Anda di halaman 1dari 62

0

Penerapan Model Pembelajaran Matematika Dengan


Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIII
Di SMP N 1 Panti.

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Penelitian




Oleh :

RIA RESTI FAUZI
2411.056


Dosen Pembimbing:
M. IMMAMUDDIN, M.Pd


PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
1



2013 M / 1434
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan belajar yang dimiiki manusia, merupakan bekal yang
sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, umat manusia telah
berkembang selama berabad-abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan
luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan yang
lebih tinggi.
Proses belajar adalah mengubah atau memperbaiki tingkah laku
melalui latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungannya. Dalam
tahap proses belajar yang diutamakan adalah kematangan tertentu dari
anak, karena bagaimanapun juga hasil yang dicapai akan memberikan
hasil yang memuaskan.
1

Adanya perubahan dalam pola prilaku yaitu terjadinya proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang menandakan
telah terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai
menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami.
Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf
tertentu, tidak menghilang lagi.

1
Dra. Lisnawaty Simanjuntak dkk, Metoda mengajar Matematika,(Jakarta: PT Rineka
Cipta,1993), h 2
2



Masing-masing manusia pun mengalami banyak perkembangan
diberbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini dimungkinkan karena
adanya kemampuan untuk belajar, yaitu mengalami perubahan-perubahan,
mulai dari saat lahir sampai mencapai umur tua.
2
Kemampuan belajar salah satunya dapat dipenuhi melalui
pendidikan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Berdasarkan kesadaran tentang peranan belajar dalam
perkembangan anak didik, masyarakat modern mendirikan lembaga-
lembaga yang secara khusus bertugas mengatur pengalaman pengalaman-
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga menunjang perkembangan
anak didik dan tidak menghambatnya. Lembaga itu biasanya disebut
dengan sekolah atau institusi pendidikan formal.
Sekolah merupakan tempat dimana siswa dididik, agar siswa dapat
belajar dengan baik, memiliki pengetahuan yang luas dan menjadi pribadi
yang baik serta memilki prilaku yang baik. Lingkungan sekolah
merupakan salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap prilaku yang
dimilki oleh individu, termasuk berpengaruh terhadap bagaimana individu
menilai dirinya.
Namun walau bagaimanapun corak dan bentuk program
pendidikan sekolah, semuanya berpusat pada aktivitas belajar siswa.

2
Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran , (Jajarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia,1996), h 1
3



Belajar inilah yang perlu direncanakan, dituntun dan dievaluasi hasilnya.
Maka, pendidikan disekolah mutlak perlu memahami, apa itu belajar ,
memaklumi faktor-faktor yang berperan didalam belajar, mengetahui ciri-
ciri khas mental belajar, memaklumi faktor-faktor yang berperan didalam
belajar, mengetahui cara-cara mengatur proses belajar dan menentukan
saranasarana yang menunjang proses belajar itu. Makin luas dan
mendalam pengetahuan pendidik di sekolah mengenai belajar , makin
besarlah harapan dia akan berhasil dalam menunaikan tugasnya sebagai
pendidik. Disamping itu, belajar disekolah bukan sembaran belajar.,
melainkan belajar yang bertujuan membentuk manusia yang mampu dan
rela berpartisipasi aktif dalam kehidupan bangsa.
3

Pada kenyataannya, pendidikan ini didukung oleh banyak cabang ilmu
pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
mempengaruhi berbagai segi kehidupan manusia, yang mana merupakan
suatu proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan.
Sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Mujadalah ayat 11, yaitu:
Og^4C 4g~-.- W-EONL4`-47
-O) 1g~ 7 W-OOOE> )
+)UEE^- W-O=O^
gE=O^4C +.- 7 W -O)4 1g~
W-+O=e- W-+O=e ;7O4C

3
Winkel, W.S,Psikologi Pengajaran, (Jajarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia,1996).h 2
4



+.- 4g~-.- W-ONL4`-47 7Lg`
4g~-.-4 W-O>q =Ug^-
eE_4OE1 _ +.-4 E)
4pOUEu> OO)lE= ^
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4

Ayat di atas menggambarkan bahwa, Allah SWT memerintahkan
orang-orang beriman untuk menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini berlaku juga
pada matematika yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Perlu
diketahui bahwa matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi
pelayannya.
5
Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang dalam
perkembangannya bergantung pada matematika. Dapat terlihat pada cabang-
cabang dari ilmu Fisika dan Kimia yang dikembangkan melalui konsep
kalkulus.

4
Departemen Agama RI, Al-Qur.an dan Terjemahnya, (Bandung : cv.Penerbit
Diponegoro, 2006), h. 434.
5
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,(Bandung: JICA
2001), h. 17
5



Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan manusia,
seharusnya metematika menjadi pelajaran yang diminati dan disenangi oleh
siswa. Karena belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan
harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to
live together.
6
Mengutip dari pernyataan ini, terlihat bahwa matematika itu
tidak hanya dipelajari untuk memperoleh pengetahuan saja, melainkan harus
dimanfaatkan untuk menunjang kemajuan dalam kehidupan.
Dalam dunia pendidikan Matematika dikenal mulai dari siswa taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena Matematika digunakan secara
luas dalam segala bidang kehidupan manusia, seperti dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran
matematika yang optimal agar siswa dapat menerima matematika dengan baik
dan benar. Matematika juga mampu meningkatkan untuk berpikir logis,
teratur dan sistematis. Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari
perannya dalam dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.
Kualitas pendidikan matematika mulai dari SD sampai dengan SMU
bahkan mungkin sampai Perguruan Tinggi belum terlalu bagus. Hasil-hasil
belajar yang diperlihatkan siswa dalam berbagai kesempatan menunjukan hal
itu. Mengingat akan peranan matematika yang sedemikian penting dan
bertitik tolak pada kenyataan yang ada di SLTP dan SMU hasil belajar masih
rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.

