Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor paling besar perannya dalam

berbangsa dan bernegara karena dengan pendidikan dapat mendorong dan

menentukan maju mundurnya proses perkembangan bangsa dalam segala

bidang, oleh karena itu pemerintah berusaha meningkatkan mutu

pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat

sangat berpengaruh terhadap perkembangan disemua aspek kehidupan.

Dalam hal ini diperlukan sumber daya manusia yang handal, memiliki

kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan mampu

mengomunikasikan ide-ide kreatifnya dengan baik. Selain itu, manusia

dituntut untuk dapat menambah kapabilitas dan kompetensi yang sudah

ada dalam dirinya.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat

penting. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

peserta didik dari SD hingga SMA/SMK dan bahkan di perguruan tinggi.

Ada banyak alasan perlunya peserta didik belajar matematika antara lain,

karena matematika merupakan sarana berfikir logis dan matematis, sarana

mengembangkan kreatifitas, sarana mengenal pola hubungan dan

generalisasi pengalaman serta sarana memecahkan persoalan kehidupan

sehari-hari.
2

Hasil dari PISA (Program for international student assesment)

pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat 63 dari 69 negara. Hasil

TIMSS (Trend International Mathematics and Science Study) pada tahun

2015 Indonesia menduduki peringkat 45 dari 50 negara. Hasil analisis

secara umum dari hasil PISA dan TIMSS dapat ditentukan bahwa Indonesia

selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata dibandingkan dengan negara-

negara lain.

Salah satu penyebab Indonesia memiliki nilai dibawa rata-rata

yaitu peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar peserta

didik merupakan salah satu tanggung jawab guru. Tugas guru bukan hanya

mengajar, tapi juga mendidik. Pidarta (2009:11) mengatakan, “Mendidik

merupakan upaya menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau

dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat,

pribadi dan potensi lainnya secara optimal ke arah yang positif”. Guru

seharusnya dapat memahami kesulitan belajar anak didiknya untuk

selanjutnya memberikan penemuan terbimbing.

Penyebab kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik sangatlah

komplek, misalnya yang datang dari peserta didik sendiri yaitu kurangnya

pengetahuan prasyarat yang dimiliki peserta didik, masalah sosial, dan

lain-lain. Adapun kesulitan belajar peserta didik yang disebabkan oleh

guru misalnya dalam proses pembelajaran guru tidak mengikutsertakan

peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, peserta didik hanya disuruh

menghafal rumus-rumus, menerima konsep-konsep yang ada tanpa


3

menemukan sendiri. Oleh karena itu, hasil belajarnya kurang bermakna

dan tidak terekam dengan baik pada memori jangka panjang peserta didik.

Belajar matematika tidak cukup mengenal rumus, namun dapat

menemukan rumus tersebut lalu diterapkan untuk menyelesaikan masalah,

baik masalah yang berhubungan dengan matematika ataupun masalah

yang dijumpai dalam kehidupan sehari- hari. Selama ini peserta didik

menganggap matematika selalu berhubungan dengan angka dan rumus,

sehingga setiap materi pada pembelajaran matematika peserta didik

merasa susah untuk menguasainya, hal tersebut merupakan salah satu

penyebab yang mempengaruhi hasil belajar matematika masih belum

memuaskan selama ini.

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sedangkan menurut

Nurkancana (Suharti, 2014: 5), hasil belajar adalah keberhasilan seseorang

setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Dari

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah

kegiatan mental yang mampu menerima pengalaman belajar matematika

sehingga dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran

matematika yang dipelajari selama satu periode tertentu.

Sesuai dengan Permendikbud No.65 tahun 2013, salah satu model

pembelajaran yang disarankan adalah model discovery learning. Model

discovery learning adalah model pembelajaran yang mengajak peserta

didik untuk menemukan konsep dan merupakan model pembelajaran yang


4

berpusat pada peserta didik dimana peserta didik mengeneralisasikan suatu

permasalahan yang disajikan guru sehingga peserta didik dapat

menemukan konsep sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Dalam

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses, untuk

memperkuat pendekatan saintifik dan mendorong siswa untuk melakukan

proses pengamatan hingga penciptaan, disarankan untuk menerapkan

belajar berbasis penyingkapan (discovery learning). Melalui model

pembelajaran ini, peserta didik diharapkan belajar secara aktif dan

membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan pemahaman

konsep serta keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif

terutama meningkat hasil.

Berdasarkan hasil observasi terhadap nilai ulangan matematika dan

wawancara guru kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta, peneliti

mendapatkan informasi terkait hasil belajar peserta didik. Dari kenyataan

yang ada dilapangan 90% dari peserta didik di kelas XI IIS 1 belum

mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulis hampir seluruh peserta

didik tidak mencapai KKM pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas Sakur (2015:9) yang

dilaksanakan dalam dua siklus di SMAN 5 Pekan Baru, hasil penelitian

menunjukkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran discovery

learning meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rerata aktivitas belajar

peserta didik mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus II.

Peningkatan aktivitas belajar yang ditampakkan sebesar 14,9%. Selain itu,


5

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Discovery Learning dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik. Nilai rerata hasil belajar peserta

didik mengalami kenaikan dari siklus I sampai siklus II. Peningkatan hasil

belajar yang ditampakkan sebesar 16% dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini perlu dipilih dan

diterapkan model pembelajaran Discovery Learning agar dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memecahkan masalah.

Maka peneliti melakukan suatu penelitian dengan judul: “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Melalui

Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Transformasi

di Kelas XI SMA Negeri 21 Jakarta”

B. Fokus Penelitian

Bagaimana Model Pembelajaran Discovery Learning dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi transformasi di Kelas

XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta tahun pelajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan

model Pembelajaran Discovery Learning pada materi transformasi di

Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta tahun pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif pembelajaran matematika.


6

2. Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan

model pembelajaran melalui model pembelajaran Discovery Learning

sehingga pembelajaran akan lebih efektif, kreatif dan efisien.

3. Memberikan masukan untuk guru dalam menentukan tindakan yang

tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Melalui model pembelajaran Discovery Learning diharapkan hasil

belajar peserta didik dapat meningkat.

5. Peserta didik memperoleh pengalaman belajar baru dalam

matematika.

E. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran Discovery Learning

Tahapan pembelajaran discovery learning adalah stimulasi,

identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data,

pembuktian, dan menarik kesimpulan.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah nilai matematika yang diperoleh

peserta didik melalui kegiatan evaluasi setelah proses belajar

mengajar selesai dilaksanakan.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori-Teori Pendukung

1. Hasil Belajar Matematika

Sudjana (2002:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam

berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,

tingkah laku, dan lain-lain. Proses dalam belajar merupakan interaksi

atau hubungan timbal balik antara peserta didik dengan guru dan

antara sesama peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam

interaksi belajar, ditandai sejumlah unsur tujuan yang hendak dicapai,

peserta didik, guru, bahan pelajaran, dan metode yang digunakan

untuk menciptakan situasi belajar mengajar.

Matematika berasal dari kata dalam bahasa Yunani, mathema

yang berarti ‘sains, ilmu pengetahuan atau belajar’. Selain itu,

matematika juga berasal dari kata mathematikos yang berarti ‘suka

belajar’ (Ismadi, 2011:1). Berdasarkan asal katanya, maka

matematika berarti ilmu yang didapat dengan cara berpikir atau

bernalar.

Saat ini, perkembangan kurikulum di Indonesia menggunakan

pendekatan saintifik hampir pada seluruh mata pelajaran, termasuk

matematika. Pendekatan saintifik memandang proses pembelajaran


8

tidak kalah penting daripada hasil belajar. Peserta didik diarahkan

untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan

nilai-nilai baru yang diperlukan dalam kehidupan. Peserta didik

dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif

dalam proses pembelajaran sedangkan guru merupakan fasilitator

yang membimbing dan mengkoordinasi kegiatan pembelajaran. Oleh

karena itu, pendekatan pembelajaran ini menekankan pada proses

pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan.

Adapun langkah pembelajaran keterampilan proses sains

dalam kurikulum 2013 ada lima langkah sebagai reduksi dari proses

penelitian ilmiah (Yani, 2014:215) yaitu:

1. Mengamati
Kegiatan peserta didik diperoleh untuk memperoleh dunia nyata
melalui berbagai alat indera penglihatan, pembau, pendengar,
pengecap, dan peraba. Proses mengamati dapat dilakukan melalui
kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati
gambar, membaca tabel dan grafik data, menganalisis peta,
membaca buku, mendengar radio, menyimak cerita dan
berselancar mencari informasi yang ada di media masa dan atau
jejaring internet.
2. Menanya
Kegiatan peserta didik untuk menyatukan secara eksplisit dan
rasional apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan
suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan
menanya, peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru, nara
sumber, atau kepada peserta didik lainnya. Pertanyaan dapat
diajukan secara lisan dan tulisan. Bentuk pertanyaan dapat berupa
meminta informasi, konfirmasi, menyamakan pendapat, atau
bersifat hipotetif.
3. Mencoba/Mengumpulkan data (informasi)
Melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara
sumber. Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
9

membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari


nara sumber melalui angket, wawancara, dan mengembangkan.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi, mengolah informasi yang telah dikumpulkan,
menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam
rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
5. Mengkomunikasikan
Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik,
menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

Hasil belajar matematika adalah nilai matematika yang

diperoleh peserta didik melalui kegiatan evaluasi setelah proses

belajar mengajar selesai dilaksanakan. Menurut Sudjana (2006:22),

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan

menurut Soedijarto dalam Nashar (2004:79), hasil belajar adalah

tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program

belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil

belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, hasil belajar

dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik yang dapat diamati dari perubahan tingkah lakunya


10

setelah melalui proses belajar mengajar. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui hasil belajar yaitu melalui kegiatan

evaluasi, baik selama proses belajar mengajar sedang berlangsung

ataupun setelahnya.

Jelas bahwa matematika mempunyai peran yang sangat

penting dalam kehidupan sehingga peserta didik mampu berpikir

secara logis, kritis, rasional dan sistematis untuk menemukan konsep

yang merupakan inti dari pembelajaran matematika. Sehingga, sangat

penting untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Discovery Learning

a. Definisi/Konsep

Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa

pemberitahuan langsung, sebagian atau seluruhnya ditemukan

sendiri (Russefendi dalam Nurdiansyah,2008). Pada discovery

learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

masalah yang direkayasa oleh guru. Masalah yang dipilih

merupakan masalah kontekstual yang berisi konsep yang berkaitan

dengan materi sehingga siswa diharapkan bisa menemukan sendiri

konsep tersebut sesuai dengan sintak discovery learning.

b. Keuntungan model discovery learning

Keuntungan model discovery learning sebagai berikut.


11

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan - keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seorang
tergantung bagaimana cara belajarnya,
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer,
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil,
d. Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri,
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri,
f. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya,
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi,
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau
pasti,
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik,
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru,
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja keras atas inisiatif
sendiri,
l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri,
m. Memberikan keutusan yang bersifat intrinsik, situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang,
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya,
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa,
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar,
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

c. Kelemahan model discovery learning

Kelemahan model discovery learning sebagai berikut.

a. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan


abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi,
12

b. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,


karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya,
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan Peserta Didik dan guru yang telah
terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama,
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian,
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas
untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para Peserta
Didik,
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
yang akan ditemukan oleh Peserta Didik karena telah dipilih
terlebih dahulu oleh guru.

d. Langkah-langkah Operasional

Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan model discovery

learning:

a. Langkah persiapan
1) Menentukan tujuan pembelajaran,
2) Melakukan identifikasi karakteristik Peserta Didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya),
3) Memilih materi pelajaran,
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari Peserta Didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi),
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
Peserta Didik,
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik,
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar Peserta Didik.
b. Pelaksanaan
1) Stimulasi
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
permasalahan kontekstual yang menimbulkan
kebingungannya agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku,
dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
13

untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat


mengembangkan dan membantu Peserta Didik dalam
mengeksplorasi bahan
2) Identifikasi masalah
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah
guru memberi kesempatan kepada Peserta Didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3) Mengumpulkan data
Menurut Syah (Utari, 2004:44), ketika eksplorasi
berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada Peserta
Didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
4) Mengolah data
Menurut Syah (Utari, 2004:244) pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh Peserta Didik baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklarifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) Menguji hasil
Pada tahap ini Peserta Didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif. Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada Peserta Didik untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.
6) Menyimpulkan
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan
14

hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang


mendasari generalisasi.

e. Sistem Penilaian

Dalam model pembelajaran discovery learning, penilaian

dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.

Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses,

sikap, atau penilaian hasil kerja Peserta Didik. Jika bentuk

penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model

pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.

Jika bentuk penilainnya menggunakan penilaian proses, sikap, atau

penilaian hasil kerja peserta didik maka pelaksanaan penilaian

dapat dilakukan dengan pengamatan.

3. Materi Transformasi

a. Translasi

1) Transformasi adalah aturan secara geometris yang dapat

menunjukkan bagaimana suatu bangun dapat berubah

kedudukan dan ukurananya berdasarkan rumus tertentu.

Translasi itu sendiri merupakan suatu transformasi yang

memindahkan setap titik dari suatu posisi ke posisi yang baru

sepanjang ruas garis dan arah tertentu.

2) Sifat-sifat translasi adalah

a. Bangun yang digeser (ditranslasikan) tidak mengalami

perubahan bentuk dan ukuran


15

b. Bangun yang digeser (ditranslasikan) mengalami

perubahan posisi

3) Misalkan titik A(x,y) ditranslasikan dengan T(𝑎𝑏) itu berarti

menggeser absis 𝑥 sejauh 𝑎 dan menggeser ordinat 𝑦 sejauh

𝑏, sehingga diperoleh titik 𝐴′(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏), secara notasi

ditulis:

Contoh:

1. Sebuah persegi terbentuk dari titik P(−5,4), Q(−3,4),

R(−3,2), dan S(−5,2). Tentukan bayangannya jika

5
ditranslasikan berturut-turut dengan T(−2 ).

Penyelesaian:

5
Titik P, Q, R dan S ditranslasikan dengan T(−2 )

𝑃(−5
4
) → 𝑃′ = (−5
4
5
) + (−2 ) = (02)

𝑄(−3
4
) → 𝑄 ′ = (−3
4
5
) + (−2 ) = (22)

𝑅(−3
2
) → 𝑄 ′ = (−3
2
5
) + (−2 ) = (20)

𝑆(−5
2
) → 𝑆 ′ = (−5
2
5
) + (−2 ) = (00)

Jadi bayangan persegi terbentuk dari titik P’(0,2),

Q’(2,2), R’(2,0), dan S’(0,0).

2. Suatu persamaan garis lurus 𝑦 = 3𝑥 + 5. Tentukan

persamaan garis lurus yang dihasilkan oleh translasi T(21)!


16

Misalkan sembarang titik 𝑃(𝑥, 𝑦) terletak pada garis 𝑦 =

3𝑥 + 5. Menentukan 𝑃′ (𝑥 ′, 𝑦 ′) oleh T(21)

𝑥 𝑇(21) 𝑥+2
𝑃 (𝑦) → 𝑃′ ( )
𝑦+1

Jadi 𝑥’ = 𝑥 + 2 , dan 𝑦’ = 𝑦 + 1

Tentukan 𝑥 dan 𝑦 jika 𝑥’ dan 𝑦’ telah diperoleh

𝑥’ = 𝑥 + 2

𝑥’ − 2 = 𝑥

Jadi 𝑥 = 𝑥’ − 2

𝑦’ = 𝑦 + 1

𝑦’ − 1 = 𝑦

Jadi 𝑦 = 𝑦’ − 1

Substitusi 𝑥 dan 𝑦 ke persamaan 𝑦 = 3𝑥 + 5

𝑦 = 3𝑥 + 5

𝑦’ − 1 = 3(𝑥’ − 2 ) + 5

𝑦’ − 1 = 3𝑥’ − 6 + 5

𝑦’ − 1 = 3𝑥’ − 1

𝑦’ = 3𝑥’

Jadi bayangan garis tersebut jika ditranslasi oleh T(21)

adalah 𝑦 = 3𝑥.

b. Refleksi

Hasil refleksi merupakan gambar yang persis dengan objek,

seperti yang terlihat di cermin. Hasil refleksi merupakan


17

bayangan terbalik dari suatu bentuk yang berada sama jauh di

belakang cermin dengan benda di depan cerminnya.

Pencerminan terhadap garis 𝑙 didefinisikan dengan

menggambarkan letak masing-masing titik pada bidang datar

sebagai berikut.

1. Jika 𝐴 adalah titik pada garis 𝑙, maka 𝐴 = 𝐴′ (titik

bayangannya dari objek adalah titik itu sendiri)

2. Jika 𝐴 tidak terletak pada garis 𝑙, maka garis 𝑙 adalah garis

yang tegak lurus ̅̅̅̅̅


𝐴𝐴′ dan memotong ̅̅̅̅̅
𝐴𝐴′ sama panjang.

Jika 𝐴 terletak pada garis 𝑙, maka 𝐴 = 𝐴′. Titik ini disebut

titik invarian karena tidak mengalami perubahan posisi. Jika 𝐴

tidak terletak pada garis 𝑙 maka garis 𝑙 merupakan garis sumbu

dari 𝐴𝐴′.

Berikut ini langkah-langkah menggambar titik, garis, dan

bidang yang direfleksikan.

1. Tentukan beberapa titik yang penting (titik puncak biasanya

lebih tepat untuk dipilih). Titik itu kita anggap sebagai titik

asal.

2. Dari titik yang dipilih (titik asal) gambarkan garis tegak lurus

dengan garis cermin. Perpanjang garis tersebut melewati

cermin.

3. Untuk menemukan hasil refleksi dari sebarang titik, ukur jarak

dari titik itu (titik asal) ke cermin sepanjang garis. Hasil


18

refleksi berada di dalam sisi lain dari cermin, yang berjarak

sama dari titik asal.

4. Lengkapi refleksi dari bentuk, gunakan titik bayangan pertama

sebagai pedoman.

5. Perhatikan bahwa teknik ini khusus digunakan ketika garis

cermin digambar sebagai sudut, seperti yg ditunjukkan pada

contoh di bawah ini.

Macam-macam refleksi

1. Refleksi terhadap sumbu x

Suatu titik 𝐴(𝑥, 𝑦) jika direfleksikan terhadap sumbu 𝑥

maka titik bayangannya menjadi 𝐴’(𝑥, −𝑦), sehingga 𝑥’ =

𝑥 dan 𝑦’ = −𝑦. Persamaan ini dapat dituliskan kembali

menjadi: 𝑥 ′ = 1. 𝑥 + 0. 𝑦 dan 𝑦’ = 0. 𝑥 + (−1). 𝑦. Matriks

yang bersesuaian untuk refleksi terhadap sumbu 𝑥 adalah :

1 0 𝑥′ 1 0 𝑥
( ) atau ( ) = ( ) (𝑦 )
0 −1 𝑦′ 0 −1

Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) direfleksikan terhadap sumbu 𝑥 akan

menghasilkan bayangan 𝑃’(𝑥’, 𝑦’) dengan x’ = x dan y’ = - y,

karena y = f(x) untuk refleksi terhadap sb-x bayangannya

adalah y = -f(x).

2. Refleksi terhadap sumbu y

Suatu titik 𝐴(𝑥, 𝑦) jika direfleksikan terhadap sumbu y

maka titik bayangannya menjadi 𝐴’(−𝑥, 𝑦), sehingga 𝑥′ =

−𝑥 dan 𝑦’ = 𝑦. Persamaan ini dapat dituliskan kembali


19

menjadi: 𝑥′ = −1. 𝑥 + 0. 𝑦 dan 𝑦’ = 0. 𝑥 + 1. 𝑦. Matriks yang

bersesuaian untuk refleksi terhadap sumbu 𝑦 adalah:

−1 0 𝑥′ −1 0 𝑥
( ) atau ( ) = ( )( )
0 1 𝑦′ 0 1 𝑦

Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) direfleksikan terhadap sumbu 𝑦 akan

menghasilkan bayangan 𝑃’(𝑥’, 𝑦’) dengan x’ = - x dan y’ = y,

karena y = f(x) untuk refleksi terhadap sb-y bayangannya

adalah y = f(-x).

3. Refleksi terhadap garis y = h

Suatu titik 𝐴(𝑥, 𝑦) jika direfleksikan terhadap garis

𝑦 = ℎ maka titik bayangannya menjadi 𝐴’(𝑥, 2ℎ − 𝑦),

sehingga 𝑥′ = 𝑥 dan 𝑦’ = 2ℎ − 𝑦. Persamaan ini dapat

dituliskan kembali menjadi: 𝑥′ = ((1). 𝑥 + 0. 𝑦) + 0 dan

𝑦’ = (0. 𝑥 + (−1). 𝑦) + 2ℎ. Matriks yang bersesuaian untuk

𝑥′
refleksi terhadap garis 𝑦=ℎ adalah : ( )=
𝑦′

1 0 𝑥 0
( ) (𝑦) + ( ).
0 −1 2ℎ

Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) direfleksikan terhadap garis y = h akan

menghasilkan bayangan 𝑃’(𝑥’, 𝑦’) dengan x’ = - x dan y’ = 2h

- y, karena y = f(x) untuk refleksi terhadap garis y = h

bayangannya adalah y = 2h - f(x).

4. Refleksi terhadap garis 𝑥 = 𝑘

Bentuk umum dari refleksi 𝐴(𝑥, 𝑦) terhadap garis 𝑥 =

ℎ dapat ditulis menjadi 𝐴(𝑥, 𝑦) 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑥=𝑘 𝐴’(2𝑘 − 𝑥, 𝑦).


20

𝑎 𝑏 𝑥 𝑒
Bentuk ini dapat diubah kebentuk matrik [ ] [𝑦 ] + [𝑓 ] =
𝑐 𝑑

2ℎ − 𝑘
[ ], sehingga didapat persamaan 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑒 = 2𝑘 −
𝑦

𝑥 dan 𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 + 𝑓 = 𝑦. Dari persamaan satu 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑒 =

2𝑘 − 𝑥 dapat diketahui bahwa 𝑏 = 0, 𝑒 = 2ℎ, dan 𝑎 = −1,

sedangkan dari persamaan yang kedua 𝑐𝑥 + 𝑑𝑦 + 𝑓 = 𝑦

dapat diketahui bahwa 𝑐 = 𝑓 = 0 dan 𝑑 = 1. Sehingga

bentuk matrik dari bentuk umum refleksi 𝐴(𝑥, 𝑦) terhadap

garis 𝑥 = 𝑘:

𝑥′ −1 0 𝑥 2𝑘 2𝑘 − 𝑥
[ ]=[ ] [𝑦 ] + [ ] = [ ]
𝑦′ 0 1 0 𝑦

Bayangan kurva y = f(x) dapat tentukan dengan

disubtitusikan x’ = 2h – x dan y = y’ ke persamaan awal y =

f(x) sehingga diperoleh bayangan kurva y’ = f(2h - x’) atau

dapat juga ditulis sebagai y = f(2h – x)

Contoh Soal:

a. Tentukan bayangan titik-titik pada ∆𝐴𝐵𝐶 dengan A(3,6),

B(1,-2) dan C(-3,3) yang direfleksikan terhadap x = -2!

Pembahasan:

𝑥′ −1 0 3 ( ) ( )
𝐴′ = [ ′ ] = [ ] [ ] + [2 −2 ] = [2 −2 − 3] =
𝑦 0 1 6 0 6

−7
[ ]
6
21

𝑥′ −1 0 1 ( )
𝐵′ = [ ′] = [ ] [ ] + [2 −2 ] =
𝑦 0 1 −2 0

2(−2) − (−1) −3
[ ]=[ ]
6 6

𝑥′ −1 0 −3 ( )
𝐶 ′ = [ ′] = [ ] [ ] + [2 −2 ] =
𝑦 0 1 3 0

( ) −1
[2 −2 − (−3)] = [ ]
6 6

Jadi, bayangannya adalah A’(-7,6), B’(-3,6), dan C’(-

1,6)

b. Tentukan persamaan bayangan garis 3x – 2y – 6 = 0 jika

direfleksikan terhadap x = 2!

