M. Zainuddin Alanshori
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan\
e-mail : zen.120888@gmail.com
Abstract: Educational issues are so dynamic along with the development of the
era. for that reason, education is expected to provide added values aimed at
achieving prosperity both physically and spiritually. These changes are an
important signal to look for alternative solutions. In consequence, education
practitioners will think hard to formulate a new paradigm in education. In order
to maximize the students' free time to be more useful, then the full day school
system is such an answer. Full day School applies the basic concepts of
"Integrated-Activity" and "Integrated-Curriculum". This means that all the
programs and activities of students in school ranging from learning process to
religious rituals are packed in an education system. The full day school learning
system focuses on all educational programs and activities in school. And the full
day school intensification is to improve students' learning achievement.
Keywords: Effectiveness of learning, full day school, learning achievement
Pendahuluan
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui
pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa
depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya memajukan dan meningkatkan sumber daya
manusia siap memperbaiki kehidupannya, baik dalam skala pribadi, masyarakat, maupun
bangsa. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.1
Berdasarkan urian diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan didefinisikan sebagai
usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa menuju tingkat kedewasaannya
dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatan yang telah
dilakukannya.
Persoalan pendidikan bagitu dinamis seiring dengan perkembangan zaman, untuk itu
pendidikan diharapkan dapat memberikan tambah dalam rangka mencapai kesejehteraan
lahir dan batin. Oleh karena itu pendidikan diharapkan berperan dalam mengembangkan
perilaku kreatif, produktif, efisien dan dinamis serta menumbu kembangkan pemahaman
1
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya (Bandung: Citra
Umbara, 2003), 3
akan makna kehidupan dan penyadaran akan pentingnya peranan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai potensi yang
strategis. Oleh karena itu program pendidikan harus memenuhi beberapa kategori berikut:
1. Memiliki dinamika, tanggap terhadap sosio-kultur, dan tuntutan-tuntutan yang
meyertainya.
2. Bermutu dalam pelayanan progam-program yang ditawarkan
3. Relevan, dengan kebutuhan masyarakat dan nilai idealisme yang diembannya.2
Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan cita-cita ideal yang hendak
dicapai. Pendidikan merupakan proses yang sistematis untuk mentransformasikan nilai-nilai
sesuai tujuan pendidikan Islam itu merupakan cita-cita mewujudkan nilai-nilai sesuai dengan
ajaran Islam dalam rangka pembentukan pribadi yang luhur dan sikap penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah SWT, baik sebagai individu, masyarakat, maupun umat manusia
keseluruhannya.
Pembelajaran merupakan serangkaian cara atau aturan yang telah ditetapkan oleh suatu
lembaga atau institusi untuk kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan di mana lingkungan peserta didik secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku keseharian, berakhlak dan berbudi pekerti.
Pembelajaran full day school sebagai bentuk alternative dalam upaya memperbaiki
manajemen pendidikan, khususnya dalam manajemen pembelajaran, juga merupakan
tuntutan kebutuhan masyarakat yang menghendaki anak dapat belajar dengan baik di
sekolah dengan waktu belajar lebih lama. Sistem full day school merupakan model
pembelajaran dengan penambahan waktu belajar siswa dari pagi sampai sore.
Profesionalisme dalam pendidikan memang harus diterapkan. Para pendidik harus
dapat membangkitkan minat dan kemauan peserta didik untuk belajar, memahami cara
belajar, dan senang dalam belajar. Pendidikan penekanannya pada kegiatan pembelajaran.
Siswa adalah sebagai obyek belajar oleh karena itu kegiatan pembelajaran terfokus pada
pemberdayaan siswa (student learning).
Styosari, menjelaskan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu usaha yang
dilakukan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Secara khusus, pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membantu murid agar dapat belajar
dengan mudah, kegiatan pembelajaran memerlukan persiapan yang menyeluruh, mulai dari
tenaga pengajar, materi pelajaran, alat yang digunakan, sarana dan prasaran, serta lingkungan
yang mendukung. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dikelola secara profesional
agar diperoleh hasil yang baik, lulusan siswa yang berkualitas dan tidak penatang mundur
dalam menghadapi segala rintangan yang menghadang.3
Lebih lanjut Suharsimi Arikunto berpendapat prestasi belajar sebagai hasil dari
penilaian usaha belajar siswa yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan dengan kata lain
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program yang telah di terapkan.4
2
Yunahar Lyas, et al., Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan ke-Islaman, LPPI UMY NU ddan PP Al-
Muhsin (Yogyakarta: tt cet. 1, 1993), 54
3
Syosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya (Malang:
LP3UM, 2001), 18.