6
Erman Suherman, Strategi... h. 254
6



Berkaitan dengan hal itu, siswa tidak dapat disalahkan sepenuhnya
apabila nilai matematikanya rendah. Karena, mungkin saja faktor penyebab
rendahnya nilai matematika tidak saja dari siswa itu sendiri tetapi ada faktor-
faktor lain.
Sudah menjadi tanggung jawab bagi guru untuk membangkitkan
minat belajar siswa akan mata pelajaran matematika. Minat merupakan
tenaga penggerak dalam proses belajar. Minat yang besar menjadikan siswa
semangat dalam belajar dan sebaliknya minat yang rendah akan menyebabkan
siswa tidak semangat dalam belajar. Proses belajar mengajar akan
memberikan hasil yang baik bila guru mampu membangkitkan minat belajar
siswa.
Guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat siswa dan menarik perhatian siswa sehingga siswa
menyenangi pembelajaran matematika. Hal tersebut diharapkan dapat
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran matematika yang diinginkan,
yaitu:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efektif dan efisien.
7



2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari- hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
7

Demi tercapainya tujuan pembelajaran di atas banyak hal yang perlu
dilakukan. Salah satunya yaitu keterampilan seorang guru menciptakan
suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman dalam menerima
pelajaran yang diberikan. Sebagaimana dikatakan Surya (2005) yang dikutip
oleh Kunandar yakni guru yang profesional akan tercermin dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik
materi maupun metode.
8
Keterampilan yang dimiliki guru selama
pembelajaran berpengaruh kepada motivasi siswa yang akan mengikuti
pelajaran.
Namun sering ditemui bahwa, selama proses pembelajaran guru hanya
aktif menyampaikan pelajaran sementara siswa pasif menerima pelajaran.
Pembelajaran seperti ini akan berdampak buruk pada siswa, karena siswa
tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan proses berfikirnya dan
akhirnya hasil belajar siswa tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan maksimal
yang telah ditetapkan sebelumnya.
SMP Negeri 1 Panti merupakan salah satu institusi pendidikan yang
mengajarkan matematika sebagai salah satu pelajaran yang penting untuk
diberikan kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi penulis, pada tanggal

7
Erman Suherman, Strategi ... h. 56
8
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).h.47
8



23-24 Oktober 2013 pembelajaran matematika di sekolah ini menemui
berbagai macam permasalahan. Salah satunya masih rendahnya hasil belajar
matematika. Ini terlihat dari hasil ujian tengah semester (UTS) ganjil siswa
kelas VIII yang masih banyak di bawah KKM.


Tabel 1: Nilai ketuntasan ujian tengah semester ganjil siswa kelas
VIII SMP N 1 Panti 2012-2013
Kelas Jumlah siswa
% ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
VIII A 23 17,40% 82,60%
VIII B 22 9,10% 90,90%
VIII C 21 14,28% 85,72%
VIII D 22 27,27% 72,73%
Sumber: guru matematika SMP N 1 Panti
Pada tabel nilai di atas, terlihat bahwa hasil UTS siswa di sekolah
tersebut umumnya mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu
70. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Khairunnisa ,S.Pd
selaku guru mata pelajaran matematika di SMP N 1 Panti. Selama proses
pembelajaran matematika berlangsung, guru menggunakan pembelajaran
konvensional, yaitu ekspositori, ceramah dan tanya jawab.
Ibu Khairunnisa menuturkan bahwa, siswa kesulitan dalam memahami
konsep-konsep yang diajarkan, walaupun diberi penjelasan berkali-kali. Ada
9



siswa yang aktif selama pembelajaran namun banyak siswa yang cenderung
diam dan terlihat bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Begitu juga
pada saat membahas soal, siswa kesulitan menyelesaikan soal jika soal yang
diberikan bervariasi, dan butuh waktu yang lama bagi siswa dalam
menyelesaikan serta memahami penyelesaian soal tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa
orang siswa, mereka mengatakan bahwa matematika itu suatu pelajaran yang
sulit dipahami. Selain itu mereka juga mengatakan bahwa guru terlalu cepat
menerangkan materi pelajaran yang terkadang sulit untuk diikuti, sehingga
mereka merasa bosan selama belajar matematika. Rendahnya hasil belajar
siswa juga dipengaruhi oleh kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran
yang digunakan guru sehingga kurang menunjang kreatifitas guru dan metode
pembelajaran yang digunakan guru juga belum bervariasi.
Para ahli biasanya merumuskan: hasil belajar, secara relatif, bersifat
konstan dan berbekas. Dikatakan secara relatif karena ada kemungkinan sustu
hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru; ada
kemungkinan pula suatu hasil terlupakan.
Maka dalam upaya meningkatkan prestasi/hasil belajar matematika siswa
tersebut, guru dituntut untuk bisa memberi inovasi baru dalam mengajar
didunuia pendidikan. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
komunikasi antar siswa dalam diskusi kelompok belajar. Komunikasi
merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok.
10



Setiap kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses
terjadi melalui komunikasi. Eksistensi kelompok tergantung pada
komunikasi, pada pertukaran informasi dan meneruskan ( transmiting ) arti
komunikasi. Jadi dengan adanya kelompok, siswa dapat lebih leluasa untuk
berkomunikasi.
9

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, keberhasilan belajar seseorang
tidak lepas dari perhatian siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu pada
dasarnya perhatian dan motivasi belajar merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan seseorang. Dan dengan model pembelajaran yang
bagus siswa akan lebih termotivasi lagi sehingga memberi pengaruh positif
terhadap hasil belajarnya. Salah satunya yaitu dengan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul : Penerapan model pembelajaran dengan tutor sebaya
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI I I di SMP N 1 Panti.
Cole and Chan Menyatakan menyatakan bahwa salah satu keberhasilan
program belajar mengajar diantaranya adalah berhantung pada bentuk
komunikasi yang disuarakan oleh guru, pada saat ia berimteraksi demgam
siswa. Hal ini menyatakan bahwa, komunikasi sangat penting dalam suatu
pembelajaran matematika.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran tutor sebaya.