𝑥′
Ambil sembarang titik P(x, y) maka [ ] =
𝑦′

−1 0 𝑥 2(2) 4−𝑥
[ ][ ]+ [ ]=[ ], sehingga 𝑥 ′ = 4 −
0 1 𝑦 0 𝑦

𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ′ = 𝑦 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 4 − 𝑥 ′ 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑦′. Kemudian,

substitusikan nilai x dan y ke persamaan garis sehingga

↔ 3(4 − 𝑥 ′ ) − 2𝑦 ′ − 6 = 0

↔ 12 − 3𝑥′ − 2𝑦 ′ − 6 = 0

3𝑥 ′ + 2𝑦 ′ − 6 = 0

Jadi, bayangannya adalah 3𝑥 + 2𝑦 − 6 = 0

5. Refleksi (pencerminan) titik(𝑥, 𝑦) terhadap garis 𝑦 = 𝑥

Secara umum pencerminan titik A (𝑥, 𝑦) terhadap garis

𝑦 = 𝑥 menghasilkan bayangan titik 𝐴’ (𝑥 ′ , 𝑦 ′) dengan 𝑥 ′ = 𝑦

dan 𝑦 ′ = 𝑥. Jika titik A (𝑥, 𝑦) dicerminkan dengan garis 𝑦 =


22

𝑥 maka koordinat bayangannya adalah 𝐴’ (𝑥, 𝑦). Pada matriks

koordinat bayangan ini dapat dituliskan dengan:

𝑥′ = 𝑦 → 𝑥′ = 0 . 𝑥 + 1 . 𝑦

𝑦′ = 𝑥 → 𝑦′ = 1 . 𝑥 + 0 . 𝑦

Dengan demikian matriks yang bersesuaian dengan

pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥 adalah

0 1
𝐶𝑦=𝑥 = [ ]
1 0

Bayangan kurva y = f(x) dapat tentukan dengan

disubtitusikan x = y’ dan y = x’ ke persamaan awal y = f(x)

sehingga diperoleh bayangan kurva x’ = f(y’) atau dapat juga

ditulis sebagai x = f(y).

Contoh Soal:

1. Tentukan bayangan setiap titik dibawah ini jika

direfleksikan terhadap garis y = x. A(3,2), B(-3,2), C(2,-

2) dan D(-3,-2)

Pembahasan:

𝑥′ 0 1 3 2
𝐴′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 1 0 2 3

𝑥′ 0 1 −3 2
𝐵′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 1 0 2 −3

𝑥′ 0 1 3 −2
𝐶′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 1 0 −2 3

𝑥′ 0 1 −3 −2
𝐷′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 1 0 −2 −3
23

Jadi, bayangannya adalah: A’(2,3), B’(2,-3), C’(-2,3),

dan D’(-2,-3)

2. Tentukan bayangan kurva y = x2 jika direfleksikan

terhadap y = x!

Pembahasan:

𝑥′
Ambil sembarang titik P(x,y) sehingga [ ] =
𝑦′

0 1 𝑥 𝑦
[ ] [𝑦] = [ ] maka x’ = y dan y’ = x, lalu
1 0 𝑥

subtitusikan x dan y ke garis y = x2

↔ 𝑦 = 𝑥2

↔ 𝑥′ = (𝑦′)2

↔ 𝑦′ = √𝑥 ′

Jadi bayangannya adalah 𝑦 = √𝑥

6. Refleksi (pencerminan) titik(𝑥, 𝑦) terhadap garis 𝑦 = −𝑥

Secara umum pencerminan titik A (𝑥, 𝑦) terhadap garis

𝑦 = −𝑥 menghasilkan bayangan titik 𝐴’ (𝑥′, 𝑦′) dengan 𝑥 ′ =

−𝑦 dan 𝑦 ′ = −𝑥. Jika titik A (𝑥, 𝑦) dicerminkan dengan garis

𝑦 = −𝑥 maka koordinat bayangannya adalah ’ (−𝑦, −𝑥).

Pada matriks koordinat bayangan ini dapat dituliskan dengan:

𝑥 ′ = −𝑦 → 𝑥 ′ = 0 . 𝑥 + (−1) . 𝑦

𝑦 ′ = −𝑥 → 𝑦 ′ = −1 . 𝑥 + 0 . 𝑦

Dengan demikian matriks yang bersesuaian dengan

pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥 adalah


24

0 −1
𝐶𝑦=−𝑥 = [ ]
−1 0

Untuk penentuan bayangan kurva y = f(x) ditentukan

oleh substitusi y = -x’ dan x = -y’ ke persamaan awal y = f(x)

diperoleh bayangan kurva –x’ = f(-y’) atau x’ = -f(-y’).

Contoh Soal:

1. Tuliskan bayangan ∆𝑅𝑇𝑉 dengan koordinat titik-titik

R(4,8), T(1,-3), dn V(-7, 3) jika direfleksikan terhadap

garis y = -x!

Pembahasan:

𝑥′ 0 −1 4 −8
𝑅′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ −1 0 8 −4

𝑥′ 0 −1 1 3
𝑇′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ −1 0 −3 −1

𝑥′ 0 −1 −7 −3
𝑉′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ −1 0 3 7

Jadi, bayangannya adalah R’(-8,-4), T’(3,-1) dan V’(-3,7)

2. Tuliskan bayangan kurva parabola 𝑦 = −𝑥 2 + 2𝑥 + 1

jika dicerminkan terhadap y = -x!

Pembahasan:

𝑥′
Ambil sembarang titik P(x,y) sehingga [ ] =
𝑦′

0 −1 𝑥 −𝑦
[ ] [𝑦] = [ ]maka x’ = -y dan y’ = -x atau y =
−1 0 −𝑥

-x’ dan x = -y’. Kemudian subtitusikan x dan y ke kurva

𝑦 = −𝑥 2 + 2𝑥 + 1 sehingga
25

↔ 𝑦 = −𝑥 2 + 2𝑥 + 1

↔ −𝑥 = −(𝑦 ′)2 + 2(−𝑦 ′) + 1

↔ −𝑥 = −(𝑦 ′)2 − 2𝑦′ + 1

↔ 𝑥 ′ = (𝑦 ′)2 + 2𝑦 ′ − 1

Jadi, bayangannya adalah 𝑥 = (𝑦)2 + 2𝑦 − 1

7. Menemukan Matriks refleksi terhadap titik asal O(0,0)

Suatu titik A (x,y) jika direfleksikan terhadap titik asal

O(0,0) maka titik bayangannya menjadi A’ (-x,-y), sehingga

x’ = -x dan y’ = -y. Persamaan ini dapat dituliskan kembali

menjadi: x' = (-1). x + 0. y dan y’ = 0. x + (-1). y

Dengan demikian matriks yang bersesuaian dengan

pencerminan terhadap titik asal O(0,0) adalah

−1 0
𝐶𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑂(0,0) = [ ]
0 −1

Untuk penentuan bayangan kurva y = f(x) ditentukan

oleh substitusi x = -x’ dan y = -y’ ke persamaan awal y = f(x)

diperoleh bayangan kurva –y’ = f(-x’) atau y’ = -f(-x’).

Contoh Soal

1. Tuliskan bayangan ∆𝐴𝐵𝐶 dengan koordinat titik-titik

A(2,3), B(4,-3), dn C(-7, 8) jika direfleksikan terhadap

garis y = -x!

Pembahasan:

𝑥′ −1 0 2 −2
𝐴′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 0 −1 3 −3
26

𝑥′ −1 0 4 −4
𝐵′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 0 −1 −3 3

𝑥′ −1 0 −7 7
𝐶′ = [ ] = [ ][ ] = [ ]
𝑦′ 0 −1 8 −8

Jadi, bayangannya adalah R’(-2,-3), T’(-4,3) dan V’(7, -

8)

2. Tuliskan bayangan kurva parabola 3𝑥 + 2𝑦 + 4 = 0 jika

dicerminkan terhadap titik asal O(0,0)!

Pembahasan:

𝑥′
Ambil sembarang titik P(x,y) sehingga [ ] =
𝑦′

−1 0 𝑥 −𝑥
[ ] [𝑦] = [−𝑦]maka x’ = -x dan y’ = -y atau x =
0 −1

-x’ dan y = -y’. Kemudian subtitusikan x dan y ke kurva

3𝑥 + 2𝑦 + 4 = 0 sehingga

↔ 3𝑥 + 2𝑦 + 4 = 0

↔ 3(−𝑥 ′ ) + 2(−𝑦 ′) + 4 = 0

↔ −3𝑥 ′ − 2𝑦′ + 4 = 0

↔ 3𝑥 ′ + 2𝑦 ′ − 4 = 0

Jadi, bayangannya adalah 3𝑥 + 2𝑦 − 4 = 0

c. Rotasi

Rotasi atau perputaran adalah transformasi yang

memindahkan suatu titik ke titik lain dengan perputaran sejauh

sudut tertentu terhadap titik pusat tertentu. Suatu rotasi

(perputaran) pada bidang datar ditentukan oleh: titik pusat rotasi,


27

besar sudut rotasi, dan arah rotasi (searah atau berlawanan arah

dengan putaran jarum jam). Catatan: Jika berlawanan arah

dengan arah perputaran jarum jam maka sudut putarnya positif

dan jika searah dengan arah perputaran jarum jam maka sudut

putarnya negatif.

1. Rotasi Titik dan Kurva pada Titik O(0, 0)

Dengan rotasi sejauh 𝛼 pada titik O (0, 0)dan titik (𝑥, 𝑦)

dipetakan ke (𝑥 ′, 𝑦 ′) dengan: 𝑥 ′ = 𝑟 cos(𝛼 + 𝛽) dan 𝑦 ′ =

𝑟 sin(𝛼 + 𝛽), dengan menggunakan perbandingan

𝑥 𝑦
trigonometri: cos 𝛽 = 𝑟 dan sin 𝛽 = 𝑟 . Dengan

menggunakan rumus penjumlahan dua sudut, maka : 𝑥 ′ =

𝑥 cos 𝛼 − 𝑦 sin 𝛼 dan 𝑦 ′ = 𝑥 sin 𝛼 + 𝑦 cos 𝛼. Sehingga

bentuk umum transformasi rotasi dengan pusat O(0,0) dalam

𝑥′ cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥
bentuk matriks adalah: ( ′) = ( ) (𝑦 )
𝑦 sin 𝛼 cos 𝛼

Latihan Soal

1. Titik A(1 , 2) diputar 30 derajat berlawanan arah

dengan arah putaran jarum jam terhadap titik asal O(0 ,

0). Bayangan titik A oleh rotasi tersebut adalah ....

2. Tentukan bayangan garis y = 5x + 4 oleh rotasi R(O, -

90)!

Penyelesaian:
28

√3 1
𝑥′ cos 30 − sin 30 1 −2 1
1. ( ) = ( )( ) = ( 2 )( ) =
𝑦′ sin 30 cos 30 2 1 √3 2
2 2

√3−2
√3−2 1+2√3
( 2 ) =( , 2 )
1+2√3 2
2

𝑥′
2. Ambil sembarang titik P(x,y), maka: ( ) =
𝑦′

cos 90 sin 90 𝑥 0 1 𝑥 𝑦
( ) (𝑦) = ( ) (𝑦 ) = ( )
− sin 90 cos 30 −1 0 −𝑥

𝑥 ′ = 𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ′ = −𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = −𝑦 ′𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑥′.