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Bandung: Citra Umbara, 1995), 8
Inovasi yang dilakukan di antaranya dengan program “Full day school”, terobosan ini
dilakukan karena pertimbangan optimalisasi waktu. Full day school sendiri sesuai artinya
“pendidikan sepanjang hari”, dengan rentang waktu yang panjang. Bentuk program ini tidak
hanya memakai media kelas, tetapi bentuk pengajarannya di integrasikan dengan aktivitas
keseharian peserta didik seperti bermain, beribadah, makan serta aktivitas lainnya.
Bentuk inovasi ini didasarkan pada konsep “integrated curriculung and integrated
activity”, dengan menggunakan metode pengajaran yang menarik dan kreatif. Program ini
juga didasarkan pada pertimbangan peserta didik dimana dijumpai kualifikasi terhadap siswa
yang berprestasi dan remedial bagi siswa dengan daya tangkap lemah.
Program pembelajaran full day school merupakan program pendidikan di tingkat
lembaga. Setiap lembaga pendidikan memiliki pendidikan tersendiri yang disebut dengan
tujuan instruksional (tujuan lembaga), disamping juga harus mensukseskan pendidikan
nasional sebagaimana termaktub dalam PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang tujuan
pendidikan nasional. Jadi yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran full day school
disini adalah hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha
intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan pengertian diatas, maka tujuan dikembangkannya pembelajaran full day
school ini tidak semata-mata untuk meningkatnya prestasi belajar anak didik.
5
http://www. Fullday School. Com / diakses 07 Mei 2016
6
http://mkpd. Wordpress. (menakar kapitalisasi fullday school). Com. Diakses 07 Mei 2016
Sedangkan sejarah munculnya full day school di Indonesia yaitu Pada pertengahan
tahun 1990 di Indonesia mulai muncul istilah sekolah unggulan ( excellent schools) yang
tumbuh bagaikan jamur. Perkembangan ini pada awalnya dirintis oleh sekolah-sekolah
swasta termasuk sekolah-sekolah Islam dengan ditandai biaya yang tinggi, fasilitas yang
serba luks, elitis, eksklusif, dan dikelola oleh tenaga-tenaga yang diasumsikan profesional.7
Padahal sebenarnya sekolah-sekolah yang berorientasi elitis-eklusif ini pada dasarnya belum
teruji keprofesionalannya. Indikasinya, terbukti dari adanya temuan penelitian Steenbrink
(1986), seorang pastur dari Belanda yang sering mengkaji pendidikan Islam di Timur,
tentang munculnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang bermutu tinggi di sejumlah kota besar di
Indonesia yang mampu bersaing dengan sekolah dasar umum yang dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Gerakan keterunggulan (excellence movement) ini kemudian
dikembangkan pengelola pendidikan di tingkat satuan pendidikan (sekolah) dalam bentuk-
bentuk sekolah yang mempunyai trademark di masyarakat, yang corak dan ragamnya kini
sedang berkembang dan menjamur. Misalnya; sekolah plus, sekolah unggulan, sekolah alam,
sekolah terpadu, sekolah eksperimen (laboratorium), sekolah full day, dan label-label lain
yang melekat pada sekolah yang diasumsikan dengan “ sekolah unggulan”.
Di dalam suatu organisasi pendidikan, tujuan pendidikan telah terumuskan dalam
berbagai tingkat tujuan, yaitu:
1. Tujuan pendidikan nasional
2. Tujuan Institusional
3. Tujuan kurikulum
4. Tujuan Instruksional (pengajaran)8
Semua tujuan tersebut diatas merupakan suatu urutan yang hirarki yang saling
mendukung antara tujuan yang satu dengan yang lainnya, serta tujuan nasional sebagai
ending, sehingga semua rumusan tujuan pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat
perguruan tinggi harus berpijak dan berdasar kepada tujuan pendidikan nasioanl.
Jadi yang dimaksud dengan tujuan program full day school disini adalah hasil akhir
yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha intensifikasi faktor pendidikan
dalam proses belajar mengajar disekolah.