9
Prof. Dr. Bimo Walgito. Psikologi kelompok.2007. yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI)
11



B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka peneliti
dapat mengidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnnya aktivitas belajar siswa
2. Rendahnya motivasi belajar siswa
3. pembelajaran matematika masih rendah
4. .Kurangnya perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran
Matematika
5. Hasil belajar Matematika siswa kurang memuaskan atau masih rendah
C. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian untuk menemukan sebuah kebenaran yang
diharapkan pada suatu permasalahan yang di dalamnya mengandung masalah-
masalah yang harus dipecahkan. Adapun permasalahan yang timbul dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Efektifkah penggunaan model pembelajaran tutor sebaya ini untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa?
2. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa dengan diterapkannya model pembelajaran tutor sebaya dalam
pembelajaran Matematika?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam suatu penelitian tujuan merupakan salah satu alat kontrol yang
dapat dijadikan petunjuk supaya penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan
yang diinginkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
12



1. Untuk mengetahui seberapa efektifnya model pembelajaran tutor sebaya
dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Untuk mengatahui pengaruh motivasi dan hasil belajar matematika siswa
setelah dilakukannya model pembelajaran tutor sebaya pada siswa kelas
VIII SMP N 1 Panti
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya bagi dunia pendidikan.
Manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut :
1. Memberi masukan pada guru, khususnya guru matematika betapa
pentingnya memberikan penguatan kepada siswa untuk berprestasi salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya yang
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh siswa.
2. Memberi sumbangan pengetahuan kepada siswa bahwa prestasi belajar
matematika dapat dipengaruhi oleh motivasi dari diri sendiri untuk
berprestasi serta didukung oleh penguatan denganmodel pembelajaran
tutor sebaya sehingga siswa selalu memotivasi diri sendiri untuk
berprestasi.
3. Memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya agar dalam penelitian
lebih memfokuskan kepada perhatian dan pemahaman serta meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa.
13



4. Memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti, sehingga dapat
memecahkan persoalan pendidikan khususnya matematika sebagai calon
pendidik.


14



BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Teoritis
1. Belajar dan pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya
10
.Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan/ prosedur latihan
baik latihan dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah
11
. Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil
dari pengetahuan sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal
12
.
Belajar juga diartikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
13
Sejalan dengan itu belajar merupakan suatu perubahan
tingkahlaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil

10
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta,Rineka
Cipta,1995),h 2
11
Wina Sanjaya,Kurikulum Pembelajaran,(Bandung, Kencana,2008), h 228
12
Erman suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ,(Bandung: JICA
2001) h.6
13
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), h.2
15



perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya
pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya pada orang
lain.
14
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
15

Dari beberapa definisi belajar yang telah dijabarkan, dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
atau berlangsung dalam diri seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkahlaku. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai siswa. Menurut Sumadi Suryabrata
terdapat tiga hal pokok yang terjadi dalam belajar, yaitu :
1. Belajar itu membawa perubahan
2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru
3. Perubahan itu terjadi karena usaha.
16

Perubahan-perubahan itu banyak berhubungan dengan orientasi
kepribadian, apakah kita senang atau tidak senang dalam proses belajar
mengajar.

14
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.197
15
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2008),
h.128
16
Sumadi Suyabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h.232
16



Pendekatan belajar merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, oleh karena itu guru harus
melaksanakan kegiatan pengajaran sebaik mungkin sehubungan dengan
tugasnya sebagai pendidik. Dalam teori Gestalt, John Dewey mengemukakan
bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru
harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.
2. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan
kesiapan intelektual siswa.
3. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
17

Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah
kesiapan siswa diawal pembelajaran, karena jika siswa tidak siap tentu
pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak di terima dengan baik, yang
akhirnya proses belajar menjadi membosankan, sehingga pembelajaran
berlangsung tidak menyenangkan.
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan
dalam keadaan kosong, tak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan member
potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat
manusia itu sendiri.
18

17
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA,
2003), h.48
18
Muhibbin Syah, ..., h.101
17



Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis
manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan
belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam
firman Allah surat Al-Nahl ayat 78 :
+.-4 7E_4Ou= }g)` pO7C+
7gE_E`q ]OUu> 6*^OE-
EE_4 N7 E7;OO-
4O=-4 EEg*^-4
7+UE ]NO7;=> ^_g
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan af-idah (daya nalar), agar kamu
bersyukur.
19

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Indera penglihatan (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk
menerima informasi visual.
2. Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk
menerima informasi verbal.
3. Akal (otak), yakni potensi kejiwaan manusia berupa system psikis
yang kompleks untuk menyerap, mengelolah, menyimpan, dan

19
Departemen Agama RI, .., h. 275
18



memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah
kognitif).
20

Sebagai umat manusia sudah seharusnya kita mensyukuri,
memanfaatkan, menjaga, memelihara dan mengoptimalkan potensi-
potensi yang telah diberikan. Yang terpenting adalah mengoptimalkan
kerja Akal (otak). Cara untuk menjaga kesehatan Akal (otak) diantaranya
adalah :
1. Melakukan olah raga yang teratur dan dalam kadar yang cukup.
2. Minum air putih yang secukup.
3. Nutrisi yang sesuai.
4. Tidak merokok, menghindari alkohol yang berlebihan dan tidak
mengkomsumsi obat-obatan terlarang.
5. Memilih lingkungan yang positif dan mendukung.
21

Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya dipengaruhi
oleh kecerdasan atau kepintaran seseorang tetapi juga dipengaruhi keadaan
fisik dan psikis seseorang, jika fisik dan psikis seseorang baik tentunya
hasil yang diperoleh juga akan lebih baik.

Pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal
22
.

20
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2003) , h.101
21
Adi W. Gunawan, . , h.68-70
19



Selain itu, menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses
komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi
kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai
komunikator, siswa sebagai komunikasikan, dan materi yang
dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan
23
. Dari 2
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
penataan lingkungan agar belajar tumbuh dan berkembang secara
optimal, dimana dalam proses belajar terdapat komunikasi antar siswa
dengan guru,siswa dengan siswa dan materi yang dikomunikasikan
berupa pengetahuan.
Pembelajaran matematika adalah proses yang disengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan
seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut
berpusat pada guru yang mengajar matematika. Pembelajaran harus memberi
peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang
matematika. Disamping cara belajar aktif, dalam pembelajaran siswa juga
dilatih untuk mengembangkan kreatifitasnya. Dapat disimpulkan
pembelajaran matematika yang dimaksud adalah proses yang sengaja
dirancang tujuanya untuk menciptakan suasana lingkungan seseorang
melaksanakan kegiatan belajar matematika, melatih cara berfikir dan bernalar

22
Erman Suherman, ., hal. 8
23
Erman Suherman,....hal. 9
20



dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa, dimana
siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan
mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang
disertai upaya mencari tahu sesuatu. Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran
yang menyenangkan, ialah:
a. adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang
(stress) , aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan
sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
b. terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
c. terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
d. adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi siswa untuk
berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang
dipelajari;
e. adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar
bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan
dukungan yang enthusiast.
24