Substitusikan x dan y ke dalam persamaan garis y = 5x

+4
1
𝑥 ′ = 5(−𝑦 ′) + 4 ↔ 𝑦 ′ = − 5 𝑥 ′ + 4

1
Jadi, bayangan garis adalah 𝑦 = − 5 𝑥 + 4

2. Rotasi Titik dan Kurva pada Titik P(a, b)

Dengan rotasi sejauh 𝛼 pada titik P (a, b) dan titik 𝑇(𝑥, 𝑦)

dipetakan ke 𝑇′(𝑥 ′ , 𝑦′) dengan: 𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑟 cos(𝛼 + 𝛽) dan

𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑟 sin(𝛼 + 𝛽) dengan menggunakan perbandingan

𝑥−𝑎 𝑦−𝑏
trigonometri cos 𝛽 = 𝑟
dan sin 𝛽 = 𝑟
dengan

menggunakan rumus penjumlahan dua sudut, maka : 𝑥 ′ −

𝑎 = 𝑟(cos 𝛼 cos 𝛽 − sin 𝛼 sin 𝛽)dan 𝑦 ′ − 𝑏 = (𝑥 −

𝑎) sin 𝛼 + (𝑦 − 𝑏) cos 𝛼. Bentuk umum transformasi rotasi


29

𝑥′
dengan pusat P(a,b) dalam bentuk matriks adalah ( ′) =
𝑦

cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥 − 𝑎 𝑎
( ) (𝑦 − 𝑏) + ( ).
sin 𝛼 cos 𝛼 𝑏

Latihan Soal

3. Titik A(3, 1) dirotasi pada titik P(6√2, 10√2) dengan arah

berlawanan jarum jam sejauh 45° menghasilkan titik A'.

Tentukan koordinat dari titik A' !

4. Jika garis x - 2y = 5 diputar sejauh 90⁰ terhadap titik (2,4)

berlawanan arah putaran jam, maka tentukanlah

persamaan bayangannya.

Penyelesaian

𝑥′ cos 45 − sin 45 3 − 6√2


3. ( ′ ) = ( )( )+
𝑦 sin 45 cos 45 2 − 10√2

1 1
√2 − 2 √2
( 6√2 ) = (21 3 − 6√2 ) ( 6√2 )
1 )( +
10√2 √2 √2 2 − 10√2 10√2
2 2

1 1
𝑥′ √2 − 2 √2 3 − 6√2 6 2
( ′ ) = (21 1 )( )+( √ )=
𝑦 √2 2 √2 2 − 10√2 10√2
2

0
( ) + ( 6√2 ) = ( 6√2 )
2√2 − 20 10√2 12√2 − 20

4. Ambil sembarang titik P(x,y), maka:

𝑥′ 𝑐𝑜𝑠 90 − 𝑠𝑖𝑛 90 𝑥 − 2 2
( ′) = ( )( )+( )↔
𝑦 𝑠𝑖𝑛 90 𝑐𝑜𝑠 90 𝑦 − 4 4

𝑥′ − 2 0 −1 𝑥 − 2
( ′ )=( )( )
𝑦 −4 1 0 𝑦−4
30

𝑥−2 0 −1 −1 𝑥′ − 2 𝑥−2
( )=( ) ( )↔( )=
𝑦−4 1 0 𝑦′ − 4 𝑦−4

0 1 𝑥′ − 2
( )( )
−1 0 𝑦′ − 4

x − 2 = y′ − 4 maka x = y′ − 2 dan y − 4 =

−x ′ + 2 maka y = −x ′ + 6

Substitusikan x dan y ke persamaan garid x – 2y = 5

y′ − 2 − 2(−x ′ + 6) = 5 ↔ 2x ′ + y = 19

d. Dilatasi

Dilatasi adalah suatu transformasi yang menghasilkan

gambar dengan bentuk yang sama dari gambar sebenarnya tapi

dengan ukuran dan letak yang berbeda/sama. Dilatasi ditentukan

oleh pusat perkalian dan faktor perkalian atau skala.

1. Dilatasi terhadap Titik Pusat O(0,0)

Misal titik 𝐴(𝑥, 𝑦), dilatasi titik 𝐴(𝑥, 𝑦) dengan pusat dilatasi

𝑂(0,0) dan faktor skala 𝑘, sehingga diperoleh 𝐴′(𝑘𝑥, 𝑘𝑦).

[𝑂,𝑘]
Secara matematis ditulis: 𝐴(𝑥, 𝑦) → 𝐴′(𝑘𝑥, 𝑘𝑦). Jika

𝑥′
dinyatakan dalam matriks maka sebagai berikut: ( ) =
𝑦′

𝑘 0 𝑥
( )( )
0 𝑘 𝑦

2. Dilatasi terhadap Titik Pusat 𝑃 (𝑎, 𝑏)

Misal titik 𝐴(𝑥, 𝑦), dilatasi titik 𝐴(𝑥, 𝑦) dengan pusat dilatasi

𝑃(𝑎, 𝑏) dan faktor skala 𝑘, dari gambar tersebut diperoleh

(𝑥’ − 𝑎) = 𝑘(𝑥 − 𝑎) dan (𝑦’ − 𝑏) = 𝑘(𝑦 − 𝑏). Secara


31

[𝑃(𝑎,𝑏),𝑘]
matematis dapat ditulis: 𝐴(𝑥, 𝑦) → 𝐴′(𝑘 (𝑥 − 𝑎) +

𝑎, 𝑘 (𝑦 − 𝑏) + 𝑏). Jika dinyatakan dalam matriks sebagai

𝑥′ 𝑘 0 𝑥−𝑎 𝑎
berikut: ( ′) = ( ) (𝑦 − 𝑏 ) + ( )
𝑦 0 𝑘 𝑏

B. Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Ovemy Delfita, dkk (2017), yang berjudul

“Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X MIA 4 SMA Negeri 5

Pekanbaru” menunjukkan bahwa model pembelajaran penemuan

terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar matematika Peserta

Didik melalui dua siklus.

2. Hasil penelitian Arif Priyatno (2015), yang berjudul “Penerapan

Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Kelas Smk 2 Singosari Pada Pokok Bahasan Turunan Fungsi

Aljabar”, menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar peserta didik

dengan model pembelajaran Discovery Learning melalui dua siklus

mengalami peningkatan.

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai peserta

didik setelah mengikuti proses pembelajaran matematika berupa

seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang berguna bagi

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari untuk masa kini maupun masa

yang akan datang. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.


32

Proses pembelajaran harus menarik sehingga peserta didik termotivasi

untuk belajar.

Pembelajaran matematika yang dilakukan masih menunjukkan

peserta didik masih sungkan bertanya juga kesulitan memecahkan masalah

matematika. Penugasan untuk dikerjakan dirumah juga banyak tidak

diselesaikan sendiri. Guru masih menjadi pusat, sehingga peserta didik

hanya menerima. Kondisi tersebut menunjukkan peserta didik kurang

berperan dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Oleh karena itu, pemilihan model discovery learning dimaksudkan

agar dalam kegiatan pembelajaran matematika dapat memberikan

pengalaman menemukan sendiri rumus tanpa berikan oleh guru dengan

berdiskusi dengan teman seperjuangannya di dalam kelas. Penggunaan

pendekataan dan metode ini diharapkan agar dapat memberikan

pengalaman belajar yang bermakna sehingga konsep yang mereka

dapatkan akan lebih lama tertanam dalam ingatan mereka. Implikasi yang

diharapkan ialah dengan menggunakan metode tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik baik itu segi kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Diharapkan setelah menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning proses belajar mengajar peserta didik tidak hanya sekedar

melihat informasi yang diberikan melainkan menemukan informasi, dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik, peserta didik lebih aktif dalam

pembelajaran dan memiliki keberanian untuk bertanya maupun menjawab


33

pertanyaan. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir dalam

penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran Siklus I
Kondisi
matematika masih rendah Penyesuaian proses
awal
pembelajaran dengan
menerapkan model
Dengan Menerapkan Discovery Learning
model Discovery Learning peserta didik dibagi
pada pembelajaran secara berkelompok
transformasi dapat dan memperhatikan
meningkatkan hasil belajar pembelajaran yang
Tindakan peserta didik. Peserta didik diberikan guru.
Kelas saling bekerja sama dan
bertanggung jawab secara
mandiri, sehingga dapat
Siklus II
meningkatkan hasil
belajar. Pelaksanaan evaluasi
dan refleksi siklus I
Diduga melalui model dan mencoba
Discovery Learning pada kembali dengan
Kondisi materi transformasi dapat menerapkan model
Akhir meningkatkan hasil belajar pembelajaran
peserta didik Kelas XI Discovery Learning
SMAN 21 Jakarta. peserta didik secara
berkelompok
mendiskusikan topik
yang diberikan oleh
guru.

Bagan 2.1
Kerangka pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Setelah dilakukan penerapan model pembelajaran discovery

learning pada materi transformasi peserta didik kelas XI IIS 1 di SMAN

21 Jakarta maka diharapkan hasil belajar peserta didik meningkat.


34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian ini menggunakan meotide

kualitatif. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

untuk meningkatkan dan memperbaiki hasil belajar dan proses

pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan tertentu. Pelaksanaan

penelitian ini mengikuti tahap-tahap yang terdiri atas pengamatan,

pendahuluan atau perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan

tindakan terdiri atas beberapa siklus. Setiap Siklus terdiri atas tahap

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA N 21 Jakarta tahun

ajaran 2018/2019 pada tanggal 09 Oktober – 30 Oktober 2018. Subjek

penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IIS 1 SMA N 21 Jakarta tahun

ajaran 2018/2019 Semester ganjil yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 11

orang laki-laki dan 25 perempuan dengan kemampuan yang heterogen.

C. Sumber Data

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber, sebagai

berikut:

1. Peserta didik pada kelas XI IIS 1 SMA Negeri Jakarta

2. Hasil Belajar Peserta Didik.


35

D. Teknik dan Prosedur Penelitian

1. Teknik Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara langsung

(Arikunto, 2010). Menurut pendapat tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa observasi merupakan suatu kegiatan

pengamatan terhadap suatu keadaan, gejala, fenomena atau

kejadian yang terjadi yang dipaparkan secara apa adanya.

Observasi bertujuan untuk melihat sikap peserta didik selama

mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti

dibantu oleh guru dengan cara pengamatan secara langsung selama

proses belajar mengajar berlangsung yang dimulai dari awal hingga

akhir pembelajaran.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes dilakukan pada setiap

akhir proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen soal

(test tulis), yaitu pada akhir siklus I dan siklus II yang terdiri atas

materi transformasi.
36

2. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri

dari empat tahap, yaitu 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan

tindakan, 3) tahap pengamatan, 4) tahap refleksi.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2012:16)

E. Analisis Data

Analisis sikap peserta didik pada siklus I bersifat deskriptif, guru

menganalisis sendiri pencapaian melalui catatan jurnal harian yang

dimilikinya. Namun, pada siklus II guru menganalisis dari lembar

obesrvasi, data sikap peserta didik selama pembelajaran dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase. Adapun rumus persentase menurut

Prayitno dan Wulandari (2010:65) adalah:


37

Total Skor
𝑃ersentase = M = × 100%
Jumlah peserta didik x Skor maksimum

Analisis hasil observasi sikap peserta didik setiap pembelajaran

dilakukan dengan menghitung jumlah skor tiap-tiap butir dari seluruh

indikator. Pemberian skor berdasarkan pedoman penskoran yang telah

dibuat. Setelah diperoleh persentase kemudian dibuat tabel dengan kriteria

sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Kualifikasi Observasi Sikap Peserta Didik


Persentase yang diperoleh Kualifikasi
80% < 𝑀 ≤ 100% Sangat Tinggi

60% < 𝑀 ≤ 80% Tinggi

40% < 𝑀 ≤ 60% Sedang

20% < 𝑀 ≤ 40% Rendah

0% < 𝑀 ≤ 20% Sangat Rendah

(Sumber : Priyatno & Wulandari, 2010: 66 )

Analisis tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan statistik

deskriptif, yaitu dengan menggunakan tingkat ketuntasan individu dan

klasikal. Analisis data hasil belajar dilihat dari ketercapaian KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan Sekolah. Untuk melihat

ketercapaian KKM tersebut digunakan dengan menghitung nilainya.

