Anda di halaman 1dari 161

This is a "feed" of frequently changing content on this site.

You can subscribe to this feed to receive updates when this content changes.

ANDJO PORTOFOLIO DENGAN DIDIKAN, KITA MENJADI BIJAK DAN BERMORAL DI MASA DEPAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN LIDAH WET30 September 2010 18:51A. JUDUL PENELITIAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN LIDAH WETAN IV/566 SURABAYA.

B. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan, dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dapat mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung sesuai yang diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah, masyarakat, orang tua dan guru. Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun demikian kegunaan matematika bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Dengan kenyataan ini bahwa matematika mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan secara cermat dan tepat maupun dalam mempersiapkan warga masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan dengan cara berpikir dan bersikap yang tepat pula. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang penting dan sering menjadi masalah bagi siswa, karena dari awal siswa sudah mempunyai bayangan buruk tentang bidang studi matematika, yakni matematika merupakan mata pelajaran yang sangat membosankan karena memaksa siswa untuk berpikir dalam mengikuti kegiatan pembelajaran maupun dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, disinilah peran guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam menyelenggarakan pembelajaran matematika, terutama pembelajaran yang dapat menghapus bayangan buruk tersebut terhadap bidang studi matematika (Rosyan, 1987:45). Dengan demikian, pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tipe bidang studi, perencanaan dan kegiatan belajar mengajar akan mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Sriyanto (2007:15) tujuan diberikannya matematika secara umum di sekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapakan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia nyata yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Berdasaran pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Lidah Wetan IV Surabaya serta hasil wawancara dengan guru kelas IV SDN Lidah Wetan IV, maka peneliti dan guru menemukan kekurangan-kekurangan atau kendala dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika materi bangun datar. Selain itu juga masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran matematika sebagai momok dan merasa kesulitan dalam belajar matematika. Bahkan tidak hanya siswa saja sebagian masyarakat pun masih beranggapan bahwa matematika itu sulit dan menakutkan. Kecemasan seperti inilah yang sangat mempengaruhi terhadap mental siswa dalam belajar matematika, yang pada akhirnya orangtua dan siswa sendiri memaklumi apabila prestasi belajar matematikanya rendah.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah proses belajar mengajar. Pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru masih menganut pada teori tabula rasa John Locke (Anita Lie, 2002:2). Teori tersebut menyatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan guru. Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: a. Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru memberi informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. b. Mengisi botol kosang dengan pengetahuan. Siswa menerima pengetahuan dengan pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan dihafalkan oleh siswa. c. Mengkotak-kotakkan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa yang tidak. Kemampuan dinilai dengan rangking dan siswa pun direduksi dengan angka-angka. d. Memacu siswa dalam kompetensi. Siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang. Orangtua pun saling menyombongkan anaknya masing-masing dan menonjolkan prestasi anaknya. Dengan kegiatan belajar mengajar tersebut siswa dianggap sebagai klise orang dewasa yang pasif dan butuh motivasi dari luar. Karena itu guru mengembangkan kurikulum yang terstruktur dan menentukan bagaimana siswa harus dimotivasi, dirangsang dan dievaluasi sehingga berkesan bahwa pembelajaran adalah sekedar pemindahan, penggrojokan pengetahuan dan penyerapan pengetahuan saja sehingga dirasa kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, saat ini diperlukan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kebermaknaan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivis. Dalam pendekatan konstruktivis pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.(Suparno, 1997: 11). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil suatu alternatif pemecahan masalah dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Datar Di Kelas IV SDN Lidah Wetan IV/566 Surabaya. 2. Perumusan Masalah/Fokus Penelitian Bagaimana keefektifan penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar materi bangun datar siswa kelas IV SDN Lidah Wetan IV Surabaya ? 3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar materi bangun datar siswa kelas IV SDN Lidah Wetan IV Surabaya 4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Guru dalam mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. b. Siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar yang optimal dalam pelajaran matematika dengan menggunakan metode yang cocok yang diberikan oleh guru.

C. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori belajar Pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang terjadi akibat pengalaman. Perubahan tersebut dapat terlihat (overt) atau tidak (covert), bertahan lama atau tidak, ke arah positif atau negatif pada keseluruhan pribadi atau pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara sendiri-sendiri. Beberapa teori belajar, antara lain: a. Teori belajar David Ausubel Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar. Ausubel (Dimyati,2003:32) membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti. b. Teori Bruner Di dalam proses belajar mengajar, Bruner (Slameto,2003:2) mementingkan partisipasi aktif tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning environment, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui . c. Teori Belajar dari Piaget Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan

intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132). Piaget (Dimyati,2003:13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut, antara lain: 1) Sensori motor (0-2 tahun) Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakkannya. 2) Pra-operasional (27 tahun) Pada tahap ini anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkan. 3) Operasional konkret (711 tahun) Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis, walaupun kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error 4) Operasi formal ( 11 tahun ke atas) Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematika dan pengetahuan sosial. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan. Dalam fase pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7). Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan

kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5). Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa jugaa disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutanurutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi). Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang

memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. 2. Pengertian Pembelajaran Kegiatan belajar tidak terpisahkan dengan kegiatan pembelajaran (Darsono,1996:26) disebutkan pengertian pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, antara lain: a. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja, b. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan yang memungkinkan siswa dapat belajar, c. Pembelajaran lebih menekankan pada pengaktifan siswa karena yang belajar adalah siswa. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar (Anni,2004:4). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Ada 9 kategori tipe-tipe hasil belajar khusus (Satmoko,2000:2627), yaitu: a. Pengetahuan 1) Terminologi 2) Fakta-fakta khusus 3) Konsep dan prinsip 4) Metode-metode dan prosedur-prosedur b. Pengertian 1) Konsep dan prinsip 2) Metode dan prosedur 3) Materi tertulis, grafik, gambar peta, dan data bilangan. c. Aplikasi 1) Informasi aktual 2) Konsep dan prinsip 3) Metode dan prosedur

4) Ketrampilan dalam pemecahan masalah. d. Ketrampilan berfikir 1) Berfikir kritis 2) Berfikir ilmiah. e. Ketrampilan umum 1) Ketrampilan laboratorium 2) Ketrampilan bertindak 3) Ketrampilan komunikasi 4) Ketrampilan konseptual 5) Ketrampilan sosial f. Sikap 1) Sikap sosial 2) Sikap ilmiah g. Minat 1) Minat pribadi 2) Minat pendidikan dan kejuruan h. Apresiasi 1) Literatur, seni, musik 2) Pencapaian sosial dan ilmiah i. Penyesuaian diri 1) Penyesuaian sosial 2) Penyesuaian emosional. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua (Anni,2004:11) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal 1) Aspek fisik, misalnya kesehatan organ tubuh 2) Aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi 3) Aspek sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

b. Faktor eksternal, misalnya iklim/cuaca, suasana lingkungan, tingkat kesulitan bahan belajar, tempat belajar, metode pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya. 4. Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran Matematika Menurut kaum konstruktivis (Suparno,1996:61), belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks,dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut, antara lain: a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. c. Menurut Fosnot belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah proses yang baik untuk memacu belajar. e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannnya. f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. Menurut Glasserfeld (Suparno,1997) mengajar adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Jadi guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Sedangkan fungsi mediator dan fasilitator itu sendiri dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut, antara lain: a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru juga membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. Agar peran dan tugas tersebut berjalan secara optimal, diperlukan beberapa kegiatan dan pemikiran yang perlu disadari oleh guru sebagai berikut, antara lain:

a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan. b. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa benarbenar terlibat. c. Guru perlu belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa, hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah palajar. Artinya guru perlu menyatu dengan siswa misalnya dalam suatu diskusi kelas, guru tidak hanya memonitor jalannya diskusi akan tetapi turut serta dengan memberi masukan atau permasalahan baru. d. Guru ikut terlibat dengan siswa yang sedang mengkonstruksi pengetahuannya serta memberi kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar. e. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan memahami pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Menurut Suparno (1997:63), ketika pertama kali memasuki kelas, siswa telah membawa makna tertentu tentang dunianya sebagai pengetahuan dasar untuk dikembangkan menjadi pengetahuan baru. Mereka juga membawa perbedaan tingkat intelektual, personal, sosial, emosional dan kultural yang semuanya dapat mempengaruhi pemahaman mereka. Latar belakang dan pengetahuan yang dibawa siswa tersebut sangat penting dimengerti pendidik agar dapat dikembangkan sesuai dengan pengetahuan yang lebih ilmiah. Sehingga sangatlah penting bagi guru tidak mengajukan jawaban satu-satunya sebagai jawaban yang benar, terlebih dalam persoalan yang berdasarkan suatu pengalaman siswa. Yuwono (2003:3) mendefinisikan pengetahuan awal siswa sebagai fakta, ide-ide atau konsepkonsep, prinsip yang telah dimiliki sebelum secara formal mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal tersebut merupakan pengetahuan pribadi siswa yang terbentuk melalui belajar informal, pengalaman sehari-hari maupun dari belajar formal sebelum mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal siswa mengenai suatu objek disebut dengan konsepsi awal (prakonsepsi), sedangkan pengetahuan awal siswa yang tidak tepat sama dengan pengetahuan yang akan dipelajari disebut miskonsepsi. Pada akhirnya, dalam proses pembelajaran di kelas akan terjadi interaksi antara pengetahuan guru dengan pengetahuan awal siswa yang menghasilkan pengetahuan siswa. Ada beberapa konsep mendasar yang dimunculkan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis (Mohammad dkk,2000:5), yaitu: a. Scaffolding, menurut Vygotsky memunculkan konsep scaffolding memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan mengurangi bantuan serta memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab yang besar setelah ia dapat melakukannya. b. Proses Top Down, ini berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan memecahkan atau menemukan ketrampilan dasar yang diperlukan. c. Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu kemampuan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sejawat yang lebih mampu.

d. Pembelajaran kooperatif, menurut Vygotsky perlunya kelas berbentuk kooperatif antar siswa, sehingga dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas dan dapat saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang lebih efektif di dalam masing-masing zone of proximal development mereka Julyan dan Duckworth (Suparno,1997:68) telah merangkum hal-hal penting yang harus dilakukan seorang guru konstruktivis sebagai berikut, antara lain: a. Guru perlu mendengarkan secara sungguh-sungguh interpretasi murid terhadap data yang ditemukan sambil menaruh perhatian khusus kepada keraguan, kesulitan dan kebingungan setiap murid. b. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas dan juga memberikan penghargaan kepada setiap siswa. c. Guru perlu menyadari bahwa ketidaktahuan siswa bukanlah suatu hal yang jelek dalam proses belajar, karena tidak mengerti merupakan langkah awal untuk memulai. Peran guru dalam pembelajaran konstruktivis sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam tentang bahan yang diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan yang berbeda dari murid dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam jalan dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satu model. Driver dan Oldham seperti yang dikutip oleh Suparno (2000:69) menyatakan beberapa ciri mengajar konstruktivis sebagai berikut, yaitu: a. Orientasi, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. b. Elicitasi, siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster dan lain lain. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar maupun poster. c. Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal yaitu: 1) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide orang lain atau teman sejawat lewat diskusi atau lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk mengkonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok. 2) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan teman-temannya. 3) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk diuji dengan suatu percobaan atau persoalan baru. d. Penggunaan ide dalam banyak situasi.

e. Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, siswa perlu merevisi gagasannya entah dengan menambah suatu keterangan ataupun mungkin menjadi lebih lengkap. Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika tersebut. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. 5. Mengajarkan Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum, pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme meliputi empat tahap: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa), (2) tahap

eksplorasi, (3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep (Horsley, 1990: 59). Sejalan dengan pandangan di atas, Tobin dan Timon (dalam Lalik, 1997: 19) mengatakan bahwa pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme meliputi empat kegiatan, antara lain (1) berkaitan dengan prior knowledge siswa, (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata (experiences), (3) terjadi interaksi sosial (social interaction) dan (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making). Petunjuk tentang proses pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme juga dikemukakan oleh Dahar (1989: 160), sebagai berikut: (1) siapkan benda-benda nyata untuk digunakan para siswa, (2) pilihlah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, (3) perkenalkan kegiatan yang layak dan menarik serta beri kebebasan anak untuk menolak saran guru, (4) tekankan penciptaan pertanyaan dan masalah serta pemecahannya, (5) anjurkan para siswa untuk saling berinteraksi, (6) hindari istilah teknis dan tekankan berpikir, (7) anjurkan mereka berpikir dengan cara sendiri, dan (8) perkenalkan kembali materi dan kegiatan yang sama setelah beberapa tahun lamanya. Beberapa uraian di atas dapat memberi pandangan kepada guru agar dalam menerapkan prinsip belajar konstruktivisme, benar-benar harus memperhatikan kondisi lingkungan bagi anak. Di samping itu, pengertian tentang kesiapan anak untuk belajar, juga tidak boleh diabaikan. Dengan kata lain, bahwa faktor lingkungan sebagai suatu sarana interaksi bagi anak, bukanlah satu-satunya yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh bagi guru. Yager (1991: 55) mengajukan pentahapan yang lebih lengkap dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Hal ini dapat menjadi pedoman dalam pembelajaran secara umum, pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan pembelajaran Matematika. Cakupan tersebut didasarkan pada tugas guru yang tidak mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama dan olah raga merupakan guru kelas. Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengillustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut. Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya. Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya, siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.

D. METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang menrupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam arti luas (Purwadi dalam Sukidi, 2007). a. Persiapan penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, maka peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu dengan baik agar berjalan lancar sesuai dengan harapan. Adapun persiapan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah: mempersiapkan instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisikisi soal dan lembar aktivitas siswa dan guru dalam pengelolaan kelas. b. Orientasi lokasi penelitian Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti melakukan orientasi di lokasi penelitian yang dituju, yaitu SDN Lidah Wetan IV Surabaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesediaan pihak sekolah untuk dijadikan tempat penelitian. c. Studi pendahuluan Pendahuluan dilaksanakan dengan observasi ke lokasi penelitian yaitu SDN Lidah Wetan IV Surabaya. Observasi dilakukan untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh guru kelas khususnya kelas IV serta metode apa saja yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan diskusi bersama guru kelas untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. d. Membuat rancangan siklus penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan bagan penelitian sesuai model Kemmis dan Taggart sebagai berikut: Problem/masalah Kendala Refleksi Plan siklus 1 Act/Observasi Kendala Refleksi Re - Plan siklus 2

Act/ Observasi

Bagan 3.1 Diadaptasi dari Kemmis dan Taggart (Darsono, 1996)

e. Menyusun instrumen penelitian Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data di lapangan. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran dan tes (soal evaluasi) yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran pendekatan konstruktivis pada mata pelajaran matematika dengan materi bangun datar. f. Persiapan tindakan penelitian Persiapan penelitian dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Terjadi pemindahan siklus karena pada pelaksanaan siklus pertama, guru (peneliti) telah menuntaskan materi pembelajaran dan telah melakukan tes akhir siklus satu. Sehingga, guru (peneliti) perlu melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu siklus kedua sesuia dengan rencana penelitian. Berbagai persiapan tindakan penelitian yang perlu ditempuh peneliti adalah: Siklus I 1) Perencanaan Pada tahap ini, guru (peneliti) mempersiapkan hal-hal yang perlu disiapkan sebagai acuan untuk penelitian, yakni: (a) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menitikberatkan pada metode yang tepat dengan pendekatan konstruktivis. (b) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. (c) Menyiapkan media pembelajaran (d) Melihat tingkat kemampuan awal siswa pada awal pembelajaran dengan melakukan tes awal. (e) Menyusun dan menyiapkan perangkat tes siklus I. 2) Tindakan/Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan/tindakan, guru (peneliti) dan guru kelas bersama-sama melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu: (a) Melaksanakan tes awal (b) Menyiapkan media/alat peraga (c) Melaksanakan Proses Belajar Mengajar sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang telah disusun dengan langkah-langkahnya.

(d) Mengarahkan/membimbing siswa untuk beraktivitas dan berkreativitas. (e) Melaksanakan tes akhir siklus I 3) Pengamatan Pada tahap pengamatan, guru (peneliti) dibantu oleh observer untuk melakukan: (a) Mengobservasi aktivitas guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen observasi. (b) Mengobservasi aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi.

4) Refleksi Pada tahap refleksi, guru (peneliti) dan observer bersama-sama mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan mendiskusikan perbaikan tujuan pembelajaran yang harus dilakukan untuk siklus berikutnya. Siklus II Sama dengan siklus I dengan menambahkan beberapa poin, yaitu: 1) Perencanaan (a) Merevisi tindakan-tindakan yang kurang atau tidak relevan pada siklus I (b) Menyiapkan media dan instrument (c) Menyiapkan perangkat tes untuk siklus II 2) Tindakan/Pelaksanaan (a) Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang telah disusun dengan langkah-langkahnya. (b) Mengarahkan dan membimbing siswa untuk beraktivitas dan berkreativitas. (c) Melaksanakan tes akhir siklus II 3) Pengamatan (a) Mengobservasi aktivitas guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen observasi. (b) Mengobservasi aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi. 4) Refleksi

Melakukan diskusi dengan observer tentang hasil pengamatan pada siklus II. 2. Lokasi penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV SD Negeri Lidah Wetan IV Surabaya. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Lidah Wetan IV Surabaya dengan jumlah siswa 32 yang terdiri dari laki-laki 13 orang dan perempuan 19 orang. 3. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian a. Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan tes. 1) Observasi Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran tentang bangun datar pada siswa kelas IV SDN Lidah Wetan IV Surabaya. 2) Tes Tes diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika (terkait dengan topik yang diberikan). Jumlah butir tes (evaluasi) yang digunakan adalah lima nomor soal untuk masing-masing siklus, yang diberikan pada akhir pembelajaran setiap siklus, dan waktu yang digunakan untuk evaluasi (tes) yang dilaksanakan pada tiap siklus adalah dua puluh (20) menit. b. Instrumen penelitian Sesuai dengan jenis data di atas, maka instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan indikator penilaian sebagai berikut: (a) Mendengar dan memperhatikan penjelasan guru atau sesama siswa (interaksi dalam pembelajaran), (b) Mampu menghubungkan materi yang diberikan dengan kehidupan sehari-hari, (c) Secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah dengan strategi atau kemampuan mereka masing-masing, (d) Mampu dan berani mengerjakan soal dipapan tulis, (e) Partisipasi dalam pembelajaran, (f) Bertanya kepada guru, (g) Bertanya atau berdiskusi dengan teman, (h) Pemahaman atau penguasaan materi, (i) Mampu menjelaskan strategi atau cara yang mereka gunakan untuk memecahkan masalah,

(j) Mengerjakan tugas di rumah dan menyerahkannya kepada guru. 2) Lembar observasi untuk guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivis dengan indikator penilaian sebagai berikut: (1) Persiapan (2) Pendahuluan (3) Penerapan (4) Penanganan perilaku siswa yang tidak relevan dalam proses pembelajaran (5) Interaksi dengan siswa (6) Kemampuan keterampilan guru. 3) Perangkat tes untuk setiap siklus. (a) Bentuk tes : tes tertulis (b) Jenis tes : tes uraian (c) Alat tes : butir soal, dengan jumlah soal untuk setiap siklus adalah lima butir soal. (d) Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan evaluasi (tes) untuk setiap siklus adalah 20 menit. 4. Teknik analisis data Dari hasil penelitian diperoleh dua jenis data, yaitu: a. Data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan kegiatan siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tahapan yaitu pereduksian data, penyajian data dan verifikasi/penyimpulan data. b. Data hasil tes belajar dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus:

1) Rata-rata kelas

Keterangan: X = rata-rata kelas = jumlah nilai seluruh siswa n = jumlah seluruh siswa 2) Ketuntasan belajar: P = x 100% Keterangan: P = persentase ketuntasan n = jumlah frekuensi yang tuntas belajar

N = jumlah seluruh siswa (Arikunto 2001: 34) c. Tingkat pemahaman siswa ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut: 80% - 100% tinggi 60% - 79% sedang 0% - 59% kurang (Indana 1998). Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila telah mencapai ketuntasan belajar dengan persentase 65% ke atas dari nilai maksimal. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila paling sedikit 75% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar (Djamarah, 2005:263).

E. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Bumi Aksara.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Surabaya : Prestasi Pustaka

Djamarah, Syaiful B. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin: Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Ernest, P. 1991. The Philosophy of Methematics Education. London: Falmer.

FitzSimons, G. 1992. Contructivism in Vocational and Further Education Classes. In M Horne and M. Supple (Eds.). Mathematics Meeting the Challenge (pp.77 - 82). Melbourne: The Mathematical Associtiaon of Victoria.

