PROPOSAL SKRIPSI
NIM : 16600083
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa merupakan pendidikan yang
memecahkan masalah dalam kehidupan (Novana, 2014). Hal tersebut menuntut manusia
untuk terus meningkatkan kualitas dan kemampuan diri agar tetap mampu mengikuti
perkembangan yang ada. Maka diperlukan sistem pendidikan yang berimplikasi kepada
pembelajaran yang dilandasi oleh pengetahuan (Suyono, 2012 :6). Pendidikan dimulai dari
berbagai jenjang hingga Perguruan Tinggi, matematika adalah salah satu mata pelajaran yang
dipelajari di sekolah.
mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan menggunakan istilah yang dapat
didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas, representasinya dengan simbol serta padat,
lebih berupa sebuah bahasa simbol tentang ide dibandingkan tentang bunyi (Johnson and
Rising, 1972). Mata pelajaran matematika dipelajari di berbagai jenjang pendidikan dan salah
satunya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada kenyataannya matematika
sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal
dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing). Sasaran dari
pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan
sistematis (Nickson Jajang, 2005:5). Dalam hal ini guru membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Salah
satu pendidikan dan pembelajaran yang penting di sekolah yaitu pembelajaran matematika.
Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang
sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana (KBBI:2008). Perbandingan ada dua
macam yaitu perbandingan senilai dan berbalik nilai. Perbandingan senilai yaitu
perbandingan dari dua atau lebih besaran dimana suatu variabel bertambah, maka variabel
yang lain bertambah pula atau disebut juga dengan perbandingan yang memiliki nilai yang
sama. Sedangkan perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan dari dua atau lebih besaran
dimana satu variabel bertambah, maka variabel yang lain berkurang atau turun nilainya. Pada
materi ini banyak siswa yang hasil belajar nya rendah, bedasarkan wawancara yang saya
lakukan di SMP N 1 Klaten kelas VII bahwa didapat hasil belajar pada pembelajaran
matematika pada materi perbandingan masih tergolong rendah, dibuktikan dengan rata-rata
nilai pembelajaran 69,1%. Maka diperlukanya inovasi media pembelajaran yang dapat
membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan menguatkan materi. Yaitu dengan cara
Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat baik digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan
siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan
mengkontruksi pengetahuan sehingga siswa dapat mengkritisi pelajaran dan dapat berperan
berubah hanya cover dan susunannya saja sedangkan isinya tetap sama, padahal kurikulum
yang dipakai telah berubah. (Zulkardi, 2001) mengatakan diperlukan kecakapan guru untuk
materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran sehingga siswa memperoleh kompetensi
Media pembelajaran tersebut berupa LKS, yang merupakan stimulus atau bimbingan
guru dalam pembelajaran yang disajikan secara tertulis berupa informasi maupun soal-soal
matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau
prinsip. LKS dapat disesaikan dengan kebutuhan siswa di kelas sehingga mempermudah
siswa untuk menggali kemampuan berpikir kritisnya. Pada penelitian sebelumnya telah
kritis siswa melalui pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik dan penggunaan
LKS memiliki potensial efek terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (Rusiyanti, 2009).
agar peserta didik secara aktif mengkontrukkonsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tehnik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
Dengan LKS berbasis saintifik ini dapat melatih siswa untuk melakukan pengamatan
yang diajukan siswa diberi kesempatan untuk melakukan penemuan jawaban melalui
kegiatan percobaan dan dilatih untuk menalar atau menjelaskan hasil temuanya. Dengan
demikian siswa memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan langkah-langkah ilmiah
sebagaimana dilakukan ilmuwan selama ini. LKS berbasis saintifik membantu guru dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Siswa
pengembangan LKS ini dilakukan dengan tujuan umum untuk menghasilkan LKS yang dapat
digunakan sebagai alat bantu guru dalam memfasilitasi berpikir kritis siswa. Secara khusus
tujuan pengembangan LKS berbasis saintifik ini yaitu menghasilkan LKS berbasis saintifik
yang memenuhi kriteria layak secara teoritik dari ahli materi: memenuhi kriteria layak dari
segi format, isi dan tampilan dari ahli media: memiliki keterterapan yang tinggi atau layak
mengenai “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Saintifik Untuk
Memfasilitasi Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Perbandingan Untuk Siswa Kelas VII SMP
bedasarkan indikator berpikir kritis dengan harapan dapat memfasilitasi berpikir kritis siswa.