Adapun rumusnya adalah:

Jumlah skor
Nilai = x 100
Skor total

Peserta didik dianggap tuntas jika mencapai nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal yang diterapkan di sekolah yaitu 75. Sedangkan


38

untuk ketuntasan belajar secara klasikal tercapai bila ≥ 85% peserta didik

di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar yang dianalisis dengan

menghitung presentase dengan rumus yaitu:

𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁

P = Angka persentase
F = Frekuensi peserta didik yang tuntas
N = Jumlah peserta didik keseluruhan

Setelah itu akan dihitung nilai rata-rata peserta didik. Nilai rata-rata

tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan rata-rata pada setiap

siklus. Rumus rata-rata yang digunakan menurut Sudjana (2005:67) adalah

sebagai berikut:

∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑛

Dimana: 𝑥̅ = rata-rata nilai peserta didik


∑ 𝑥𝑖 = jumlah semua nilai peserta didik
n = banyaknya peserta didik

F. Pengecekan Keabsahan Data (Validasi Data)

Data yang sudah berkumpul merupakan modal awal yang sangat

berharga dalam sebuah penelitian, dari data yang terumpul akan dilakukan

analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan

kesimpulan. Alwasilah menjelaskan (2008:170) bahwa tantangan bagi

segala jenis penelitian pada akhirnya adalah terwujudnya produksi ilmu

pengetahuan yang valid, sahih, benar dan beretika.


39

Uji validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan menganalisis data hasil

pengamatan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan data hasil

wawancara, kemudian membandingkan hasil wawancara dengan

observasi dan tes.

G. Tahap Rencana Penelitian

1. Refleksi awal

Refleksi awal diperlukan untuk dapat menyusun rencana

pelaksanaan. Peneliti melakukan refleksi awal di kelas XI SMAN 21

Jakarta dengan melakukan pengamatan serta wawancara dengan guru

matematika di kelas XI SMAN 21 Jakarta. pengamatan dan

wawancara ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang

terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Dari hasil

pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, terdapat beberapa

permasalahan yang ditemui oleh peneliti yaitu pembelajaran yang

berfokus pada guru dalam pembelajaran matematika.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun dan merancang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

2) Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

3) Mempersiapkan lembar jurnal harian atau lembar observasi

sikap peserta didik


40

4) Mempersiapkan soal tes.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Merupakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model

Discovery Learning.

1) Kegiatan awal

a) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

lalu berdoa.

b) Mengecek kehadiran Peserta Didik.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

d) Memberi apersepsi.

e) Memotivasi peserta didik dengan memberikan gambaran

yang menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan langkah-langkah model Discovery

Learning.

a) Fase 1 : Stimulation (pemberian stimulus)

b) Fase 2 : Problem Statement (pernyataan/identifikasi

masalah)

c) Fase 3 : Data Collection (pengumpulan data).

d) Fase 4 : Data Processing (pengolahan data)

e) Fase 5 : Verification (memverifikasi)


41

f) Fase 6 : Generalization (penarikan

kesimpulan/generalisasi)

3) Penutup

a) Peserta didik menyimpulkan yang telah dipelajari.

b) Peserta didik diberi soal evaluasi

c) Peserta didik memberikan refleksi tentang pembelajaran

hari ini

d) Menutup pembelajaran dengan pesan moral dan

memberi salam

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dan

diakhir evalusi pembelajaran. Pengamatan yaitu guru mengamati

sikap peserta didik dan memberikan masukan kepada peneliti.

Setelah pengamatan tersebut maka dilakukan analisi

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan analisis terhadap hasil

pengamatan dan tindakan untuk mengetahui masalah yang

muncul selama proses pembelajaran. Hasil refleksi ini akan

digunakan untuk perbaikan atau merencanakan tindakan pada

siklus II.

e. Tahap Revisi

Pada tahap revisi dilakukan rencana perbaikan pada siklus II.

Refleksi ini dilakukan untuk memperbaiki cara guru mengajar,


42

penilaian sikap peserta didik, dan lain sebagainya yang

merupakan kekurangan pada siklus I agar tidak terjadi kesalahan

pada siklus II.

3. Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I . Setelah dilakukan

refleksi terhadap hasil pengamatan proses serta hasil tindakan pada

siklus I, hasil refleksi yang telah didapatkan tersebut digunakan

sebagai masukan untuk pelaksanaan pada siklus kedua. Pada siklus II

juga terdiri dari empat langkah yaitu 1) tahap perencanaan, 2) tahap

pelaksanaan tindakan, 3) tahap pengamatan, 4) tahap refleksi.


43

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 21

Jakarta dalam dua siklus, yaitu siklus I yang terdiri dari tiga kali pertemuan

disertai satu kali pertemuan untuk tes siklus I dan siklus II selama dua kali

pertemuan disertai satu pertemuan untuk tes siklus II. Penelitian dilaksanakan

selama kurang lebih satu bulan, dimulai dari Hari Selasa tanggal 9 Oktober

sampai dengan Hari Selasa tanggal 31 Oktober tahun 2018. Subjek dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakrta yang

berjumlah 36 peserta didik.

Pembelajaran matematika di kelas XI IIS 1 dilaksanakan dua minggu

sekali yaitu pada Hari Selasa dan Kamis sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

oleh sekolah. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas

pembelajaran matematika di kelas XI IIS 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan II


Pertemuan Waktu
Hari, tanggal Materi Pembelajran
ke- (WIB)
Selasa, 9
1 07.15 – 08.45 Translasi
Oktober 2018
Kamis, 11
2 08.00 – 09.50 Refleksi I
Oktober 2018
Selasa, 16
3 07.15 – 08.45 Refleksi II
Oktober 2018
Kamis, 18 Tes Siklus I
4 08.00 – 09.50
Oktober 2018
Selasa, 23 Rotasi
5 07.15 – 08.45
Oktober 2018
44

Kamis, 25
6 08.00 – 09.50 Dilatasi
Oktober 2018
Selasa, 30
7 07.15 – 08.45 Tes Siklus II
Oktober 2018

1) Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Adapun deskripsi hasil penelitian pada siklus I diuraikan dalam

beberapa tahap sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti menyusun beberapa hal

yang diperlukan dalam penelitian tindakan antara lain:

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan

indikator masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut.

Pertemuan ke-1

3.5.1 Menemukan matriks transformasi yang bersesuaian dengan


translasi
3.5.2 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan translasi
3.5.3 Menentukan bayangan garis menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan translasi
3.5.4 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan translasi
4.5.1 Menentukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
matriks transformasi yang bersesuaian dengan translasi.

Pertemuan ke-2

3.5.5 Menemukan matriks transformasi yang bersesuaian dengan


refleksi
3.5.6 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap sb-x
3.5.7 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap sb-x
45

3.5.8 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks


transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap sb-y
3.5.9 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap sb-y
3.5.10 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap y = h
3.5.11 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap y = h

Pertemuan ke-3

3.5.12 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks


transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis x= k
3.5.13 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis x= k
3.5.14 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis y= x
3.5.15 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis y= x
3.5.16 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis
y = -x
3.5.17 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap garis
y = -x
3.5.18 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap titik asal
O(0,0)
3.5.19 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan refleksi terhadap titik asal
O(0,0)
4.5.2 Menentukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
matriks transformasi yang bersesuaian dengan refleksi.

2. Menyiapkan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang

mengarahkan peserta didik untuk menemukan matriks transformasi

yang bersesuai dengan tranlasi dan refleksi.

3. Menyiapkan lembar jurnal harian untuk melihat bagaimana kondisi

peserta didik di kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung.

4. Menyusun alat evaluasi berupa soal tes dan rubrik/pedoman penskoran.


46

Perangkat pembelajaran terdiri dari RPP dan LKPD pada pertemuan

pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan instrumen observasi yang

dipersiapkan lembar kegiatan jurnal harian. Untuk tiap tiap lembar

pengamatan tersebut akan diisi oleh seorang pengamat. Sebagai pengamat

peneliti meminta bantuan salah seorang guru di SMA Negeri 21 Jakarta

yaitu guru pamong dan untuk mengamati aktivitas dan sikap peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2018, 11

Oktober 2018, dan 16 Oktober 2018. Tahap tindakan siklus I dilaksanakan

sesuai dengan RPP yang menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning yang telah disusun. Peneliti dan observer mengamati proses

pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan pedoman observasi yang

telah disusun. Secara garis besar proses pembelajaran yang dilaksanakan

pada setiap pertemuan mengikuti langkah-langkah pembelajaran model

pembelajaran Discovery Learning seperti berikut ini:

1. Kegiatan awal
a. Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam lalu berdoa.
b. Mengecek kehadiran Peserta Didik.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Memberi apersepsi.
e. Memotivasi peserta didik dengan memberikan gambaran yang
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
f. Menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai pada hari ini

2. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan langkah-langkah model Discovery Learning.
a. Fase 1 : Stimulation (pemberian stimulus)
b. Fase 2 : Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
c. Fase 3 : Data Collection (pengumpulan data).
47

d. Fase 4 : Data Processing (pengolahan data)


e. Fase 5 : Verification (memverifikasi)
f. Fase 6 : Generalization (penarikan kesimpulan/generalisasi)

3. Penutup
a. Peserta didik menyimpulkan yang telah dipelajari.
b. Peserta didik diberi soal evaluasi
c. Peserta didik memberikan refleksi tentang pembelajaran hari ini
d. Menutup pembelajaran dengan pesan moral dan memberi salam

Pembelajaran siklus I merupakan tindakan pertama dalam penelitian

ini. Kegiatan pembelajaran ini sangat menentukan kegiatan pembelajaran

berikutnya karena hasil dari siklus ini akan dijadikan dasar untuk perbaikan

pada siklus berikutnya. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti

mencatat semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran yang

digunakan sebagai catatan lapangan. Berdasarkan catatan lapangan dan

lembar observasi, maka deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah

sebagai berikut:

1. Pertemuan ke-1

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka. Ketua

kelas memimpin do’a. Guru mengabsen peserta didik dan

memastikan bahwa peserta didik sudah siap mengikuti pelajaran dan

memperhatikan kebersihan dan kerapian kelas. Guru mengingatkan

kembali peserta didik tranlasi, menanyakan apa itu translasi, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan

gamabaran kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari serta aspek-


48

aspek yang akan diamati dan dinilai selama proses pembelajaran

berlangsung.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, secara klasikal guru memberikan masalah

sebagai pancingan untuk peserta didik. Guru membagi peserta didik

menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

peserta didik, Peserta didik yang telah duduk di kelompoknya

masing-masing diminta untuk mengerjakan Lembar Kegiatan

Peserta Didik (LKPD). Secara berkelompok peserta didik

mendiskusikan LKPD yang telah dibagikan, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum

dipahami dan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan.

Pada saat guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan

belajar atau bimbingan, banyak peserta didik yang bertanya karena

kesulitan untuk menemukan matriks yang bersesuaian. Setelah

menyelesaikan LKPD, peserta didik dalam kelompoknya

menuliskan penyelesaian LKPD di kertas yang telah disediakan.

Peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dalam mengerjakan

tugas kelompok.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan

kelompok yang telah selesai menyelesaikan tugasnya diminta untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peserta didik


49

dari kelompok lain mengajukan pertanyaan, tanggapan dan memberi

saran terhadap hasil yang dipresentasikan temannya apabila ada.

Pada saat presentasi, guru membimbing jika menemukan kesulitan

serta memberikan penguatan.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diawali dengan guru mengarahkan peserta

didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru mengenai matriks yang bersesuaian dengan

translasi. Setelah itu, guru memberikan soal evaluasi kepada peserta

didik guna melihat sejauh mana peserta didik memahami

pembelajaran hari ini. Guru bersama peserta didik melakukan

refleksi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil

yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan

manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran

yang telah berlangsung.

Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan

menemumakan matriks transformasi yang bersesuaian dengan

refleksi melalaui pembelajaran Discovery Learning dengan

menggunakan LKPD. Peserta didik dihimbau untuk belajar materi

pembelajaran refleksi.
50

2. Pertemuan ke-2

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka. Ketua

kelas memimpin do’a. Guru mengabsen peserta didik dan

memastikan bahwa peserta didik sudah siap mengikuti pelajaran dan

memperhatikan kebersihan dan kerapian kelas. Guru mengingatkan

kembali peserta didik refleksi, menanyakan apa itu refleksi, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan

gambaran kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan refleksi.

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi

yang akan dipelajari serta aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai

selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, secara klasikal guru memberikan masalah

sebagai pancingan untuk peserta didik. Guru membagi peserta didik

menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

peserta didik, Peserta didik yang telah duduk di kelompoknya

masing-masing diminta untuk mengerjakan Lembar Kegiatan

Peserta Didik (LKPD). Secara berkelompok peserta didik

mendiskusikan LKPD yang telah dibagikan, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum

dipahami dan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan.