Freudental, H. 1991. Revisiting Mathematics Education. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Hanbury, L. 1996. Constructivism: So What? In J. Wakefield and L. Velardi (Eds.). Celeberating Mathematics Learning (pp.3. Melbourne: The Mathematical Assciation of Victoria.

Horsley, S.L. 1990. Ementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development.

Hudoyo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran Matematioka Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi. PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.

Jackson, P.W. 1992. Handbook of Reseasrch on Curriculum. New York: A Project of American Educational Research Association.

Lalik, B. 1997. Perubahan Konsepsi Siswa pada Pembelajaran Topik Pernapasan di SD. Tesis PPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.

Poedjiadi, A. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih.

Romberg, T.A. 1992. Problematic Features of the School Mathematics Curriculum, in J. Philip (Ed.). Handbook of Reseasrch on Curriculum (pp.749 - 788). New York: A Project of American Educational Research Association.

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. 1996. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Susan, C., Marilyn, L. dan Tony, T. 1995. Learning to Teach in the Secondary School. London: Routledge.

Tanjung, R.M. 1998. Efektivitas pembelajaran Biologi yang Berdasarkan pada Prinsip Belajar Konstruktis. Makalah Komprehensif. PPS IKIP Malang. Tidak Diterbitkan.

Tasker, R. 1992. Effective Teaching: What Can a Constructivist View of Learning Offer. The Australian Science Teacher JouTyrnal. 38 (1), 25 - 34.

Tytler, R. 1996. Constructivism and Conceptual Change View of Learning in Science. Majalah Pendidikan IPA: Khasanah Pengajaran IPA. Bandung: IMAPIPA.

Wheatley, G.H. 1991. Constructivist Perspective on Science and Mathematics Learning. Science Education Journal. 75 (1), 9 - 21.

Yager, R. 1991. The Constructivist Learning Model: Toward Real Reform in Science Education. Journal of Science Teacher. 58 (6), 52 - 57.Model-Model Pembelajaran Beserta Sintaksnya13 Nopember 2009 22:04Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

Koperatif (CL, Cooperative Learning). Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).

Realistik (RME, Realistic Mathematics Education) Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), intertwinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning) Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

Problem Posing Problem posing yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh

jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

9. Probing-prompting Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (199 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membacamerangkum.

SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

a.Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan

b.Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

TAI (Team Assisted Individualy) Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

STAD (Student Teams Achievement Division) STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

NHT (Numbered Head Together) NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

Jigsaw Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangkusebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

GI (Group Investigation) Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkem\angan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

MEA (Means-Ends Analysis) Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

CPS (Creative Problem Solving) Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

TTW (Think Talk Write) Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.

TS-TS (Two Stay Two Stray) Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)

Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh

SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review) SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

MID (Meaningful Instructionnal Design) Model ini adalah pembnelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep

KUASAI Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahamimenggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

CRI (Certainly of Response Index) CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.

DLPS (Double Loop Problem Solving) DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut.

Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

DMR (Diskursus Multy Reprecentacy) DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.

IOC (Inside Outside Circle) IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu dari sjumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya

Tari Bambu

Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

Artikulasi Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

Debate Debat adalah model pembalajaranb dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

Role Playing Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.

Talking Stick Sintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan

pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

Student Facilitator and Explaining Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

Course Review Horay Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Demonstration Pembelajaran ini khusu untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Explicit Instruction Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Scramble Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Pair Checks

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Make-A Match Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Mind Mapping Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababn, presentasi hasuil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

Examples Non Examples Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.

Picture and Picture Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Cooperative Script Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

LAPS-Heuristik

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

Improve Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaaninteraksi.

Generatif Generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi

Circuit Learning Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi

Complete Sentence Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

Concept Sentence Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.

Time Token

Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.

Take and Give Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa - bahan belajar - dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi

Superitem Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

Hibrid Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

Treffinger Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

Kumon Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.

Quantum Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

http://sanggarguru.blogspot.com/ Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd.Pengaruh Internet Dalam Dunia Pendidikan13 Nopember 2009 21:48A. Latar Belakang Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sangat pesat dan merambah banyak aspek kehidupan manusia terutama bagaimana pemanfaatan media internet dalam meningkatkan mutu pendidikan. Internet berawal dari institusi pendidikan dan penelitian di Amerika. Penggunaan internet untuk kepentingan bisnis baru dimulai sejak tahun 1995 sebagai langkah awal masyarakat mengenal manfaat internet. Jika dibandingkan dengan masyarakat di luar negeri, internet ini sering disosialisasikan dengan bisnis dan entertainment. Di Indonesia, masalah kelangkaan sumber informasi konvensional (perpustakaan) lebih berat dibandingkan dengan di tempat lain. Adanya internet merupakan salah satu solusi pamungkas untuk mengatasi masalah ini. Pemanfaatan media internet hanya sebagian kecil sekolah yang memiliki sambungannya (Internet Connectivity), tetapi belumsemua dilengkapi dengan fasilitas Local Area Network (LAN). Para pakar pendidikan akan mendukung rencana pemanfaatan media internet untuk pembelajaran dan juga akan menyatakan kesiapan untuk melengkapi institute pendidikan (sekolah) dengan jaringan LAN dan sambungan internet. Hal ini akan menuntut peran serta peserta didik dan masyarakat umum (orang tua) untuk memanfaatkan media internet. Para peserta didik akan menjadi sample dalam merespon secara positif tentang pemanfaatan media internet untuk pembelajaran. Strategi menciptakan manusia yang bersumber daya unggul dan kebebasan masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya merupakan prasyarat pokok bagi perkembangan masyarakat maju. Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini merupakan strategi menciptakan manusia kreatif, produktif, berwawasan ke masa depan dan berdaya unggul.

B.Rumusan msalah 1. Bagaimana pengaruh internet dalam dunia pendidikan?

2. Bagaimana memanfaatkan media internet dalam meningkatkan mutu pendidikan? 3. Kendala-kendala apa saja yang dialami dalam memanfaatkan media internet untuk meningkatkan mutu pendidikan? C.Pembahasan 1. Pengaruh internet dalam dunia pendidikan Adanya internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain, ini masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi. Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar dibidang apapun yang diminati pasti ada infornasi dan internet. Internet merupakanmedia komunikasi dan media pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi guru, siswa, dan masyarakat pada umumnya seta pengaruhnya dalam dunia pendidikan karena belajar melalui internet merupakan belajar secara online. Sistem belajar ini lebih mudah, cepat, dan murah. Selain itu, informasi yang didapat lebih variatif. Bahkan organisasi dunia pun (PBB) telah merancang konsep pendidikan Education for next generation yang lebih banyak berbasis informasi, teknologi, dan komunikasi (ITC). Banyak masyarakat yang mengkhawatirkan pemanfaatan media internet di dunia pendidikan, khususnya si sekolah dasar. Teknologi hadir di masyarakat bukan sesuatu yang harus ditolak karena alas an menkhawatirka masa depan anak didik. Tapi, jangan sampai karena kekhawatiran, teknologi itu ditolak. Masyarakat harus optimis kalau hal itu akan memberi manfaat yang besar bagi pendidikan. Adanya kekhawatiran tersebut dapat diatasi dengan setting room yang tepat, konsep setting tempat yang terbuka, dan tidak akan ada akses untuk membuka situs yang kurang menguntungkan bagi pembelajaran anak didik, contohnya situs-situs porno. Internet untuk sekolah dasar dapat mengubah paradigma belajar yaitu belajar dari segala arah. Sampai saat sekarang pun proses belajar di sekolah dasar maupun perguruan tinggi lainnya lebih banyak terpaku pada buku dan guru, maupun denganinternet, siswa akan belajar dengan orang yang asing bagi mereka. Peran serta guru, orang tua juga perlu mengawasi anaknya dalam belajar untuk mendapatkan informasi yang banyak, cepat, dan murah, berdiskusi dengan teman dan guru tentang informasi yang diperoleh. Pemanfaatan media internet untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat mengakses dunia tanpa harus mengelilingi dunia dan untuk meminimalkan dampak negatifnya diperlukan bimbingan yang tepat bagi siswa mengenai sisi positif dan sisi negative untuk membangun kompetisi dari anak. Pengaruh internet dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar harus diperkenalkan sejak dini karena sangat membantu anak dala mengembangkan wawasannya. 2. pemanfaatan media internet dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sumber belajar hanya dapat diperoleh dari buku, guru, sebagai nara sumber, dan lingkungan sekitar.

Ternyata masih ada media yang lebih modern (internet) dimana cakupan informasinya lebih luas, dapat memudahkan peserta didik dan masyarakat pada umumnya untuk mengetahui informasi terkini baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada hakekatnya, pembangunan masyarakat yang bersumber daya unggul adalah suatu kegiatan pendidikan informal dan bertujuan untuk mendidik masyarakat agar memiliki perilaku pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baik untuk melaksanakan pembangunan guna peningkatan taraf kesejahteraan, social, dan ekonomi masyarakat. Merumuskan suatu program pembangunan masyarakat yang efektif dan efesien adalah suatu pekerjaan rumit dan kompleks, karena yang dihadapi adalah masalah keterbelakangan dan kekurangpahaman demi mencapai mutu sumber daya manusia yang mandiri. Pemanfaatan media internet dalam meningkatkan mutu pendidikan memegang peranan penting di dalam melahirkan sumber daya manusia produktif dan mandiri, dalam arti mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pandangan bagi diri sendiri. Adapun beberapa cara/alternative memanfaatkan media internet dalam meningkatkan mutu pendidikan, yaitu: a. Mengenal/mempelajari internet Untuk mengetahui informasi-informasi terkini yang sedang merambah di masyarakat umum, maka kita dapat mempelajarinya melalui media internet karena lebih lengkap, cepat diperoleh, dan sangat terpercaya. b. Mengikuti pelatihan-pelatihan ITC yang diadakan oleh instansi tertentu Pelatihan-pelatiahan ITC dapat mendukung dunia pendidikan, sehingga jaringan pembelajaran online lebih dimanfaatkan dalam pendidikan global. Selain pemanfaatan dalam dunia pendidikan global, pemerintah sendiripun telah mempercepat perancangan millinium development goals yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. miliinium development goals adalah era pasar bebas atau era globalisasi sebagai era persaingan mutu atau kualitas untuk mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang tepat dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini mutlak karena akan menjadi penopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan, good governance, and clean governance, serta menjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia dari multidimensi krisis, kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi. c. Mengadakan sambungan internet (Internet Connectivity) Usaha untuk mengadakan sambungan internet (Internet Connectivity) di setiap lembaga pendidikan merupakan tanggung jawab pimpinan lembaga dan pemerintah terkait yang dilandasi dengan kerja sama yang baik.

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Pemanfaatan media internet untuk meningkatkan mutu pendidikan secara langsung mengubah tatanan kehidupan manusia, demikian halnya dalam sistem pendidikan karena sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, dan global. 3. Kendala-kendala yang dialami dalam memanfaatkan media internet untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adapun kendala-kendala yang dialami dalam memanfaatkan media internet yaitu: a. Kurangnya penguasaan bahasa inggris Suka atau tidak suka, sebagian informasi di internet tersedia dalam bahasa inggris. Penguasaan bahasa inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage). b. Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia Kita sadari bahwa kita semua orang Indonesia akan belajar bahasa inggris. Untuk itu, sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharing) misalnya mebuat materi pendidikan di internet belum merasuk. Inisiatif langkah seperti itu sudah ada, namun masih kurang bayank. c. Akses internet masih mahal Meskipun sudah tersedia, akses internet masih mahal. Namun hal ini diharapkan agar menjadi lebih murah di masa yang akan datang. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk instansi pendidikan. d. Akses internet masih susah diperoleh Beberapa internet masih belum memiliki jalur telepon yang dapat digunakan untuk mengakses internet. Hal ini merupakan hambatan utama dalam pemanfaatan media internet. e. Guru belum siap Guru di Indonesia masih belum siap untuk mengguanakan internet sebagai bagian dari pengajarannya. Padahal guru merupakan salah satu pengguna yang dapat memanfaatkan internet sebaik-baiknya. Salah satu contohnya adalah mancari soal-soal latihan untuk kelasnya. Jika setiap guru di Indonesia membuat dua soal dan menyimpannya di internet, maka ada ribuan atau jutaan soal yang dapat digunakan untuk latihan di kelas. D. Simpulan

Internet adalah media/sumber informasi yang sangat besar. Walaupun pemanfaatan media internet masih mengalami kendala, tapi dari waktu ke waktu tetap diminati oleh masyarakat umum. Informasi-informasi yang redapat dala internet sangat akurat dan terpercaya. Pemanfaatan media ini mengarah pada perubahan yang membawa keuntungan bagi masyarakat luas.RPP RME ( Pengurangan Bilangan Bulat)13 Nopember 2009 21:43RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R P P)

Satuan Pendidikan: SD Lidah Kulon IV Surabaya Mata Pelajaran : Matematika Kelas semester : V / I Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan) Standar Kompetensi Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan dan penaksiran Indikator Produk 1. Menjelaskan strategi pengurangan bilangan bulat Proses 1. Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung pengurangan bilangan bulat Keterampilan Sosial 1. Melakukan komunikasi yang meliputi bertanya, berpendapat dan presentasi

Tujuan Pembelajaran Produk 1. Dengan disediakan balok garis bilangan siswa dapat menjelaskan strategi pengurangan bilangan bulat Proses

1. Dengan diberikan suatu permasalahan pengurangan bilangan bulat, siswa dapat menjelaskan strategi pengurangan dua bilangan bulat dengan bantuan kartu bilangan Keterampilan sosial 1. Dengan Kegiatan diskusi siwa dapat melakukan komunikasi yang meliputi bertanya, berpendapat dan presentasi Model Pembelajaran Pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Sumber Pembelajaran 1. Buku siswa kelas V: Pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 7 2. Buku guru kelas V: Pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 7 3. Lembar Kegiatan Siswa 2: Melakukan operasi hitung pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan balok garis bilangan 4. Kunci Lembar Kegiatan Siswa 2: Melakukan operasi hitung pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan balok garis bilangan Alat dan Bahan a. Balok garis bilangan b. Mobil-mobilan Kegiatan Pembelajaran A.Orientasi siswa pada masalah 1.Guru memotivasi siswa dengan mengajukan suatu permasalahansehari-hari, tentang suhu es dan menjelaskan bahwa hari ini mereka akan kembali menggunakan balok garis bilangan bulat untuk memecahkan masalah tentang pengurangan bilangan bulat 2.Guru menyampaikan inti tujuan pembelajaran yaitu memahami strategi pengurangan bilangan bulat (dengan bantuan balok garis bilangan bulat). B.Mengorganisasi siswa untuk belajar 1.Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang secara heterogen 2.Guru memfasilitasi siswa dengan membagikan balok garis bilangan dan mobil-mobilan pada tiap kelompok. 3.Guru menyajikan informasi pada siswa tetang cara pemecahan masalah menggunakan media yang disediakan yaitu balok garis bilangan dan mobil-mobilan.

C.Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 1.Guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan bilangan bulat 2.Guru mendorong dan memibmbing siswa untuk melaksanakan eksperimen guna mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah dalam LKS dengan menggunakan balok garis bilangan D.Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 1.Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian dan memberikan penilaian aktivitas. E.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 1.Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses proses yang mereka gunakan dengan mendiskusikan hasil pekerjaan siswa dengan seluruh anggota kelas dan ajukan pertanyaan-pertanyaan seputar strategi yang dipakai siswa dan alasan jika ada perbedaan hasil penjumlahan sesuai masalah yang dibahas. 2.Guru bersama siswa membuat simpulan tentang strategi pengurangan bilangan bulat yakni pengurangan pada bilangan bulat, sama artinya dengan penjumlahan dengan lawan bilangan pengurangannya. Contoh: 5 (-3) sama artinya dengan 5 + 3. Dimana 3 adalah lawan dari -3. Jadi 5 (-3) = 5 + 3 Evaluasi 1.Penilaian menggunakan Lembar Penilaian (LP): Operasi hitung bilangan bulat. 2.Penilaian kinerja : Penilaian keterampilan sosial Daftar Pustaka 1.Soenarjo, RJ. 2008. Matematika 5. Jakarta: JP Books 2.Sumanto, YD, dkk. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta: PT Karsa Mandiri Persada 3.Sudwiyanto, Drs, dkk. 2007. Terampil Berhitung Matematika kls V. Jakarta: Erlangga 4.Mariana, N. 2009. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran SD Bidang Studi Matematika berbasis PMRI. Surabaya: PGSD UNESA. 5.Budiono. 2009. Modul Pengembangan perangkat pembelajaran bidang Studi Matematika Sekolah Dasar (SD) Pendidikan dan Pelatihan Guru (PPG) Prajabatan S1 PGSD: PGSD UNESASoal & Kunci Jawaban OE13 Nopember 2009 21:25Soal 1. Ketika Faisal berulang tahun yang ke 10, Ayah dan Ibu memberikan 250 ekor ayam untuk dipelihara. Berapakah masing-masing ayam yang di dapat Faisal dari Ayah dan Ibu ? 2. Berat seekor kerbau adalah 500 kg. setara dengan berapa anakkah berat kerbau tersebut ?

3. Ayah mendapat 300 ekor sapi dari Pak Adi dan Pak Budi. Berapakah masing-masing sapi yang didapat Ayah dari Pak Adi dan Pak Budi ? 4. Seekor kambing beratnya 100 kg, berapa ekor ayamkah yang kamu perlukan agar berat badannya sama dengan berat badan kambing itu? 5. Seekor kerbau beratnya 480 kg, berapa ekor kambingkah yang kamu perlukan agar berat badannya sama dengan berat badan kerbau itu?