Sistem full day school pada dasarnya menggunakan sistem integrated curriculum dan
integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk
seoran ganak (siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan
dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan Islami. Dengan adanya garis-garis besar
program dalam sistem full day school, sekolah yang melaksanakan program ini diharapkan
dapat mencapai target tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang
melaksanakan sistem full day school.9
Adanya perubahan – perubahan di atas merupakan suatu signal penting untuk dicarikan
alternatif pemecahannya, dari kondisi seperti itu akhirnya para praktisi pendidikan berfikir
keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam pendidikan. dalam rangka
7
Sismanto, Awal Munculnya Sekolah Unggulan, Artikel. 07 Mei 2016
8
Suharsimi Arikonto, Managemen Pengajaran Secara Manusia (Bandung: Rineka Cipta, Ce t, II, 1993), 14
9
Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa (Surabaya:
Perpustakaan IAIN Sunan, 2005), 16.
memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka di terapkanlah sistem full
day school.
10
Basuki, Sukur. Harus Proposional Sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah (http://www.smkn1lmj.sch.id/?
page=artikel;3&guest_46dac08ac5285 diakses 6 Mei 2016
11
Lima Hari Disekolah ( http://www.tabloid-nakita.com/panduan/panduan09419-01.htm., diakses 6 Mei 2016)
Namun demikian system full day school juga beberapa kelemahan antara lain:
1. Sistem full day school menimbulkan rasa bosan pada iswa, maka sistem
pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik, fisik,
psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang
padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan
menyebabkan siswa menjadi jenuh.
2. Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen untuk
lebih menciptakan inovasi-inovasi yang baru dan beda dari lembaga pendidikan
sekolah biasa.
Selain itu, sistem full day school dapat diwujudkan dengan adanya pihak sekolah harus
bisa kerja sama dengan orang tua, sehingga menjadi tim yang saling melengkapi, misalnya
dalam mengaah kecerdasan intelektual anak menjadi tanggung jawab sekolah karena sekolah
tentu yang lebih mampu. Dengan diterapkannya system full day school diharapkan peserta
didik dapat memperoleh:
1. Pendidikan umum yang luas terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
2. Pendidikan bahasa inggris yang lebih Proposional.
3. Pendidikan kepribadian yang antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya
yang ditandai dengan bebasnya arus informasi dan globalisasi.
4. Potensi siswa tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler.
5. Perkembangan minat, bakat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui
pemantauan psikologis.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004). 154-156
13
Setyosari, Model Pembelajaran Konstruktivistik; Sumber Belajar, Kajian Teori dan Aplikasinya, (Malang:
LP3UM, 2001), 24
14
Jhon Echols, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, Cet. XXIII, 1996), 259, 165, 504
15
Soehadi Djamin, “Full day school Islam Sebuah Alternatif”, Makalah Disampaikan Pada Seminar Pendidikan
Regional Di LPI Al-Azhar Tulung Agung, Tanggal, 10 Juni 2001, 3
16 H. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 190.
program full day school di sini adalah landasan tempat berpijak atau bersandar
dari dikembangkannya sebuah program full day school.
Adapun dasar program full day school dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Dasar Ideal adalah Pancasila
Pancasila adalah dasar negara dan penetapannya sebagai dasar Negara
adalah hasil kesepakatan para negarawan bangsa Indonesia. Oleh karenanya
segala usaha bagi setiap warga Negara juga harus merujuk pada pancasila,
lebih-lebih dibidang pendidikan yang berusaha untuk mencetak segenap warga
berjiwa pancasila.17
b) Dasar Konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan:………dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat:
1) Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan Undang-Undang (yaitu UUPP. No. 4 tahun
1950, UUPP No. 12 Tahun 1945).18
c) Dasar Operasional
1. UUPD No. 4 Tahun 1950, UUPP No. 12 Tahun 1945, yang berbunyi:
“Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas azas-azas termaktub dalam
pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia”.
2. TAP MPR No. II/MPR/1978 (penjabarannya pada p-4) yang berbunyi: “
Bahwasanya yang telah di terima dan ditetapkan sebagai dasar Negara
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, merupakan
kepribadian dan pendangan hidup bangsa.
3. Keputusan Presiden No. 145 tahun 1965, yang berbunyi “Pancasila
…..adalah moral dan falsafah hidup bangsa Indonesia …..oleh karena itu,
dasar/asas pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan
pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan
nasional adalah pancasila”.