51

Pada saat guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan

belajar atau bimbingan, banyak peserta didik yang bertanya karena

kesulitan untuk menemukan matriks yang bersesuaian dengan

refleksi. Setelah menyelesaikan LKPD, peserta didik dalam

kelompoknya menuliskan penyelesaian LKPD di kertas yang telah

disediakan. Peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dalam

mengerjakan tugas kelompok.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan

kelompok yang telah selesai menyelesaikan tugasnya diminta untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peserta didik

dari kelompok lain mengajukan pertanyaan, tanggapan dan memberi

saran terhadap hasil yang dipresentasikan temannya apabila ada.

Pada saat presentasi, guru membimbing jika menemukan kesulitan

serta memberikan penguatan.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diawali dengan guru mengarahkan peserta

didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru mengenai matriks yang bersesuaian dengan

refleksi terhadap sb – x, sb – y, garis y = h. Setelah itu, guru

memberikan soal evaluasi kepada peserta didik guna melihat sejauh

mana peserta didik memahami pembelajaran hari ini. Guru bersama

peserta didik melakukan refleksi seluruh rangkaian aktivitas

pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya


52

secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak

langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan

menemumakan matriks transformasi yang bersesuaian dengan

refleksi terhadap garis x = k, y = x, y = -x, dan titik asal O(0,0)

melalui pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan

LKPD. Peserta didik dihimbau untuk memahami kembali

pembelajaran hari ini agar pertemuan selanjutnya lebih sempurna.

3. Pertemuan ke-3

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka. Ketua

kelas memimpin do’a. Guru mengabsen peserta didik dan

memastikan bahwa peserta didik sudah siap mengikuti pelajaran dan

memperhatikan kebersihan dan kerapian kelas. Guru mengingatkan

kembali peserta didik refleksi pada pertemuan sebelumnya, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan

gambaran kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari serta aspek-

aspek yang akan diamati dan dinilai selama proses pembelajaran

berlangsung.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, secara klasikal guru memberikan masalah

sebagai pancingan untuk peserta didik. Guru membagi peserta didik


53

menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

peserta didik, Peserta didik yang telah duduk di kelompoknya

masing-masing diminta untuk mengerjakan Lembar Kegiatan

Peserta Didik (LKPD). Secara berkelompok peserta didik

mendiskusikan LKPD yang telah dibagikan, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum

dipahami dan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan.

Pada saat guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan

belajar atau bimbingan, banyak peserta didik yang bertanya karena

kesulitan untuk menemukan matriks yang bersesuaian. Setelah

menyelesaikan LKPD, peserta didik dalam kelompoknya

menuliskan penyelesaian LKPD di kertas yang telah disediakan.

Peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dalam mengerjakan

tugas kelompok.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan

kelompok yang telah selesai menyelesaikan tugasnya diminta untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peserta didik

dari kelompok lain mengajukan pertanyaan, tanggapan dan memberi

saran terhadap hasil yang dipresentasikan temannya apabila ada.

Pada saat presentasi, guru membimbing jika menemukan kesulitan

serta memberikan penguatan.


54

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diawali dengan guru mengarahkan peserta

didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru mengenai matriks yang bersesuaian dengan

refleksi. Setelah itu, guru memberikan soal evaluasi kepada peserta

didik guna melihat sejauh mana peserta didik memahami

pembelajaran hari ini. Guru bersama peserta didik melakukan

refleksi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil

yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan

manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran

yang telah berlangsung.

Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan

mengadakan ulangan harian untuk materi translasi dan refleksi.

Peserta didik diharapkan belajar agar dapat nilai yang memuaskan.

c. Hasil Pengamatan

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis memiliki

seorang pengamat atau observer dari tim ahli yaitu guru yang berperan

sebagai pengamat sikap peserta didik dalam penelitian. Selama kegiatan

pembelajaran siklus I berlangsung, pengamat melakukan pengamatan

terhadap kegiatan guru dan peserta didik. Mengamati kegiatan guru untuk

dijadikan masukan untuk mengajar pada siklus II. Pada lembar kegiatan

jurnal harian peserta didik, pengamat atau observer menuliskan peserta

didik yang tidak berperilaku sebagaimana mestinya di kelas. Setelah


55

pengamatan tersebut, kemudian dilakukan analisis terhadap semua kegiatan

yang telah dilakukan. Dari hasil observasi dapat dilihat sebagai berikut.

1) Hasil Observasi Penilaian Sikap Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.2 : Data Hasil Observasi Sikap Peserta Didik Siklus I Selama
Kegiatan Pembelajaran Matematika Pada Materi
Transfromasi Melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning di Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta Tahun
Pelajaran 2018/2019
No. Hari/Tanggal Kejadian/Observasi Keterangan
1 09/10/2018 Tidak ada rasa ingin tahu - Aaliyah
- Andrawina
- Rafidhia
- Syifa Aulia

Tidak disiplin - Reyhand


- Rafi
- Fatiha

Tidak aktif dan tidak - Rivaldo


bertanggung jawab
- Bagas
- Daffa

2 11/10/2018 Tidak ada rasa ingin tahu - Aaliyah


- Andrawina
- Rafidhia

- Reyhand
Tidak disiplin - Rafi
- Fatiha

Tidak aktif dan tidak - Rivaldo


bertanggung jawab - Bagas

3 16/10/2018 Tidak ada rasa ingin tahu - Bagas


- Andrawina
56

Tidak disiplin - Reyhand


- Rafi
- Fatiha

Tidak aktif dan tidak - Rivaldo


bertanggung jawab - Fatiha
- Rafidhia
Sumber: Hasil Penelitian

Pengamatan terhadap sikap peserta didik selama kegiatan

proses belajar mengajar berlangsung menggunakan lembar penilaian

jurnal harian peserta didik. Lembar jurnal harian yang telah disiapkan,

diisi oleh pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan

menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Berdasarkan

tabel 4.2 di atas, pertemuan I, II, dan III terdapat perubahan sikap

peserta didik yang tidak begitu signifikan. Berdasarkan pengamatan

sikap peserta didik mencapai 70% yang termasuk dalam kualifikasi

tinggi dalam proses pembelajaran.

2) Hasil Evaluasi Penilaian Pengetahuan Peserta Didik Siklus I

Tabel 4.3 : Data Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I Selama
Kegiatan Pembelajaran Matematika Pada Materi
Transfromasi Melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning di Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta Tahun
Pelajaran 2018/2019
No Nama Peserta Didik Skor yang Keterangan
Diperoleh
1 Aaliyah Ananda 56 Tidak Tuntas
2 Al Hadiid Rzeznik Ar Razy 85 Tuntas
3 Alwan Giffar 87.5 Tuntas
4 Amanda Febiyana 73 Tidak Tuntas
5 Andi Indah Yolanda 79 Tuntas
6 Andrawina Syifanindita 58 Tidak Tuntas
7 Aulia Barra Irwanto 98 Tuntas
57

8 Bagas Rheznandhiya Pratama 67 Tidak Tuntas


9 Daffa Arlistio Rifqi 61 Tidak Tuntas
10 Dhiyaa Dibrina Fa Atin 95 Tuntas
11 Estoe Adil Chatami 80 Tuntas
12 Faesa Syahputri Suprapto 52 Tidak Tuntas
13 Fairuz Rahimah 83 Tuntas
14 Farah Ayu An Ipsa Thamrin 94 Tuntas
15 Fina Anggun Puspita 90 Tuntas
16 Ghina Evtin Lie Aifa 87 Tuntas
17 Hasna Nur Zahira 68 Tidak Tuntas
18 Hawraul Insiyyah Sembodo Putri 50 Tidak Tuntas
19 Inas Annisa Aulia 75 Tuntas
20 Khalida Rachmawati 94.5 Tuntas
21 Kurnia Elma Armavillia 72 Tidak Tuntas
22 Muhammad Fadhil Ilhamsyah 97.5 Tuntas
23 Muhammad Fatiha Rizki 57 Tidak Tuntas
24 Muhammad
Budiman Rafidhia Mahardani 48 Tidak Tuntas
25 Nabila Diva Mamonto 87 Tuntas
26 Nabilah Putri Edwina 98 Tuntas
27 Nurul Hidayah 70 Tidak Tuntas
28 Rafi' Muhammad Izzuddin 48 Tidak Tuntas
29 Rachmadinsa Dwininditha 88 Tuntas
30 Reyhand Pranna Kamil 30 Tidak Tuntas
31 Rifdah Kamila Handoyo 61 Tidak Tuntas
32 Rivaldo Pantjoro 28 Tidak Tuntas
33 Safira Alya Andriani 79.5 Tuntas
34 Sarah Hidayah 75 Tuntas
35 Shareen Virgita Septalia Takke 95.5 Tuntas
36 Syifa Aulia Hassani 56 Tidak Tuntas
Jumlah Skor 2623.5
Rata-Rata 72.875
Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Peserta Didik pada Siklus I
No Uraian Hasil pada Siklus I
1 Jumlah skor yang tercapai 2623.5
2 Jumlah peserta didik yang tuntas 19 Orang
3 Persentase ketuntasan yang tercapai 52.78 %
4 Nilai rata-rata tes formatif 72.875
Sumber: Hasil Penelitian
58

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat kita menyimpulkan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, nilai

rata-rata hasil belajar peserta didik yang diperoleh adalah 72,875

dengan presentase ketuntasan yang tercapai adalah 52,78% atau 19

orang dari 36 orang peserta didik yang tuntas dalam pembelajaran

siklus I. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama baik secara

klasikal maupun KKM nilai peserta didik belum tercapai, karena

peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya 19 orang atau jika

dipresentasekan hanya 52,78% saja yang mencapai nilai ketuntasan.

Jika dibandingkan dengan ketuntasan kalsikal yang sudah ditetapkan

yaitu 85%, maka hasil ini masih jauh di bawah kriteria. Hal ini

disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan model

pembelajaran Discovery Learning yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar. Namun secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran

Discovery Learning ini dapat dinilai positif, hal ini terlihat dari hasil

observasi sikap peserta didik yang meningkat dari pertemuan satu ke

pertemuan dua maupun ke pertemuan tiga.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus I, dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas belum

mencapai indikator penelitian yang telah ditetapkan. Hal ini

dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:


59

a. Sebagian peserta didik belum terbiasa menemukan cara

penyelesaian LKPD, sehingga mereka sedikit mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan LKPD.

b. Tidak semua peserta didik terlibat aktif dan bertanggung jawab

dalam kelompok.

c. Skor rata-rata yang diperoleh peserta didik berdasarkan hasil

evaluasi pada siklus I mencapai rata-rata 72,875 dan presentase

ketuntasan klasikal mencapai 52,78%. Hal ini berarti sudah

mencapai lebih dari setengah terhadap keseluruhan subjek.

d. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan pengamat pada kegiatan

pembelajaran pada siklus I, terlihat bahwa sikap peserta didik dalam

kegiatan beajar berada pada kategori tinggi karena hanya sedikit peserta

didik yang masuk ke dalam jurnal harian. Walaupun sikap rasa ingin tahu,

kerja sama, dan disiplin sebagian peserta didik tergolong tinggi dan hampir

seluruh peserta didik terlibat aktif dalam pembelajran dengan menggunakan

model pembelajaran Discovery Learning, namun sebagian besar peserta

didik belum memahami materi yang diberikan sehingga tidak bersemangat

mengikuti pembelajaran. Disini guru harus memberikan perhatian khusus

kepada peserta didik yang demikian untuk menjelaskan kembali sehingga

mereka bisa memahami materi yang diajarkan. Hal ini juga dibuktikan

dengan nilai rata-rata hasil belajar yaitu 72,758 belum mencapai KKM dan
60

presentase ketuntasan klasikal 52,78% belum mencapai indikator persentase

yang diharapkan.

e. Revisi Siklus I

Setelah melakukan pengamatan (observasi) selama proses belajar

mengajar dan menganalisis tindakan, observer dan peneliti melakukan

refleksi untuk beberapa hal. Refleksi ini dilakukan untuk memperbaiki baik

dari cara mengajar guru maupun hal-hal yang kurang dalam siklus I agar

tidak terjadi kesalahan yang sama pada siklus II. Beberapa hal yang perlu

diperbaiki diantaranya:

1. Guru harus lebih menguasai kelas

2. Guru harus meningkatkan lagi keceriaan atau antusiasme peserta didik

dalam belajar.