B. Identifikasi Masalah
2. LKS dari tahun ke tahun yang selalu sama, baik isinya dan hanya yang berubah cover
saja.
wawancara.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini harus difokuskan agar tidak melebar, sehingga peneliti membatasi
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 1 Klaten tahun ajaran
2020/2021
2. Objek penelitian
saintifik.
b. Materi yang diajarkan dibatasi pada materi pokok Perbandingan kelas VII SMP N
(tanggapan), dan A3 (tata nilai). Sedangkan hasil belajar pada aspek psikomotor
d. Penelitian ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang diterapkan di SMP N 1 Klaten
A. Rumusan Masalah
1. Apakah dengan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada pokok sub bahasan
3. Apakah dengan LKS sudah memfasilitasi berpikir siswa pada materi perbandingan?
B. Tujuan Penelitian
belajar matematika materi pokok perbandingan pada aspek kognitif siswa kelas VII
SMP N 1 Klaten.
kerja siswa matematika materi pokok perbandingan pada siswa kelas VII SMP N 1
Klaten.
terhadap hasil belajar matematika materi pokok perbandingan siswa kelas VII SMP N
1 Klaten.
penguasaan matematika materi pokok perbandingan pada siswa kelas VII SMP N
1Klaten.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
matematika.
2. Bagi Sekolah
3. Bagi Peneliti
pembelajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
pengetahuan yang terjadi pada seseorang sebagian besar terjadi karena proses belajar. Banyak
definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut (Sudjana, 2010) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta
Menurut Bell Gleder (2008:4) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan
(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap
dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar
sepanjang hayat. Dengan demikian, belajar membuat seorang individu mengalami perubahan
merupakan sebuah proses yang mengarah pada perkembangan sikap, pengetahuan baru
maupun keterampilan dari berbagai sumber belajar yang berlaku dan relatif lama.
Pembelajaran memiliki kaitan yang erat dengan belajar. Menurut menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 103 tahun 2014 tentang
potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spritual dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
memelihara kegiatan belajar sehingga individu dapat belajar secara optimal dalam mencapai
tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik (Erman
serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara
terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya
berupa tempat, tetapi juga metode, media,dan peralatan yang diperlukan untuk
menyampaikan informasi.
adalah suatu rekayasa sosio-psikologis yaitu rancangan kegiatan yang melibatkan kondisi
sosial dan mental peserta didik yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah yaitu matematika. Elea Tinggih
(Erman Suherman, 2001:) matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan
tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran),
sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping
penalaran. Menurut Herman Hudojo (2005:35) matematika tidak hanya berhubungan dengan
matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa matematika adalah hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide,proses, dan
kegiatan yang mengibatkan kondisi sosial dan mental peserta didik yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pemikiran tentang ide, proses, dan
Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP dijelaskan
bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik mendapatkan beberapa hal
sebagai berikut :
antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah. Termasuk dalam kecakapan ini adalah melakukan
algoritma atau prosedur, yaitu kompetensi yang ditunjukkan saat bekerja dan menerapkan
b. Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam
konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah
menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
f. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan
menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai
kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti,cermat, bersikap luwes dan
Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-
yang satu memperkuat sekaligus membutuhkan yang lain. Sekalipun tidak dikemukakan
secara eksplisit, kemampuan berkomunikasi muncul dan diperlukan di berbagai kecakapan,
misalnya untuk menjelaskan gagasan pada Pemahaman Konseptual, menyajikan rumusan dan
dirancang dengan berpusat pada siswa. Hal ini untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar (Permendikbud No. 58 tahun 2014).
Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik siswa SMP. Berdasarkan teori perkembangan
kognitif Piaget. Siswa SMP kelas VII dapat dikategorikan sebagai remaja. Menurut Piaget,
mereka berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini remaja mengalami transisi dari
Kemampuan berpikir abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan dalam tahap operasi
formal. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget masa remaja adalah tahap peralihan dari
penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam penalaran. Remaja mulai
Mereka bergumul dengan konsep-konsep yang dihilangkan dari pengalaman mereka sendiri
Pada kenyataannya, tidak seluruh remaja pada usia setingkat SMP sudah dapat berpikir
secara formal. Hal ini tergantung pada individu (remaja) itu sendiri. Piaget (Slavin, 2008:
siswa dengan suatu materi tertentu. Saat siswa merasa tidak asing dengan suatu materi
mereka lebih mungkin menggunakan operasi formal. Ketika mereka asing dengan suatu
penalaran konkret dan tidak sering menggunakan ide-ide mereka sendiri. Berdasarkan
a. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Abdul Majid, 2012: 173). Bahan ajar yang
digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa.Lembar Kerja Siswa adalah media
cetak berupa buku yang pada umumnya berisi ringkasan materi, soal-soal latihan, teka-teki
silang, percobaan sederhana, lembar kegiatan observasi, dan diskusi. LKS termasuk media
cetak hasil pengembangan teknologi cetak berupa buku dan berisi materi visual (Azhar,
2007:29). LKS juga merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang
LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik dapat
mempelajari materi tersebut secara mandiri. Karenanya dalam LKS sebaiknya memuat
materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Pada saat yang sama diberi materi
dan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut melalui LKS. Selain itu dalam LKS dapat
menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan (Ischak,
1987:20). Tujuan penggunaan. LKS dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Memberi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan. Guru
memudahkan guru dalam pengelolaan kelas terutama dalam mengubah suasana belajar yang
semula berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Manfaat lain yaitu untuk
mempunyai banyak manfaat. Beberapa manfaat dari media cetak menurut Azhar (2003)
antara lain:
1. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, sehingga siswa yang lambat
3. Memungkinkan perpaduan antara teks dan gambar, sehingga menambah daya tarik.
4. Teks yang terstruktur memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif dengan memberikan
5. Materi dapat diproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah walaupun isi
LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi, teknis, dan didaktik. Ketiga
persyaratan inilah yang tercermin dalam instrumen penilaian kualitas sebuah LKS.
susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan. Pada hakekatnya syarat
konstruktif haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu
peserta didik. Syarat teknis menekankan pada tulian, gambar dan penampilan.
Sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang
1. Memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKS yang baik itu adalah yang
dapat digunakan baik oleh peserta didik yang lamban, sedang, maupun pandai.
2. Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS ini berfungsi
Pemanfaatan LKS merupakan jenis kegiatan yang dapat membantu peserta didik
dalam menguasai materi pelajaran (Musringah, 2003: 18). Tingginya tingkat penguasaan dan
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dengan sendirinya akan meningkatkan
Pemanfaatan LKS bisa dilihat dari intensitasnya, yaitu tingkat kehebatan pemanfaatan yang
dilakukan. Intensitas ini dapat ditunjukan dengan indikator frekuensi pemanfaatan, rutinitas
pemanfaatan, rasa ketertarikan, cara pemanfaatan dan kegunaan. Secara umum LKS sebagai
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). LKS ini sangat baik digunakan untuk memacu keterlibatan
peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun
bertujuan untuk membantu siswa menemukan konsep atau prinsip dan membantu peserta
3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan adalah usaha yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa pendapat ahli mengenai pendekatan
diartikan sebagai suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan
pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang pelaksanaannya memerlukan satu atau
agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Jadi, pendekatan adalah cara yang
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam suatu pembelajaran, salah satunya
adalah Pendekatan Saintifik. Pendekatan Saintifik atau lebih umum dikatakan pendekatan
ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang
menjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupun metode. Pendekatan saintifik atau ilmiah
merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar
mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu
metode ilmiah.
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Proses pembelajaran yang
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan cara-cara ilmiah. Informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi yang hanya dari guru.
Menurut Kosaisih :
mengutamakan kreatifitas dan hasil temuan siswa. Pendekatan Saintifik menuntut seorang
guru agar mampu mengarahkan peserta didik untuk mengamati sesuatu dengan baik
informasi siswa diharapkan mampu merumuskan masalah dari informasi yang diperoleh.
Pendekatan Saintifik juga mengharapkan siswa agar mampu menalar atau mengolah
informasi melalui penalaran yang rasional. Informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan
ataupun percobaan harus diproses untuk menemukan adanya keterkaitan suatu informasi
dengan informasi lainnya. Adanya Pendekatan Saintifik ini diharapkan akan mampu
metode, teknik, maupun taktik yang digunakan. Dengan menerapkan kelima kegiatan tersebut
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
(psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar
melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
memecahkan masalah baik masalah yang berhubungan dengan konsep materi pembelajaran
dan lebih jauh memecahkan masalah dalam kehidupan nyata peserta didik. Dalam pandangan
Barringer yang dikutip dari Yunus Abidin, Pembelajaran proses saintifik merupakan
pembelajaran yang menuntut peserta didik berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya
memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Berkaitan dengan hal
tersebut, pembelajaran ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan memecahkan
masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berfikir kreatif, melakukan aktivitas
pendekatan saintifik memang ditujukan untuk membangun kompetensi peserta didik dalam
dikutip dari Yunus Abidin, menjelaskan mengenai proses pembelajaran dengan berbasis
ilmiah. Lebih lanjut kemendikbud menjelaskan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Pendekatan Saintifik sebagai asumsi atau aksioma ilmiah yang melandasi proses
1) Mengamati
Kegiatan peserta didik diperoleh untuk memperoleh dunia nyata melalui berbagai alat indera
penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Proses mengamati dapat dilakukan
melalui kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati gambar, membaca tabel
dan grafik data, menganalisis peta, membaca buku, mendengar radio, menyimak cerita, dan
berselancar mencari informasi yang ada di media masa atau dan jejaring internet.