Kunci Jawaban 1. Alternatif jawaban: a. 200 + 50 = 250 b. 150 + 100 = 250 c. 100 + 150 = 250 d. 40 + 210 = 250 e. 210 + 40 = 250 f. 750 500 = 250 g. 500 250 = 250 h. 400 150 = 250 i. 300 50 = 250 2. Alternatif jawaban: a. 5 anak = 100 + 100 + 100 + 100 + 100 b. 10 anak = 50 + 50 + 50 + 50 + 50 + 50 + 50 + 50 + 50 + 50 c. 2 anak = 250 + 250 d. 4 anak = 125 + 125 + 125 + 125 3. Alternatif jawaban: a. 200 + 100 = 300 b. 150 + 150 = 300 c. 100 + 150 = 300 d. 50 + 250 = 300 e. 250 + 50 = 300

f. 170 + 130 = 300 g. 280 + 20 = 300 h. 190 + 110 = 300 i. 750 450 = 300 j. 500 200 = 300 k. 400 100 = 300 4. Alternatif jawaban: a. 5 ekor ayam yang beratnya sama = 20 + 20 + 20 + 20 + 20 b. 10 ekor ayam yang beratnya sama = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 c. 2 ekor ayam yang beratnya sama = 50 + 50 d. 4 ekor ayam yang beratnya sama = 25 + 25 + 25 + 25 e. 2 ekor ayam yang bertnya 20 kg dan 2 ekor ayam yang beratnya 30 kg = 20 + 30 + 20 + 30 5. Alternatif jawaban: a. Siswa dapat memisalkan berat 12 ekor kambing sama, yaitu 40 kg. Kemudian mereka melakukan penjumlahan berulang: 40 + 40 + 40 + 40+ 40 + 40 + 40 + 40 + 40 + 40 +40 +40 = 480 b. 8 ekor kambing dengan berat 30 kg dan 6 ekor dengan berat 40 kg = 30 + 40 + 30 + 40 + 30 + 40 +30 + 40 + 30 + 40 + 30+ 40 + 40 + 40 + 40 = 480 c. 16 ekor kambing yang beratnya sama = 60 + 60 + 60 + 60 + 60 +60 + 60 + 60 = 480 d. 8 ekor kambing yang beratnya sama = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 e. 2 ekor kambing yang beratnya sama = 240 + 240 = 480 f. 4 ekor kambing yang beratnya sama = 120 + 120 + 120 + 120 = 480RME & Teori Belajar Yang Relevan Dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)13 Nopember 2009 21:20Matematika Realistik (MR) diadopsi dari Realistic Mathematic Education (RME) yang merupakan teori pembelajaran dalam matematika. Menurut Tarigan, (2006) RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada asumsi bahwa, matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktifitas manusia. Ini berarti, matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi hidup sehari-hari. Selain itu manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (reinvention) dan mengkonstruksi konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994; Kooij, 1998 ) dalam Suharta, (2001). Upaya ini dilakukan dengan penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan Realistik . Proses reinvensi dalam empat tahap yang dikemukakan oleh Gravemeijer (1994) dalam Tarigan (2006: 4) yakni : (1) Tahap situasional: pengetahuan dan strategi yang bersifat situasional dan terbatas digunakan dalam konteks situasi yang sedang dihadapi (2) Tahap refrensial: model

situasi dan strategi khusus yang digunakan untuk mengacu / menjelaskan situasi masalah yang sedang dihadapi (3) Tahap umum: model penalaran dan strategi matematis digunakan untuk menghadapi berbagai macam situasi masalah yang mirip (4) Tahap formal: prosedur dan notasi baku digunakan untuk memecahkan masalah matematika. Pandangan yang lain (berasal dari freudenthal) adalah matematika sebagai kegiatan manusia yang lebih menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan. Pembelajaran berpusat pada siswa, dengan demikian pelaksanaan pembelajaran matematika, sampai batas tertentu perlu disesuaikan dengan kondisi daerah. Dalam pembelajaran matematika realistik, peran guru terutama sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan konsep matematika. Gravemeijer, (1994) dalam Tarigan, (2006:5) menjelaskan bahwa peran guru harus berubah dari seorang validator (menyalahkan/membenarkan) menjadi pembimbing yang menghargai setiap kontribusi (pekerjaan dan jawaban) siswa. Perbaikan proses pembelajaran di kelas dapat dititikberatkan pada kegiatan belajar mengajar, aspek ini terkait langsung dengan tanggungjawab guru membina subjek didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar sekalipun dengan dukungan yang minimal dari guru (tanpa perlu diceramahi). Konsep ini merupakan acuan bahwa tidak ada siswa yang bodoh dan pengalaman membuktikan bahwa keterbelakangan hanya terjadi jika subjek tersebut malas belajar. Selanjutnya dalam Gravemeijer, (1994) dalam Tarigan, (2006:5) dinyatakan bahwa pembelajaran matematika realistik ada lima tahapan yang harus dilalui siswa yaitu: penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, kepercayaan diri dan representasi. Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Lange,1995) dalam Hadi, (2005): 1) Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. 2) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan. 4) Pengajaran berlangsung secara interaktif: Karakteristik dari pembelajaran matematika realistik yang dikemukakan oleh Gravemeijer, 1994 dalam Tarigan, (2006: 6) a. Penggunaan konteks: proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual. b. Instrumen vertikal: konsep atau ide matematika. Direkonstruksikan oleh siswa melalui modelmodel instrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur informal kebentuk formal (dari model yang konkret meningkat ke model yang abstrak).

c. Konstribusi siswa: siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing. d. Kegiatan interaktif: kegiatan belajar bersifat interaktif yang memungkinkan terjadi komunikasi dan negosiasi antar siswa. e. Keterkaitan topik: pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi. Berdasarkan aspek-aspek dan karakateristik dari pembelajaran matematika realistik yang dikemukakan oleh Lange, (1995) dalam Hadi, (2005) dan Gravemeijer, 1994 dalam Tarigan, (2006: 6) maka guru da siswa dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

A Guru 1) Melakukan persiapan kegiatan pembelajaran dengan menyiapkan buku paket atau buku penunjang termasuk rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan alat evaluasi berupa tes hasil belajar, menyiapkan media atau alat peraga pembelajaran 2) Memiliki keterampilan dasar dalam membuka kegiatan pembelajaran dengan melakukan kegiatan antara lain: memberi salam kepada peserta didik, mengelola kelas, memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Mampu menerapkan materi pembelajaran dengan memberikan masalah-masalah kontekstual bagi siswa, merespons secara positif setiap jawaban siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan strategi mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah, menggunakan model dalam pembelajaran, menghargai kontribusi siswa, membangun pembelajaran yang interaktif, memotivasi siswa dan memeberikan tugas rumah kepada siswa. 4) Mampu menangani perilaku siswa yang tidak relevan dalam kegiatan pembelajaran 5) Menanggapi setiap kesulitan yang dihadapi siswa 6) Memiliki keterampilan dasar dalam mengelola pembelajaran antara lain: keterampilan mengadakan variasi, keterampilan memeberikan penguatan, keterampilan menjelaskan materi pembelajaran dan penguasaan materi pembelajaran

B Siswa 1) Mendengar dan memperhatikan penjelasan guru atau sesama siswa (interaksi dalam pembelajaran) 2) Mampu menghubungkan materi yang diberikan dengan kehidupan sehari-hari

3) Siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah dengan strategi informal 4) Mampu dan berani mengerjakan soal dipapan tulis 5) Partisipasi dalam pembelajaran 6) Bertanya kepada guru 7) Bertanya atau berdiskusi dengan teman 8) Pemahaman atau penguasaan materi 9) Mampu merumuskan bentuk matematika formal 10) Mengerjakan tugas dirumah dan menyerahkannya kepada guru

2.7 Teori Belajar Yang Relevan Dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Berikut ini teori-teori belajar kognitif yang relevan dengan pembelajaran matematika realistik: 1. Teori Bruner Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Bruner, (dalam Hudojo, 1990: 48) menyatakan bahwa dalam mengajar suatu bahan kajian lebih ditunjukkan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri. Lebih lanjut Bruner, (dalam Hudojo, 1990: 48) menyatakan bahwa anak-anak berkembang dalam tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut: 1) Enaktif, pada tahap ini anak belajar memanipulasi objek-objek secara langsung. 2) Ikonik, pada tahap ini kegiatan anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. 3) Simbolik, pada tahap memanipulasi simbol dan tidak ada kaitannya dengan objek-objek secara langsung. Urutan tahapan belajar oleh Bruner, tidak dikaitkan dengan usia peserta didik. Berdasarkan teori Bruner, pembelajaran matematika realistik cocok diterapkan dalam pembelajaran, karena diawal pembelajaran sangat dimungkinkan siswa memanipulasi objek-objek yang ada kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual yang diberikan oleh guru secara langsung. Kemudian pada proses matematisasi vertikal siswa memanipulasi simbol. 2. Teori Piaget Menurut Piaget pengetahuan datang dari tindakan, dan sebagian besar perkembangan kognitif bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan.

Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. manusia tumbuh beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, keribasian, sosioemosional, kognitif (berpikir) dan bahasa. Menurut Piaget, (dalam Hudojo, 1990: 37) perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan organisme kemampuan matematisasi atau mengorganisasikan prosesproses fisik atau proses psikologis menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau struktur. Adaptasi adalah semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya. Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran Trianto, (2007:16) adalah sebagai berikut: 1. Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan pada sekedar hasilnya. 2. Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran di kelas, anak didorong menemukan sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. 3. Memaklumi adanya individual dalam hal kemajuan perkembangan. 3. Teori Vygotsky Menurut Newman, (dalam Tanjung, 1998) inti teori kontruktivisme Vygotsky adalah integrasi antara aspek internal dan aspek eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial belajar. Vygotsky lebih menekankan pada sosiokultural dalam pembelajaran, yakni interaksi sosial khususnya melalui dialog dan komunikasi. Vygotsky juga memunculkan konsep scaffolding, yaitu pemberian sejumlah bantuan kepada seorang peserta didik selama tahap awal pembelajaran dan kemudian peserta didik mengambil tanggung jawab semakin besar setelah ia dapat melakukannya.KUMPULAN SOAL MATEMATIKA KELAS X08 Nopember 2009 11:03Materi: 1. Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma 2. Persamaan dan Fungsi Kuadrat 3. Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat 4. Pertidaksamaan 5. Trigonometri 6. Logika Matematika 7. Dimensi Tiga SOAL Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !

1. Persamaan px2 - 4x + 3 = 0 mempunyai akar-akar yang sama. Nilai p = .... A. 3 4B. 4 3C. 4 1D. 4 3 E. 3 4 2. Persamaan kuadrat yang akar-akarnya 5 dan -2 adalah .... A. x2 + 7x +10 = 0 B. x2 - 7x +10 = 0 C. x2 + 3x +10 = 0 D. x2 + 3x -10 = 0 E. x2 - 3x -10 = 0 3. Diketahui persamaan kuadrat 2x2 + 3x + 5 = 0 akar-akarnya 1 x dan 2 x . Persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya 1 1 x

dan 2 1 x adalah .... A. 5x2 - 3x + 2 = 0 B. 5x2 + 3x + 2 = 0 C. 5x2 - 3x - 2 = 0 D. 5x2 + 3x - 2 = 0 E. 3x2 + 3x - 5 = 0 4. Akar-akar persamaan kuadrat x2 - 4x + 6 = 0 adalah 1 x dan 2 x . Nilai + 2 = 2 2 1 x x .... A. -8 B. -4 2 C. 4 D. 20 E. 28 5. Koordinat titik balik fungsi kuadrat: f (x) = 2x2 - 4x +1 adalah .... A. (1,1) B. (-1,1) C. (1,-1) D. (2,-1) E. (-2,1)

SUMBER : http://soalmatematika.com.SOAL PERSIAPAN UJIAN AKHIR SEMESETER 1 UNTUK SD KELAS III08 Nopember 2009 11:01Pilihlah salah jawaban yang paling tepat !

Pada bilangan 304, angka 4 menempati nilai tempat

A. ribuan B. ratusan C. puluhan D. satuan

284 = 200 + + 4. Bilangan dalam titik-titik adalah . E. 8 F. 80 G. 800 H. 8.000

Lambang bilangan dari lima ratus dua puluh satu adalah .... I. 502 J. 512 K. 520 L. 521

Manakah di antara bilangan berikut yang 100 lebihnya dari 698 ? M. 699 N. 708 O. 798 P. 898

158 kurangnya dari 580 adalah .... Q. 400 R. 422 S. 432 T. 438

950, 943, ...., 929. Bilangan yang tepat untuk melengkapi pola bilangan di atas adalah .... U. 736 V. 836 W. 936 X. 963

312 = .... x 8. Bilangan dalam kotak adalah .... Y. 25 Z. 37 AA. 39 BB. 42

6 x 5 = ..... CC. 6 x 6 x 6 x 6 x 6 DD. 5 + 5+ 5 + 5 + 5 EE. 65 FF. 6 + 5

77 x 5 = ..... GG. 357 HH. 375 II. 380 JJ. 385

Hasil bagi dari 834 : 6 adalah .... KK. 139 LL. 140 MM. 144 NN. 149LATIHAN UMUM SEMESTER 1 UNTUK SD KELAS IV08 Nopember 2009 11:00A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat ! 1. 15 x 7 = a x 15. Nilai a yang tepat adalah . A. 7 B. 10 C. 15 D. 105 2. 5 x (216 127) = . E. 5 x (216 + 127) F. (5 216) x (5 127) G. (5 x 216) (5 127) H. (5 x 216) (5 x 127) 3. Pernyataan yang benar di bawah ini adalah . I. 421.165 < 412.561 J. 412.165 > 412.516 K. 412.561 < 412.165 L. 421.651 > 421.615 4. Angka 7 pada lambang bilangan 374.605 menempati tempat .

M. puluhan ribu N. ribuan O. ratusan P. puluhan 5. 3.675 : 7 : 5 = . Q. 75 R. 85 S. 105 T. 115 6. Taksiran yang paling baik dari 82 x 45 adalah . U. 3.200 V. 3.600 W. 4.000 X. 4.500 7. Kelipatan 3 antara 7 dan 20 adalah . Y. 7, 10, 13, 16 Z. 10, 13, 16, 19 AA. 9, 12, 15, 18 BB. 9, 12, 15, 19 8. Kelipatan persekutuan terkecil dri 60 dan 90 adalah . CC. 120 DD. 180 EE. 240 FF. 270 9. Faktor persekutuan terbesar dari 48 dan 64 adalah . GG. 16 HH. 18

II. 24 JJ. 32 10. Urutan sudut di samping dari terbesar hingga terkecil adalah . KK.sudut ABC LL.sudut ACB MM.sudut BAC NN.sudut CABSOAL PERSIAPAN UJIAN AKHIR SEMESTER 1 UNTUK KELAS V SD08 Nopember 2009 10:56Petunjuk: Tulislah jawaban Anda pada tempat yang disediakan. Tulislah satuannya jika ada.

Pada bilangan 892.671, angka ..... ada di tempat puluh ribuan.

239 x 63 + 239 x 27 = .... Bilangan pada titik-titik di atas adalah ....

FPB dari 90 dan 120 adalah ....

Akar kuadrat dari 1.369 adalah ....

-75 .... 91. Tanda pembanding (<, =, >) dalam kotak adalah ....

-78 (-183) = .... Bilangan pada titik-titik di atas adalah ....

54 + (-28) = .... Bilangan pada titik-titik di atas adalah ....

Bilangan -256 jika dibagi 32 hasilnya adalah .....

Pukul 11.45 malam adik terbangun setelh bermimpi buruk. Pukul 11.45 malam jika ditulis dalam notasi 24 jam adalah ....

Rina belajar dari pukul 18.45 sampai pukul 20.25. Berapa menitkah lama Rina belajar ?

Perhatikan gambar di bawah ini. Jika sudut a = 40o, maka sudut b = ....Latihan Ulangan Umum Semester 1 Untuk SD Kelas VI08 Nopember 2009 10:54Jumlah soal lengkap: 20 soal pilihan ganda + 10 soal uraian

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat !

615 (60 x 4) + 2.800 : (-35) = .... A. 285 B. 295 C. 300 D. 315

FPB dari bilangan 70, 84, dan 98 adalah ..... E. 14 F. 28 G. 56 H. 98

KPK dari bilangan 28 dan 42 adalah ..... I. 12

J. 42 K. 48 L. 84

34 x (n x 48) = (34 x 60) x 48; n = .... M. 34 N. 48 O. 60 P. 64

63 + 83 53 = .... Q. 503 R. 603 S. 712 T. 715

U. 12 V. 14 W. 16 X. 18

Jari-jari sebuah lingkaran 14 cm, luas lingkaran adalah .... cm2. Y. 816 Z. 756 AA. 716 BB. 616

50 dm3/detik = .... cm3/detik. CC. 6.500 DD. 8.000 EE. 50.000 FF. 60.000

Diameter lingkaran 21 cm. Luas lingkaran adalah .... cm2. GG. 154 HH. 158 II. 160 JJ. 200

25 x (40-n) = (25 x 40) (25 x 32) ; n = .... KK. 32 LL. 36 MM. 42 NN. 46

Faktor persekutuan terbesar pembilang dan penyebut dari pecahan 84/98 adalah .... OO. 32 PP. 36 QQ. 42 RR. 46Kumpulan Soal-Soal Matematika08 Nopember 2009 10:52Soal-soal matematika SMA(soal persamaan dan fungsi kuadrat) Materi Pokok : Persamaan Kuadrat 1. Persamaan kuadrat x2 5x + 6 = 0 mempunyai akar akar x1 dan x2. Persamaan kuadrat yang akar akarnya x1 3 dan x2 3 adalah .

a. x2 2x = 0 b. x2 2x + 30 = 0 c. x2 + x = 0 d. x2 + x 30 = 0 e. x2 + x + 30 = 0 2. Diketahui sebidang tanah berbentuk persegi panjang luasnya 72 m2. Jika panjangnya tiga kali lebarnya, maka panjang diagonal bidang tersebut adalah m. a. 2 b. 6 c. 4 d. 4 e. 6 3. Pak Musa mempunyai kebun berbentuk persegi panjang dengan luas 192 m2. Selisih panjang dan lebarnya adalah 4 m. Apabila disekeliling kebun dibuat jalan dengan lebar 2 m, maka luas jalan tersebut adalah m2. a. 96 b. 128 c. 144 d. 156 e. 168

4. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB = cm.

a. 4 b. 4 c. 8 2 d. 4 2 e. 8 4

5. Kawat sepanjang 120 m akan dibuat kerangka seperti pada gambar. Agar luasnya maksimum, panjang kerangka (p) tersebut adalah m.

a. 16 b. 18 c. 20 d. 22 e. 24 6. Diketahui akar akar persamaan kuadrat 2x2 4x + 1 = 0 adalah dan . Persamaan kuadrat baru yang akar akarnya dan adalah . a. x2 6x + 1 = 0 b. x2 + 6x + 1 = 0 c. x2 3x + 1 = 0 d. x2 + 6x 1 = 0 e. x2 8x 1 = 0 7. Persamaan 2x2 + qx + (q 1) = 0 mempunyai akar akar x1 dan x2. Jika x12 + x22 = 4, maka nilai q = . a. 6 dan 2 b. 6 dan 2 c. 4 dan 4 d. 3 dan 5 e. 2 dan 6 8. Jika nilai diskriminan persamaan kuadrat 2x2 9x + c = 0 adalah 121, maka c = . a. 8 b. 5 c. 2 d. 5 e. 8 9. Persamaan (1 m)x2 + ( 8 2m )x + 12 = 0 mempunyai akar kembar, maka nilai m = .

a. 2 b. c. 0 d. e. 2 10. Jika x1 dan x2 adalah akar akar persamaan kuadrat x2 + x p = 0, p kostanta positif, maka dan = . a. b. c. d. e. 11. Persamaan kuadrat x2 + (m 2)x + 9 = 0 mempunyai akar akar nyata. Nilai m yang memenuhi adalah . a. m 4 atau m 8 b. m 8 atau m 4 c. m 4 atau m 10 d. 4 m 8 e. 8 m 4 12. Peramaan kuadrat mx2 + ( m 5 )x 20 = 0, akar akarnya saling berlawanan. Nilai m = . a. 4 b. 5 c. 6 d. 8 e. 12 13. Jika x1 dan x2 adalah akar akar persamaan kuadrat x2 + px + 1 = 0, maka persamaan kuadrat yang akar - akarnya dan x1 + x2 adalah . a. x2 2p2x + 3p = 0 b. x2 + 2px + 3p2 = 0

c. x2 + 3px + 2p2 = 0 d. x2 3px + p2 = 0 e. x2 + p2x + p = 0 14. Akar akar persamaan 2x2 + 2px q2 = 0 adalah p dan q. Jika p q = 6 maka nilai pq = . a. 6 b. 2 c. 4 d. 6 e. 8 Materi Pokok : Fungsi Kuadrat 15. Perhatikan gambar !

a. x2 + 2x + 3= 0 b. x2 2x 3 = 0 c. x2 + 2x 3 = 0 d. x2 2x + 3 = 0 e. x2 + 2x + 3 = 0 16. Suatu fungsi kuadrat mempunyai nilai minimum 2 untuk x = 3 dan untuk x = 0 nilai fungsi 16. Fungsi kuadrat itu adalah . a. f(x) = 2x2 12x + 16 b. f(x) = x2 + 6x + 8 c. f(x) = 2x2 12x 16 d. f(x) = 2x2 + 12x + 16 e. f(x) = x2 6x + 8 17. Nilai maksimum dari fungsi f(x) = 2x2 + (k+5)x + 1 2k adalah 5. Nilai k yang positif adalah . a. 5 b. 6 c. 7

d. 8 e. 9 18. Absis titk balik grafik fungsi f(x) = px2 + ( p 3 )x + 2 adalah p. Nilai p = . a. 3 b. c. 1 d. e. 3

Soal-soal matematika SMA(soal program linier) 1. Luas daerah parkir 1.760 m2. Luas rata rata untuk mobil kecil 4 m2 dan mobil besar 20 m2. Daya tampung maksimum hanya 200 kendaraan, biaya parkir mobil kecil Rp. 1.000,00/jam dan mobil besar Rp. 2.000,00/jam. Jika dalam satu jam terisi penuh dan tidak kendaraan yang pergi dan datang, maka hasil maksimum tempat parkir itu adalah . a. Rp. 176.000,00. b. Rp. 200.000,00. c. Rp. 260.000,00. d. Rp. 300.000,00. e. Rp. 340.000,00. 2. Seorang pedagang menjual buah mangga dan pisang dengan menggunakan gerobak. Pedagang tersebut membeli mangga dengan harga Rp. 8.000,00/kg dan pisang Rp. 6.000,00/kg. Modal yang tersedia Rp. 1.200.000,00 dan gerobaknya hanya dapat memuat mangga dan pisang sebanyak 180 kg. Jika harga jual mangga Rp. 9.200,00/kg dan pisang Rp. 7.000,00/kg, maka laba maksimum yang diperoleh adalah . a. Rp. 150.000,00. b. Rp. 180.000,00. c. Rp. 192.000,00. d. Rp. 204.000,00. e. Rp. 216.000,00. 3. Tanah seluas 10.000 m2 akan dibangun rumah tipe A dan tipe B. Untuk tipe A diperlukan 100 m2 dan dan tipe B diperlukan 75 m2. Jumlah rumah yang akan dibangun paling banyak 125 unit.