3. Guru harus membuat langkah – langkah LKPD yang sederhana sehingga

peserta didik mampu memahami.

4. Hasil refleksi tersebut dijadikan acuan untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus II yang akan dilaksanakan agar tidak terulang

lagi pada pertemuan selanjutnya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas perlu dilaksanakan siklus

II untuk memperbaiki kegagalan yang terjadi pada siklus I. Maka pada

pelaksanaan siklus II dapat dibuat rencana yang lebih baik lagi.

2) Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus I indikator penelitian yang telah ditetapkan belum tercapai

maka dilanjutkan dengan siklus II. Siklus II ini mengacu pada refleksi dan
61

revisi yang telah dilakukan pada siklus I. Peneliti berusaha untuk memperbaiki

kekurangan yang ada pada siklus I agar tidak terulang pada siklus II. Adapun

deskripsi hasil penelitian pada siklus I diuraikan dalam beberapa tahap yaitu

sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti menyusun beberapa hal

yang diperlukan dalam penelitian tindakan antara lain:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan

indikator masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut.

Pertemuan ke-1

3.5.20 Menemukan matriks transformasi yang bersesuaian dengan rotasi


3.5.21 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan rotasi
3.5.22 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks transformasi
yang bersesuai dengan rotasi
4.5.3 Menentukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
matriks transformasi yang bersesuaian dengan rotasi.

Pertemuan ke-2

3.5.23 Menemukan matriks transformasi yang bersesuaian dengan


dilatasi
3.5.24 Menentukan koordinat bayangan titik menggunakan matriks
transformasi yang bersesuai dengan dilatasi
3.5.25 Menentukan bayangan kurva menggunakan matriks transformasi
yang bersesuai dengan dilatasi
4.5.4 Menentukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
matriks transformasi yang bersesuaian dengan dilatasi.

2) Menyiapkan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang

mengarahkan peserta didik untuk menemukan matriks transformasi

yang bersesuaian dengan rotasi dan dilatasi.


62

3) Menyiapkan Lembar Observasi Sikap Peserta Didik untuk melihat

bagaimana kondisi peserta didik di kelas ketika proses belajar mengajar

berlangsung.

4) Menyusun alat evaluasi berupa soal tes dan rubrik/pedoman penskoran.

Perangkat pembelajaran terdiri dari RPP dan LKPD pada pertemuan

pertama dan pertemuan kedua. Sedangkan instrumen observasi yang

dipersiapkan yaitu Lembar Observasi Sikap Peserta Didik. Untuk tiap tiap

lembar pengamatan tersebut akan diisi oleh seorang pengamat. Sebagai

pengamat peneliti meminta bantuan salah seorang guru di SMA Negeri 21

Jakarta yaitu guru pamong untuk mengamati sikap peserta didik selama

proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan pada Hari Selasa tanggal 20

Oktober 2018 dan Kamis tanggal 22 Oktober 2018. Tahap tindakan siklus

II dilaksanakan sesuai dengan RPP yang menerapkan model pembelajaran

Discovery Learning yang telah disusun. Peneliti dan observer mengamati

proses pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan pedoman observasi

yang telah disusun. Secara garis besar proses pembelajaran yang

dilaksanakan pada setiap pertemuan mengikuti langkah-langkah

pembelajaran model pembelajaran Discovery Learning seperti berikut ini:

1. Kegiatan awal
a. Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam lalu berdoa.
b. Mengecek kehadiran Peserta Didik.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Memberi apersepsi.
63

e. Memotivasi peserta didik dengan memberikan gambaran yang


menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
f. Menyampaikan aspek-aspek yang akan dinilai pada hari ini

2. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan langkah-langkah model Discovery Learning.
a. Fase 1 : Stimulation (pemberian stimulus)
b. Fase 2 : Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
c. Fase 3 : Data Collection (pengumpulan data).
d. Fase 4 : Data Processing (pengolahan data)
e. Fase 5 : Verification (memverifikasi)
f. Fase 6 : Generalization (penarikan kesimpulan/generalisasi)

3. Penutup
a. Peserta didik menyimpulkan yang telah dipelajari.
b. Peserta didik diberi soal evaluasi
c. Peserta didik memberikan refleksi tentang pembelajaran hari ini
d. Menutup pembelajaran dengan pesan moral dan memberi salam

Pembelajaran siklus II merupakan tindakan kedua dalam penelitian

ini. Kegiatan pembelajaran ini sangat menentukan kegiatan pembelajaran

berikutnya karena hasil dari siklus ini akan dijadikan dasar untuk perbaikan

pada siklus berikutnya. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti

mencatat semua kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran yang

digunakan sebagai jurnal harian. Berdasarkan jurnal harian dan lembar

observasi, maka deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah

sebagai berikut:

1. Pertemuan ke-1

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka. Ketua

kelas memimpin do’a. Guru mengabsen peserta didik dan

memastikan bahwa peserta didik sudah siap mengikuti pelajaran dan

memperhatikan kebersihan dan kerapian kelas. Guru mengingatkan


64

kembali peserta didik rotasi, menanyakan apa itu rotasi, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan

gambaran kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan rotasi.

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi

yang akan dipelajari serta aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai

selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, secara klasikal guru memberikan masalah

sebagai pancingan untuk peserta didik. Guru membagi peserta didik

menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

peserta didik, Peserta didik yang telah duduk di kelompoknya

masing-masing diminta untuk mengerjakan Lembar Kegiatan

Peserta Didik (LKPD). Secara berkelompok peserta didik

mendiskusikan LKPD yang telah dibagikan, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum

dipahami dan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan.

Pada saat guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan

belajar atau bimbingan, banyak peserta didik yang bertanya karena

kesulitan untuk menemukan matriks yang bersesuaian rotasi. Setelah

menyelesaikan LKPD, peserta didik dalam kelompoknya

menuliskan penyelesaian LKPD di kertas yang telah disediakan.


65

Peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dalam mengerjakan

tugas kelompok.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan

kelompok yang telah selesai menyelesaikan tugasnya diminta untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peserta didik

dari kelompok lain mengajukan pertanyaan, tanggapan dan memberi

saran terhadap hasil yang dipresentasikan temannya apabila ada.

Pada saat presentasi, guru membimbing jika menemukan kesulitan

serta memberikan penguatan.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diawali dengan guru mengarahkan peserta

didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru mengenai matriks yang bersesuaian dengan rotasi.

Setelah itu, guru memberikan soal evaluasi kepada peserta didik

guna melihat sejauh mana peserta didik memahami pembelajaran

hari ini. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi seluruh

rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh

untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung

maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah

berlangsung.

Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan

mempelajari materi dilatasi. Peserta didik diharapkan memelajarinya


66

dirumah agar proses pembelajaran semakin kondusif. Guru

memberikan pesan moral diakhir pembelajaran.

2. Pertemuan ke-2

a. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka. Ketua

kelas memimpin do’a. Guru mengabsen peserta didik dan

memastikan bahwa peserta didik sudah siap mengikuti pelajaran dan

memperhatikan kebersihan dan kerapian kelas. Guru mengingatkan

kembali peserta didik dilatasi, menanyakan apa itu dilatasi, dan

memberikan motivasi kepada peserta didik dengan memberikan

gambaran kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan rotasi.

Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi

yang akan dipelajari serta aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai

selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, secara klasikal guru memberikan masalah

sebagai pancingan untuk peserta didik. Guru membagi peserta didik

menjadi 9 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang

peserta didik, Peserta didik yang telah duduk di kelompoknya

masing-masing diminta untuk mengerjakan Lembar Kegiatan

Peserta Didik (LKPD). Secara berkelompok peserta didik

mendiskusikan LKPD yang telah dibagikan, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hal-hal yang belum


67

dipahami dan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik

yang mengalami kesulitan.

Pada saat guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan

belajar atau bimbingan, banyak peserta didik yang bertanya karena

kesulitan untuk menemukan matriks yang bersesuaian rotasi. Setelah

menyelesaikan LKPD, peserta didik dalam kelompoknya

menuliskan penyelesaian LKPD di kertas yang telah disediakan.

Peserta didik diarahkan untuk bekerja sama dalam mengerjakan

tugas kelompok.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan

kelompok yang telah selesai menyelesaikan tugasnya diminta untuk

menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peserta didik

dari kelompok lain mengajukan pertanyaan, tanggapan dan memberi

saran terhadap hasil yang dipresentasikan temannya apabila ada.

Pada saat presentasi, guru membimbing jika menemukan kesulitan

serta memberikan penguatan.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diawali dengan guru mengarahkan peserta

didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan guru mengenai matriks yang bersesuaian dengan

dilatasi. Setelah itu, guru memberikan soal evaluasi kepada peserta

didik guna melihat sejauh mana peserta didik memahami

pembelajaran hari ini. Guru bersama peserta didik melakukan


68

refleksi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil

yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan

manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran

yang telah berlangsung.

Guru menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya akan

mengadakan ulangan harian untuk materi translasi dan refleksi.

Peserta didik diharapkan belajar agar dapat nilai yang memuaskan.

c. Hasil Pengamatan

Tidak jauh berbeda dengan siklus I, pada kegiatan pembelajaran

siklus II berlangsung juga dilakukan pengamatan terhadap proses belajar

mengajar di dalam kelas. Pada siklus II, peneliti juga memiliki seorang

pengamat yang mengamati peserta didik didalam kelas. Selama kegiatan

pembelajaran siklus II berlangsung, pengamat melakukan pengamatan

terhadap kegiatan peserta didik. Pada lembar observasi kegiatan sikap

peserta didik, pengamat membubuhkan tanda √ pada tiap kolom nilai yang

sesuai dengan sikap peserta didik di kelas. Dari hasil observasi dapat dilihat

sebagai berikut.

1) Hasil Observasi Penilaian Sikap Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.5 : Data Hasil Observasi Sikap Siklus II Selama Kegiatan


Pembelajaran Matematika Pada Materi Transformasi
Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta Tahun Pelajaran
2018/2019
Pertemuan ke-
Pertemuan ke-1
2 Rata-
No Nama Peserta Didik
Kerja Ingin
Disiplin Aktif rata
sama Tahu
1 Aaliyah Ananda 3 3 4 3 3.25
69

2 Al Hadiid Rzeznik Ar Razy 4 4 4 4 4


3 Alwan Giffar 3 4 4 3 3.5
4 Amanda Febiyana 3 3 4 3 3.25
5 Andi Indah Yolanda 3 4 3 4 3.5
6 Andrawina Syifanindita 2 3 4 2 2.75
7 Aulia Barra Irwanto 4 3 3.5
8 Bagas Rheznandhiya 2 3 3 2 2.5
9 Daffa
PratamaArlistio Rifqi 3 3 4 2 3
10 Dhiyaa Dibrina Fa Atin 4 4 4 4 4
11 Estoe Adil Chatami 4 4 4 4 4
12 Faesa Syahputri Suprapto 3 4 4 3 3.5
13 Fairuz Rahimah 4 3 3.5
14 Farah Ayu An Ipsa Thamrin 4 4 4 4 4
15 Fina Anggun Puspita 4 4 4 4 4
16 Ghina Evtin Lie Aifa 4 4 3 4 3.75
17 Hasna Nur Zahira 3 4 4 3 3.5
18 Hawraul Insiyyah Sembodo 3 3 4 3 3.25
19 Inas
PutriAnnisa Aulia 3 4 4 3 3.5
20 Khalida Rachmawati 3 3 4 3 3.25
21 Kurnia Elma Armavillia 3 3 4 3 3.25
22 Muhammad Fadhil 4 4 3 4 3.75
23 Muhammad
Ilhamsyah Fatiha Rizki 2 3 2.5
24 Muhammad
Budiman Rafidhia 2 3 4 2 2.75
25 Nabila Diva Mamonto
Mahardani 4 4 4 4 4
26 Nabilah Putri Edwina 3 4 3 4 3.5
27 Nurul Hidayah 4 3 4 3 3.5
28 Rafi' Muhammad Izzuddin 4 2 3 2 2.75
29 Rachmadinsa Dwininditha 4 4 4 4 4
30 Reyhand Pranna Kamil 2 2 4 2 2.5
31 Rifdah Kamila Handoyo 3 3 4 3 3.25
32 Rivaldo Pantjoro 2 4 3 2 2.75
33 Safira Alya Andriani 3 4 4 3 3.5
34 Sarah Hidayah 4 4 4 4 4
35 Shareen Virgita Septalia 4 3 3 4 3.5
36 Syifa
TakkeAulia Hassani 3 4 3.5
Jumlah Skor 122,5
Rata-rata 3,4
Persentase 85,1%
Sumber: Hasil Penelitian
70

Berdasarkan Tabel Hasil Pengamatan Sikap Peserta Didik

Siklus II dapat dilihat bahwa sikap peserta didik pada pembelajaran

materi transformasi sudah meningkat yang sebelumnya 70% meningkat

menjadi 85,1%.