Jadi, pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang harus
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa, sehingga materi yang disampaikan oleh guru
bisa diterima baik oleh siswa. Dalam pembelajaran matematika, para siswa

24
Muhibbin syah dan rahayu kariadinata, Pembelajaran aktif, Iovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM), (Bandung: Bahan Pelatihan profesi guru ,2009), h.34-35
21



dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (
abstraksi )
25
. Matematika merupakan salah satu ilmu eksak yang sangat
penting, luas peranannya dan mengandung makna yang berkaitan antara
pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Matematika. Hal ini sejalan
dengan pendapat Soejadi (2000), bahwa Matematika memiliki 6 pengertian
yaitu:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
dengan baik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan
berhubungan dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Adapun fungsi matematika adalah untuk mengembangkan
kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus
matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu juga berguna untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa
kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, ataupun tabel.

25
Erman Suherman.... h.55
22



2. Tujuan pembelajaran Matematika
Tujuan belajar dapat dikatakan sebuah panduan belajar bagi siswa.
Tujuan belajar bisa juga diartikan sebagai sejumlah hasil belajar yang
menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan
tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya
proses belajar.
Tujuan umum dari pembelajaran matematika adalah memberikan
penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu
pengetahuan lainnya.
26
Perlu diketahui, tujuan pembelajaran matematika
adalah pembentukan sifat yaitu pola berfikir kritis dan kreatif. Siswa harus
dibiasakan untuk diberi kesempatan bertanya dan berpendapat, sehingga
diharapkan proses pembelajaran matematika lebih bermakna.
B. Hasil Belajar
Secara umum hasil belajar selalu di pandang sebagai perwujudan yang
diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan akibat
kegiatan belajar yang yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang dtunjukkan dengan nilai tes yang diberikan pendidik
setiap selesai memberika materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil

26
Erman Suherman, Strategi...,h.57
23



belajar dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu tes.
Hasil tes kemudian dianalisis oleh pendidik dan diberikan penilaian.
Dalam proses pembelajaran ada dua jenis penilaian yang dapat
digunakan yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang tujuannya untuk
menilai sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan
penilaian hasil dilakukan berdasarkan hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Suharsimi Arikunto yang
menyatakan bahwa : Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui
apakah materi yang telah diberikan sudah dipahami oleh siswa dan apakah
metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
27
Menurut Oemar Hamalik
ada 6 tujuan dari evaluasi hasil belajar:
1. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina
kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas
maupun masing-masing individu.
3. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan
menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan).

27
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.2008),h.7
24



4. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal
kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya
perbaikan.
5. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa,
sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga
masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
6. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih
sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan
bakatnya.
28


Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai. Siswa yang
nilainya tinggi menunjukkan hasil belajar yang baik dan siswa yang nilainya
rendah berarti pemahamannya masih kurang baik sehingga hasil belajarnya
pun kurang baik. Menurut Kunandar penilaian dalam pembelajaran mencakup
3 aspek :
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
2. Ranah afektif, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai.

28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008) h. 160
25



3. Ranah psikomotor, mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
naturalisasi.
29


Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut:
1. Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial
bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan
kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis,
fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk
menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
30

Hasil belajar yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif dan afektif. Hasil belajar pada ranah kognitif
melalui tes di akhir pembelajaran dan ranah afektif melalui lembar
pengamatan siswa.

29
Kunandar, Guru Profesional ..., h. 385
30
Kunandar, Guru Profesional , h. 391
26



C. Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1.) Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
2.) Tutor sebaya
Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya
yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya
di sekolah.
31

Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan
teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya,
sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Komuniksi secara verbal (mathematical conversation) merupakan a
tool for measuring growth in understanding, allow participapants to learn
about the mathematical constructions from others, and give participants
opportunities to reflect on their own mathematical understanding, yang
berarti bahwa komunikasi secara verbal merupakan alat untuk meningkatkan
pemahaman, dengan membimbing siswa untuk belajar dari siswa lainnya, dan

31
TIM MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
(Bandung: JICA,2001), h. 233
27



memberikan kesempatan kepada siswa itu untuk merefleksikan pemahaman
mereka.
32

Dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang
pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang
sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang
pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran
ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan
bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.
Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan berani
mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat
antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani
mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang
diajar sangat tinggi.
Penerapan metode belajar mahasiswa aktif yang bervariasi dan
pelaksanaan tutorial, serta adanya system evaluasi yang konsisten cukup efektif

32
Asikin. 2002. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.

28



digunakan dalam perkuliahan yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas
belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Pelaksanaan tutorial teman sebaya
dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan belajar terutama dalam
mengerjakan soal-soal latihan.
Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan
tersebut terlihat dalam setiap siklus belajar. Keunggulan model pembelajaran
tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa yang mengalami
peningkatan.
Pada kasus pembelajaran Matematika, model pembelajaran tutor sebaya
lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan hasil belajar siswa.
Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan
solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam pembelajaran komputer
terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana
memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat
besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer
tutoring dan peer assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran
komputer, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai
dengan tuntutan kompetensi sekarang ini .
Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada
orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya
29



sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam
mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar
dapat orang lain selain guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi,
teman sekelas atau keluarganya dirumah. Sumber belajar bukan guru dan dan
berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor,
yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang
lebih pandai.
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang
ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan
terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor
sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat
menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima
(disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak
mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat
menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima
program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap
social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan.
Model tutorial merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah
dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa secara mandiri.
Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar yang cara
mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Untuk
30



menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk
menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori di atas, hipotesis tutor
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari
materi ajar yang disajikan.
33

Langkah-langkah Metode Tutor Sebaya adalah sebagai berikut.
1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa
secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen
materi). Misalnya siswa diberi soal latihan tentukan KPK dan FPB dari
pasangan bilangan 24 dan 18, maka segmen materi yang diberikan adalah
sebagai berikut. Kelipatan dari 24 adalah : 24, 48,,,(diisi oleh siswa) ,
Kelipatan dari 18 adalah : 18, 36,,,(diisi oleh siswa). Faktor dari 24
adalah : ,,,(diisi oleh siswa). Faktor dari 18 adalah : ,,,(diisi
oleh siswa).
2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen,
sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai
disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap
kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.