Keuntungan rumah tipe A adalah Rp. 6.000.000,00/unit dan tipe B adalah Rp. 4.000.000,00/unit. Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh daru penjualan rumah tersebut adalah . a. Rp. 550.000.000,00. b. Rp. 600.000.000,00. c. Rp. 700.000.000,00. d. Rp. 800.000.000,00. e. Rp. 900.000.000,00. 4. Suatu tempat parkir yang luasnya 300 m2 digunakan untuk memarkir sebuah mobil dengan rata rata 10 m2 dan untuk bus rata rata 20 m2 dengan daya tampung hanya 24 kendaraan. Biaya parkir untuk mobil Rp. 1.000,00/jam dan untuk bus Rp. 3.000,00/jam. Jika dalam satu jam tempat parkir terisi penuh dan tidak ada kendaraan yang dating dan pergi, hasil maksimum tempat parkir iru adalah . a. Rp. 15.000,00. b. Rp. 30.000,00. c. Rp. 40.000,00. d. Rp. 45.000,00. e. Rp. 60.000,00. 5. Nilai maksimum fungsi obyektif 4x + 2y pada himpunan penyelesaian system pertidaksamaan x + y 4, x + y 9, 2x + 3y 12, 3x 2y 12 adalah . a. 16 b. 24 c. 30 d. 36 e. 48 6. Nilai maksimum fungsi sasaran Z = 6x + 8y dari system pertidaksamaan 4x + 2y 60, 2x + 4y 48, x 0, y 0 adalah . a. 120 b. 118 c. 116 d. 114

e. 112 7. Untuk menambah penghasilan, seorang ibu setiap harinya memproduksi dua jenis kue untuk dijual. Setiap kue jenis I modalnya Rp. 200,00 dengan keuntungan 40%, sedangkan setiap kue jenis II modalnya Rp. 300,00 dengan keuntungan 30%. Jika modal yang tersedia setipa harinya adalah Rp. 100.000,00 dan paling banyak hanya dapat memproduksi 400 kue, maka keuntungan tersbesar yang dapat dicapai ibu tersebut adalah . a. 30% b. 32% c. 34% d. 36% e. 40% 8. Nilai minimum fungsi obyektif 5x + 10y pada himpunan penyelesaian system pertidaksamaan yang grafik himpunan penyelesaiannya disajikan pada gambar di bawah ini adalah .

a. 400 b. 320 c. 240 d. 200 e. 160

soal-soal matematika SMA(soal turunan) Materi Pokok : Turunan dan Turunan Berantai 1. Jika f(x) = sin ( 2x + /6 ), maka nilai f(0) = . a. 23 b. 2 c. 3 d. 3 e. 2 2. Turunan pertama dari f(x) = sin 2 ) adalah f(x) = .

a. 2 sin ( 3x 2 ) sin ( 6x 4 ) b. 12x sin ( 3x 2 ) sin ( 6x 4 ) c. 12x sin ( 3x 2 ) cos ( 6x 4 ) d. 24x sin ( 3x 2 ) cos ( 3x 2 ) e. 24x sin ( 3x 2 ) cos ( 3x 2 ) 3. Turunan dari f(x) = adalah f(x) = . a. b. c. d. e. 4. Turunan pertama f(x) = cos x adalah . a. b. c. d. e. 5. Jika f(x) = ( 2x 1 ) ( x + 2 ), maka f(x) = . a. 4 ( 2x 1 ) ( x + 3 ) b. 2 ( 2x 1 ) ( 5x + 6 ) c. ( 2x 1 ) ( 6x + 5 ) d. ( 2x 1 ) ( 6x + 11 ) e. ( 2x 1 ) ( 6x + 7 ) 6. Turunan pertama dari fungsi f yang dinyatakan dengan f(x) = adalah f , maka f(x) = . a. b. c.

d. e. 7. Diketahui f(x) = , Jika f(x) adalah turunan pertama dari f(x), maka nilai f(2) = . a. 0,1 b. 1,6 c. 2,5 d. 5,0 e. 7,0 8. Diketahui , Nilai f(4) = . a. 1/3 b. 3/7 c. 3/5 d. 1 e. 4 9. Jika f(x) = , maka a. b. c. d. e. 10. Turunan pertama fungsi f9x) = (6x 3) (2x 1) adalah f(x). Nilai dari f(1) = . a. 18 b. 24 c. 54 d. 162 e. 216 Soal Ujian Nasional tahun 2001

11. Diketahui f(x) = sin (3 2x). Turunan pertama fungsi f adalah f(x) = . a. 6 sin (3 2x) cos (3 2x) b. 3 sin (3 2x) cos (3 2x) c. 2 sin (3 2x) cos (3 2x) d. 6 sin (3 2x) cos (6 4x) e. 3 sin (3 2x) sin (6 4x)

Materi Pokok : Aplikasi Turunan 12. Perhatikan gambar !

Luas daerah yang diarsir pada gambar akan mencapai maksimum jika koordinat titik M adalah . a. ( 2,5 ) b. ( 2,5/2 ) c. ( 2,2/5 ) d. ( 5/2,2 ) e. ( 2/5,2 ) 13. Persamaan garis singgung kurva y = ( 5 + x ) di titik dengan absis 3 adalah . a. x 12y + 21 = 0 b. x 12y + 23 = 0 c. x 12y + 27 = 0 d. x 12y + 34 = 0 e. x 12y + 38 = 0 14. Suatu pekerjaan dapat diselesaikan dalam x hari dengan biaya ( 4x 160 + 2000/x )ribu rupiah per hari. Biaya minmum per hari penyelesaian pekerjaan tersebut adalah . a. Rp. 200.000,00 b. Rp. 400.000,00 c. Rp. 560.000,00 d. Rp. 600.000,00

e. Rp. 800.000,00 15. Suatu perusahaan menghasilkan produk yang dapat diselesaikan dalam x jam, dengan biaya per jam ( 4x 800 + 120/x ) ratus ribu rupiah. Agar biaya minimum, maka produk tersebut dapat diselesaikan dalam waktu jam. a. 40 b. 60 c. 100 d. 120 e. 150 16. Persamaan gerak suatu partikel dinyatakan dengan rumus s = f(t) = ( s dalam meter dan t dalam detikk ). Kecepatan partikel tersebut pada saat t = 8 adalah m/det. a. 3/10 b. 3/5 c. 3/2 d. 3 e. 5 17. Suatu perusahaan memproduksi x buah barang. Setiap barang yang diproduksi memberikan keuntungan ( 225x x ) rupiah. Supaya total keuntungan mencapai maksimum, banyak barang yang harus diproduksi adalah . a. 120 b. 130 c. 140 d. 150 e. 160 18. Persamaan garis inggung pada kurva y = 2x + 6x + 7 yang tegak lurus garis x 2y + 13 = 0 adalah . a. 2x + y + 15 = 0 b. 2x + y 15 = 0 c. 2x y 15 = 0 d. 4x 2y + 29 = 0

e. 4x + 2y + 29 = 0 19. Luas sebuah kotak tanpa tutup yang alasnya persegi adalah 432 cm. Agar volume kotak tersebut mencapai maksimum, maka panjang rusuk persgi adalah cm. a. 6 b. 8 c. 10 d. 12 e. 16 20. Garis singgung pada kurva y = x 4x + 3 di titik ( 1,0 ) adalah . a. y = x 1 b. y = x + 1 c. y = 2x 2 d. y = 2x + 1 e. y = 3x 3 21. Grafik fungsi f(x) = x + ax + bx +c hanya turun pada interval 1 < x < 5. Nilai a + b = . a. 21 b. 9 c. 9 d. 21 e. 24 22. Sebuah tabung tanpa tutup bervolume 512 cm. Luas tabung akan minimum jika jari jari tabung adalah cm. a. b. c. d. e. 23. Garis l tegak lurus dengan garis x + 3y + 12 = 0 dan menyinggung kurva y = x x 6. Ordinat titik singgung garis l pada kurva tersebut adalah .

a. 12 b. 4 c. 2 d. 2 e. 4 24. Persamaan garis singgung kurva y = x di titik pada kurva dengan absis 2 adalah . a. y = 3x 2 b. y = 3x + 2 c. y = 3x 1 d. y = 3x + 2 e. y = 3x + 1 25. Fungsi y = 4x 6x + 2 naik pada interval . a. x < 0 atau x > 1 b. x > 1 c. x < 1 d. x < 0 e. 0 < x < 1 26. Nilai maksimum fungsi f(x) = x + 3x 9x dalam interval 3 x 2 adalah . a. 25 b. 27 c. 29 d. 31 e. 33 27. Nilai maksimum dari pada interval 6 x 8 adalah . a. b. c. 10

d. 8 e. 6

Soal-soal matematika SMA(soal matriks) 1. Diketahui matriks , , dan . Apabila B A = Ct, dan Ct = transpose matriks C, maka nilai x.y = . a. 10 b. 15 c. 20 d. 25 e. 30 2. Diketahui matriks , , dan , At adalah transpose dari A. Jika At . B = C maka nilai 2x + y = . a. 4 b. 1 c. 1 d. 5 e. 7 3. Matriks X berordo ( 2 x 2 ) yang memenuhi adalah . a. b. c. d. e. 4. Diketahui matriks , , dan P(2x2). Jika matriiks A x P = B, maka matriks P adalah . a. b. c. d.

e. 5. Diketahui hasil kali matriks . Nilai a + b + c + d = . a. 6 b. 7 c. 8 d. 9 e. 10 6. Diketahui matriks , , dan , Jika matriks A B = C1, nilai 2p = . a. 1 b. c. d. 1 e. 2 7. Diketahui matriks , dan A2 = xA + yB. Nilai xy = . a. 4 b. 1 c. d. 1 e. 2

soal-soal matematika SMA(soal trigonometri) 1. titik titik ujung sebuah terowongan yang dilihat dari C dengan sudut ACB = 45. Jika jarak CB = p meter dan CA = 2p2 meter, maka panjang terowongan itu adalah meter. a. p 5 b. p 17 32 Materi Pokok : Aturan Kosinus dan Sinus c. Diketahui A dan B adalah d. 4p

e. 5p 2. Sebuah kapal berlayar dari pelabuhan A dengan arah 044 sejauh 50 Km. Kemudian berlayar lagi dengan arah 104 sejauh 40 Km ke pelabuhan C Jarak pelabuhan A ke C adalah ... Km. a. 10 95 b. 10 91 c. 10 85 d. 10 71 e. 10 61 3. Sebuah kapal berlayar kea rah timur sejauh 30 mil Kemudian melanjutkan perjalanan dengan arah 030 sejauh 60 mil. Jarak kapal terhadap posisi saat kapal berangkat adalah mil. a. 10 37 b. 30 7 c. 30 (5 + 22) d. 30 (5 + 23) e. 30 (5 23) 4. Diketahui segitiga BAC dengan AB = 7 cm, BC = 5 cm, dan AC = 6 cm. Nilai sin BAC = .... a. 5/7 b. 2/7 6 c. 24/49 d. 2/7 e. 1/7 6 5. Jika panjang sisi- sisi ABC berturut turut adalah AB = 4 cm, BC = 6 cm, dan AC = 5 cm, sedang sudut BAC = , sudut ABC = , sdut BCA = , maka sin : sin : sin = . a. 4 : 5 : 6 b. 5 : 6 : 4 c. 6 : 5 : 4 d. 4 : 6 : 5 e. 6 : 4 : 5 6. Nilai sinus sudut terkecil dari segitiga yang sisinya 5 cm, 6 cm, 21 cm adalah .

a. 1/5 21 b. 1/6 21 c. 1/5 5 d. 1/6 5 e. 1/3 5 7. Diketahui panjang jari jari lingkaran luar PQR seperti pada gambar adalah 4 cm dan panjang PQ = 6cm. Nilai cos sudut PQR = .... a. 3/4 7 b. 1/4 7 c. 3/7 7 d. 1/3 7 e. 4/7 7 8. Nilai cos sudut BAD pada gambar adalah .

a. 17/33 b. 17/28 c. 3/7 d. 30/34 e. 33/35 9. Diketahui PQR dengan PQ = 6 cm, QR = 4 cm, dan sudut PQR = 90. Jika QS garis bagi sudut PQR, panjang QS = . a. 12/10 2 b. 12/5 2 c. 24/5 2 d. 5/6 2 e. 62 10. Luas segitiga ABC adalah ( 3 + 23 ) cm. Jika panjang sisi AB = ( 6 + 43 ) cm dan BC = 7 cm, maka nilai sisi ( A + C ) = . a. 62

b. 62 c. d. e. Materi Pokok : 11. Nilai dari cos 40+ cos 80 + cos 160 = . a. 2 b. c. 0 d. e. 2 12. Nilai sin 105 + cos 15 = . a. ( 2 2 ) b. ( 3 2 ) c. ( 6 2 ) d. ( 3 + 2 ) e. ( 6 + 2 ) 13. Nilai dari 165 = . a. 1 3 b. 1 + 3 c. 2 3 d. 2 3 e. 2 + 3 14. Diketahui persamaan cos 2x + cos x = 0, untuk 0 < x < nilai x yang memenuhi adalah .... a. /6 dan /2 b. /2 dan c. /3 dan /2

d. /3 dan e. /6 dan /3 15. Diketahui cos ( x y ) = 4/5 dan sin x.sin y = 3/10. Nilai tan x.tan y = .... a. 5/3 b. 4/3 c. 3/5 d. 3/5 e. 5/3 16. Diketahui A adalah sudut lancip dan . Nilai sin A adalah .... a. b. c. d. e. 17. Nilai sin 15 = . a. b. c. d. e. 18. Diketahui sin a. 3/25 b. 9/25 c. 5/8 d. 3/5 e. 15/8 19. Diketahiu sin x = 8/10, 0 < x < 90. Nilai cos 3x = .

a. 18/25 b. 84/125 c. 42/125 d. 6/25 e. 12/25 20. Bentuk ekivalen dengan .... a. 2 sin x b. sin 2x c. 2 cos x d. cos 2x e. tan 2x

soal-soal matematika SMA(soal transformasi geometri) 1. Bayangan kurva y = x 3 jika dicerminkan terhadap sumbu x yang dilanjutkan dengan dilatasi pusat O dan factor skala 2 adalah . a. y = x + 6 b. y = x 6 c. y = x 3 d. y = 6 x e. y = x + 6 2. Bayangan garis 4x y + 5 = 0 oleh transformasi yang bersesuaian dengan matriks dilanjutkan pencerminan terhadap sumbu y adalah . a. 3x + 2y 30 = 0 b. 6x + 12y 5 = 0 c. 7x + 3y + 30 = 0 d. 11x + 2y 30 = 0 e. 11x 2y 30 = 0 3. Persamaan peta suatu kurva oleh rotasi pusat O bersudut , dilanjutkan dilatasi * 0,2 + adalah x = 2 + y - y. Persamaan kurva semula adalah .

a. y = x x + 4 b. y = x + x 4 c. y = x + x + 4 d. y = 2x + x + 1 e. y = 2x x 1 4. Persamaan bayangan garis 2x + 3y + 1 = 0 karena refleksi terhadap sumbu y dilanjutkan rotasi pusat O sebesar adalah . a. 2x 3y 1 = 0 b. 2x + 3y 1 = 0 c. 3x + 2y + 1 = 0 d. 3x 2y 1 = 0 e. 3x + 2y 1 = 0 5. Bayangan garis y = 2x + 2 yang dicerminkan terhadap garis y = x adalah . a. y = x + 1 b. y = x 1 c. y = x 1 d. y = x + 1 e. y = ( x + 1 ) 6. Jika titik ( a,b ) dicerminkan terhadap sumbu y, kemudian dilanjutkan dengan transformasi sesuai matriks menghasilkan titik ( 1, 8 ), maka nilai a + b = . a. 3 b. 2 c. 1 d. 1 e. 2 7. Matriks yang bersesuaian dengan dilatasi pusat ( 0,0 ) dan factor skala 3 dilanjutkan dengan refleksi terhadap garis y = x adalah . a. b.

c. d. e. 8. Bayangan ABC, dengan A ( 2,1 ). B ( 6,1 ), C ( 5,3 ) karena refleksi terhadap sumbu y dilanjutkan rotasi ( 0,90 ) adalah . a. A ( 1, 2 ), B ( 1,6 ), C ( 3, 5 ) b. A ( 1, 2 ), B ( 1, 6 ), C ( 3, 5 ) c. A ( 1, 2 ), B ( 1,6 ), C ( 3,5 ) d. A ( 1, 2 ), B ( 1, 6 ), C ( 3, 5 ) e. A ( 1,2 ), B ( 1, 6 ), C ( 3, 5 ) 9. Persamaan peta garis x 2y + 4 = 0 yang dirotasikan dengan pusat ( 0,0 ) sejauh +90 dilanjutkan dengan pencerminan terhadap garis y = x adalah . a. x + 2y + 4 = 0 b. x + 2y 4 = 0 c. 2x + y + 4 = 0 d. 2x y 4 = 0 e. 2x + y 4 = 0

Soal-soal matematika SMA(soal suku banyak) 1. Jika f(x) dibagi ( x 2 ) sisanya 24, sedagkan jika f(x) dibagi dengan ( 2x 3 ) sisanya 20. Jika f(x) dibagi dengan ( x 2 ) ( 2x 3 ) sisanya adalah . a. 8x + 8 b. 8x 8 c. 8x + 8 d. 8x 8 e. 8x + 6 2. Sisa pembagian suku banyak ( x4 4x3 + 3x2 2x + 1 ) oleh ( x2 x 2 ) adalah . a. 6x + 5 b. 6x 5

c. 6x + 5 d. 6x 5 e. 6x 6 2. Suatu suku banyak dibagi ( x 5) sisanya 13, sedagkan jika dibagi dengan ( x 1 ) sisanya 5 . Suku banyak tersebut jika dibagi dengan x2 6x + 5 sisanya adalah . a. 2x + 2 b. 2x + 3 c. 3x + 1 d. 3x + 2 e. 3x + 3 3. Diketahui ( x + 1 ) salah satu factor dari suku banyak f(x) = 2x4 2x3 + px2 x 2, salah satu factor yang lain adalah . a. x 2 b. x + 2 c. x 1 d. x 3 e. x + 3 4. Jika suku banyak P(x) = 2x4 + ax3 3x2 + 5x + b dibagi oleh ( x2 1 ) memberi sisa 6x + 5, maka a.b = . a. 6 b. 3 c. 1 d. 6 e. 8 5. Diketahui suku banyak f(x) jika dibagi ( x + 1) sisanya 8 dan dibagi ( x 3 ) sisanya 4. Suku banyak q(x) jika dibagi dengan ( x + 1 ) bersisa 9 dan jika dibagi ( x 3 ) sisanya 15 . Jika h(x) = f(x).q(x), maka sisa pembagian h(x) oleh x2 2x 3 sisanya adalah . a. x + 7 b. 6x 3

c. 6x 21 d. 11x 13 e. 33x 39 6. Suku banyak 6x3 + 13x2 + qx + 12 mempunyai factor ( 3x 1 ). Faktor linear yang lain adalah . a. 2x 1 b. 2x + 3 c. x 4 d. x + 4 e. x + 2 7. Suku banyak P(x) = 3x3 4x2 6x + k habis dibagi ( x 2 ). Sisa pembagian P(x) oleh x2 + 2x + 2 adalah . a. 20x + 24 b. 20x 16 c. 32x + 24 d. 8x + 24 e. 32x 16

Soal-soal matematika SMA(soal statistika) 1. Perhatikan tabel berikut ! Berat ( kg ) Frekuensi 31 36 37 42 43 48 49 54 55 60 61 66 67 72 4 6

9 14 10 5 2

Modus pada tabel tersebut adalah kg. a. 49,06 b. 50,20 c. 50,70 d. 51,33 e. 51,83 2. Perhatikan gambar berikut !