Berdasarkan hasil pengamatan sikap peserta didik menunjukkan

bahwa sikap peserta didik untuk setiap pertemuan pada siklus II

meningkat, peningkatan ini sangat mempengaruhi ketuntasan belajar

peserta didik. Semua kegiatan pada siklus II berjalan dengan baik dan

menghasilkan kemajuan yang memuaskan. Akibatnya hasil belajar juga

mengalami peningkatan.

Untuk mengetahui peningkatan dan perkembangan hasil belajar

pada siklus II peserta didik diberikan tes akhir setelah pembelajaran

siklus II berakhir. Nilai pada tes akhir siklus II ini nantinya sebagai

pedoman untuk menentukan nilai perkembangan peserta didik. Tes ini

diberikan pada Hari Selasa tanggal 30 Oktober 2018. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

2) Hasil Evaluasi Penilaian Pengetahuan Peserta Didik Siklus II

Tabel 4.6 : Data Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II Selama
Kegiatan Pembelajaran Matematika Pada Materi
Transformasi Melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning di Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta Tahun
Pelajaran 2018/2019
No Nama Peserta Didik Skor yang Keterangan
Diperoleh
1 Aaliyah Ananda 75 Tuntas
2 Al Hadiid Rzeznik Ar Razy 97 Tuntas
3 Alwan Giffar 90 Tuntas
4 Amanda Febiyana 85 Tuntas
71

5 Andi Indah Yolanda 90 Tuntas


6 Andrawina Syifanindita 75 Tuntas
7 Aulia Barra Irwanto 100 Tuntas
8 Bagas Rheznandhiya Pratama 80 Tuntas
9 Daffa Arlistio Rifqi 82 Tuntas
10 Dhiyaa Dibrina Fa Atin 100 Tuntas
11 Estoe Adil Chatami 97.5 Tuntas
12 Faesa Syahputri Suprapto 76 Tuntas
13 Fairuz Rahimah 87 Tuntas
14 Farah Ayu An Ipsa Thamrin 100 Tuntas
15 Fina Anggun Puspita 96 Tuntas
16 Ghina Evtin Lie Aifa 95 Tuntas
17 Hasna Nur Zahira 87 Tuntas
18 Hawraul Insiyyah Sembodo Putri 62.5 Tidak Tuntas
19 Inas Annisa Aulia 79 Tuntas
20 Khalida Rachmawati 96 Tuntas
21 Kurnia Elma Armavillia 85 Tuntas
22 Muhammad Fadhil Ilhamsyah 100 Tuntas
23 Muhammad Fatiha Rizki Budiman 77 Tuntas
24 Muhammad Rafidhia Mahardani 60 Tidak Tuntas
25 Nabila Diva Mamonto 100 Tuntas
26 Nabilah Putri Edwina 98 Tuntas
27 Nurul Hidayah 88 Tuntas
28 Rafi' Muhammad Izzuddin 73 Tidak Tuntas
29 Rachmadinsa Dwininditha 90 Tuntas
30 Reyhand Pranna Kamil 68 Tidak Tuntas
31 Rifdah Kamila Handoyo 76 Tuntas
32 Rivaldo Pantjoro 61 Tidak Tuntas
33 Safira Alya Andriani 90 Tuntas
34 Sarah Hidayah 92 Tuntas
35 Shareen Virgita Septalia Takke 96 Tuntas
36 Syifa Aulia Hassani 75 Tuntas
Jumlah Skor 3079
Rata-Rata 85.5
Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Peserta Didik pada Siklus II
No Uraian Hasil pada Siklus I
1 Jumlah skor yang tercapai 3079
2 Jumlah peserta didik yang tuntas 31 Orang
3 Persentase ketuntasan yang tercapai 86.11%
4 Nilai rata-rata tes formatif 85.5
72

Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa dengan

model pembelajaran Discovery Learning nilai rata-rata hasil belajar

yang di peroleh peserta didik adalah 85,5 dengan persentase ketuntasan

yang tercapai adalah 86,11% atau 31 orang dari 36 orang peserta didik

yang tuntas dalam pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II meningkat

dibandingkan tes siklus I dimana rata-rata hasil belajarnya 72,875

menjadi 85,5. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus kedua baik

secara klasikal maupun KKM nilai orang peserta didik sudah tercapai,

karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 sudah mencapai 31

orang atau jika dipresentasekan sudah 86,11% yang mencapai nilai

ketuntasan. Berdasarkan ketuntasan klasikal yang sudah ditetapkan

yaitu 85%, maka hasil ini sudah memenuhi kriteria indikator kinerja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang

signifikan pada siklus II.

d. Refleksi Siklus II

Refleksi dari siklus II adalah kegiatan pembelajaran berjalan lebih

baik dari siklus sebelumnya. Dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning sebagian besar peserta didik terlibat aktif dalam

pembelajaran, tidak ada peserta didik yang hanya duduk tanpa mengerjakan

LKPD.

Sikap yang baik dalam pembelajaran sangat mempengaruhi hasil

belajar. Berdasarkan tes evaluasi siklus II terlihat bahwa nilai tes Peserta

Didik mencapai 86,11%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar telah
73

meningkat atau dapat dikatakan lebih baik dari siklus sebelumnya dan telah

mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan. Ketuntasan nilai peserta

didik ini juga didukung dengan kegiatan guru dalam mengelola

pembelajaran. Mengingat adanya peningkatan pada setiap aspek

pembelajaran dan hasil tes evaluasinya sudah mencapai target, maka

penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, upaya menerapkan model pembelajaran

Discovery Learning ternyata hasilnya cukup memuaskan, meskipun pada

siklus I masih terdapat beberapa kekurangan seperti guru masih kurang dalam

hal mengajukan pertanyaan yang menantang, kurang menguasai kelas, belum

melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan

positif dan lain-lain. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan pembelajaran

berjalan dengan lancar. Berdasarkan pengalaman dan refleksi pada siklus I,

maka peneliti berusaha untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada siklus II.

Dilanjutkan dengan sikap peserta didik, berdasarkan hasil pengamatan

dan hasil observasi selama pembelajaran terlihat sikap rasa ingin tahu, kerja

sama, disiplin dan aktif peserta didik pada siklus II lebih baik jika

dibandingkan dengan sikap peserta didik pada siklus I. Salah satu yang

menyebabkan sikap peserta didik sangat baik adalah karena dikarenakan pada

siklus II guru tegas memberikan butir-butir penilaian sikap kepada peserta

didik dan peserta didik senang dengan model pembelajaran yang


74

menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai media belajarnya.

Peserta didik yang biasanya tampak bermalas-malasan dalam belajar telah

berubah menjadi sosok yang aktif, lebih sering bertanya jika tidak paham, lebih

disiplin, dan bekerja sama dalam mengerjakan LKPD.

Meningkatnya sikap rasa ingin tahu, kerja sama, disiplin dan sikap aktif

pada saat proses pembelajaran berlangsung ternyata juga mengakibatkan hasil

belajar peserta didik meningkat. Hal ini terbukti dari hasil tes akhir Peserta

Didik, dimana hasil belajar pada siklus II lebih tinggi dibandingkan pada siklus

I, jika dipersentasekan siklus I hanya mendapat 52,78% dari peserta didik yang

mencapai nilai ketuntasan sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan

menjadi 86,11% peserta didik yang tuntas. Dengan demikian dapat dikatakan

hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan dan sudah

mencapai ketuntasan secara klasikal.

Adapun untuk perbandingan pencapaian indikator antara siklus I dan

siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Perbandingan Pencapaian Indikator Pada Siklus I dan Siklus II


Indikator Siklus I Siklus II Keterangan
Sikap peserta didik 70 % 85,1 % Meningkat
Ketuntasan Klasikal 52,78 % 86,11 % Meningkat

Berdasarkan data pada tabel 4.8 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar dan sikap peserta didik meningkat dan ketuntasan secara klasikal telah

tercapai. Dengan demikian penelitian dicukupkan sampai siklus II. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning

mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi transformasi.


75

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil penelitian yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model

Pembelajaran Discovery Learning di kelas XI IIS 1 SMA Negeri 21 Jakarta”,

maka pada akhir laporan ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada materi

Transformasi dapat meningkatkan minat belajar peserta didik, hal ini

ditunjukkan oleh sikap peserta didik yang meningkat dari siklus I ke siklus

II.

2. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada materi

Transformasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, hal ini

ditunjukkan oleh hasil test peserta didik yang meningkat dari siklus I ke

siklus II.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di atas maka perlu

kiranya memeberikan saran yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan

proses belajar mengajar terhadap pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran Discovery Learning. Adapun saran-saran yang dapat penulis

kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif

dalam menerapkan model pembelajaran agar peserta didik tidak merasa


76

bosan dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran

yang membuat peserta didik antusia dalam belajar adalah model

pembelajaran Discovery Learning.

2. Disarankan jika menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

harus benar-benar memperhatikan LKPD karena apabila langkah–langkah

menemukan rumus sulit dipahami, tujuan pembelajaran tidak tercapai.


77

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 2008. Pokoknya Kualitatif: Dasar–dasar Merancang dan


Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Delfita, Ovemy, dkk. 2017. Penerapan Model Discovery Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Mia 4 Sma Negeri 5
Pekanbaru.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/15539/15081.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018.

HSRC & IEA TIMSS. 2012. Highlights from TIMSS 2011, The South African
Perspective. http://www.hrsc.ac.za/. Diakses pada tanggal 16 September
2018.

Ismadi, Janu. 2011. Matematika Ajaib: Permainan Utak-atik Angka yang


Mengasyikkan. Bandung: PT Mizan Publika.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan


(Discovery Leraning).
http://p3g.unm.ac.id/index.php/download/category/16-kumpulan-materi-
sosialisasi-kurikulum%20013.html?download=214%3Adiscovery-learning.
Diakses pada tanggal 16 September 2018.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permedikbud Nomor 65 Tahun


2013 Tentang Standar Proses. http://bsnp-indonesia.org/id/wp-
content/uploads/2009/06/03.-A.-Salinan-Permendikbud-No.-65-th-2013-ttg-
Standar-Proses.pdf. Diakses pada tanggal 16 September 2018.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Matematika SMA/MA Kelas XII


Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press.

Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.

Priyatno, Arif. 2015. Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa Kelas Smk 2 Singosari Pada Pokok Bahasan Turunan Fungsi
Aljabar. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
78

____________. 2005. Metode Statistika Edisi ke–6. Bandung: Tarsito.

____________. 2006. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

____________. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Suharti, T. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui model Pembelajaran


SAVI pada siswa kelas 5 SDN Ngawen 02 Kecamatan Margorejo Kabupaten
Pati Semester I Tahun 2013/2014.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5247/3/T1_262011025_BA
B%20II.pdf. Diakses pada tanggal 16 September 2018.

Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: CV Alvabeta.

Utari, Meilisa. 2016. Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan


Sikap Percaya Diri Dan Hasil Belajar Siswa Kelas I Sdn Sekelimus 1
Bandung Pada Subtema Gemar
Berolahraga. http://repository.unpas.ac.id/5183/. Diakses pada tanggal 20
September 2018.

Anda mungkin juga menyukai