33
M. Saleh Muntasir, 1985. Pengajaran Terprogram. Jogjakarta: Karya Anda.h 22
31



4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai
dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber
utama.
6. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai
dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada
pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Dari uraian tersebut di atas selanjutnya dapat dikembangkan dalam
bentuk soal yang lain untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok kecil. Dengan demikian oleh model pembelajaran ini dalam diri
siswa akan tertanam kebiasaan saling membantu antar teman sebaya.
Agar model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan
yang diharapkan, Miler (dalam Aria Djalil 1997:2.48) menuliskan saran
penggunaan tutor sebaya sebagai berikut:
a. Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
b. Jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar pelajaran
matematika dapat mudah dipahami.
c. Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.
d. Gunakan cara yang praktis.
e. Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru.
f. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor.
g. Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.
32



h. Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor
sebaya.
i. Jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong.
34

Kelebihan dan Kelemahan Metode Tutor Sebaya
Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap
pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga
guru atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan
sering tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para
pendidik mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-
cara belajar. Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar
yang sama bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian
setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka
kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di
samping itu memberi kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.
Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan
Dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa
dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya
itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya
yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai
fasilitator atau pembimbing saja. Pada diskusi kelompok kecil, guru dapat

34
Diposkan oleh Teacher Creative Corner di Sabtu, Februari 06, 2010
Date: Sabtu, 06 Februari 2010

33



bergerak dengan leluasa. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat
menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami.
Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya
untuk bertanya ataupun minta bantuan
Jadi, kita dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan
kepada siswa kurang pandai (tutor sebaya). Demikian juga, anjurkan siswa
kurang pandai untuk bertanya kepada atau meminta penjelasan dari siswa
pandai terlebih dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini untuk menanamkan
kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru yang
akibatnya tergantung kepada guru. Sehingga Tutor dikatakan berhasil jika
dapat menjelaskan dan yang dijelaskan dapat membuktikan bahwa dia telah
mengerti atau memahami dengan cara hasil pekerjaannya.
Kelemahan Metode Tutor Sebaya ini antara lain :
a) Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
c) Tidak semua siswa yang menjelaskan kepada teman dapat memahami
semua materi yang dibahas.
d) Tidak semua murid pandai yang menjelaskan kepada temannya dapat
dipahami oleh siswa lainnya, karena siswa pandai dalam teori belum
tentu dapat menjelaskan kepada temannya.
D. Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan
motivasi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model
34



pembelajaran tutor sebaya pada mata pelajaran matematika di kelas VIII SMP
N 1 Panti.


35



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang diuraikan pada bab 1
dan bab 2, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh
suatu variabel dengan variabel lain
35
.
Penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra
eksperimen. Menurut Muri Yusuf, jenis penelitian ini pada prinsipnya tidak
dapat mengontrol validitas internal dan eksternal secara utuh, karena satu
kelompok hanya dipelajari satu kali atau kalau menggunakan dua kelompok
diantara kedua kelompok itu tidak disamakan terlebih dahulu.
36
Adapun
rancangan yang digunakan penelitian dalam pra eksperimen ini adalah The
Static Group Comparison Randomized Control Group Only Design.
Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi tertentu
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu
dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran
yang sama.
37


35
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h.19
36
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Dasar Penyelidikan Ilmiah, ( UNP, 1997), h. 235
37
Sumardi Suryabrata, Metodologi, , h.104
36



Rancangan penelitian dideskripsikan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Rancangan penelitian The Static Group Comparison:
Randomized Control-Group Only Design
Kelas Treatment
Posttest
Eksperimen X
T
2
Kontrol
T
2

Keterangan:

X = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu
pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran tutor sebaya
T
2
= Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
di akhir penelitian

Berdasarkan rancangan tersebut, terdapat dua kelas sampel dalam
penelitian ini, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol
merupakan kelas pembanding tanpa perlakuan, artinya kelas ini tetap
melaksanakan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas eksperimen
merupakan kelas yang diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang akan menjadi
perhatian.
38
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP N 1 Panti yang terdaftar pada tahun 2013/ 2014. Berdasarkan data

38
Ronal E. Walpole, Pengantar statistika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), h.6
37



dan informasi yang diperoleh, pada kelas VIII terdapat 4 lokal di SMP N
1 Panti ini.
Tabel 3.2 Siswa kelas VIII di SMP N 1 Panti yang terdaftar pada
Tahun Pelajaran 2013/2014 (Populasi)

Kelas Jumlah Siswa
VIII
1
VIII
2
VIII
3
VIII
4
25
29
29
29
(Sumber : Guru mata pelajaran matematika SMP N 1 Panti )
39

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
40
Dalam
penelitian ini untuk pengambilan sampelnya dilakukan teknik probability
sampling tepatnya dengan teknik simple random sampling. Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel,
41
sedangkan simple random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Artinya, setiap anggota
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.
42

Berdasarkan permasalahan, jenis penelitian dan populasi yang akan
diteliti, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan uraian sebagai berikut:

39
Emmizola S.Pd, Guru Matematika kelas VIII SMP N 1 X Koto
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hal.131
41
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2007), hal. 120
42
Lufri, Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian, (Padang: UNP Press, 2007)hal. 82
38



1) Kelompok eksperimen, pada kelompok ini akan diberikan suatu
treatment atau perlakuan yaitu pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
2) Kelompok kontrol, pada kelompok ini diberikan suatu treatment
atau perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai ulangan harian matematika siswa kelas VIII
SMP N 1 Panti tahun pelajaran 2013/ 2014, kemudian dihitung rata-
rata dan simpangan bakunya.
b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai ulangan harian
matematika kelas VIII yang bertujuan untuk mengetahui apakah
populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
= Populasi berdistribusi normal
H
1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Lilifort
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data X
1
, X
2
, X
3
, , X
n
diperoleh dan disusun dari data yang
terkecil sampai yang terbesar
2. Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:


Dimana: S = Simpangan Baku

= Skor rata-rata
X
i
= Skor dari tiap soal
3. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
hitung peluang F (Zi) = P (P Zi)
39



4. Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama
Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
(


5. Menghitung selisih F (Zi) S (Zi), kemudian ditentukan nilai
mutlaknya
6. Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu
diberi simbol L
0
. L
0
= maks |(