Berat badan siswa pada suatu kelas disajikan dengan histogram seperti pada gambar. Rataan berat badan tersebut adalah kg. a. 64,5 b. 65 c. 65,5 d. 66 e. 66,5 3. Nilai rataan dari data pada diagram adalah .

a. 23 b. 25 c. 26 d. 28 e. 30

4. Rataan skor dari data pada tabel adalah . Skor Frekuensi 04 79 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 4 6 9 14 10 5 2

a. 15,5 b. 15,8 c. 16,3 d. 16,5 e. 16,8 5. Median dari data umur pada tabel di samping adalah . Skor Frekuensi 47 8 11 12 15 16 19

20 23 24 27 6 10 18 40 16 10

a. 16,5 b. 17,1 c. 17,3 d. 17,5 e. 18,3 6. Histogram pada gambar menunjukkan nilai tes matematika di suatu kelas. Nilai rata rata = .

a. 69 b. 69,5 c. 70 d. 70,5 e. 71 7. Diagram di bawah ini menyajikan data berat badan ( dalam kg ) dari 40 siswa, modusnya adalah .

a. 46,1 b. 46,5 c. 46,9 d. 47,5 e. 48,0

8. Modus dari histogram berikut adalah .

a. 47,5 b. 46,5 c. 46,4 d. 45,2 e. 44,7

Soal-soal matematika SMA(soal persamaan linier) 1. Ani, Nia, dan Ina pergi bersama sama ke toko buah. Ani membeli 2 kg apel, 2 kg anggur, dan I kg jeruk dengan harga Rp 67.000,00. Nia membeli 3 kg apel, 1 kg anggur, dan I kg jeruk dengan harga Rp 61.000,00. Ina membeli 1 kg apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp 80.000,00. Harga 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk seluruhnya adalah . a. Rp 37.000,00 b. Rp 44.000,00 c. Rp 51.000,00 d. Rp 55.000,00 e. Rp 58.000,00 2. Harga 2 kg mangga, 2 kg jeruk dan 1 kg anggur adalah Rp. 70.000,00. Harga 1 kg mangga, 2 kg jeruk dan 2 kg anggur adalah Rp. 90.000,00. Harga 2 kg mangga, 2 kg jeruk dan 3 kg anggur adalah Rp. 130.000,00, maka harga 1 kg jeruk adalah . a. Rp 5.000,00 b. Rp 7.500,00 c. Rp 10.000,00 d. Rp 12.000,00 e. Rp 15.000,00 3. Tujuh tahun yang lalu umur ayah sama dengan 6 kali umur Budi. Empat tahun yang akan dating 2 kali umur ayah sama dengan 5 kali umur Budi ditambah 9 tahun. Umur ayah sekarang adalah tahun. a. 39

b. 43 c. 49 d. 54 e. 78 4. Diketahui system persamaan linier :

Nilai x + y + z = . a. 3 b. 2 c. 1 d. e. 5. Nilai z yang memenuhi system persamaan

a. 0 b. 1 c. 2 d. 3 e. 4 6. Sebuah kios fotokopi memiliki dua mesin. Mesin A sedikitnya dapat memfotokopi 3 rim perjam sedangkan mesin B sebanyak 4 rim perjam. Jika pada suatu hari mesin A dan mesin B jumlah jam kerjanya 18 jam danmenghasilkan 60 rim, maka mesin A sedikitnya menghasilkan rim. a. 16 b. 24 c. 30 d. 36 e. 40 7. Himpunan penyelesaian system persamaan

Adalah , xo.yo -. Nilai 6xo.yo = a. 1/6 b. 1/5 c. 1 d. 6 e. 36

Soal-soal matematika SMA(soal peluang) Materi pokok : Kaidah Perkalian, Permutasi, dan kombinasi 1. 10 orang finalis suatu lomba kecantikan akan dipilih secara acak 3 yang terbaik. Banyak cara pemilihan tersebut ada cara. a. 70 b. 80 c. 120 d. 360 e. 720 2. Banyaknya bilangan antara 2000 dan 6000 yang dapat disusun dari angka 0,1,2,3,4,5,6,7, dan tidak ada angka yang sama adalah . a. 1680 b. 1470 c. 1260 d. 1050 e. 840 3. Dari kota A ke kota B dilayani oleh 4 bus dan dari B ke C oleh 3 bus. Seseorang berangkat dari kota A ke kota C melalui B kemudian kembali lagi ke A juga melalui B. Jika saat kembali dari C ke A, ia tidak mau menggunakan bus yang sama, maka banyak cara perjalanan orang tersebut adalah . a. 12 b. 36

c. 72 d. 96 e. 144 4. Banyak garis yang dapat dibuat dari 8 titik yang tersedia, dengan tidak ada 3 titik yang segaris adalah . a. 336 b. 168 c. 56 d. 28 e. 16 Materi pokok : Peluang dan Kejadian Majemuk 5. Dalam kantong I terdapat 5 kelereng merah dan 3 kelereng putih, dalam kantong II terdapat 4 kelereng merah dan 6 kelereng hitam. Dari setiap kantong diambil satu kelereng secara acak. Peluang terambilnya kelereng putih dari kantong I dan kelereng hitam dari kantong II adalah . a. 39/40 b. 9/13 c. 1/2 d. 9/20 e. 9/40 6. A,B,C, dan D akan berfoto secara berdampingan. Peluang A dan B selalu berdampingan adalah . a. 1/12 b. 1/6 c. 1/3 d. 1/2 e. 2/3 7. Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 4 bola biru, dan 3 bola kuning. Dari dalam kotak diambil 3 bola sekaligus secara acak, peluang terambil 2 bola merah dan 1 bola biru adalah . a. 1/10 b. 5/36

c. 1/6 d. 2/11 e. 4/11 8. Dalam suatu populasi keluarga dengan tiga orang anak, peluang keluarga tersebut mempunyai paling sedikit dua anak laki laki adalah . a. 1/8 b. 1/3 c. 3/8 d. 1/2 e. 3/4 9. Dua buah dadu dilempar bersama sama. Peluang munculnya jumlah mata dadu 9 atau 10 adalah . a. 5/36 b. 7/36 c. 8/36 d. 9/36 e. 11/36 10. Sebuah dompet berisi uang logam, 5 keping lima ratusan dan 2 keping ratusan rupiah. Dompet yag lain berisi uang logam 1 keping lima ratusan dan 3 keping ratusan rupiah. Jika sebuah uang logam diambil secara acak dari salah satu dompet, peluang untuk mendapatkan uang logam ratusan rupiah adalah . a. 3/56 b. 6/28 c. 8/28 d. 29/56 e. 30/56 11. Suatu kelas terdiri dari 40 orang. Peluang seorang siswa lulus tes matematika adalah 0,4. Peluang seorang siswa lulus fisika adalah 0,2. Banyaknya siswa yang lulus tes matematika atau fisika adalah orang. a. 6

b. 7 c. 14 d. 24 e. 32 12. Kotak I berisi 3 bola merah dan 2 bola putih, Kotak II berisi 3 bola hijau dan 5 bola biru. Dari masing masing kotak diambil 2 bola sekaligus secara acak. Peluang terambilnya 2 bola merah dari kotak I dan 2 bola biru dari kotak II adalah . a. 1/10 b. 3/28 c. 4/15 d. 3/8 e. 57/110 13. Suatu kelas terdiri dari 40 siswa. 25 siswa gemar matematika, 21 siswa gemar IPA, dan 9 siswa gemar matematika dan IPA. Peluang seorang tidak gemar matematika maupun IPA adalah . a. 25/40 b. 12/40 c. 9/40 d. 4/40 e. 3/40

Soal-soal matematika SMA(soal logika matematika) Materi pokok : Invers, Konvers, Kontraposisi 1. Kontraposisi dari pernyataan majemuk p ( p V ~q ) adalah . a. ( p V ~q ) ~p b. (~p q ) ~p c. ( p V ~q ) p d. (~p V q ) ~p e. ( p ~q ) ~p 2. Invers dari pernyataan p ( p q )

a. (~p ~q ) ~p b. (~p V ~q ) ~p c. ~p (~p ~q ) d. ~p (~p q ) e. ~p (~p V ~q ) Materi pokok : Penarikan Kesimpulan 3. Diketahui pernyataan : I. Jika hari panas, maka Ani memakai topi II. Ani tidak memakai topi atau ia memakai payung III. Ani tidak memakai payung Kesimpulan yang sah adalah . a. Hari panas b. Hari tidak panas c. Ani memakai topi d. Hari panas dan Ani memakai topi e. Hari tidak panas dan Ani memakai topi 4. Penarikan kesimpulan yang sah dari argumentasi berikut : Jika Siti sakit maka dia pergi ke dokter Jika Siti pergi ke dokter maka dia diberi obat. adalah . a. Siti tidak sakit atau diberi obat b. Siti sakit atau diberi obat c. Siti tidak sakit atau tidak diberi obat d. Siti sakit dan diberi obat e. Siti tidak sakit dan tidak diberi obat 5. Diketahui premis berikut : I. Jika Budi rajin belajar maka ia menjadi pandai.

II. Jika Budi menjadi pandai maka ia lulus ujian. III. Budi tidak lulus ujian. Kesimpulan yang sah adalah . a. Budi menjadi pandai b. Budi rajin belajar c. Budi lulus ujian d. Budi tidak pandai e. Budi tidak rajin belajar Soal Ujian Nasional tahun 2005 kurikulum 2004 6. Diketahui argumentasi : I. p q ~p ----------

II. p q ~q V r ----------

III. p q pr ----------

Argumentasi yang sah adalah . a. I saja b. II saja c. III saja d. I dan II saja

e. II dan III saja 7. Penarikan kesimpulan yang sah dari argumen tasi berikut : ~p q qr ----------

a. p r b. ~p V r c. p ~r d. ~p r e. p V r 8. Ditentukan premis premis : I. Jika Badu rajin bekerja maka ia disayang ibu. II. Jika Badu disayang ibu maka ia disayang nenek III. Badu tidak disayang nenek Kesimulan yang sah dari ketiga premis diatas adalah . a. Badu rajin bekerja tetapi tidak disayang ibu b. Badu rajin bekerja c. Badu disayang ibu d. Badu disayang nenek e. Badu tidak rajin bekerja 9. Penarikan kesimpulan dengan menggunakan modus tolens didasarkan atas suatu pernyataan majemuk yang selalu berbentuk tautologi untuk setiap kasus. Pernyataan yang dimaksud adalah . a. ( p q ) p q b. ( p q ) ~q ~p c. ( p q ) p ( p q ) d. ( p q ) ( q r ) ( p r ) e. ( p q ) ( p r ) ~ ( q r )

10. Kesimpulan dari premis berikut merupakan . p ~q qVr ----------

a. konvers b. kontra posisi c. modus ponens d. modus tollens e. silogisme

Soal-soal matematika SMA(soal lingkaran) 1. Salah satu persamaan garis singgung lingkaran ( x 2 ) + ( y + 1 ) =13 di titik yang berabsis 1 adalah . a. 3x 2y 3 = 0 b. 3x 2y 5 = 0 c. 3x + 2y 9 = 0 d. 3x + 2y + 9 = 0 e. 3x + 2y + 5 = 0 2. Persamaan garis singgung lingkaran x + y 2x 6y 7 = 0 di titik yang berabsis 5 adalah . a. 4x y 18 = 0 b. 4x y + 4 = 0 c. 4x y + 10 = 0 d. 4x + y 4 = 0 e. 4x + y 15 = 0 3. Persamaan lingkaran yang pusatnya terletak pada garis 2x 4y 4 = 0, serta menyinggung smbu x negative dan sumbu y negative adalah . a. x + y + 4x + 4y + 4 = 0

b. x + y + 4x + 4y + 8 = 0 c. x + y + 2x + 2y + 4 = 0 d. x + y 4x 4y + 4 = 0 e. x + y 2x 2y + 4 = 0 4. Persamaan garis lingkaran yang berpusat di ( 1,4 ) dan menyinggung garis 3x 4y 2 = 0 adalah . a. x + y + 3x 4y 2 = 0 b. x + y 4x 6y 3 = 0 c. x + y + 2x + 8y 8 = 0 d. x + y 2x 8y + 8 = 0 e. x + y + 2x + 2y 16 = 0 5. Salah satu persamaan garis singgung lingkaran x + y = 25 yang tegak lurus garis 2y x + 3 = 0 adalah. a. b. c. d. e. 6. Persamaan garis singgung lingkaran x + y 4x + 2y 20 = 0 di titik P( 5,3 ) adalah . a. 3x 4y + 27 = 0 b. 3x + 4y 27 = 0 c. 3x + 4y 7 = 0 d. 7x + 4y 17 = 0 e. 7x + 4y 7 = 0 7. Jarak antara titik pusat lingkaran x + y 4x + 4 = 0 dari sumbu y adalah . a. 3 b. 2 c. 2 d. 1

e. 1 8. Diketahui lingkaran 2x + 2y 4x + 3py 30 = 0 melalui titik ( 2,1 ). Persamaan lingkaran yang sepusat tetapi panjang jari jarinya dua kali panjang jari jari lingkaran tadi adalah . a. x + y 4x + 12y + 90 = 0 b. x + y 4x + 12y 90 = 0 c. x + y 2x + 6y 90 = 0 d. x + y 2x 6y 90 = 0 e. x + y 2x 6y + 90 = 0 9. Persamaan garis singgung lingkaran x + y = 13 yang melalui titik ( 3,2 ) adalah . a. 3x 2y = 13 b. 3x 2y = 13 c. 2x 3y = 13 d. 2x 3y = 13 e. 3x + 2y = 13 10. Salah satu persamaan garis singgung dari titik( 0,4 ) pada lingkaran x + y = 4 adalah . a. y = x + 4 b. y = 2x + 4 c. y = x + 4 d. y = x + 4 e. y = x + 4 11. Garis singgung lingkaran x + y = 25 di titik ( 3,4 ) menyinggung lingkaran dengan pusat ( 10,5 ) dan jari jari r. Nilai r = .

a. 3 b. 5 c. 7 d. 9 e. 11

Soal-soal matematika SMA(soal deret) Materi Pokok : Barisan dan Deret Aritmetika 1. Dari suatu barisan aritmetika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut adalah . a. 840 b. 660 c. 640 d. 630 e. 315 2. Seorang ibu membagikan permen kepada 5 orang anaknya menurut aturan deret aritmetika. Semakin muda usia anak semakin banyak permen yang diperoleh. Jika banyak permen yang diterima anak kedua 11 buah dan anak keempat 19 buah, maka jumlah seluruh permen adalah buah. a. 60 b. 65 c. 70 d. 75 e. 80 3. Seorang anak menabung di suatu bank dengan selisih kenaikan tabungan antar bulan tetap. Pada bulan pertama sebesar Rp. 50.000,00, bulan kedua Rp.55.000,00, bulan ketiga Rp.60.000,00, dan seterusnya. Besar tabungan anak tersebut selama dua tahun adalah . a. Rp. 1.315.000,00 b. Rp. 1.320.000,00 c. Rp. 2.040.000,00 d. Rp. 2.580.000,00 e. Rp. 2.640.000,00 4. Dari suatu deret aritmetika diketahui U3 = 13 dan U7 = 29. Jumlah dua puluh lima suku pertama deret tersebut adalah . a. 3.250 b. 2.650

c. 1.625 d. 1.325 e. 1.225 5. Suku ke n suatu deret aritmetika Un = 3n 5. Rumus jumlah n suku pertama deret tersebut adalah . a. Sn = n/2 ( 3n 7 ) b. Sn = n/2 ( 3n 5 ) c. Sn = n/2 ( 3n 4 ) d. Sn = n/2 ( 3n 3 ) e. Sn = n/2 ( 3n 2 ) 6. Jumlah n buah suku pertama deret aritmetika dinyatakan oleh Sn = n/2 ( 5n 19 ). Beda deret tersebut adalah . a. 5 b. 3 c. 2 d. 3 e. 5 7. Empat buah bilangan positif membentuk barisan aritmetika. Jika perkalian bilangan pertama dan keempat adalah 46, dan perkalian bilangan kedua dan ketiga adalah 144, maka jumlah keempat bilangan tersebut adalah . a. 49 b. 50 c. 60 d. 95 e. 98 8. Jumlah n suku pertama deret aritmetika adalah Sn = n2 + 5/2 n. Beda dari deret aritmetika tersebut adalah . a. 11/2 b. 2

c. 2 d. 5/2 e. 11/2 9. Dari deret aritmetika diketahui suuku tengah 32. Jika jumlah n suku pertama deret itu 672, banyak suku deret tersebut adalah . a. 17 b. 19 c. 21 d. 23 e. 25 Materi Pokok : Barisan dan Deret Geometri 10. Sebuah mobil dibeli dengan haga Rp. 80.000.000,00. Setiap tahun nilai jualnya menjadi dari harga sebelumnya. Berapa nilai jual setelah dipakai 3 tahun ? a. Rp. 20.000.000,00 b. Rp. 25.312.500,00 c. Rp. 33.750.000,00 d. Rp. 35.000.000,00 e. Rp. 45.000.000,00 11. Sebuah bola jatuh dari ketinggian 10 m dan memantul kembali dengan ketinggian kali tinggi sebelumnya, begitu seterusnya hingga bola berhenti. Jumlah seluruh lintasan bola adalah . a. 65 m b. 70 m c. 75 m d. 77 m e. 80 m 12. Seutas tali dipotong menjadi 7 bagian dan panjang masing masing potongan membentuk barisan geometri. Jika panjang potongan tali terpendek sama dengan 6 cm dan potongan tali terpanjang sama dengan 384 cm, panjang keseluruhan tali tersebut adalah cm. a. 378

b. 390 c. 570 d. 762 e. 1.530 13. Sebuah bola pingpong dijatuhkan dari ketinggian 25 m dan memantul kembali dengan ketinggian 4/5 kali tinggi semula. Pematulan ini berlangsung terus menerus hingga bola berhenti. Jumlah seluruh lintasan bola adalah m. a. 100 b. 125 c. 200 d. 225 e. 250 14. Jumlah deret geometri tak hingga a. 2/3 ( b. 3/2 ( c. 2 ( d. 3 ( e. 4 ( 15. Jumlah deret geometri tak hingga adalah 7, sedangkan jumlah suku suku yang bernomor genap adalah 3. Suku pertama deret tersebut adalah . a. 7/4 b. c. 4/7 d. e. 16. Pertambahan penduduk suatu kota tiap tahun mengikuti aturan barisan geometri. Pada tahun 1996 pertambahannya sebanyak 6 orang, tahun 1998 sebanyak 54 orang. Pertambahan penduduk pada tahun 2001 adalah orang. a. 324

b. 486 c. 648 d. 1.458 e. 4.374 17. Diketahui barisan geometri dengan U1 = x dan U4 = x . a. x2 .4 b. x2 c. x d. e. 4

sumber : http://girsangardho.blogspot.comRPP MATEMATIKA KELAS II GEOMETRI14 Mei 2009 20:14RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SDN Pancasila Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : II/ 2 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi : Mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana Kompetensi Dasar : Mengenal sisi bangun datar A. Indikator : Menghitung jumlah sisi bangun datar B. Tujuan Pembelajaran Dengan melakukan diskusi kelompok, siswa dapat menghitung jumlah sisi bangun datar C. Materi Pembelajaran

Bangun Datar D. Metode dan Model Pembelajara 1. Tanya jawab 2. Diskusi 3. Tugas kelompok dan individual 4. Model pembelajaran langsung E. Langkah-langkah Kegiatan 1. Kegiatan Awal : a. Presensi b. Apersepsi: mebahas PR pertemuan lalu 2. Kegiatan Inti : a. Guru melakukan pre test b. Dengan tanya jawab guru menjelaskan tentang sisi bangun datar c. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen d. Secara berkelompok siswa menggambar segitiga dan persegi, guru memantau siswa dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan. e. Guru memandu diskusi dan merumuskan jawaban yang benar f. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. 3. Kegiatan Akhir : a. Membimbing siswa untuk merangkum materi yang baru saja disajikan b. Guru memberikan tugas atau PR F. Alat/ Bahan/ Sumber Sulardi. KTSP 2006. Pandai Berhitung Matematika II. Jakarta : Erlangga. Tim Bina Karya Guru. KTSP 2006. Terampil Berhitung Matematika untuk kelas III SD. Jakarta: Erlangga. G. Penilaian : 1. Penilaian Hasil Buatlah bangun datar dari kertas karton meliputi persegi, segitiga, persegi panjang, lingkaran, kemudian hitunglah jumlah sisi-sisinya !

2. Penilaian proses Tabel penilaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung No Nama siswa Aspek yang dinilai Skor Nilai Akhir Aktif Teliti Tepat Berani 1 Andjo 9 9 9 9 36 9 2 Joand 8 8 8 8 32 8 3 Onald 7 7 7 7 28 7 4 Tima 6 6 6 6 24 6 5 Dst.