2) Menanya
Kegiatan peserta didik untuk menyatakan secara eksplisit dan rasional apa yang ingin
diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu.
Dalam kegiatan menanya, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru, nara sumber,
atau kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan. Bentuk
pertanyaan dapat berupa meminta informasi, konfirmasi, menyamakan pendapat, atau bersifat
hipotetif.
sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket,
Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengamati
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan dan kegiatan mengumpulkan
informasi, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
5) Mengkomunikasikan
Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Menyajikan laporan dalam bentuk bagian, diagram, atau
grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan
Schumacher yang dikutip dari Yunus Abidin, menyatakan bahwa metode kerja ilmiah terdiri
atas empat langkah yaitu: (1) define a problem, (2) state the hypotesis to be tested, (3) collect
and analyze data, and (4) interprete the results and draw conclusions about the problem.31
1) Identifikasi Masalah
Langkah pertama yang harus dilakukan peserta didik adalah menentukan masalah yang akan
dipelajari. Pembelajaran dilakukan dengan sejumlah masalah, baik masalah yang disajikan
guru dan lebih baik lagi masalah yang disajikan peserta didik. Masalah dalam pembelajaran
mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan membuat pertanyaan dari hasil
pengamatan. Sehingga pada tahap ini muncul salah satu aktivitas pembelajaran yaitu
mengamati (observasi).
2) Membuat Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peserta didik sebagai hasil kegiatan
penalaran. Dalam langkah ini, peserta didik harus menggunakan penalarannya baik secara
induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan.
Sehingga aktivitas pembelajaran yang muncul pada tahap ini yaitu menanya dan menalar.
pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah guna dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan penelitian. Jadi, pada tahap ini muncul
telah dihasilkan. Aktivitas pembelajaran yang muncul pada kegiatan ini adalah
mengkomunikasikan.
pada hasil belajar peserta didik. Namun pada kenyatannya setiap pendekatan pasti memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana
peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil
belajar yang tinggi, (5) untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengembangkan karakter peserta
didik.
Selain memiliki kelebihan yang telah disebutkan, suatu pendekatan pembelajaran juga
memiliki kelemahan dalam beberapa hal, sama halnya dengan pendekatan saintifik memiliki
kelemahan sebagai berikut: (1) Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan
lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga apabila guru tidak mau
kreatif maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. (2) Guru
jarang menjelaskan materi pelajaran karena guru banyak yang beranggapan bahwa dengan
3. Berpikir Kritis
mendapatkan dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang
dihadapi. Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta.
Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam
mendapatkan dan menentukan suatu gagasan yang baru sebagai jawaban dari persoalan yang
dihadapi. Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta.
Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
adalah kemampuan untuk memproses persoalan dengan analisis, evaluasi, dan interpretasi
untuk mendapatkan suatu gagasan baru. Berpikir kritis merupakan upaya untuk menguji
sesuatu yang dipercaya kebenarannya atau pengetahuan dengan bukti-bukti yang mendukung
berpikir kritis yaitu eksplanasi, interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, dan pengaturan diri.
menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan cerdas. Berpikir kritis adalah berpikir
logis dan reflektif yang dipusatkan pada keputusan apa yang diyakini atau dikerjakan.
