Anda di halaman 1dari 4

Penggunaan Alat Peraga Kalkulator Kubik Untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SDN


Pelambuan 7 Banjarmasin
Muhammad Arsyad
SD Negeri Pelambuan 7, Jalan Bina Karya, Banjarmasin;

Abstract. Researcher thought critically to create a teaching aid that had the
potential to increase motivation and student learning outcomes in mathematics
subject on the cube root material, namely the Cubic Calculator. This study aims
to improve students' motivation and learning outcomes in cube root material.
The results of the study showed that there was increase in student motivation
of 66.67% to 83.33% and student learning outcomes also increased with the
percentage of completion from 40% to 95% with the average value of 58.50 to
80.60. Thus, it can be concluded that the use of calculator cubic teaching aid
can effectively increase motivation and learning outcomes of the sixth grade
students in SDN Pelambuan 7 Banjarmasin.

Keywords: cubic calculator, learning outcomes, mathematics, motivation, teaching aid

1. Pendahuluan permasalahan tersebut. Yaitu


melaksanakan kegiatan pembelajaran
Salah satu faktor keberhasilan akar pangkat tiga dengan
pembelajaran antara lain peran guru menggunakan Alat peraga kalkulator
sebagai fasilitator pembelajaran yang kubik. Alat peraga ini dirancang
bermakna. Tantangan seorang guru sedemikian rupa dapat terjadi
yaitu menyediakan suatu sistem interaksi yang positif dari segala arah
pendidikan yang menciptakan dan pembelajaran dengan alat peraga
kesempatan seluas-luasnya kepada ini berbasis pada PAIKEM
seluruh peserta didik untuk (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
mengkorelasikan antara pengetahuan Efektif dan Menyenangkan).
dan keterampilan sehingga menjadi
familiar bagi setiap peserta didik. Alat peraga kalkulator kubik ini juga
Kesempatan itu tidak akan tercipta dimungkinkan dapat
apabila pengetahuan dan diimplementasikan pada semua
keterampilan dipisahkan dalam suatu jenjang pendidikan. Tak terkecuali
proses pembelajaran. jenjang pendidikan dasar sebagai
Namun fakta dilapangan, mata momen penanaman konsep-konsep
pelajaran matematika terutama pada dasar pembelajaran berbagai disipilin
materi akar pangkat tiga masih jadi ilmu. Sekolah dasar dapat
fenomena yang masih menjadi momok diasumsikan sebagai kunci dasar
di Indonesia. Rendahnya daya nalar keberhasilan dalam menempatkan
siswa dalam proses berpikir kompleks letak prinsip pendidikan yang akan
merupakan problem tersendiri yang tumbuh dan berkembang melalui
dapat menghambat keberhasilan pembelajaran yang bermakna. Namun
pembelajaran. pada saat ini sangat jarang ditemukan
referensi dan sumber belajar yang
Berdasarkan atas pemikiran itulah, dapat dijadikan acuan sebagai suatu
dengan mempertimbangkan urgensi bahan pertimbangan untuk
dan kompleksitas problematika yang mengkreasikan suatu media dan alat
merupakan tantangan pada sistem peraga pembelajaran pada materi akar
pendidikan Indonesia, maka saya pangkat tiga jenjang sekolah dasar.
bermaksud memberikan suatu solusi
alternatif konkrit dalam mengatasi

