu.

Tabel 2.5 Banyak Ternak dan Banyak Hari untuk Menghabiskan Makanan

Baris ke - Banyak Ternak (ekor) Banyak hari untuk

menghabiskan makanan
1 6 40
2 8 30
3 10 24
4 12 20
5 20 12
6 X Y

Tabel di atas jika direpresentasikan dalam bentuk grafik perbandingan berbalik nilai sebagai

berikut.

GRAFIK PERBANDINGAN BERBALIK NILAI


45

40

35

30
Banyak Ternak (Ekor)
25 Column1
Axis Title
20

15

10

0
1 2 3 4 5 6
Gambar 2.6 Grafik Perbandingan Berbalik Nilai

Banyak ternak baris ke−1 6 3


Banyak ternak baris ke−3
= 10
= 5

Banyak hari ke−1 40 5


Banyak hari ke−3
= 24
= 3

3 5
Terlihat nilai perbandingan merupakan kebalikan
5 3

Untuk lebih jelasnya berikut contoh selanjutnya :

Banyak ternak baris ke−2 8 2


Banyak ternak baris ke−5
= 20
= 5

Banyak hari baris ke−2 30 5


Banyak hari baris ke−5
= 12
= 2

2 5
Terlihat nilai perbandingan merupakan kebalikan
5 2

Perbandingan antara banyak ternak pada baris tertentu dan perbandingan banyak hari untuk

menghabiskan sejumlah makanan tertentu pada dua baris yang bersesuaian saling

berkebalikan nilainya. Sehingga perbandingan banyak ternak terhadap banyak hari

merupakan perbandingan berbalik nilai.

5. Skala

Untuk membangun pemahaman kepada siswa tentang skala, pertama-tama berikan mereka

sebuah soal yang berkenaan dengan membuat denah. Misalkan soalnya sebagai berikut:

Skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar) dengan jarak sebenarnya. Skala 1:

n artinya setiap 1 cm jarak pada peta atau gambar mewakili n cm jarak sebenarnya.

Jarak pada peta(gambar)


Skala =
Jarak sebenarnya

Faktor skala merupakan perbandingan ukuran pada model dengan ukuran


sebenarnya. Sehingga berlaku :

Panjang pada model Lebar pada model


Faktor Skala =
Panjang sebenarnya
= Lebar sebenarnya

Tinggi pada model


= Tinggi sebenarnya

BAB III

Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Research and Development merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan suatu produk tersebut (Sugiyono,

2013).

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini bedasarkan pada model

PPE ( planning, production,and evaluation)yang dikembangkan oleh Richey dan Klein.

Richey dan Klein dalam Sugiyono (2016) menyatakan “The focus of research and

development design can be on front –end analys planning, production adn evaluation (PPE)”.
Planning (perencanaan) adalah kegiatan membuat rencana produk. Pada kegiatan ini diawali

dengan analisis kebutuhan yang dilakukan melalui penelitian dan studi literatur. Production

(memproduksi) adalah kegiatan membuat produk bedasarkan rancangan yang telah dibuat.

Evaluation (evaluasi) merupakan kegiatan kegiatan menguji dan menilai seberapa tinggi

produk yang telah mempengaruhi spesifikasi yang telah ditentukan.

Gambar 3.1 menggambarkan langkah pengembangan bahan ajar dengan model PPE.

Planning Production Evaluation

Gambar 3.1 Langkah – Langkah Pengembangan Model PPE

Langkah-Langkah dalam penggunaan model PPE penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Planning

Tahap ini merupakan tahap pengembangan bahan ajar. Pada tahap ini dilakukan

Anda mungkin juga menyukai