) (

)|
7. Bandingkan nilai L
0
yang diperoleh dengan nilai L
0
yang ada
pada tabel. Pada taraf 0,05 jika L
0
L
tabel
maka H
0
diterima.
43



c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan uji Bartlet
Uji homogenitas variansi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
data populasi mempunyai keragaman yang sama atau tidak. Uji Bartlet
dilakukan karena variansi populasinya lebih dari dua. Dengan
pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis yang di ajukan yaitu:
H
0
:


H
1
: paling sedikit ada satu pasang variansi yang tidak sama

Untuk melakukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa
langkah sebagai berikut:

1) Hitung k buah ragam contoh S
1
, S
2
, , S
k
dari contoh-contoh
berukuran n
1
, n
2
, , n
k
dengan


2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan
gabungan:


3) Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang
mempunyai nilai sebaran Bartlet:

,(


Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika b b
k
(a;n) berarti homogen

43
Sudjana, , h.466 477
40



Jika b < b
k
(a;n) berarti tidak homogen
44


d. Uji kesamaan rata-rata
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah
populasi memiliki kesamaan rata-rata atau tidak. Uji ini menggunakan
teknik anava satu arah dengan langkah sebagai berikut yaitu:
Langkah langkah dalam menguji kesamaan rata rata populasi
adalah:
1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan


H
1
: sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama
2) Tentukan taraf nyatanya ()

3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:

, -


4) Tentukan perhitungan melalui tabel:


Tabel 3.3. : Data hasil belajar siswa kelas populasi

Populasi
1 2 K
X
11

X
12


X
1n

X
21

X
22


X
2n

X
k1

X
k2


X
kn


Total T
1
T
2
T
k
T
......

Nilai Tengah

..


Perhitungan dengan menggunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) =



44
Ronal E. Walpole, Pengantar ..., h.391
41



Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK) =


Jumlah kuadrat Galat (JKG) = JKT JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:

Tabel 3.4. Analisis Ragam Data Hasil Belajar Siswa Kelas
Populasi

Sumber
Keragaman
Jumlah
kuadrat
Derajat
bebas
Kuadrat
tengah


Nilai tengah kolom JKK k 1


Galat JKG N k




Total JKT N 1
5) Keputusannya:
Diterima H
0
jika

, -
Ditolak H
0
jika

, -
45


e. Pengambilan Sampel
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh data populasi
berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata rata
maka pengambilan sampel dilakukan secara acak. Adapun langkah
langkah dalam pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah
menulis nama kelas dan memasukkan nama nama tersebut ke dalam
sebuah kaleng kemudian penulis undi. Kertas yang pertama terambil
merupakan kelas eksperimen, sedangkan pada pengambilan kedua
merupakan kelas kontrol.


45
Ronal E. Walpole, Pengantar , h.383
42



C. Variabel dan Data Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas: Perlakuan dengan pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran tutor sebaya
b. Variabel Terikat: Hasil belajar matematika siswa di kelas sampel
2. Data penelitian
a. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer dalam penelitian ini adalah data aktivitas siswa dan
guru, dan data hasil belajar matematika siswa kelas sampel
2. Data sekunder, yaitu data tentang jumlah siswa yang menjadi
populasi dan sampel serta data nilai ulangan harian siswa kelas VIII
SMP N 1 Panti. Data sekunder ini diperoleh dari tata usaha dan
guru matematika kelas VIII SMP N 1 Panti.
b. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP N 1 Panti, guru bidang studi matematika maupun dari pegawai
tata usaha SMP N 1 Panti.
D. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu: tahap
43



persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi:
a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian.
b. Menetapkan sampel penelitian dengan cara random sampling yaitu
setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih jadi
sampel
c. Mempelajari kurikulum
d. Merancang dan membuat RPP serta LKS
e. Memvalidasi RPP dan LKS oleh guru mata pelajaran dan dosen
matematika
f. Membuat kisi-kisi dan mempersiapkan soal tes akhir
g. Memvalidasi soal tes akhir oleh guru mata pelajaran dan dosen
matematika
h. Membuat kunci jawaban
i. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan
soal tes uraian
j. Mempersiapkan observer guru matematika dan teman penulis.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada kedua
kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

44



Tabel 3.5 Tahap Pelaksanaan pada Kelas Kontrol dan Eksperimen

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dengan
salam dan doa
b. Guru mengontrol kondisi kelas,
baik dari segi kerapian maupun
kebersihannya.
c. Guru mengecek kehadiran siswa
7. Apersepsi: mengingatkan siswa
mengenai materi yang telah
dipelajari berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. (
dengan memilih materi yang
memungkinkan materi tersebut
dapat dipelajari siswa secara
mandiri. Materi pengajaran
dibagi dalam sub-sub materi
(segmen materi). Motivasi:
menyampaikan manfaat dari
materi yang akan dipelajari
d. Siswa diberikan penjelasan
kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.
Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan
salam dan doa
2. Guru mengontrol kondisi kelas,
baik dari segi kerapian maupun
kebersihannya.
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi: mengingatkan siswa
mengenai materi yang telah
dipelajari berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
5. Motivasi: menyampaikan
manfaat dari materi yang akan
dipelajari
6. Siswa diberikan penjelasan
kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan
dipelajari.

45



Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan prosedur
pembelajaran: Siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok kecil
yang heterogen, sebanyak sub-sub
materi yang akan disampaikan
guru. Siswa yang pandai disebar
dan ditunjuk sebagai tutor sebaya.
Elaborasi
a. Masing-masing kelompok diberi
tugas untuk mempelajari masing-
masing sub materi. Setiap
kelompok dibantu oleh siswa yang
pandai sebagai tutor sebaya.
b. Guru memberikan waktu yang
cukup untuk siswa belajar didalam
maupun diluar kelas.

Konfirmasi

Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru menjelaskan materi pelajaran
siswa memperhatikan serta mencatat
dan apabila siswa tidak memahami
maka siswa mengajukan pertanyaan




Elaborasi
1. Siswa mengerjakan soal soal
Latihan
2. Siswa diperintahkan untuk
menuliskan jawabannya di papan
tulis.






Konfirmasi

46



Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
a.Setiap perwakilan kelompok
menyampaikan apa yang telah mereka
pelajari. Dan guru bertindak sebagai
nara sumber.