Berpikir kritis diperlukan dalam pembelajaran fisika. Hal ini mengacu bahwa setiap ilmu
memiliki prinsip yang mencirikan ilmuitu rasional sehingga diperlukan kemampuan berpikir
logis. Ada lima kerangka berpikir kritis dalam menganalisis konsep menurut Ennis dalam
Rahmawati (2016: 1113), yaitu: (1) memberi penjelasan sederhana, (2) membangun
keterampilan dasar, (3) menyimpulkan,(4) membuat penjelasan lebih lanjut, serta (5)
kritis yang dikelompokkan dalam 5 aspek keterampilan berpikir kritis seperti ditunjukkan
hasil observasi
hasil deduksi
induksi
keputusan
4. Membuat penjelasan lebih lanjut ( advance a. Mendefinisikan istilah,
b.Mengidentifikasi asumsi
5. Strategi dan taktik (Strategies and tactics) a.Memutuskan tindakan
berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis, yaitu meliputi: 1) memberikan penjelasan
4. Perbandingan
Pengertian Perbandingan
b. Membandingkan juga dapat diartikan sebagai mencari nilai perbandingan atau ukuran dari
Sebagai contoh, tinggi Damen 180 cm sedangkan tinggi Celine 170 cm. Jika cara
membandingkan yang dimaksud adalah siapa yang lebih tinggi maka jawabannya adalah
18
hasil bagi maka 180 : 170 = 180 : 170 = 18 : 17 =
17
a. Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai adalah perbandingan antara dua besaran yang ditandai dengan
membesarnya besaran yang satu diikuti membesarnya besaran yang kedua dan sebaliknya
Contoh :
Tabel di atas jika direpresentasikan dalam bentuk grafik perbandingan senilai sebagai berikut.
GRAFIK PERBANDINGAN SENILAI
3000
2500
2000
Banyaknya pensil
Column3
Axis Title 1500
1000
500
0
1 2 3 4 5 6
Dari data tabel di atas juga akan diperlihatkan perbandingan senilai sebagai berikut:
Tampak bahwa nilai perbandingan banyak pensil pada baris ke-2 dan ke-4 sama dengan
Ternyata nilai perbandingan banyak pensil pada baris ke-1 dan ke-3 sama dengan
Demikianlah seterusnya bila diselidiki lebih lanjut akan selalu bersifat seperti itu.
Perbandingan dengan cara seperti itu kemudian disebut sebagai perbandingan senilai.
b. Perbandingan berbalik nilai
Perbandigan berbalik nilai terdapat pada dua besaran yang jika besaran yang satudiperbesar
maka besaran yang kedua mengecil dan sebaliknya, jika besaran yang satu diperkecil maka
Contoh berikut akan memberikan gambaran yang lebih jelas yakni tentang tabel banyak
ternak dan banyak hari yang diperlukan untuk menghabiskan persediaan makanan yang
jumlahnya tertentu.
Tabel 2.5 Banyak Ternak dan Banyak Hari untuk Menghabiskan Makanan
menghabiskan makanan
1 6 40
2 8 30
3 10 24
4 12 20
5 20 12
6 X Y
Tabel di atas jika direpresentasikan dalam bentuk grafik perbandingan berbalik nilai sebagai
berikut.
40
35
30
Banyak Ternak (Ekor)
25 Column1
Axis Title
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6
Gambar 2.6 Grafik Perbandingan Berbalik Nilai
3 5
Terlihat nilai perbandingan merupakan kebalikan
5 3
2 5
Terlihat nilai perbandingan merupakan kebalikan
5 2
Perbandingan antara banyak ternak pada baris tertentu dan perbandingan banyak hari untuk
menghabiskan sejumlah makanan tertentu pada dua baris yang bersesuaian saling
5. Skala
Untuk membangun pemahaman kepada siswa tentang skala, pertama-tama berikan mereka
sebuah soal yang berkenaan dengan membuat denah. Misalkan soalnya sebagai berikut:
Skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar) dengan jarak sebenarnya. Skala 1:
n artinya setiap 1 cm jarak pada peta atau gambar mewakili n cm jarak sebenarnya.
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian
untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan suatu produk tersebut (Sugiyono,
2013).
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini bedasarkan pada model
Richey dan Klein dalam Sugiyono (2016) menyatakan “The focus of research and
development design can be on front –end analys planning, production adn evaluation (PPE)”.
Planning (perencanaan) adalah kegiatan membuat rencana produk. Pada kegiatan ini diawali
dengan analisis kebutuhan yang dilakukan melalui penelitian dan studi literatur. Production
(memproduksi) adalah kegiatan membuat produk bedasarkan rancangan yang telah dibuat.
Evaluation (evaluasi) merupakan kegiatan kegiatan menguji dan menilai seberapa tinggi
Gambar 3.1 menggambarkan langkah pengembangan bahan ajar dengan model PPE.
Langkah-Langkah dalam penggunaan model PPE penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Planning
Tahap ini merupakan tahap pengembangan bahan ajar. Pada tahap ini dilakukan