H. RKTL Hitunglah berapa banyak bangun datar yang ada di rumahmu!RPP MATEMATIKA KELAS VI PAKEM14 Mei 2009 20:02RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN Lidah Wetan II Mata pelajaran : Matematika Kelas/semester : VI/I Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan) 1. Standar Kompetensi Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah 2. Kompetensi dasar Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB dan KPK 3. Indikator a. Siswa dapat menetukan sifat komutatif operasi hitung b. Siswa dapat menetukan sifat asosiatif operasi hitung c. Siswa dapat menetukan sifat distributf operasi hitung 4. Tujuan pembelajaran Dengan melakukan diskusi dan demonstrasi,siswa dapat:

a. Menetukan sifat komutatif operasi hitung b. Menetukan sifat asosiatif operasi hitung c. Menetukan sifat distributif operasi hitung 5. Materi pembelajaran : Operasi Hitung Bilangan Bulat Sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat Sifat pertukaran (komutatif) Sifat pertukaran atau komutatif hanya brlaku pada penjumlahan dan perkalian. Sedangkan pada pembagian dan pengurangan, sifat komutatif tidak berlaku. Sebagai contoh :

43 + 23 = 23 + 43 23 x 12 = 12 x 23 gan: 54 23 tidak sama dengan 23 54 42 : 2 tidak sama dengan 2: 42 Oleh karena itu, dapt ditarik kesimpulan bahwa : Sifat pertukaran (komutatif) pada penjumlahan : a + b = b + a ; dan sifat pertukaran (komunitatif) pada perkalian: a x b = b x a. Contohnya: -soal dibawah ini ! o 81 x 20 = 20 x 81 = 1620 o 23 + 57 = 57 + 23 = 80 Sifat pengelompokan (asosiatif) Sama halnya dengan sifat komunitatif, sifat asosiatif hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian. Sedangkan pada pembagian dan pengurangan, sifat komutatif tidak berlaku. Sebagai contoh :

o 43 + 23 + 24 = 90 (43 + 23 ) + 24 = 56 + 24 = 90 43 + (23 + 24 ) = 43 + 47 = 90 Jadi, (43 + 23 ) + 24 = 43 + ( 23 + 24 ) o 24 x 10 x 68 = 16320 (24 x 10) x 68 = 240 x 68 = 16320 24 x (10 x 68) = 24 x 680 = 16320 Jadi, (24 x 10) x 68 = 24 x (10 x 68 Oleh karena itu, dapt ditarik kesimpulan bahwa : Sifat pengelompokan (asosiatif) pada penjumlahan : a + b + c = (a + b) + c = a + (b + c ) ; dan sifat pengelompokan (asosiatif) pada perkalian: a x b x c = (a x b) x c = a x (b x c) Sifat penyebaran (distributif) Sifat penyebaran berlaku pada perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan, serta pada pembagian terhadap penjumlahan dan pengurangan. lian terhadap penjumlahan dan pengurangan o 24 x (10 + 5) = (24 x 10) + (24 x 5) 24 x 15 = 240 + 120 360 = 360 o 62 x (25-5) = (62 x 25) (62 x 5) 62 x 20 = 1550 310 1240 = 1240 Oleh karena itu, dapt ditarik kesimpulan bahwa : Sifat penyebaran (distributif) perkalian terhadap penjumlahan : a x (b + c) = (a x b) + (a x c) ; dan sifat penyebaran (distributif) perkalian terhadap pengurangan: a x(b - c )= (a x b) - ( a x c) enjumlahan dan pengurangan o (105 + 75) : 15 = (105 : 15) + (75 : 15)

180 : 15 = 7 + 5 12 = 12 o (105 75 ) 15 = (105 : 15)- (75 : 15) 30 : 15 = 7 5 2 =2

Oleh karena itu, dapt ditarik kesimpulan bahwa : Sifat penyebaran (distributif) pembagian terhadap penjumlahan : (a + b) : c = (a : c) + (b : c) ; dan sifat penyebaran (distributif) pembagian terhadap pengurangan: (a b) : c = (a : c) - ( b : c) Catatan: untuk pembagian, hanya berlaku dari sebelah kana an tidak berlaku dari sebelah kiri.

6. Model dan Metode pembelajaran a. Model : pembelajaran kontekstual dengan model kooperatif. b. Metode : ceramah,Tanya jawab, diskusi,demonstrasi dan penugasan

7. Langkah-langkah pembelajaran Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pendahuluan (10 menit) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Memotivasi siswa : BertanyaDi kelas kita ada 40 orang siswa. Jika Bapak ingin membagi kalian menjadi 5 kelompok, maka berapa orang yang ada pada tiap kelompok ? Tanya jawab yang berkaitan dengan pertanyaan di atas Menyampaikan tujuan pembelajaran. Menyimak pertanyaan guru.

Interaksi antara siswa dan guru Menyimak

Inti (60 menit) Menyajikan informasi Memberikan informasi : menjelaskan operasi hitung mengenai sifat-sifatnya (komunitatif, asosiatif dan distributuf) Memberikan contoh masing-masing sifat operasi hitung bilangan tersebut dengan cara memdemonstrasikan cara kerja masing-masing sifat operasi hitung bilangan. Menyimak dan mencatat

Menyimak dan mencatat contoh soal Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Membentuk 5 kelompok belajar : anggota kelompok beragam (dari segi kemampuan,jenis kelamin dn ras) Transisi ke kelompok masing-masing Membimbing kelompok Membagikan LKS untuk dikerjakan siswa Menerangkan cara kerja LKS Membimbing kelompok : mengawasi siswa saat kelompok mengerjakan LKS Bekerja dalam kelompok kooperatif Menyimak penjelasan guru Penutup (10 menit) Evaluasi Membimbing presentasi : membimbing kelompok yang telah di pilih untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan cara mendemonstrasikan hasil kerjanya di papan tulis. Menyimak dan mencatat hasil LKS di demonstrasikan oleh kelompok terpilih Bekerja dalam kelompok kooperatif Penghargaan Memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik dalam menyelesaikan LKS Bekerja dalam kelompok kooperatif Merangkum: membantu siswa merangkum hasil belajar yang di peroleh. Memberikan tugas PR Menyimak dan mencatat

Mencatat PR

8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar a. Tim Penulis Grasindo. 2006. Pintar Matematika untuk SD dan MI Kelas VI. Jakarta: Grasindo b. Anggota IKAPI.2006. Cerdas Matematika VI A. Jakarta : Yudhistira 9. Penilaian

a. Tertulis Butir soal (PR) : kerjakanlah soal dibawah dengan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan ! 198 + 782 =.. + 54 x 8 x 38 = .=.=..=.. 34 x (40 + 20) = =.. =,.. 562 x (782 -699) =.. =. .. =.. (120 + 20) : 10 =. .. = =..

b. Hasil/kinerja Aspek yang dinilai: Keaktifan Kerja sama Ketelitian Ketepatan Penskoran atau rentang nilai: Keaktifan : 5-10 Kerja sama : 5-10 Ketelitain : 5-10 Ketepatan : 5-10 Contoh format penilaian No Nama siswa Aspek yang dinilai Jumlah Rata-rata

Nilai akhir Aktif Kerja sama Teliti Tepat 1 Andjo 8 7 9 7 31 7,75 8 2 Fanie 7 8 9 8 33 8,25 8 3 Dst Keterangan: Nilai Akhir = Jumlah aspek yang dinilai : 4 = (8 + 7 + 9 + 7 ) : 4 = 33/4 = 7,75 dibulatkan menjadi 8

10. RKTL (Rencana kegiatan Tindak Lanjut) a. Membandingkan masing-masing sifat operasi hitung (komunikatif, asosiatif dan distributif) bilangan bulat dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Lampiran : Lembar Kerja Siswa (LKS) Kerjakanlah soal dibawah dengan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan ! 182 + 782 =.. + 25 x 5 x 30 = .=.=..=.. 32 x (45 + 25) = =.. =,.. 642 x (820 -420) =.. =. .. =.. (160 + 400) : 10 =.

.. = =..RPP MATEMATIKA KELAS IV03 Mei 2009 11:20RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IV/I Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan) 1. Standar Kompetensi: Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah. 2. Standar Kompetensi: Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. 3. Indikator: a. Menentukan keliling segitiga b. Menentukan luas segitiga c. Menyelesaikan soal-soal keliling segitiga d. Menyelesaikan soal-soal luas segitiga 4. Tujuan Pembelajaran: Dengan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat: a. Menentukan keliling segitiga dengan benar b. Menentukan luas segitiga dengan baik Melalui diskusi, siswa dapat: c. Menyelesaikan soal-soal keliling segitiga dengan baik d. Menyelesaikan soal-soal luas segitiga dengan baik 5. Materi Pembelajaran: Menentukan Keliling dan luas segitiga Keliling dan luas segitiga Keliling segitiga : keliling segitiga diperoleh dengan cara menjumlahkan semua sisinya. Keliling dilambangkan dengan huruf K. Sebagai contoh:

Misalkan segitiga ABC dengan panjang sisi masing-masing adalah AB = 40 cm, BC = 30 cm dan AC = 40 cm, maka keliling (K) adalah: K = AB + BC + AC = 40 + 30 + 40 = 110 cm Jadi, keliling segitiga ABC adalah 110 cm. Rumus Keliling segitiga adalah : K = AB+BC+AC Luas segitiga: L = panjang x lebar 2 Misalkan AB = alas segitiga = a AD = tingggi segitiga = t Luas daerah segitiga ABD dirumuskan sebagai berikut:

Luas daerah segitiga ABD = L = a x t 2 Contoh soal :Sebuah segitiga ABC dengan alas segitiga(a) = 23 cm dan tingggi segitiga(t) = 34 cm. Berapa Luas segitiga ABC tersebut ? Jawab: Luas segitiga = a x t 2 Luas segitiga ABC = 20 cm x 30 cm 2 = 60 cm2 2 = 30 cm2 Jadi, luas segitiga ABC adalah 30 cm2

6. Model dan Metode Pembelajaran: a. Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif

b. Metode Pembelajaran: Ceramah Tanya jawab Penugasan Demonstrasi Diskusi

7. Langkah-Langkah Pembelajaran:

Fase Peran Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-petanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan di ajarakan. Contohnya: siapa yang masih ingat pelajaran mengenai bentuk-bentuk bangun datar dan sifat-sifatnya? Tanya jawab mengenai pertanyaan diatas. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi.(lipatan kertas) Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membagikan LKS (terlampir) kepada masing-masing kelompok. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dalam belajar Guru berkeliling dan mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak. Guru menilai kinerja (proses siswa) secara individu pada saat mereka mengerjakan LKS yang dibagikan. Fase 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil kerja kelompok dengan cara memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok belajar untu kempresentasikan hasil diskusi di dpean kelas secara bergiliran dan kelompok lain menanggapi. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok yang telah tampil baik itu upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 8. Alat dan Sumber a. Alat : Kertas, Penggaris dan gunting. b. Sumber : Tim Bina Matematika. 2007. Matematika Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Yudhistira. 9. Evaluasi: a. Hasil: Butir soal : Diketahui sebuah segitiga ABC dengan panjang sisi AB = 45 cm; BC = 45 cm dan AC = 30 cm. Hitunglah keliling segitiga tersebut ! Diketahui sebuah segitiga sama sisi PQR memiliki panjang sisi PQ=14 cm. Hitunglah kelilling segitiga sama sisi tersebut ! Diketahui segitiga siku-siku ABC memiliki panjang sisi AB= 7 cm dan panjang sisi AC=4 cm. Berapa luas segitiga ABC tersebut ? Diketahui sebuah segitiga sama sisi dengan panjang salah satu sisinya adalah 12 cm dan tinggi segitiga sama kaki tersebut adalah 9 cm. Hitunglah luas segitiga sama kaki tersebut ! b. Proses: Contoh Format Penilain Proses

No Nama siswa Aspek yang dinilai Nilai akhir Keaktifan Kerja sama Ketepatan Ketelitian 1A88888 2 B 7 8 7 7 7,2 3C77777 4 Dst - - - - 10. RKTL ( Rencana Kegiatan Tindak Lanjut)

Carilah barang-barang yang ada di sekitar rumah kalian yang berbentuk segitiga kemudian carilah keliling dan luas dari benda-benda yang kalian temukan.

Surabaya,.April 2009 Guru Kelas IV

Luisanto K. Djawa NIP:061644008MAKALAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN03 Mei 2009 11:17BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Allah ingin dikenal, dihormati lewat seluruh kondisi dunia sebab Dia ingin menyatakan kehebatanNya supaya bangsa lain dapat mengenal Tuhan. Itu sebabnya dalam hal ini, Dia menyatakan kehebatan dan kekuatan Tangan-Nya dengan tujuan supaya bangsa lain dapat mengenal Dia. Demikian juga Dia menghendaki agar kita mengenal Pribadi-Nya lebih dekat dan lebih intensif melalui Firman Allah sehingga kita dapat semakin mengasihi dan merindukan Dia. Jika kita mengenal Allah harus dibuktikan dalam setiap perbuatan kita, jangan dikatakan mengenal Allah tetapi tidak menghormati-Nya, akibatnya menyalibkan Tuhan untuk kedua kalinya (Roma 1:21 dan. 1 Kor. 2:8). Setiap orang yang mengenal Pribadi Allah dengan benar, pasti akan menghargai dan meninggikan Korban Kristus lewat praktek hidupnya serta tidak memuja/menyembah kepada illah lain Kita ambil contoh dari Abraham yang adalah "sahabat Allah" oleh penundukan diri serta ketaatannya kepada Allah, anda juga dapat mengenal Allah serta mengalami pengasihan, damai sejahtera, dan berkatNya. Mengenal Allah dengan sungguh-sungguh menundukkan diri kepadaNya adalah pengalaman yang paling penting dalam hidup kita. Betapa indahnya bahwa Allah menyatakan diriNya kepada orang-orang yang mencariNya dengan segenap hati. Bilamana kita berpaling dari pada jalan yang sesat dan sungguh-sungguh menundukkan diri kepadaNya, RohNya akan tinggal di dalam anda. Tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan anda dari kasihNya selagi kita mempencayai janji janjiNya dan mengikutiNya dengan ketaatan. Anda akan menemukan bahwa la menebus anda dengan harga mahal, dan Allah akan menginginkan persekutuan dengan kita. Oleh karena itu, mintalah kebijaksanaan kepada Allah selagi Allah berkenan kepada kita. Allah telah mengilhami orang-orang saleh yang ingin mencari-Nya. Sekalipun Iblis berusaha untuk memadamkannya, secara ajaib Allah akan melindungi kita dari berbagai cobaan dan rintangan serta pencobaan. B. Rumusan Masalah

1. Siapakah diri saya dan pengalaman-pengalaman posotif maupun negatif ? 2. Bagaimanakah saya mengenal Allah yang lebih dahulu mengenal saya ? 3. Pergumulan-pergumulan apakah yang membuat saya sulit bertumbuh di dalam Tuhan ? 4. Bagiamana firman Tuhan mampu menolong saya untuk mengatasi segala beban dan pergumulan yang saya hadapi ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui siapa saya dan pengalaman-pengalaman positif maupun negatif yang saya miliki. 2. Untuk mengetahui kebesaran Allah yang telah lebih dahulu mengenal saya. 3. Mengetahui pergumulan-pergumulan yang membuat saya sulit dalam bertumbuh di dalam Tuhan. 4. Mengetahui firman-firman Tuhan yang mampu maupun mendorang saya mengatasi segala beban dan pergumulan. BAB II PEBAHASAN A. Siapa saya dan pengalaman-pengalaman positif maupun negatif yang saya miliki. Konsep diri adalah satu cara seseorang memandang atau menggambarkan dirinya. Kita bisa memiliki gambaran yang baik dan menyenangkan tentang diri kita, sebaliknya kita juga bisa mempunyai gambaran yang buruk tentang diri kita sendiri. Konsep diri atau cara kita melihat diri ini merupakan bagian yang sangat penting di dalam kepribadian dan hidup kita. Karena selain menyangkut aspek pengetahuan juga menyangkut aspek perasaan. Jadi konsep diri menentukan bagaimana kita bereaksi atau menanggapi dunia di luar kita dan menentukan juga sejauh mana kita bisa puas dengan hidup kita. Setiap orang mempunyai konsep diri hanya ada yang positif dan ada yang negatif ada juga yang tidak terlalu positif dan tidak terlalu negatif. Pada awalnya ini berasal dari pengasuh atau orangtua kita saat kita masih sangat muda, lalu kita belum punya pandangan apa-apa tentang diri kita. Dari cara orangtua bereaksi, cara orangtua menilai kita, kita membentuk konsep diri kita. Dan di kemudian hari dari lingkungan yang lain di luar keluarga juga turut membentuk pandangan-padangan tentang diri kita, jadi dari sana awalnya kita mengetahui tentang diri kita. Perasaan merupakan aspek yang sangat penting karena apa yang kita tahu tentang diri kita itu sekaligus melibatkan perasaan-perasaan kita. Sebagai contoh kalau saya tahu tubuh saya kurus tetapi saya mempunyai perasaan tertentu misalnya saya cukup puas dengan tubuh saya yang seperti itu. Atau sebaliknya saya orangnya tertutup dan saya merasa jengkel kenapa saya selalu merasa tidak nyaman bersama orang lain. Jadi ketika pengetahuan akan diri kita bergabung dengan perasaan kita, integritas kerpibadian kita terbentuk dan dengan itu kita menentukan sikap terhadap orang lain dan dunia di sekitar kita.

Biasanya kalau tidak puas memang tidak selalu kita mudah melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, tetapi sebagai arah kita perlu belajar lebih banyak untuk bisa menerima diri dan merasa puas terhadap diri sendiri. Dan kita pun perlu menerima kelebihan atau pun kekurangan diri kita. Agar hal ini dapat dilakukan kita perlu sering mengucap syukur kepada Tuhan atas keberadaan diri kita dan kita percaya bahwa setiap kita diciptakan khusus sesuai dengan rencana dan kehendak Allah yang mulia. Hal-hal positif yang Allah inginkan saya melakukannya dan yang dituntut TUHAN dari pada saya antara lain terdapat pada ayat-ayat dibawah ini: Selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?. Mikha 6:8b. Lukas 10:27b. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Markus 10:19.Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkansaksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu! Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Roma 12:2a. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.Yosua 1:8. Markus 11:22b. Percayalah kepada Allah! Hal-hal negatif yang Allah tidak inginkan dari saya dan Allah sangat membenci hal-hal ini adalah, antara lain terdapat pada ayat-ayat dibawah ini: Amsal 6:16-19. Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyemburnyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara. Yesaya 61:8a. Sebab Aku, TUHAN, mencintai hukum, dan membenci perampasan dan kecurangan. Wahyu 21:8. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka. B. Cara saya mengenal Allah yang lebih dahulu mengenal saya. Semua orang pasti rindu bertumbuh. Ada banyak orang yang ingin sekali bisa bertumbuh tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya sehingga mereka sendiri tidak bisa bertumbuh. Supaya dapat bertumbuh, kita perlu mengikuti tiga langkah dan urutannya mesti sesuai, tidak boleh di bolak-balik. Untuk bisa bertumbuh, kita perlu mengenal Allah. Karena kalau kita tidak mengenal Dia, kita tidak bisa dekat sama Tuhan. Kita tidak bisa tahu siapa Allah kita sebelum kita mengenal Dia. Karena itu sangat penting bagi kita untuk mengenal Dia. Setelah mengenal, baru kita bisa mengasihi Allah. Orang Indonesia punya pepatah tak kenal maka tak sayang'. Jadi kalau kita tidak mengenal Allah, kita tidak bisa mengasihi Allah. Makin kita mengenal Allah, makin kita mengasihi Allah. Jadi langkah pertama itu penting sekali, mengenal dulu baru kita mengasihi. Semakin mengenal semakin mengasihi. Kalau kita sudah mengasihi, baru kita ikut langkah yang ketiga namanya melayani. Kalau pelayanan itu adalah hasil dari kasih kita kepada Tuhan, pelayanan kita pasti dahsyat. Pelayanan kita