1. Guru memberikan jawaban yang
benar dari soal latihan yang tidak
terjawab oleh siswa
2. Memberikan penekanan terhadap
kegiatan eksplorasi dan elaborasi
Penutup
a. Setelah semua kelompok
menyampaikan tugasnya secara
barurutan sesuai dengan urutan sub
materi,guru memberi kesimpulan
dan klarifikasi seandainya ada
pemahaman siswa yang perlu
diluruskan.
Penutup
1. Siswa menyimpulkan
pembelajaran dengan bimbingan
guru
2. Guru meninjau ulang pemahaman
siswa dengan melakukan tes

3. Tahap Penyelesaian
Guru memberikan tes akhir / post - test kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah pokok bahasan selesai dipelajari.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa lembar
observasi untuk aktivitas siswa dan aktivitas guru, tes hasil belajar, dan
angket respon siswa.
47



1. Lembar Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
46
Observasi dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti
tingkah laku peserta didik selama pembelajaran, berdiskusi, mengerjakan
tugas, bertanya, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal tersebut maka
diperlukan lembar observasi. Lembar observasi ini akan diisi oleh seorang
observer.
Langkah-langkah dalam menyusun lembar observasi adalah:
a. Merumuskan tujuan observasi
b. Membuat lay-out atau kisi- kisi observasi
c. Menyusun aspek- aspek yang akan diobservasi
d. Validasi lembar obsevasi
e. Melaksanakan observasi
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini terdiri
lembar observasi aktifitas siswa dan aktivitas guru. Kedua observasi ini
dilakukan selama pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran tutor sebaya berlangsung di kelas eksperimen.
1. Lembar observasi aktivitas siswa

46
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h. 153
48



Adapun halhal yang akan dilihat oleh observer yang berkaitan
dengan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model
pembelajaran tutor sebaya.
Tabel 3.6. Aspek aspek pada Lembar Observasi Aktivitas siswa
No Indikator aktivitas Aktivitas yang diamati
1 Oral activities Bertanya sewaktu pelajaran kepada teman
atau tutor
Keaktifan siswa dalam berkelompok
Mengeluarkan pendapat saat berdiskusi
2 Mental activities Menanggapi sewaktu berdiskusi
Memecahkan soal latihan selesai
berdiskusi

2. Tes Hasil Belajar
Tes yang akan diujikan dalam tes akhir dibuat dalam bentuk essay
karena dengan tes bentuk essay dibuat oleh peneliti, dalam hal ini peneliti
dapat melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap dan
memahami informasi serta pembelajaran yang diberikan melalui model
pembelajaran tutor sebaya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
membuat soal tes adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari kurikulum dalam pembelajaran sesuai dengan tingkatan
sekolah yang akan diteliti
b. Membuat kisi kisi soal
Kisi kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel yang memuat tentang
kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, rincian materi yang
49



akan diujikan. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam
pembuatan soal.
c. Menyusun tes sesuai dengan kisi kisi soal yang dibuat
Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan dilakukan,
yaitu:
Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.
1. Mempelajari dan memahami teknik pembuatan soal essay dan
membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai dengan
kisi-kisi soal.
2. Membuat kunci jawaban
d. Melakukan validitas tes
Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi yaitu validitas
tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu
mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.
47

Jadi, untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta
bantuan kepada guru mata pelajaran dan dosen untuk merevisi soal
hasil validasi.
e. Uji coba tes
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu
tes diujicobakan pada kelas eksperimen. Uji coba dilakukan pada
kelas ini karena memiliki ciri yang sama dengan kelas sampel yaitu
normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata.

47
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), hal.111
50



f. Analisis soal tes.
Untuk menentukan kualitas soal yang baik dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Validitas tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu
mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang
diteliti secara sadar.
48

. Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan
korelasi product moment yaitu:

()()
*

()

+*

()

+


Keterangan

= koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y


= Jumlah testee
= jumlah perkalian antara skor item dan skor total
= jumlah skor item
= jumlah skor total

Koefesien korelasi selalu terdapat antar -1,00 sampai +1,00.
Kriteria yang digunakan untuk validitas yaitu
49
:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah



48
Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),h.79
49
M. Chabib Thoha, Teknik, h.115
51



2) Reliabilitas soal tes
Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan,
dimana suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi apabila dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas
tes merupakan ukuran ketepatan alat penelitian dalam
menunjukkan sesuatu yang hendak diukur. Reliabilitas tes artinya
keadaan suatu tes jika tes tersebut diteskan kembali maka dapat
menghasilkan informasi yang konsisten, tetap dan andal.
50

Untuk menentukan koefisien reabilitas digunakan rumus alpha
51

yang dinyatakan dengan :

=
(

)(

)

keterangan:

: reabilitas yang dicari


: jumlah varians skor tiap- tiap item


: varians total


Rumus varians
52
:

()


Nilai

yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria r product


moment pada tabel dengan ketentuan jika r
11
> r
tabel
maka tes
tersebut reliabel.

50
Asnelly Ilyas,, Evaluasi Pendidikan, ( Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2006,
h. 67
51
Zainal arifin , Evaluasi Pembelajaran (Bandung, Rosdakarya,2009)hal 257
52
Suharsimi Arikunto,, h. 210
52



Dengan kritetia sebagai berikut :
Reliabilitas Tes
Nilai r
11

Kriteria
0.90 r
11
< 1.00
Reliabilitas tinggi sekali
0.70 r
11
< 0.90
Reliabilitas tinggi
0.40 r
11
< 0.70
Reliabilitas sedang
0.20 r
11
< 0.40
Reliabilitas rendah
0.00 r
11
< 0.20
Reliabilitas sangat rendah sekali

3) Menghitung indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan
sulit mudahnya suatu soal.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut Zainal Arifin,untuk menghitung
tingkat kesukaran dapat digunakan langkah-langkah berikut
53
:
a) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:






b) Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus:






c) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:
0,00 0,30 = sukar
0,31 0,70 = sedang
0,71 1,00 = mudah





53
Zainal Arifin,, h. 135
53



d) Menghitung daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan
daya pembeda soal dapat digunakan langkah-langkah berikut
54
:
a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan
skor terkecil.
c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah
peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 %
d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok
(kelompok atas maupun kelompok bawah).
e) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:


Keterangan :
DP = daya pembeda

= rata- rata kelompok atas

= rata-rata kelompok bawah



f) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut
55
:
0,00 0.20 = jelek
0,20 0,40 = cukup
0,40 0,70 = baik
0,70 1.00 = baik sekali

Setelah dilakukan perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda pada soal uji coba tes, maka soal yang
dapat langsung dipakai.