1125
Oleh karena itu, saya kemudian Oleh karena itu guru harus
merasa tertarik untuk melakukan mempunyai media dan alat peraga
penelitian dan menyusun karya tulis pembelajaran yang dapat menarik
yang berjudul “Penggunaan Alat perhatian siswa terhadap
Peraga Kalkulator Kubik untuk pembelajaran matematika agar siswa
Meningkatkan Motivasi dan Hasil senang terhadap matematika dan
Belajar Siswa Kelas VI SDN medapatkan pengalaman yang
Pelambuan 7 Banjarmasin”. optimal dari pembelajaran
matematika. Dari kedua pendapat
2. Kajian Pustaka tersebut dapat disimpulkan bahwa,
2.1 Pembelajaran Matematika pembelajaran matematika adalah
suatu usaha yang dilakukan dalam
Pada pembelajaran matematika rangka untuk membantu siswa dalam
prinsip belajar menurut Sardiman mempelajari matematika sebagai
(2010: 95) adalah berbuat, berbuat suatu hal yang menarik dan
untuk mengubah tingkah laku, jadi menyenangkan.
melakukan kegiatan. Berbuat salah
satunya menemukan sendiri berbagai 2.2 Motivasi da Hasil Belajar
pengetahuan yang diperlukannya. Woolfolk (2011: 226) menyatakan
Penemuan kembali adalah bahwa: Motivasi belajar adalah
menemukan suatu cara penyelesian kecenderungan untuk menemukan
secara informal dalam pembelajaran kegiatan-kegiatan akademik yang
matematika di kelas. Walaupun berarti dan berfaedah dan untuk
penemuan tersebut sederhana dan berusaha mengambil manfaat
bukan hal yang baru bagi orang yang darinya. Motivasi belajar melibatkan
telah mengetahuinya. Oleh karena itu, lebih dari sekadar berkeinginan atau
pada proses pembelajaran bermaksud untuk belajar.
matematika seorang guru sebaiknya
memperhatikan kemampuan yang Lebih lanjut, Dimyati dan Mudjiono
dimiliki oleh siswa serta memberikan (2011: 80) menyatakan bahwa
kesempatan kepada siswa untuk “motivasi dipandang sebagai dorongan
mengungkapkan pendapatnya dan mental yang menggerakkan dan
mengembangkan kemampuan yang mengarahkan perilaku manusia,
dimilikinya. termasuk perilaku belajar”.
Sedangkan menurut McDonald
Matematika merupakan ilmu dan (dalam Hamalik, 2005: 106), motivasi
pengetahuan yang universal yang adalah ”suatu perubahan energi
menjadi dasar perkembangan dalam diri (pribadi) seseorang yang
teknologi modern, dan mempunyai ditandai dengan timbulnya perasaan
peran yang sangat penting dalam dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
berbagai disiplin ilmu dan memajukan
pola dan daya pikir. Selaras dengan Hasil belajar merupakan indikator
yang disampaikan oleh Susanto dari perubahan yang terjadi pada
(2013:185), matematika merupakan individu setelah mengalami proses
salah satu disiplin ilmu yang dapat belajar mengajar, dimana untuk
meningkatkan kemampuan berfikir mengungkapkannya menggunakan
dalam menyelesaikan permasalahan suatu alat penilaian yang disusun
sehari-hari dan dalam dunia kerja. oleh guru, seperti tes evaluasi (Arifin,
Oleh karena itu, matematika adalah 2012). Sedangkan menurut Sudjana
ilmu yang harus diberikan sejak (2010) berpendapat bahwa ”hasil
tingkat dasar dan dikuasai oleh belajar adalah kemampuan-
semua orang karena memiliki peran kemampuan yang dimiliki siswa
penting dalam kehidupan manusia setelah ia menerima pengalaman
terutama pada peserta didik. belajarnya”. Hasil belajar juga dapat
diartikan sebagai bentuk prestasi
yang dicapai oleh siswa dalam bidang

1126
studi atau mata pelajaran tertentum, terlaksana dengan baik.. Sedangkan
dan untuk memperolehnya pada siklus 2, kegiatan pembelajaran
menggunakan ketentuan acuan dan dengan menggunakan alat peraga
standar sebagai pengukuran kalkulator kubik dinyatakan cukup
keberhasilan seseorang. Kriteria hasil efektif dan sangat maksimal dalam
belajar pada siswa yang lazim meningkatkan motivasi belajar siswa.
digunakan adalah nilai rata-rata yang Terlihat pada pertemuan 1, motivasi
didapat melalui proses belajar. belajar siswa memperoleh skor rata-
rata nilai 80% dengan predikat amat
3. Metodologi Penelitian baik. Sedangkan pada pertemuan 2,
3.1 Subyek Penelitian persentase motivasi belajar siswa
meningkat memperoleh skor rata-rata
Pembelajaran ini diaplikasikan pada nilai 83,33% dengan predikat amat
siswa kelas VI SDN Pelambuan 7 baik. Semua kegiatan yang
Banjarmasin Tahun Ajaran direncanakan dapat terlaksana
2019/2020 berjumlah 20 orang yang dengan baik. Kenyataan ini
terdiri atas 10 orang laki-laki dan 10 menunjukkan ada peningkatan
orang perempuan. Peneliti berperan motivasi belajar siswa.
sebagai guru sementara pada kelas
tersebut yang menganalisa dan Hasil belajar siswa pada siklus 1
membimbing jalannya pembelajaran pertemuan 1 rata-rata nilai 58,50
berkolaborasi dengan guru kelas VI di dengan tingkat ketuntasan dengan
SDN Pelambuan 7 Banjarmasin. persentase 40% siswa tuntas dan 60%
siswa tidak tuntas, pada pertemuan 2
3.2 Instrumen Penelitian rata-rata nilai 65,50 dengan tingkat
Instrument yang digunakan sebagai ketuntasan persentase 55% siswa
berikut: (1) Observasi langsung, yang tuntas dan 45%, dan hasil tes
dilakukan untuk mengumpulkan data formatif rata-rata nilai 71,40 dengan
motivasi siswa dalam proses tingkat ketuntasan 65 % siswa tuntas
pembelajaran; (2) Tes dilakukan dan 35% siswa tidak tuntas. Dilihat
untuk mengetahui hasil belajar siswa dari rata-rata nilai tiap pertemuan ada
kelas VI SDN Pelambuan 7 peningkatan yang cukup signifikan,
Banjarmasin dengan materi koordinat namun belum mencapai tingkat
kartesius; (3) Rencana Pelaksanaan ketuntasan secara klasikal karena
Pembelajaran (RPP), rancangan proses dilihat dari presentase ketuntasan
pembelajaran. masih dibawah tingkat ketuntasan.
Sedangkan pada siklus 2, hasil belajar
siswa pada pertemuan 1 rata-rata
4. Hasil dan Pembahasan nilai 65,50 dengan tingkat ketuntasan
4.1 Analisis Data Hasil Aplikasi dengan persentase 35% siswa tuntas
Praktis Inovasi Pembelajaran dan 65% siswa tidak tuntas, pada
pertemuan 2 rata-rata nilai 80,50
Persentase motivasi siswa kegiatan dengan tingkat ketuntasan persentase
pembelajaran dengan menggunakan 75% siswa yang tuntas dan 25%, dan
alat peraga kalkulator kubik hasil fomratif siklus 2 rata-rata nilai
dinyatakan cukup efektif 80,60 dengan tingkat ketuntasan 95%
meningkatkan motivasi siswa, tetapi siswa tuntas dan 5% siswa tidak
masih belum maksimal. Terlihat pada tuntas. Dilihat dari rata-rata nilai tiap
pertemuan 1, motivasi belajar siswa pertemuan ada peningkatan yang
memperoleh persentase nilai 66,67% sangat signifikan, dan telah mencapai
dengan predikat cukup baik. tingkat ketuntasan secara klasikal
Sedangkan pada pertemuan 2 karena dilihat dari presentase
motivasi belajar siswa meningkat ketuntasan sudah berada diatas
memperoleh skor rata-rata nilai standar ketuntasan minimal.
78,33% dengan predikat baik. Semua
kegiatan yang direncanakan dapat