akan menghasilkan buah, menghasilkan dampak. Gawatnya banyak orang percaya yang membalik langkah-langkah ini. Mereka tidak mengenal Allah dulu. Tidak mengasihi Allah dulu. Begitu mereka masuk gereja, disuruh melayani dulu. Mereka melayani tapi pelayanannya bukan hasil dari kasih. Akibatnya ketika menghadapi persoalan dan tantangan mereka pun mundur. Tadinya aktif melayani tapi sekarang tidak melayani lagi. 1. Mengenal Allah Mengenal Allah itu penting sekali. Kalau kita tidak mengenal Allah, kita tidak bisa betul-betul percaya kepada Tuhan. Bagaimana kita bisa percaya kepada seseorang yang tidak kita kenal? Yohanes 17:3 : Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Ternyata hidup kekal itu adalah sama dengan mengenal Allah. Dulu saya berpikir hidup kekal itu adalah kalau kita ke gereja, kita dapat tiket masuk sorga. Saya pikir saya pasti masuk surga karena saya sudah ke gereja. Ternyata tidak! Ada orang yang rajin ke gereja tapi dia tidak pernah mengenal Allah. Karena sebenarnya hidup kekal itu ada melalui pengenalan kita akan Allah. Kalau pengenalannya salah, kita tidak akan masuk surga. Kalau pengenalannya benar baru kita masuk surga. Jadi mengenal Allah itu penting sekali. Ayat ini mengatakan, Inilah hidup yang kekal itu, yaitu mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus'. Jadi mengenal Allah itu berarti kita harus mengenal Yesus Kristus. Tapi jangan lupa, yang akan membawa kita kepada pengenalan akan Allah yang satu-satunya' itu adalah melalui Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus kita di bawa kepada Bapa. Mengenal Allah harus dimulai setelah kita diselamatkan oleh Tuhan Yesus dan kita harus mengenal Allah sebagai Bapa kita. Karena yang mengutus Yesus Kristus itu Bapa. Kita harus mengenal Bapa karena Yesus datang membawa kita kepada Bapa. Yesus bilang begini, Akulah jalan, kehidupan dan kebenaran. Tanpa melalui Aku kamu tidak akan sampai kepada Bapa'. Banyak dari kita yang belum mengenal Bapa. Saat ini Tuhan mau membawa kita untuk mengenal Allah sebagai Bapa. Karena kalau kita mengenal Allah sebagai Bapa, wuih dahsyat sekali!! Hidup kita berubah!! Kita bisa kuat atau tidak dalam menghadapi permasalahan hidup ini, itu tergantung dari bagaimana pengenalan kita akan Allah. Sewaktu kita menghadapi persoalan, kalau kita tidak mengenal Tuhan, kita tidak bisa mempercayai Tuhan. Sehingga kita temukan banyak orang kalau ada persoalan, cari dukun, lari dari masalah, pergi meninggalkan masalah. Mereka tidak percaya sama Tuhan karena mereka tidak kenal Tuhan. Kalau kita mengenal Tuhan, kita tidak akan pernah cari dukun. Karena itu mengenal Allah itu sangat penting. Kalau kita mengenal Tuhan, kita bisa mempercayakan diri kepadaNya. Percaya dengan mempercayakan diri adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang sampai pada tahap percaya saja. Itu bagus! Tapi tidak cukup sampai di situ. Kita juga harus mempercayakan diri. Contohnya seperti ini. Ada orang yang percaya sama Tuhan. Tapi ketika ada masalah, ia mempercayakan dirinya kepada dukun, kepada akal pikirannya sendiri. Nah, percaya dengan mempercayakan diri itu beda. Kalau kita percayanya benar, mempercayakan dirinya juga pasti benar. Bukti kepercayaan kita kepada Tuhan adalah kalau kita berani untuk mempercayakan diri kepadaNya. Kalau kita mengenal Bapa, memiliki

pengalaman dengan Bapa, kita pasti akan berani untuk mempercayakan diri kita kepadaNya. Itulah sebabnya Tuhan mau kita mengenal Allah dan mengenalNya sebagai Bapa. Kalau kita kenal Dia sebagai Bapa, itu merupakan hal yang sangat indah. Karena seorang bapa' tahu semua kebutuhan kita. Seorang bapa' itu mengerti apa yang menjadi kebutuhan anaknya. Tidak ada bapa' yang anaknya memiliki kebutuhan tapi dia tidak tahu. Bapa kita di surga lebih hebat dari bapa kita yang ada di dunia ini. Alkitab bilang begini, rambutmu sekalipun dihitungnya'. Waktu kita kecil, pernah tidak bapa kita menghitung rambut kita? Saya belum pernah melihat ada bapa yang berhasil menghitung rambut anaknya. Tapi Bapa kita yang di surga, sesibuk apapun Dia, Bapa masih sempat hitungin rambut! Itu hebatnya! Bahkan Dia bilang begini, tidak ada sehelai rambutpun yang jatuh tanpa seijin Bapa'. Berarti satu helai rambut saja diurusin sama Bapa. Itu kebenaran yang luar biasa! Artinya Bapa betul-betul memperhatikan kita sampai hal-hal yang paling detail sekalipun. Bapa kita yang di surga memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan kita. Kita mungkin mempercayai Allah sebagai Bapa. Tapi apakah kita pernah mengalaminya sebagai Bapa kita? Karena ada orang Kristen katanya'. Mereka dalah orang-orang Kristen yang tidak pernah melihat atau mengalami Allah sebagai Bapa. Karena itu ada orang yang percaya kepada Tuhan tapi mereka tidak bisa mempercayakan diri. Karena mereka cuma percaya di pikiran saja. Untuk percaya di dalam hati, kita harus mengalami Tuhan dan memiliki pengalaman dengan Tuhan. Kalau kita sudah memiliki itu, barulah kita bisa masuk pada langkah yang kedua yaitu mengasihi Allah dan akhirnya melayani Dia. Setelah keluar dari Mesir (oleh penyembelihan domba Paskah), Tuhan memerintahkan Musa membawa bangsa Isrsael berbalik kembali dan berkemah di depan Pi-Hariot, antara Migdol dan laut; sepertinya tersesat. Sebenarnya ada rencana Allah di dalamnya untuk menyatakan kuasa-Nya agar bangsa Mesir dapat mengenal Allahnya bangsa Israel. Jadi, dalam setiap masalah, sebenarnya ada maksud Tuhan untuk kita semakin meningkat mengenal pribadi-Nya, mengalami kuasa-Nya dan mengerti akan kehendak-Nya. Bukankah Allah turut campur tangan dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Tuhan (Roma 8:28). C. Pergumulan-pergumulan yang membuat saya sulit bertumbuh di dalam Tuhan

Saat ini kita hanya memperhatikan satu bagian saja, yaitu proses pertumbuhan rohani kita seperti bayi yang memerlukan ASI (Air Susu Ibu). Dunia medis sangat menyarankan agar bayi sedapatdapatnya mendapat ASI dari ibunya, karena ASI dapat memberi perlindungan terhadap penyakit, dan secara psikologis membawa bayi tersebut lebih dekat ibunya dan masih banyak manfaat lainya. Di atas tadi kita sudah membaca: Jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan. (1 Petrus 2:2). Tubuh rohani kita pasti bertumbuh sehat apabila kita hanya mengkonsumsi ASI rohani yaitu firman Allah yang murni yang datang dari sorga! Namun tidak jarang pertumbuhan bayi-bayi terlihat tidak sehat bahkan cenderung merosot dan mengancam hidupnya! Setelah diteliti oleh dokter ahli, ternyata ada virus-virus tertentu yang sudah merusak jaringan-jaringan dalam tubuh bayi tersebut.

Apa ada virus-virus rohani yang menghambat bahkan merusak pertumbuhan hidup rohani kita? Ada! Mengapa? Karena ketidak-waspadaan kita, setelah kita lahir baru, virus-virus busuk itu masih bercokol dalam hidup kita yang membuat pertumbuhan tubuh rohani kita terhambat, tidak sehat bahkan cenderung mengalami kematian rohani! Firman Allah menasihatkan kita, hal-hal yang dapat menghambat pertumbuhan rohani kita, harus segera dibuang agar kita dapat tumbuh dan tetap sehat. Inilah virus-virus yang harus dibuang dari dalam tubuh rohani kita: Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. (1 Petrus 1:1)

D. Firman Tuhan yang mendorong saya untuk mengatasi segala beban dan pergumulan yang saya hadapi Hanya Ada Satu Allah Yang Benar Ulangan 6:4b, 5 TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Yesaya 45:18 Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit,-Dialah Allah-yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya,-dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami-: Akulah: TUHAN dan tidak ada yang lain. Yesaya 43:10, 11 Kamu inilah saksi-saksiKu, demikianlah firman TUHAN,...supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu. I Raja-Raja 8:60 Supaya segala bangsa di bumi tahu, bahwa TUHANlah Allah, dan tidak ada yang lain. Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Yesaya 45:22 Allah Itu Pengasih Dan Penuh Rahmat Mazmur 103:8, 11 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia. Mazmur 103:17a, 18 Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selamalamanya atas orang-orang yang takutakan Dia, dan... bagi orangorang yang berpegang pada perjanjianNya dan yang ingat untuk melakukan titahNya. Mikha 7:18 Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran. . . melainkan berkenan kepada kasih setia? Ratapan 3:22, 32 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmatNya. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya. Mazmur 18:26a Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia. I Tawarikh 16:34 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. Orang Yang Mengenal Allah Harus Hidup Kudus Yakobus 2:19, 20. Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui

sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? I Yohanes 3:10. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya. Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihiNya. Amsal 15:9.Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Ibrani 12:14 I Petrus 1:15. Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu. Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Amos 5:14. Allah Mengasihi Saya Yeremia 31:3 Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu. Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Maleakhi 1:2a Aku mengasihi kamu, firman TUHAN. Mazmur 103:13 Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. I Yohanes 4:16a, 19 Zefanya 3:17. TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasihNya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan soraksorai. Hal Terbesar Dalam Hidup ini Adalah Mengenal Allah Tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak. Daniel 11:32b. Yeremia 9:24 Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN. Mazmur 119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatanNya, yang mencari Dia dengan segenap hati.Ulangan 30:19b, 20a Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suaraNya dan berpaut padaNya, sebab hal itu berarti hidupmu. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Mazmur 42:2 Lalu Ia berfirman: Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepa damu. Keluaran 33:14. Hidup Tanpa Mengenal Allah Adalah Binasa II Tawarikh 15:2b TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana kamu mencariNya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkanNya, kamu akan ditinggalkanNya. II Petrus 2:9. Maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman. Amsal 16:25. Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut. Yeremia 17:9. Betapa liciknya

hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? I Samuel 12:15a Tetapi jika kamu tidak mendengarkan firman TUHAN dan kamu menentang titah TUHAN, maka tangan TUHAN akan melawan kamu dan melawan rajamu. Yohanes 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Untuk Mengenal Allah Kita Harus MencariNya Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati. Yeremia 29:13. Jikalau engkau mencarinya seperti...harta terpendam, maka engkau akan...mendapat pengenalan akan Allah. Amsal 2:4, 5. Matius 7:7. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Ibrani 11:6. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku. Amsal 8:17. Ratapan 3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia. Kisah Para Rasul 17:26a, 27 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa...supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Allah Menghendaki Orang Datang KepadaNya Sebab TUHAN, Allahmu, pengasih dan penyayang: Ia tidak akan memalingkan wajahNya dari pada kamu, bilamana kamu kembali kepadaNya! II Tawarikh 30:9b Mazmur 86:5 Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepadaMu. Yakobus 4:8a. Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Mazmur 145:18 TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepadaNya, pada setiap orang yang berseru kepadaNya dalam kesetiaan. Yesaya 1:18a. Marilah, baiklah kita beperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju. Matius 11:28, 29. Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Yohanes 6:37b. Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang. Allah Itu Kudus Keluaran 15:11a. Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; mulia karena kekudusanMu...? I Samuel 2:2a. Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau.Ayub 34:10b.Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan, dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang. Yesaya 6:3b. Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya! Yesaya 57:15a. Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus namaNya: Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus. Mazmur 145:17. TUHAN itu adil dalam segala jalanNya dan penuh kasih setia da-lam segala perbuatanNya. Markus 10:18b. Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan namaMu? Sebab Engkau saja yang kudus. Wahyu 15:4a.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari perbuatan dosa, baik itu dosa perbuatan maupun dosa pikiran yang sering kita lakukan. Sehingga, kita kadang-kadang menjadi jauh dan sangat jauh dari apa yang seharusnya tidak kita lakukan dimana kita sulit bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Oleh karena itu, mengenal akan kebesaran Allah yang telah mengasihi kita dan kita mau belajar akan firman Tuhan, maka apapun yang kita hadapi akan merasa ringan, teratasi dan lain sebagainya oleh karena adanya campur tangan dari ALLAH sebagai Bapa yang tidak pernah lupa akan anak-anak-Nya yang mau mengenal dan belajar untuk mrngasihi-Nya. B. Saran Hendaklah dalam setiap kehidupan yang kita jalani di dunia ini, kita harus menyerahkan sepenuhnya kepada ALLAH. Sebab ALLAH tidak pernah meninggalkan kita dan selalu mengasihi kita seperti pada firman yang berbunyi karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Dia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Oleh karena itu, apapun yang kita jalani di dalam kehidupan ini, taruhkanlah semua itu dalam Kasih Allah dan percaya bahwa hanya melalui Allah kita beroleh keselamatan lewat pengorbanan Yesus Kristus di Kayu Salib. Amin. DAFTAR PUSTAKA Lembaga Alkitap Indonesia. 2006. ALKITAB. Jakarta http://www.wmpress.org/hkg_text/indonesian.htm Pdt. Paulus Budiono. Apakah Pertumbuhan Rohani Anda Sehat. Minggu, 21 Januari 2007 FTJ BLOG - Kliping informasi untuk semua http://catatan.blogspot.com Wednesday, May 16, 2007 http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Opini http://jeffreysiauw.blogspot.com/ www.pancarananugerah.orgRPP IPS KELAS V03 Mei 2009 11:13RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN Lidah Wetan II Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosia Kelas/Semester : V/I

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)

1. Standar Kompetensi: Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. 2. Kompetensi Dasar: Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia 3. Indikator: a. Mengidentifikasi peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. b. Menjelaskan pentingnya peniggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam yang ada di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran: a. Melalui diskusi, siswa dapat mengindetifikasi peniggalan-peniggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dengan baik. b. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan pentingnya peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Indonesia dengan baik. 5. Materi Pembelajaran: Peninggalan Sejarah Hindu-Budha dan Islam 6. Model dan Metode Pembelajaran: a. Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw b. Metode Pembelajaran: Ceramah Tanya jawab Diskusi Penugasan

7. Langkah-Langkah Pembelajaran: a. Kegiatan Awal Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.

Guru memberi motivasi kepada siswa dengan bertanya Siapa yang pernah melihat atau mendengar Candi Borobudur ? Tanya jawab tentang pertanyaan yang diberikan guru. b. Kegiatan Inti Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan atau menyajikan informasi yang akan di bahas. Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok secara heterogen (6 kelompok) Guru membagikan materi kepada masing-masing kelompok dan setiap anggota kelompok mebaca bagian yang telah ditugasakan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya (materi setip kelompok sama). Guru membagi siswa ke dalam kelompok ahli yaitu: o Ahli 1 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang kerajaan Hindu di Indonesia o Ahli 2 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang peninggalan sejarah Hindu di Indonesia. o Ahli 3 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang kerajaan majapahit dan peranan gajah mada dalam mempersatukan Nusantara. o Ahli 4 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang kerajaan dan peniggalan Agama Budha di Indonesia o Ahli 5 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang peninggalan sejarah bercorak Islam di Indonesia. o Ahli 6 adalah anggota dari masing-masing kelompok yang ditugaskan membaca dan mempelajari tentang kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Guru berkeliling untuk membimbing dan menilai siswa dalam bekerja kelompok dalam tim ahlinya masing-masing dan bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapai dalam bekerja. Setelah selesai diskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan kepada masing teman-teman kelompok asal mereka mengenai materi yang telah dibahas dalam kelompok asli secara bergiliran dengan keahlian yang didapat. c. Kegiatan Akhir Guru melakukan test hasil berupa kuis kepada siswa (secara individu). Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa. Memberi PR (KTL : Rencana Tindak Lanjut)

8. Alat dan Sumber a. Alat : Materi yang dibagikan kepada siswa (teks bacaan) b. Sumber : Susilaningsih, Endang dan Limbong, Linda S, 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 5. Jakarta:DEPDIKNAS 9. Evaluasi: a. Hasil: Butir soal : (kuis) 1. Kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia adalah ? 2. sebutkan candi peninggalan Agama Hindu ! 3. Tiga Dewa dalam ajaran Hindu disebut ? 4. Sebtukan Kitab peninggalan Hindu yang terkenal ! 5. Siapakah pendiri kerajaan majapahit ? 6. Sebutkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Budha ! 7. Diamankah Arca Sang Budha Gautama pertama kali di temukan ? 8. Pada masa pemerintahan siapakah Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan ? 9. Siapakah pendiri Kerajaan Demak ? 10. Candi Borobudur dibangun pada abab ke berapa ? 11. sebutkan peninggalan-peniggalan sejarah yang bercorak Islam ? 12. Sultan Ibrahim adalah pendiri kerajaan apa ? 13. Pembangunan Masjid Agung Demak dipimpin oleh Sunan ? 14. Masjid Katangga merupakan peniggalan Islam dari kerajaan ? 15. Siapakah Patih yang terkenal dengan Sumpah Palapa ?

b. Proses: Contoh format penilain proses

No Nama siswa Aspek yang dinilai Nilai akhir

Keaktifan Kerja sama Ketepatan Ketelitian 1A88888 2 B 7 8 7 7 7,2 3C77777 4 Dst - - - - -

10. KTL (Kegiatan Tindak Lanjut) Buatlah Peta Konsep mengenai peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia ! Surabaya,.April 2009 Guru Kelas V

Luisanto K. Djawa NIP:061644008MPMBS03 Mei 2009 11:09JUDUL ARTIKEL :Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) BIDANG ILMU: Pendidikan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak menagalami peningkatan secara marata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga

ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya, dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Faktor kedua, penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi birokrasi diatasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan pranserta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, pada hal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral dan barag/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksnanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholdir). Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan orientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan Pengertian, karakteristik, tujuan dan alasan-alasan MPMBS ? b. Apa saja fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke Sekolah ? c. Bagaimana konsep dasar MPMBS ? d. Bagaiamana pelaksanaan MPMBS ? Tujuan Penelitian e. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik, tujuan dan alasan-alasan MPMBS f. Untuk mengetahui fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah g. Untuk mengetahui konsep dasar dari MPMBS

h. Untuk mengetahui pelaksanaan MPMBS

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku (Catatan : MPMBS tidak dubenarkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku). Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja, lebih berdaya dalam mengembangkan dalam mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya, sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal. Demikian juga dengan partisipasi/ pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah, maka rasa memiliki mereka terhadap selolah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung jawab, dan peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah. Inilah esensi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam pendidikan. Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibelitas pengelolaan sumberdaya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaran sekolah tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan peundang-undangan yang berlaku. 2. Karakteristik MPMBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MPMBS, maka sejumlah karakteristik MPMBS berikut perlu dimiliki. Berbicara karakteristik MPMBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS merupakan wadah/kerangka, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses dan output, antara lain: Output yang diharapkan Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus

yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Proses Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut : Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi Kepemimpinan Sekolah yang Kuat Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib Pegelolaan Tenaga Kependidikan yang efektif Sekolah memiliki Budaya Mutu Sekolah memiliki Teamwork yang kompak, Cerdas, dan Dinamis Sekolah memiliki Kewenangan (kemandirian) Partisipasi yang Tinggi dari Warga dan Masyarakat Sekolah memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen Sekolah memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan pisik) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan. Sekolah Responsi dan antisipatif terhadap Kebutuhan Memiliki Komunikasi yang baik Sekolah memiliki Akuntabilitas Sekolah memiliki Kemampuan Manajemen Sustainabilitas Input Pendidikan

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik input pendidikan, sebagai berikut : Memiliki Kebijakan, Tujuan dan Sasaran Mutu yang jelas Sumberdaya Tersedia dan Siap Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi Memiliki Harapan Prestasi yang tinggi Fokus pada Pelanggan (khususnya Siswa) Input manajemen 3. Tujuan a. MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. b. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. c. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. d. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. 4. Alasan Diterapkannya MPMBS MPMBS diterapkan karena beberapa alasan berikut :

Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. Dengan pemberian fleksibelitas/keluesan-keluesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya. Khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat, dan Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat. 5. Fungsi-fungsi yang Didesentralisasikan ke Sekolah Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah) tahun 1999 beserta sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) sebagai pedoman pelaksanan terutama PP. No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah, Propinsi dan Kabupaten/Kota, harus digunakan sebagai referensi /patokan. Dengan demikian , pendesentralisasian fungsi-fungsi pendidikan tidak akan merubah peraturan perundang-undangan yang ada. Namun demikian, sampai saat ini belum ada resep yang pasti tentang hal ini, karena seperti kita ketahui, otonomi pendidikan sedang bergulir dan sedang mencari formatnya, sehingga secara peraturan perundang-undangan (legal aspect) belum dimiliki, tugas dan fungsi sekolah dalam era otonomi saat ini. Sementara. Menunggu legal aspect yang akan diberlakukan kelak, fungsi-fungsi sekolah yang semula dikerjakan oleh Pemerintah Pusat/Dinas Pendidikan Propinsi /Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, sebagian dari fungsi dapat dilakukan oleh sekolah secara professional. Artinya, suatu fungsi tidak dapat dilimpahkan sepenuhnya ke sekolah, sebagian masih merupakan porsi kewenangan Pemerintah Pusat, sebagian porsi kewenangan Dinas Propinsi, sebagian porsi kewenangan Dinas Kabupaten/Kota, dan sebagian porsi lainnya yang

dilimpahkan ke sekolah. Adapun fungsi-fungsi yang sebagian porsinya dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS ini meliputi: (1) proses belajar menagajar, (2) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa, (8) hubungan sekolahmasyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah. 6. Konsep Dasar MPMBS MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Karena itu, esensi MPMBS = otonomi + fleksibelitas + partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemadirianm, yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemadirian sekolah. Pada gilirannya, kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah (sustainabilitas). Istilah otonomi juga sama dengan istilah swa, misalnya swasembada, swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan sendiri beradasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumberdaya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri. Flesibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumberdaya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu sekolah, maka sekolah akan lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari atasan untuk mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumberdaya. Dengan cara ini, sekolah akan lebih responsif dan lebih cepat dalam menanggapi segala tantangan yang dihadapi. Namun demikian, keluwesan- keluwesan yang dimaksud harus tetap dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang- undangan yang ada. Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dsb) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam penyelenggaraan pendidikan, maka yang bersangkutan akan mempunyai rasa memiliki terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memilik, makin bsar pula

rasa tanggung jawab; dan makin besar rasatanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam penyelenggaraan sekolah harus mempertimbangka keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Kerjasama yang dimaksud adalah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan /kolektif untuk meningkatkan mutu sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukan oleh hubungan antar warga sekolah yang erat, hubungan sekolah dan masyarakat erat, dan adanya kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil kolektif teamwork yang kuat dan cerdas. Akuntabilitas sekolah adalah pertanggung jawaban sekolah kepada warga sekolahnya, masyarakat dan pemerintah melalui pelaporan dan pertemuan yang dilakukan secara terbuka. Sedangkan demokrasi pendidikan adalah kebebasan yang terlembagakan melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai perbedaan , hak azazi manusia serta kewajiban dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pengertian diatas, maka sekolah memiliki kewengan (kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu), memiliki fleksibelitas pengelolaan sumberdaya sekolah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari kelompok yang berkepentingan dengan sekolah. Dengan kepemilikan ketiga hal ini, maka sekolah akan merupakan unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas pendidikan Kabupaten/ Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional) akan merupakan unit pendukung dan pelayanan sekolah dalam pengelolaan peningkatan mutu berbasis sekolah. 7. Pelaksanaan MPMBS a. Tahap-tahap Pelaksanaan Melakukan Sosialisasi Dalam melakukan sosialisasi MPMBS, yang penting dilakukan oleh kepala sekolah adalah membaca dan membentuk budaya MPMBS di sekolah masing-masing Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Sekolah Sekolah yang melaksanakan MPMBS harus membuat rencana pengembangan sekolah. Rencana pengembangan sekolah pada umumnya mencakup perumusan visi, misi, tujuan sekolah dan strategi pelaksanaannya. Sedangkan rencana kerja tahunan sekolah pada umumnya meliputi pengindentifikasian sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah), pemilihan fungsi-fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah diidentifikasi, analisis SWOT, langkah-langkah pemecahan persoalan, dan penyusunan rencana dan program kerja tahunan sekolah. Berikut diuraikan secara singkat mengenai perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah). Merumuskan Sasaran

Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah sasaran/tujuan situasional yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi) bagi perumusan sasaran sekolah. Sasaran sebaiknya hanya untuk waktu yang relatif pendek, misalnya untuk satu tahun ajaran. Dengan demikian sasaran (misalnya untuk 1 tahun) pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencapai tujuan jangka menegah (misalnya untuk jangka 3 tahun). Mengindentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran. Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah menindentifikasi fungs-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas. Melakukan Analisis SWOT Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity, and Threat) Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu Rencana yang dimaksud harus juga memuat rencana anggaran biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk merealisasikan rencana sekolah. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan keterikatan-keterikatan birokrastis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan pendidikan. Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanan program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Merumuskan Sasaran Mutu Baru PENUTUP 8. Kesimpulan Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Dalam kenyataan, manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaran pendidikan dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). MPMBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, humas dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasrakan kebijakan pendidikan nasional. Oleh karena itu, MPMBS sangat berguna dan bermanfaat bagi sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengelolaan kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan keuangan, pelayanan siswa, humas dan pengelolaan iklim sekolah. 9. Saran Pergeseran pendekatan manajemen ini jelas memerlukan penyesuaian-penyesuaian, baik secara teknis maupun kultural. Penyesuaian secara teknis dapat dilakukan melalui penataran, lokakaerya, seminar, dan diskusi tentang MPMBS. Sedangkan penyesuaian secara kultural, dapat dilakukan melalui manajemen pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai terbentuk karakter MPMBS kepada semua warga sekolah sehingga kebijakan pendidikan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan bangsa bisa tercapai. DAFTAR PUSTAKA http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/mpmbs-dan-ktsp/ http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs1.html

Akhmad Sudrajat, 2006. Konsep Manajemen. WORDPRESS: Kuningan

Sugiono, H dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. UNESA PRESS : Surabaya.MAKALAH INOVATIF15 Desember 2008 19:07 KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis membahas Model-Model Pembelajaran Inovatif pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, suatu permasalahan yang selalu dialami oleh guru dalam melakukan proses belajar mengajar di sekolah dasar khsusnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah proses pembelajaran di SD khususnya pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yang sangat diperlukan guru dalam suatu harapan mendapatkan hasil belajar siswa serta prestasi belajar siswa dapat tercapai sehingga mutu pendidikan khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Demikian makalah ini penulis paparkan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, belumlah sampai pada tahap kesempurnaannya. Oleh karena itu, kritik, saran serta masukan yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapakan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Surabaya,..November 2008 Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi SD ? 2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi SD ? C. Tujuan 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi SD. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi SD D. Manfaat Untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat membantu guru dalam merancang model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia serta menambah pengetahuan guru dalam memilih metode pembelajaran. BAB II

PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran Inovatif 1. Model Examples Non Examples Langkah-langkah : 1. Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 7. Kesimpulan 2. Picture And Picture Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Menyajikan materi sebagai pengantar 3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis 5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7. Kesimpulan/rangkuman 3. Numbered Heads Together Langkah-langkah : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain 6. Kesimpulan 4. Cooperative Script Langkah-langkah : 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas. 6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru 7. Penutup 5. Kepala Bernomor Struktur Langkah-langkah : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya 3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka 4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain 5. Kesimpulan

6. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995) Langkah-langkah : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 5. Memberi evaluasi 6. Kesimpulan 7. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978) Langkah-langkah : 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi 8. Penutup 8. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah : 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 9. Artikulasi Langkah-langkah : 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa 3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang 4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 7. Kesimpulan/penutup 10. Mind Mapping Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

11. Make - A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) Langkah-langkah : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/penutup

12. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985) Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan 7. Penutup 13. Debat Langkah-langkah :

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra 2. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas 3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. 4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi 5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap 6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai. Yang menjadi acuan bagi penulis untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta prestasi belajar siswa, maka penulis mengambil salah satu model pembelajaran inovatif yaitu: model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa indonesia. B. Pembelajaran Cooperative Learning Sintaks pembelajaran koperatif adalah 1.Informasi 2.Pengarahan-strategi 3.Membentuk kelompok heterogen 4.Kerja kelompok 5.Presentasi hasil kelompok 6.pelaporan. 7.Penghargaan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : 1. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. 3. Tatap muka Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. 4. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan

proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif C. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: 1. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. D. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut : 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa

diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli.

an presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. tuk siswa secara individual. ompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. di beberapa bagian materi pembelajaran. jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning. 2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning. 4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. 5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. 2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen. 3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning. 4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber. 5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Cooperative Learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran Cooperative Learning. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran Cooperative Learning ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran Cooperative Learning terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. B. Saran Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Bambang Sudibyo. 2008. Materi Road Show Dewan Pendidikan Bersama Tim Wajar Dikdas Kabupaten Kuningan. Kuningan : Dewan Pendidikan Kabupaten Kuningan. Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Andira. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Trianto . 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Surabaya: Prestasi PustakaPANDUAN LKS IPA11 Desember 2008 23:23 Satuan pendidikan: Sekolah Dasar Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : IV/II Standar Kompetensi : Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkiungan sekitar serta sifat-sifatnya. Indikator : 1. Mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar 2. Menyebutkan sifat-sifat energi bunyi 3. Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang Tujuan Pembelajaran : Dengan memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat: 1. Mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar 2. Menyebutkan sifat-sifat energi bunyi 3. Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang Materi Pokok : Perambatan bunyi Lembaran Kerja Siswa (LKS) Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang Masalah Apakah gelombang bunyi dapat juga merambat melelui benang? o Ya, gelombang bunyi dapat merambat melalui benang karena, benang merupakan salah satu jenis benda padat. Alat dan bahan Empat buah kaleng,

Satu buah paku, Dua helai benang katoon ( 8 meter), dan Lilin. Langkah kegiatan Lubangi bagian bawah kaleng (ditengah-tengah), dengan menggunakan paku, Masukkan tiap ujung benang, melalui masing-masing lubang, Simpul kedua ujung benang agar tidak terlepas, Minta dua orang siswa untuk memegang kedua ujung benang, dengan kaleng itu, Renggangkan (kendorkan) benang, Cobalah berbicara melaui kaleng itu, sementara siswa yang satu mendengarkan (lakukan secara bergantian), Regangkan (dikencangkan) benang, Cobalah berbicara, apakah suara teman yang berbicara diujung lain dapat didengarkan? Tabel Data Pengamatan

No Percobaan Gejala yang timbul Dengar Tidak dengar 1 Benang direnggangkan (dikendorkan) 2 Benang diregangkan (dikencangkan) 3 Benang digosok dengan lilin 4 Benang dililit pada kayu (ditengah-tengah) 5 Benang dijepit dengan jari (ditengah-tengah) 6 Party Calling Analisis Data Dari percobaan diatas, maka pada percobaan keberapakah, gelombang suara dapat didengar melalui benang, dan pada percobaan keberapakah, gelombang suara tidak dapat didengar melalui benang? o Dapat didengar, pada percobaan 2, 3, 4 dan 6

o Tidak dapat didengar, pada percobaan 1 dan 5 Kesimpulan Mengapa pada benang yang direnggangkan (dikendorkan), kita tidak dapat mendengar suara? Sedangkan pada benang yang diregangkan (dikencangkan), kita dapat mendengar suara? o Karena tidak ada gelombang suara, dari sumber suara, yang dihantarkan melalui aliran suara (benang), kepenerima suara (pendengar). o Karena semakin kencang benang, maka gelombang suara, dari sumber suara, yang dihantarkan melalui aliran suara (benang), kepenerima suara (pendengar) akan semakin jelas. Perluasan Mengapa pada telepon genggam, tidak menggunakan benang untuk menghantarkan gelombang suara? o Karena telepon genggam merupakan, gelombang elektromagnetik yang dihantarkan melalui udara.LKS IPA11 Desember 2008 23:16 Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : IV/II Standar Kompetensi : Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkiungan sekitar serta sifat-sifatnya. Indikator : 1. Mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar 2. Menyebutkan sifat-sifat energi bunyi 3. Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang Tujuan Pembelajaran : Dengan memperhatikan penjelasan guru, siswa dapat: 1. Mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar 2. Menyebutkan sifat-sifat energi bunyi 3. Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang

Materi Pokok : Perambatan bunyi Lembaran Kerja Siswa (LKS) Membuat karya atau alat sederhana berupa telepon benang

Masalah Apakah gelombang bunyi dapat juga merambat melelui benang?

Alat dan bahan Empat buah kaleng, Satu buah paku, Dua helai benang katoon ( 8 meter), dan Lilin. Langkah kegiatan Lubangi bagian bawah kaleng (ditengah-tengah), dengan menggunakan paku, Masukkan tiap ujung benang, melalui masing-masing lubang, Simpul kedua ujung benang agar tidak terlepas, Minta dua orang siswa untuk memegang kedua ujung benang, dengan kaleng itu, Renggangkan (kendorkan) benang, Cobalah berbicara melaui kaleng itu, sementara siswa yang satu mendengarkan (lakukan secara bergantian), Regangkan (dikencangkan) benang, Cobalah berbicara, apakah suara teman yang berbicara diujung lain dapat didengarkan? Tabel Data Pengamatan No Percobaan Gejala yang timbul Dengar Tidak dengar 1 Benang direnggangkan (dikendorkan)

2 Benang diregangkan (dikencangkan) 3 Benang digosok dengan lilin 4 Benang dililit pada kayu (ditengah-tengah) 5 Benang dijepit dengan jari (ditengah-tengah) 6 Party Calling Analisis Data Dari percobaan diatas, maka pada percobaan keberapakah, gelombang suara dapat didengar melalui benang, dan pada percobaan keberapakah, gelombang suara tidak dapat didengar melalui benang? Kesimpulan Mengapa pada benang yang direnggangkan (dikendorkan), kita tidak dapat mendengar suara? Sedangkan pada benang yang diregangkan (dikencangkan), kita dapat mendengar suara? Perluasan Mengapa pada telepon genggam, tidak menggunakan benang untuk menghantarkan gelombang suara?RPP IPA11 Desember 2008 23:10 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waku I.

: SD Negeri Lidah Wetan II : IPA : V/1 : 2 x 35 menit

Standar Kompetensi

Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri di lingkungannya. II. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup. III. Indikator 1. Menjelaskan cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan, untuk memperoleh makanan.

2. Menjelaskan cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk melindungi diri dari musuhnya. 3. Menemukan contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan. 4. Mengidentifikasi contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk melindungi diri dari musuhnya. IV. Tujuan pembelajaran Melalui pengamatan, siswa dapat: 1. Menjelaskan cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan, untuk memperoleh makanan.

2. Menjelaskan cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk melindungi diri dari musuhnya. Melalui diskusi, siswa dapat: 3. Menemukan contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan. 4. Mengidentifikasi contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk melindungi diri dari musuhnya. V. Materi pembelajaran

Penyesuaian Diri Makhluk Hidup Penyesuain diri makhluk disebut juga dengan adaptasi. Setiap hewan memiliki adaptasi yang berbeda-beda. Contohnya: penyesuaian diri ikan hiu dan katak berbeda-beda dalam mencari/mendapatkan makanan. Untuk mendapatkan makanan, ikan hiu memiliki gigi yang kuat dan tajam seperti pisau silet. Sedangkan katak memiliki lidah yang panjang yang digunakan untuk menangkap mangsa. Untuk melindungi diri dari musuhnya katak menggunakan kaki belakang yang panjang dan kuat untuk meloncat menghindari musuh serta memiliki kulit berkelenjar racun dan mengeluarkan bau tidak enak. Selain menyesuaikan diri dengan lingkungan, hewan juga meliki cara untuk melindungi diri dari musuhnya. Cara melindungi diri dari musuh juga berbeda-beda antara hewan yang satu dengan yang lainnya. Contohnya: cicak dan cacing. Cara cicak melindungi diri adalah dengan memutuskan ekor untuk mengalihkan perhatian musuhnya. Sementara cara cacing melindungi diri adalah menelungkup dan membuang kotoran dari perutnya. Demikian juga hewan lainnya pada umumnya, memiliki cara tersendiri untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuhnya. Berbeda dari hewan lainnya, cara ikan menyesuaikan diri untuk melindungi diri dari musuhnya ialah dengan mengkeruhkan air dan menggunakan sirip untuk meluncur di atas permukaan air. VI. Model dan metode pebelajaran 1. Model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW

2. a. b. c.

Metode yang digunakan: Diskusi Demonstrasi Penugasan

VII. Langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal Presensi Apersepsi (permainan)

o Langkah-langkah permainan: Siapkan kertas karton putih satu lembar Siapkan guntingan kertas warna yang jumlahnya sama banyak. Suruh beberapa anak untuk mengambil semua warna satu per satu dengan menggunakan dua jari. Berikan durasi waktu lima menit. Hitung semua kertas warna yang diambil sesuai dengan warnanya. Pertanyaan: mengapa warna putih paling sedikit diambil? Karena warna dasar pada lingkungan asli adalah putih yaitu karton sehingga potongan kertas warna putih tidak mudah dilihat. 2. Kegiatan inti

Guru mengorganisasikan siswa kedalam bentuk kelompok yang bersifat heterogen (tiap kelompok 5 orang) Guru membagikan teks materi pembelajaran yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab. Guru membagi siswa ke dalam kelompok ahli dengan topik/sub bab masing-masing, yaitu:

o Ahli 1 (ikan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh). o Ahli 2 (cicak menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh). o Ahli 3 (cacing menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh). o Ahli 4 (katak menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh).

o Ahli 5 (kadal menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh). Siswa diskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing.

Setalah diskusi dengan kelompok ahli selesai, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara bergiliran materi yang dikuasainya kepada teman-teman di kelompok asal. 3. Tiap-tiap tim ahli secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan akhir

Guru memberikan pin sebagai penghargaan kepada tiap kelompok ahli yang dapat menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas.

o Kesimpulan materi pembelajaran setiap makhluk hidup khususnya hewan mempunyai cara penyesuaian diri yang berbede-beda untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuh. Guru memberikan evaluasi (penilaian hasil) Guru memberikan PR

o Identifikasilah cara penyesuaian diri hewan untuk mendapatkan makanan dan melindungi diri dari musuhnya yang berada di lingkungan sekitar rumah mu (hewan peliharaan, masing-masing 2 jenis hewan)! o Bedakanlah cara penyesuaian diri hewan untuk mendapatkan makanan dan melindungi diri dari musuhnya yang berada di lingkungan sekitar rumahmu (hewan peliharaan, masing-masing 2 jenis hewan)! VIII. Alat dan sumber belajar:

Sarjan, dkk. 2004. Sains 5. Klaten: Sahabat. Media konkrit berupa hewan yang di observasi siswa. IX. Evaluasi : 1. Penilaian proses

Lembar Penilaian Diskusi Mata Pelajaran Kelas/semester : IPA : V/1

Materi Pokok : penyesuaian diri hewan No Nama Siswa

Aspek yang dinilai Skor Ket Keaktifan Kerjasama Tanggung jawab Ketepatan menjawab 1 2 3 4 Keterangan : 1. 2. 3. 4. Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Lembar Penilaian Observasi Mata Pelajaran Kelas/semester : IPA : V/1

Materi Pokok : penyesuaian diri hewan No Nama siswa Aspek yag dinilai skor ket Teliti Tepat Kerja sama Objektif Menggunakan indera Catatan observasi 1 2 3 4

Keterangan : 1. 2. 3. 4. 2. Kurang Cukup Baik Sangat Baik Penilaian Hasil

Butir soal: 1) a. b. c. d. Penyesuaian diri makhluk hidup dapat disebut sebagai. Bernapas Berkembang biak Adaptasi Bertelur

2) Dibawah ini adalah cara-cara katak menyesuaikan diri untuk mendapatkan makanan, kecuali....... a. b. c. d. Memliki lidah yang menempel pada bagian depan mulutnya. Menangkap mangsa dengan menggunakan mulut atau belitan tubuh. Lidahnya memiliki ujung yang bergetah perekat. Panjang lidah 5-7 cm.

3) Hewan apa yang benapas dengan insang, jika ada musuh, dia mengeruhkan air untuk menghindari diri dari bahaya musuh. a. b. c. d. 4) a. b. c. Ikan Cacing Katak Cicak Mengapa warna kulit kadal selalu berubah sesuai dengan tempat dia berada ? Untuk mencari makanan Melindungi diri dari musuh Berkembang biak

d. 5) a. b. c. d. 6) a. b. c. d.

Membuat sarang Di bawah ini adalah cara-cara katak untuk melindungi diri dari musuhnya , kecuali....... Memiliki kulit berkelenjer racun Kaki yang panjang untuk melompat Mengeluarkan racun atau bauh yang tidak enak Memiliki kulit sisik bertanduk yang sangat keras pada punggung dan perut Bagaimana cara cicak untuk melindungi dirinya dari musuh? Memutuskan kakinya Memutuskan tangannya Memutuskan ekornya Memutuskan kepalanya

Kunci jawaban: 1) 2) 3) 4) 5) 6) C B A B D C Surabaya, 13 November 2008 Guru Kelas V Luisanto K. Djawa NIP. 987 654 321

Mengetahui Kepala Sekolah Joni A. Higa Huki NIP. 123 456 789 TUGAS PENDIDIKAN IPA II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh:

Joni Anderias Higa Huki Ronald Paulus Lanus Luisanto K. Djawa Nere Setiawan Lede Marlin S. Bule Logo UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2008

Anda mungkin juga menyukai