54
Zainal Arifin, , h. 133

55
Suharsimi Arikunto, h. 218
54



F. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan hasil belajar siswa,
perlu dilakukan analisis dengan menggunakan teknik- teknik yang
dikemukakan oleh para ahli dan telah banyak dipakai oleh peneliti- peneliti
sebelumnya. Adapun teknik tersebut terdiri dari:
1. Lembar Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tutor sebaya..
Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat lembar observasi yang
digunakan yaitu untuk mengamati aktivitas siswa pada pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
Data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase
56
:



Keterangan:
P% = Persentase aktivitas
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N = Jumlah siswa

Kriteria penilaian aktivitas belajar yang positif adalah sebagai
berikut:
57


56
Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004) h. 130
57
Dimyati dan Mudjono, Penilaian Aktivitas Belajar, (Jakarta: Aksara Baru, 1999) h.
125
55



1) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka
aktivitas tergolong sedikit sekali.
2) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 26% - 50% maka
aktivitas tergolong sedikit.
3) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 51% - 75% maka
aktivitas tergolong banyak.
4) Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 99% maka
aktivitas tergolong banyak sekali.


2. Tes Hasil Belajar
Untuk memperoleh tes yang baik, maka perlu dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel
berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji liliefort.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
= Data berdistribusi normal
H
1
= Data berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji
Liliefort dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Data X
1
, X
2
, X
3
, , X
n
diperoleh dan disusun dari data yang
terkecil samapi yang terbesar.
2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:


Dimana: S = Simpangan Baku

= Skor rata-rata
X
i
= Skor dari tiap soal
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
hitung peluang F (Zi) = P (P Zi)
4) Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama Zi
yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
(


56



5) Menghitung selisih F (Zi) S (Zi), kemudian ditentukan nilai
mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu
diberi simbol L
0
. L
0
= maks |(

) (

)|
7) Bandingkan nilai L
0
yang diperoleh dengan nilai L
0
yang ada pada
tabel. Pada taraf 0,05 jika L
0
L
tabel
maka H
0
diterima. Dari hasil
analisis data pada taraf nyata = 0,05
58


b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data
sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
:

, variansi kedua data sampel homogen


H
1
:

, variansi kedua data sampel tidak homogen


Dalam hal ini yang akan diuji H
0
:

, dimana

dan


adalah simpangan baku dari masing-masing kelompok sampel.
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini menurut
sudjana adalah:


Keterangan:

= Variansi terbesar

= Variansi terkecil
= Perbandingan antara variansi terbesar dengan variansi
terkecil
59



58
Sudjana, Metode , hal.116
59
Sudjana, Metode , h.249
57



c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil belajar kognitif matematika siswa kelas eksperimen
lebih baik daripada kelas kontrol.
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H
0
:
1 =

2
Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran tutor
sebaya sama dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
H
1
:
1
>

2
Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran tutor
sebaya lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.

1
dan
2
merupakan rata- rata populasi hasil belajar kelas
sampel Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa
rumus untuk menguji hipotesis, yaitu:
a. Apabila data berdistribusi normal dan mempunyai variansi
homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan rumus:

dengan



Dimana:

= Nilai rata-rata kelas eksperimen

= Nilai rata-rata kelas kontrol


58


= variansi hasil belajar kelas eksperimen

= variansi hasil belajar kelas kontrol


= simpangan baku

= jumlah siswa kelas eksperimen

= jumlah siswa kelas kontrol



Kriteria:
Terima H
0
jika

, dengan dk = n
1
+ n
2
2 selain
itu H
0
ditolak.
60


b. Jika sampel berdistribusi normal dan kedua kelompok sampel tidak
mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang digunakan
adalah:

) (

)

Kriteria pengujinya adalah:
Tolak hipotesis H
0
jika


Terima H
0
jika


Dengan:


()(


()(

)
61



60
Sudjana, Metode , h.239
61
Sudjana, Metode , h.241
59



c. Jika data yang diperoleh tidak normal, maka digunakan uji U (Uji
Mann-Whitney) dengan hipotesis sebagai berikut:
H
0
: Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.
H
1
: Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas
kontrol
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut
62
:


Keterangan:

= jumlah kasus kelompok 1

= jumlah kasus kelompok 2

= jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 1

= jumlah jenjang/ rangking pada kelompok 2


Catatan = hanya salah satu U saja yang dihitung,
sebab U lainnya dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:

. Sedangkan
U yang digunakan adalah yang memiliki harga
terkecil.



62
Bambang Soepeno, Statistik Terapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal 191






60



DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, Lisnawaty dkk, Metoda mengajar Matematika,Jakarta: PT Rineka
Cipta,1993
Winkel, Psikologi Pengajaran , Jajarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia,1996
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008
Walgito Bimo. Psikologi kelompok.2007. yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (Penerbit
ANDI)
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta,Rineka
Cipta,1995
Sanjaya , Wina,Kurikulum Pembelajaran,Bandung, Kencana,2008
suherman , Erman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , Bandung:
JICA ,2001
Pidarta,Made, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Ahmadi, Abu dkk, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta,2008
Suyabrata,Sumadi , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007
Syah, Muhibbin , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2003
Syah, Muhibbin dkk, Pembelajaran aktif, Iovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM), Bandung: Bahan Pelatihan profesi guru ,2009
Arikunto,Suharsimi Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.2008
TIM MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer Bandung: JICA,2001
Asikin, Strategi Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : 2002
Muntasir, M. Saleh,. Pengajaran Terprogram. Jogjakarta: Karya Anda, 1985
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005
Yusuf , Muri, Metode Penelitian: Dasar Penyelidikan Ilmiah, UNP, 1997
61



Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo, 1996
Arikunto, Suharsimi , Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara,
1999
Ilyas, Asnelly, Evaluasi Pendidikan, Batusangkar : STAIN Batusangkar Press,
2006
Soepeno,Bambang, Statistik Terapan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997

Anda mungkin juga menyukai