1127
Persentase ketuntasan belajar pada diserap maksimal oleh siswa. Konsep
siklus 1 pertemuan I sebesar 40% permainan ini memungkinkan potensi
kemudian meningkat pada pertemuan memunculkan pemikiran siswa yang
II sebesar 55% kemudian lebih lebih luas dan mampu memfasilitasi
meningkat pada tes formatif sebesar pembelajaran 4C (Communication,
65%. Namun hasil ini belum bisa Collaboration, Critical Thinking dan
dikategorikan berhasil karena belum Creativity) dalam meningkatkan
mencapai kriteria ketuntasan minimal kecakapan abad 21.
secara klasikal. Sedangkan pada
Penggunaan alat peraga kalkulator
siklus 2, persentase ketuntasan
kubik dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa pertemuan I mencapai
belajar dan hasil belajar siswa Kelas
65%, kemudian meningkat menjadi
VI SDN Pelambuan 7 Banjarmasin
75%, kemudian semakin meningkat
pada tes formatif mencapai 95%. Hasil 5.2 Saran
ini menunjukan bahwa hasil belajar
Diperlukan komunikasi dan
sudah mencapai target dan
koordinasi dengan kepala sekolah
pembebelajaran dianggap telah
dalam penggunaan kalkulator kubik
berhasil mencapai kriteria ketuntasan
yang dijalankan pada ponsel pintar
minimal yang telah ditetapkan, maka
berbasis android, karena sebagian
dapat disimpulkan bahwa proses
besar sekolah melarang siswanya
pembelajaran matematika pada
membawa ponsel ke dalam kelas.
materi kartesius ini berhasil dan telah
mencapai target hasil belajar yang Pastikan ponsel pintar yang akan
telah ditentukan. digunakan memiliki spesifikasi yang
memadai sehingga dapat
menjalankan microsoft excel yang
sudah terinstal dan update.
Untuk mengantisipasi masalah yang
5. Kesimpulan dan Saran terjadi dilapangan, sebaiknya guru
menyediakan beberapa laptop yang
5.1 Kesimpulan dapat digunakan siswa sebagai
Penggunaan alat peraga kalkulator alternatif apabila terjadi kendala
kubik menciptakan proses teknis.
pembelajaran yang asyik dan Dalam pembuatan media aplikasi
menyenangkan. Permainan ini mudah kalkulator kubik pada microsoft excel
diaplikasikan sehingga guru dapat diperlukan konsentrasi dan kehati-
menanamkan konsep pokok hatian dalam memasukan formula ke
pembelajaran dapat dipahami dan dalam sel-sel yang telah ditentukan.

Daftar Pustaka
A.M, Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Kompetensi Dasar Mata Pelejaran
Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Balitbang, Depdiknas.
Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Woolfolk, Anita. (2009). Educational Psychology: Active Learning Edition.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1128

Anda mungkin juga menyukai