MAKALAH
Oleh:
Baihaqi 1610118210004
Melusi Yana 1610118220013
Yenny Hervanda 1610118120016
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. TEORI BELAJAR SIBERNETIK.............................................................................................4
C. TEORI PEMROSESAN INFORMASI......................................................................................6
D. PENDAPAT PARA PAKAR....................................................................................................9
E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEORI SIBERNETIK DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN..........................................................................................................................11
F. APLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK........................................................................11
G. CONTOH KASUS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIBERNETIK.............................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24
BAB I
PEMBAHASAN
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan
dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi
yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
B. PEMROSESAN INFORMASI DALAM TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Menurut mereka, jika isi pelajaran ditata dengan menggunakan urutan umum
ke rinci, materi pembelajaran pada tingkat umumakan menjadi kerangka untuk
mengaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan struktru representasi
informasi didalam Long Term Memory sehingga akan mempermudah peroses
penelusuran kembali informasi. Jika rangkuman di integrasikan ke dalam strategi
penataan materi pembelajaraan, akan berfungsi untuk menunjukkan kepada
pembelajar informasi yang perlu diberi perhatian, di samping itu juga menghemat
kapasitas Working Memory.
1. Menarik perhatian.
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
4. Menyajikan bahan rangsangan.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Mendorong untuk kerja.
7. Memberikan balikan informatif.
8. Menilai untuk kerja.
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar.
1. LANDA
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari itu
atau masalah yang hendak dipecahkan atau sistem informasi yang akan dipelajari
diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat apabila disajikan dalam bentuk terbuka dan
member keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa
mampu memahami sebuah rumus matematika akan lebih efektif jika presentasi
informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya adalah
sebuah rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah
teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun, untuk memahami makna suatu
konsep luas dan banyak memiliki interpretassi (misalnya konsep “burung”), akan
lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing kea rah yang menyebar (heuristic),
dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep ini tidak tunggal, monoton,
dogmatis, dan linier.
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan
pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan
heuristic. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke
dalam, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.Contohnya, saat
melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati terlebih dahulu, melainkan seluruh
lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebh kecil.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan
beberapa hal seperti ingatan jangka pendek ( short term memory), ingatan jangka
panjang ( long termmemory), dan sebgainya, yang berhubungan dengan apa yang
terjadi dalam otak dalam proses pengolahan informasi. Namun, menurut teori ini,
agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang
perlu dipahami, melainkan juga lingkungan yang memengaruhi mekanisme itu pun
diketahui.
E. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEORI SIBERNETIK DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Keunggulan
a. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekan aspek yang berbeda-beda
ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu
proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.
b. Isi proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman
akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau
informasi umum.
c. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagain
perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
2. Kelemahan
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses
belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.
3) Bullen
a) Clarification (klarifikasi), yaitu menilai/memahami sifat alami pada poin-poin
pandangan yang berbeda pada isu, dilemma, atau masalah.
b) Assessing evidence (menilai fakta), yaitu memutuskan kredibilitas sumber,
menaksir bukti untuk mendukung kesimpulan, dan menetapkan dasar menarik
kesimpulan.
c) Making and judging inference (membuat dan menarik kesimpulan), yaitu
menduga secara induktif dan deduktif, serta menilai keputusan. Pengambilan
keputusan dengan pertimbangan bukti yang cukup untuk mendukung
argumentasi.
d) Using appropriate strategies and tactics (menggunakan strategi dan cara-cara
yang tepat, yaitu menggunakan heuristic atau strategi untuk mengarahkan
pikiran dalam proses pencapai kesimpulan, membuat suatu keputusan, atau
pemecahan suatu masalah secara efektif.
4) Knedler
a) Mengidentifikasikan isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relavan, dan
merumuskan masalah.
b) Menilai informasi yang relavan yang di dalamnya terdapat lima langkah, yaitu
menyeleksi fakta, opini, dsn hssil nalar.
c) Mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan bias
karena salah penafsiran, dan perbedaan orientasi nilai dan ideology.
d) Pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.
5) Garisson, Anderson, dan Archer
a. Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu mengidentifikasi atau
mengenali suatu isu, masalah, dilema dari pengalaman seseorang, yang
diucapkan instruktur, atau pelajar lain.
b. Exploration (eksplorasi), yaitu memikirkan ide personal dan social dalam
rangka membuat persiapan keputusan.
c. Integration (integrasi), yaitu mengontruksi maksud/arti dari gagasan, dan
mengintegrasikan informasi relavan yang telah ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
d. Resolution (mengulangi penyelesaian), yaitu mengusulkan solusi secara
hipotesis atau menerapkan solusi secara langsung kepada isu, dilemma, atau
masalah serta menguji gagasan dan hipotesis.
Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Thobroni, M. (2015). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media.