4. UURI No. 4/1950 tentang tujuan pendidikan nasional yang berbunyi
“Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
17
Ibid., 192
18
Ibid., 7
19
Suharsimi Arikonto, Managemen Pengajaran Secara Manusia (Bandung: Rineka Cipta, Ce t, II, 1993), 14.
Jadi yang dimaksud dengan tujuan program full day school disini adalah
hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha
intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar disekolah.
Sistem full day school pada dasarnya menggunakan sistem integrated
curriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk seoran ganak (siswa) yang berintelektual tinggi
yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang
baik dan Islami. Dengan adanya garis-garis besar program dalam sistem full day
school, sekolah yang melaksanakan program ini diharapkan dapat mencapai target
tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan yang melaksanakan sistem full
day school.20
Adapun garis-garis besar program full day school adalah sebagai berikut:
1. Pembentuk sikap yang Islami
a. Pembentukan sikap yang Islami
1) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan
2) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela
3) Kecintaan kepada Allah dan Rosulnya
4) Kebanggaan terhadap Islam dan semangat memperjuangkan.
b. Pembiasaan Berbudaya Islam
1) Gemar beribadah
2) Gemar belajar
3) Disiplin
4) Kreatif
5) Mandiri
6) Hidup bersih dan sehat
7) Adab-adab Islam
2. Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan
a. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan
b. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari.
c. Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al-Qur’an
d. Memahami secara sederhana ia kandungan amaliyah sehari-hari.21
20
Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School Terhadap Akhlak Siswa (Surabaya:
Perpustakaan IAIN Sunan, 2005), 16.
21
Ibid., 17.
b. Pengertian belajar
Untuk memperoleh pengertian belajar ada beberapa definisi antara lain:
belajar dapat didefinisikan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan didalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.26
Menurut Sardiman belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain-lain.27 Sedangkan menurut Slameto belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengamalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.28
Dari pengertian prestasi dan belajar tersebut, maka dapat didefinisikan
bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses pembelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru dalam jangka waktu tertentu.
26
Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 34.
27
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 22.
28
Slameto, Belajar, 2.
29
Ibid., 54.
30
Ibid., 55
Jadi, jika kita lihat dalam variable prestasi belajar, maka motivasi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi anak. Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal semangat belajar
siswa dan juga guru serta pelaksana program untuk membenahi, mempertahankan serta
meningkatkan hasil yang telah dicapainya, mempertahankan serta meningkatkan hasil yang
telah dicapainya. W.S. Wingkel berpendapat bahwa dengan motivasi yang tinggi akan
mampunyai energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar yang banyak bagi anak
didik. Jadi di sini terlihat tingkat efektivitas pembelajaran full day school terhadap prestasi
belajar siswa.32
Kesimpulan
Full day School menerapkan konsep dasar “Integrated-Activity” dan “Integrated-
Curriculum”. Artinya seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah mulai dari
belajar, hiburan dan beribadah dikemas dalam suatu system pendidikan. Sistem pembelajaran
full day school memfokuskan segala program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di
sekolah. Dengan begitu diharapkan dapat bermanfaat untuk pembinaan generasi sholih dan
sholihah. Full day shool juga membentuk siswa agar berprestasi belajar dalam proses
pembelajaran yang berkualitas yakni mendapat kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Intensifikasi dari pembelajaran full day school yaitu untuk meningkatkan prestasi
belajar anak didik. Jika prestasi dijadikan sebagai tujuan akhir dari program, maka prestasi
disini akan berfungsi sebagai evaluasi atau penilaian suatu usaha yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan.
Daftar Rujukan
Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung: Citra Umbara, 1995
------------------------, Managemen Pengajaran Secara Manusia, Bandung: Rineka Cipta, Ce t,
II. 1993
------------------------, Prosedur Penelitian, Sebuah Pendekatan Praktik, Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2002
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Djamin, Soehadi, “Full Day School Islam Sebuah Alternatif”, Makalah Disampaikan Pada
Seminar Pendidikan Regional Di LPI Al-Azhar Tulung Agung, Tanggal, 10 Juni
2001, 3
Echols, Jhon, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, Cet. XXIII., 1996
Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996
I. Jumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Pustaka Ilmu,
1975
Lyas, Yunahar, et al., Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan ke-Islaman, LPPI UMY
NU dan PP Al-Muhsin, Yogyakarta: tt cet. I, 1993,
32
W.S. Wingkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), 15.